You are on page 1of 41

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DM


PADA KELUARGA Tn. S

DISUSUN OLEH :
ISYFI AULIA AFIANTI (P07120116019)
MITA TRI MARYANI (P07120116020)
DINKA ANINDYA PUTRI (P07120116033)
AHMAD LATIF I. (P07120116040)

D-III KEPERAWATAN REGULER A


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

A. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan
kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau
akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).

B. KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I.
Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin
dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk
mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi
sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe
II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar
glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik
(suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari
30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik),
obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.

C. ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal
antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang
beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,
1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes
Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang
dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe
II, diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

D. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang
tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal
insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh
apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet
dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II
yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II
dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut
sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,
polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
E. Pathway Diabetes Melitus
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
c. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)

G. DATA PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes
Melitus) digolongkan sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah
a. HIPOGLIKEMIA/ KOMA HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar
gula darah yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada
berbagai keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik
adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak
diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu
hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa.
Koma hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin.
Selain itu dapat pula disebabkan oleh karana terlambat makan atau
olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik
terjadi bila kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada
pemeriksaaan darah jari.
Penatalaksanaan kegawat daruratan:
1) Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40%
dan biasanya kembali sadar pada pasien dengan tipe 1.
2) Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W
dalam waktu 3-5 menit dan nilai status pasien dilanjutkan
dengan D5 W atau D10 W bergantung pada tingkat
hipoglikemia
3) Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-
acting insulin dan pemberian diabetic oral maka diperlukan
infuse yang berkelanjutan.
4) Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis
yang terjadi pada penyakit hati, ginjal, dan jantung maka
harus diatasi factor penyebab kegagalan ketiga organ ini.
b. SINDROM HIPERGLIKEMIK HIPEROSMOLAR NON
KETOTIK (HHNC/ HONK).
HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa
terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg
bahkan sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi
melewati 350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi
ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin
lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 – 150 mEq
per liter kalium bervariasi.
Penatalaksanan kegawat daruratan:
Terapi sama dengan KAD (Ketoasidosis Diabetic) dengan skema
IV Cairan
1 sampai NaCl 0,9% bila natrium 130 mEq/liter atau osmolitas
12 jam plasma 330 mOsm/liter
NaCl 0.45% bila diatas 145 mEq/liter

Dibutuhkan 8 sampai 12 liter dari cairan selama 24 jam


menggantikan air yang hilang selama 12 jam

Bila gula darah 250 sampai 300 mg/dl berikan 5%


dekstrose
Insulin
Permulaan IV bolus 0.15 unit/kg RI
Jam 5 sampai 7 unit/jam RI
berikutnya
Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara secara intravena
untuk mempertahankan kadar cairan setengahdari KCl dan
setengah dari KPO4

Jam kedua Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium kurang dari 5.5
dan jam mEq/liter, berikan 20-30 mEq/liter K+
berikutnya

Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 -


2 liter NaCl 0,2 %. Sesudah inisial ini diberikan 6 – 8 liter per 12
jam. Untuk mengatasi hipokalemi dapat diberikan kalium. Insulin
lebih sensitive dibandingkan ketoasidosis diabetic dan harus
dicegah kemungkinan hipoglikemi. Oleh karena itu, harus
dimonitoring dengan hati – hati yang diberikan adalah insulin
regular, tidak ada standar tertentu, hanya dapat diberikan 1 – 5 unit
per jam dan bergantung pada reaksi. Pengobatan tidak hanya
dengan insulin saja akan tetapi diberikan infuse untuk
menyeimbangkan pemberian cairan dari ekstraseluler keintraseluler.
c. KETOASIDOSIS DIABETIC (KAD)
DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus
yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang
dikurangi
2) Keadaan sakit atau infeksi
3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati.
Rehidrasi
1) Jam pertamaberi infuse 200 – 1000 cc/ jam dengan NaCl 0,9
% bergantung pada tingkat dehidrasi
2) Jam kedua dan jam berikutnya 200 – 1000 cc NaCl 0,45 %
bergantung pada tingkat dehidrasi
3) 12 jam pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar gula darah
antara 200 – 300 mg/ 100 cc, ganti dengan dextrose 10 % bila
kadar gula darah sampai 150 mg/ 100 cc.
Kehilangan elektrolit. Pemberian Kalium lewat infus harus
dilakukan meskipun konsentrasi kalium dalam plasma normal.
Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara secara
intravena untuk mempertahankan kadar cairan
setengahdari KCl dan setengah dari KPO4

Jam kedua dan Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium
jam berikutnya kurang dari 5.5 mEq/liter, berikan 20-30
mEq/liter K+
Insulin
Skema pemberian insulin adalah sebagai berikut:

2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai
sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah
untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi
mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi
serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
1) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi
atau ditambah
2) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
3) jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan
oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan
menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat
badan normal) dengan rumus :

1) Kurus (underweight) BBR < 90 %


2) Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3) Gemuk (overweight) BBR > 110%
4) Obesitas apabila BBR > 120%
a) Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
b) Obesitas sedang BBR 130% - 140%
c) Obesitas berat BBR 140% - 200%
d) Morbid BBR >200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk
penderita DM yang bekerja biasa adalah :
1) Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
2) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap
1 1/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin
resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah
jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin
dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan
akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
d. Obat
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin
dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada
pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi
mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas
insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
 Menghambat absorpsi karbohidrat
 Menghambat glukoneogenesis di hati
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
3) Insulin
Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Graves
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan
pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
1. PENGKAJIAN PRIMER
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain
a. Airway
Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), Benda asing/ darah
pada rongga mulut
b. Cervical Control :-
c. Breathing : Ekspos dada, Evaluasi pernafasan
d. Oxygenation : Kanula, tube, mask
e. Circulation : Tanda dan gejala schok dan Resusitasi:
kristaloid, koloid, akses vena.
f. Hemorrhage control : -
g. Disability : pemeriksaan neurologis è GCS
A : Allert : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon thd suara
P : Pain Respons : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara,
berespon thd rangsangan nyeri
U : Unresponsive : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara,
tdk bersespon thd nyeri
2. PENGKAJIAN SEKUNDER
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan
atau penenganan pada pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
a. AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
b. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
c. Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang
menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat
menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan
propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
4. Anamnese
a. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas
pasien mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri,
polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala
b. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik,
KAD/ HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik,
KAD/ HONK) serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita
untuk mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan
anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan,
pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
f. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan,
gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini
menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis.
g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.

B. Diagnosa yang Mungkin Muncul


1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan
intake nutrisi (tipe 2)
4. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif,
Kegagalan mekanisme pengaturan
5. PK: Hipoglikemia
6. PK: Hiperglikemi
7. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.
\RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1 Nyeri akut berhubungan NOC: Manajemen nyeri :
dengan agen injuri ü Tingkat nyeri 1. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif
biologis (penurunan ü Nyeri terkontrol termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
perfusi jaringan perifer)ü Tingkat kenyamanan kualitas dan ontro presipitasi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2.
3 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
x 24 jam, klien dapat : 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
1. Mengontrol nyeri, dengan indikator : mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
§ Mengenal faktor-faktor penyebab 4. Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi nyeri
§ Mengenal onset nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
§ Tindakan pertolongan non farmakologi 5. Kurangi ontro presipitasi nyeri.
§ Menggunakan analgetik 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
§ Melaporkan gejala-gejala nyeri kepada tim (farmakologis/non farmakologis)..
kesehatan. 7. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi
§ Nyeri terkontrol dll) untuk mengetasi nyeri..
2. Menunjukkan tingkat nyeri, dengan indikator: 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
§ Melaporkan nyeri 9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ontrol nyeri.
§ Frekuensi nyeri 10. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang
§ Lamanya episode nyeri pemberian analgetik tidak berhasil.
§ Ekspresi nyeri; wajah 11. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
§ Perubahan respirasi rate
§ Perubahan tekanan darah Administrasi analgetik :.
§ Kehilangan nafsu makan 1. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan
. frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis
optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
analgetik.
5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri
muncul.
6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek
samping.
2 Ketidakseimbangan Nutritional Status : Food and Fluid Intake Nutrition Management
nutrisi kurang dari§ Intake makanan peroral yang adekuat 1. Monitor intake makanan dan minuman yang
kebutuhan tubuh b.d.§ Intake NGT adekuat dikonsumsi klien setiap hari
ketidakmampuan § Intake cairan peroral adekuat 2. Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang
menggunakan glukose§ Intake cairan yang adekuat dibutuhkan dengan berkolaborasi dengan ahli gizi
(tipe 1) § Intake TPN adekuat 3. Dorong peningkatan intake kalori, zat besi, protein
dan vitamin C
4. Beri makanan lewat oral, bila memungkinkan
5. Kaji kebutuhan klien akan pemasangan NGT
6. Lepas NGT bila klien sudah bisa makan lewat oral
3 Ketidakseimbangan Nutritional Status : Nutrient Intake Weight Management
nutrisi lebih dari§ Kalori 1. Diskusikan dengan pasien tentang kebiasaan dan
kebutuhan tubuh b.d.§ Protein budaya serta faktor hereditas yang mempengaruhi
kelebihan intake nutrisi§ Lemak berat badan.
(tipe 2) § Karbohidrat 2. Diskusikan resiko kelebihan berat badan.
§ Vitamin 3. Kaji berat badan ideal klien.
§ Mineral 4. Kaji persentase normal lemak tubuh klien.
§ Zat besi 5. Beri motivasi kepada klien untuk menurunkan berat
§ Kalsium badan.
6. Timbang berat badan setiap hari.
7. Buat rencana untuk menurunkan berat badan klien.
8. Buat rencana olahraga untuk klien.
9. Ajari klien untuk diet sesuai dengan kebutuhan
nutrisinya.

4 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


b.d Kehilangan volumeü Fluid balance Fluid management
cairan secara aktif,ü Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Kegagalan mekanismeü Nutritional Status : Food and Fluid Intake 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
pengaturan Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
§ Mempertahankan urine output sesuai dengan usia mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika
dan BB, BJ urine normal, HT normal diperlukan
§ Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas
4. Monitor vital sign
normal 5. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
§ Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kalori harian
kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada
6. Kolaborasikan pemberian cairan IV
rasa haus yang berlebihan 7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
11. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
12. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
meburuk
14. Atur kemungkinan tranfusi
15. Persiapan untuk tranfusi
5 PK: Hipoglikemia Setelah dilakukan askep….x24 jam diharapkan Managemen Hipoglikemia:
PK: Hiperglikemi perawat akan menangani dan meminimalkan
1. Monitor tingkat gula darah sesuai indikasi
episode hipo/ hiperglikemia. 2. Monitor tanda dan gejala hipoglikemi ; kadar gula
darah < 70 mg/dl, kulit dingin, lembab pucat,
tachikardi, peka rangsang, gelisah, tidak sadar ,
bingung, ngantuk.
3. Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk / sejenis
jahe setiap 15 menit sampai kadar gula darah > 69
mg/dl
4. Berikan glukosa 50 % dalam IV sesuai protokol
5. K/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk dietnya.

Managemen Hiperglikemia
1. Monitor GDR sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala diabetik ketoasidosis ; gula
darah > 300 mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit
kepala, pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan
muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan kabur atau
kadar Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
7. Konsultasi dengan dokter jika tanda dan gejala
Hiperglikemia menetap atau memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl khususnya
adanya keton pada urine
10. Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi & irama,
warna kulit, waktu pengisian kapiler, nadi perifer dan
kalium
11. Anjurkan banyak minum
12. Monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan
6 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :
efektif b.d hipoksemia ü Circulation status Peripheral Sensation Management (Manajemen
jaringan. ü Tissue Prefusion : cerebral sensasi perifer)
Kriteria Hasil : § Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
a. mendemonstrasikan status sirkulasi terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
§ Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang § Monitor adanya paretese
diharapkan § Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
§ Tidak ada ortostatikhipertensi ada lsi atau laserasi
§ Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan § Gunakan sarun tangan untuk proteksi
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) § Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
b. mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang § Monitor kemampuan BAB
ditandai dengan: § Kolaborasi pemberian analgetik
§ berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan § Monitor adanya tromboplebitis
kemampuan § Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
§ menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
§ memproses informasi
§ membuat keputusan dengan benar
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura
dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DM

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

Waktu Pengkajian : Kamis, 14 Februari 2019


Pukul : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Tn. S, Godean
Sumber Data : Keluarga Tn. S
Oleh : Isfy Aulia,Mita Tri Maryani, Dinka Anindya Putri, Ahmad Latif
I. IDENTITAS UMUM KELUARGA
a. Identitas Kepala Keluarga:

Nama : Tn. S Pendidikan : SLTP


Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Wirausaha
Agama : Islam Alamat : Kurahan, Magodadi,
Seyegan, Sleman,
Yogyakarta.
Suku : Jawa Nomor Telpon : 087839123477

b. Daftar Anggota Keluarga:


No Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan
1. Tn.S L 60 th Suami Wirausaha SMP
2. Ny. T P 60 th Istri Wirausaha SMP
3. An. W P 39 th Anak Pegawai Swasta S1
4. An. D P 32 th Anak PNS S1

c. Genogram:

Keterangan :

= Meninggal = Klien

= Perempuan = Garis pernikahan

= Laki-laki = Keluarga yang tinggaldirumah


= garis keturunan

Kegiatan
d. Ecomap
Masyarakat
Kegiatan
Masyarakat Bekerja sebagai
wirausaha

Bekerja sebagai
wirausaha
Puskesmas

Puskesmas Bekerja sebagai


PNS

e. Type Keluarga:
1) Jenis type keluarga: tipe keluarga berdasarkan tradisional family keluarga Tn.
S termasuk Nuclear Family, yang terdiri dari ayah, ibu, anak pertama (39
tahun), anak kedua (32 tahun) tinggal serumah.
2) Masalah yang terjadi dg type tersebut: tidak ada
f. Suku Bangsa:
1) Asal suku bangsa: Jawa
2) Budaya yang berhubungan dg kesehatan: Tidak ada
3) Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan: Tidak ada
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
1) Anggota keluarga yang mencari nafkah: Tn.S menyatakan bahwa dirinya
sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah, Tn S dan Ny. T bekerja sebagai
penjahit baju.
2) Penghasilan: Tn. S mengatakan penghasilan tidak tentu, tergantung orderan
jahitan baju.
3) Upaya lain: Tn. S mempekerjakaan tukang untuk membantu menyelesaikan
pembuatan baju. Tn. S memiliki kurang lebih 3 tukang untuk membantunya
membuat tas.
4) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
Satu sepeda motor, satu kulkas, satu televisi.
Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: Ny. T mengatakan perhari untuk
membeli bumbu masak, lauk, dan sayur kuraang lebih 25 ribu sampai 30 ribu.
Sedangkan untuk membanyar lstrik kurang lebih 100 ribu perbulan. Untuk
pengobatan Tn. S dan keluarga menggunakan jaminan BPJS.
5) Aktivitas Rekreasi Keluarga: Keluarga mengatakan dua minggu sekali
kadang-kadang rekreasi bersama ke malioboro dan makan bersama.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua):
Keluarga Tn. S termasuk dalam taraf perkembangan tahap Adult Family (keluarga
yang melepas anak dewasa muda)
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalnya:
Memperluas keluarga inti : Anak kedua pada keluarga ini belum menikah. Nn. D
mengatakan belum ingin menikah karena ingin berkarir dan melanjutkan sekolah
terlebih dahulu.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti:
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
Tn. S mengalami DM sejak tahun kurang lebih 10 tahun.GDS : 280mg/dL, Tn.
S Kadang-kadang merasa lemas, pusing dan berkunang-kunang jika kadar
dalam darah menurun drastis. Tn. S mengatakan anak-anakanya mengonsumsi
gula tropikana untuk menjaga kadar gula darah dalam batas normal.Tn. S
nampak meminum obat Metformin yang diberikan puskesmas dan Ny. T
nampak menyiapkan diet untuk Tn.S dengan nasi merah.
2) Riwayat penyakit keturunan:
Tn. S mengatakan Ibunya menderita Diabetes Mellitus.
3) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Imunisasi
Tindakan
Keadaan (BCG/Polio/
No Nama Umur BB Masalah kesehatan Yang telah
Kesehatan DPT/HB/
dilakukan
Campak
1 Tn. S 60 th 80 kg DM sejak Keluarga Kadang-kadang Tn. S rutin
2009 mengatakan lupa merasa pusing jika pergi ke
kadar gulanya turun Puskesmas saat
drastis. obatnya habis,
TB : 165 cm control GDS
IMT 29,38 kg/m2 rutin di apotek

2 Ny. T 60 th 55 kg Vertigo Keluarga Kadang-kadang Jika sudah


mengatakan lupa merasa pusing merasa pusing
Ny. T akan
beristirahat dan
jika belum
sembuh akan
periksa ke RS.
3. An. D 32 th 56 Kg Sehat Lengkap Tidak ada keluhan Tidak ada
4) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
Keluarga mengatakan Tn S rutin kontrol ke Puskesmas ketika obatnya habis
sebulan sekali, dan cek GDS di apotek secara rutin 2 minggu sekali.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya:
Keluarga mengatakan pertama kali tahu menderita sakit gula pada tahun 2009,
berat badan terus menurun dan sering minum kemudian Tn.S periksa ke Puskemas
dan diketahui kadar gula darah tinggi. Kakak pertama dari Tn S. pernah
diamputasi sampai tiga kali karena terdapat jaringan mati di kaki dan sudah
meninggal. Pada bulan Januari 2019 Tn. S mengatakan cek GDS : 280 mg/dL dan
TD 130/90 mmHg.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a. Karakteristik Rumah
1) Luas rumah: 59 m2
2) Type rumah: Permanen
3) Kepemilikan: Pribadi
4) Jumlah dan ratio kamar/ruangan: 1 ruang tamu ,1 dapur , 1 kamar mandi, 3
kamar ( 1, kamar Tn. S dan Ny. T, 1 kamar An. W, 1 kamar An. D)
5) Ventilasi/cendela: terdapat cendela di ruang tamu 2 dengan ukuran besar, dan
di tiap-tiap kamar 1, terdapat ventilasi di atas pintu dan cahaya dapat masuk ke
dalam rumah
6) Pemanfaatan ruangan: ruang tengah digunakan untuk ruang keluarga dan
halaman depan rumah ditanami beberapa bunga dan pohon rambutan.
7) Septic tank: Ada letaknya kurang lebih 15 m dibelakang rumah.
8) Sumber air minum: PAM
9) Kamar mandi/WC: terdapat 1 kamar mandi, 1 WC jongkok
10) Sampah: sampah dikelola oleh pemuda pemudi dusun Tn. S
11) Kebersihan lingkungan: halaman rumah dan lantai bersih, Ny. T rutin
membersihkan rumah setiap hari, penataan barang-barang juga rapi.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
1) Kebiasaan: Tn. S mengatakan mengikuti gotong royong, pengajian setiap satu
minggu sekali. Ny. T mengatakan mengikuti PKK, dasawisma dan posyandu
lansia. Aturan/kesepakatan: keluarga mengatakan selalu mengikuti gotong
royong, dan iuran RT untuk kegiatan tertentu
2) Budaya: budaya tolong menolong dan gotong royong
c. Mobilitas Geografis Keluarga: keluarga penduduk Yogyakarta, Ny.T mengatakan
Tn. S dan Ny. T warga asli dusun Kurahan, Magodadi, Seyegan, Sleman,
Yogyakarta.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Tn. S sering mengikuti kegiatan masyarakat seperti gotong royong dan tahlilan,
sedangkan Ny. T aktif dalam kegiatan PKK, pengajian, dan posyandu lansia.
e. Sistem Pendudukung Keluarga
Fasilitas kesehatan seperti Puskesmas berjarak kurang lebih 4 km, Rumah Sakit
berjarak kurang lebih 2 km.

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara Komunikasi Keluarga: keluarga berkomunikasi menggunakan bahasa
jawa
b. Struktur Kekuatan Keluarga: Tn.S mengatakan jika ada masalah dibicarakan atau
dirembukkan bersama
c. Struktur Peran (peran masing/masing anggota keluarga)
Tn. S sebagai kepala keluarga, Ny. T sebagai istri An. W dan An. D sebagai anak.
Keluarga Tn. S menjadi anggota masyarakat Kurahan, Magodadi, Seyegan,
Sleman, Yogyakarta.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga Tn. S menganut nilai dan norma Jawa dalam kehidupan sehari-hari

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Tn. S mengatakan dalam keluarga tidak pernah bertengkar lama, jika ada masalah
dibicarakan dengan baik-baik. Ny. T mengatakan selama Tn. S sakit Ny.T yang
merawatnya dan anak-anaknya membantu dalam pemenuhan kekurangan finansial
serta kadang-kadang membelikan obat tambahan.
b. Fungsi sosialisasi
1) Kerukunan hidup dalam keluarga: Keluarga mengatakan jika ada masalah
dibicarakan dengan baik-baik dan dimusyawarahkan.
2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga: keluarga saling berinteraksi dan
berkomunikasi dengan baik.
3) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan: Ny. T
mengatakan pengambilan keputusan yang lebih dominan adalah Tn. S sebagai
kelapa keluarga tetapi tetap mengutamakan musyawarah bersama.
4) Kegiatan keluarga waktu senggang: Ny. T mengatakan jika ada waktu luang
biasanya untuk nonton televisi bersama dan kadang-kadang pergi jalan-jalan
atau makan bersama.
5) Partisipasi dalam kegiatan sosial: Tn. S aktif mengikuti kegiatan dimasyarakat
seperti gotong royong dan pengajian. Sedangkan Ny. T aktif dalam kegiatan
PKK dan posyandu lansia dan keluarga kooperatif dalam berkomunikasi.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan
keluarganya: Tn. S mengatakan penyakit gula bisa menurun. Tn. S
mengatakan jika sakit gula tidak boleh banyak mengkonsumsi yang manis-
manis. Tn. S mengatakan belum mengetahui komplikasi DM. Keluarga
mengatakan belum tahu tentang penyakit vertigo.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat:
Tn. S mengatakan rutin kontrol ke Puskesmas setiap obatnya habis dan cek
GDS di apotek 2 minggu sekali. Tn. S mengatakan mengurangi makan yang
manis-manis. Tn S mengatakan mengurangi porsi makan nasi. Tn. S bilang
sudah mengurangi makan gorengan.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit:
Tn. S mengatakan rutin meminum obat Metformin dari Puskesmas, Tn. S
mengatakan mengurangi makan yang manis-manis, Tn. S mengatakan makan
nasi sedikit. Ny. T mengatakan kadang-kadang nasi Tn. S diganti dengan
beras merah. Tn. S mengatakan tidak pernah olahraga dan keluarga
mengatakan belum mengetahui cara senam kaki DM, dan komplikasi DM. Tn.
S mengatakan jika keluar rumah selalu memakai alas kaki dan Tn. S
mengatakan belum ada penyuluhan tentang senam DM
4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat: halaman dan
lantai rumah bersih, piring kotor langsung dicuci, pakaian yang sudah bersih
di setrika dan disimpan dalam lemari.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat
Tn. S mengatakan rutin kontrol ke puskemas jika obatnya habis sebulan sekali
dan cek GDS di apotek 2 minggu sekali, keluarga mengatakan memiliki BPJS.
d. Fungsi reproduksi
1) Perencanaan jumlah anak: Ny. T mengatakan merencanakan jumlah anak.
Karena sudah berumur dan diberikan dua sudah cukup.
2) Akseptor: Iya alat kontrasepsi yang digunakan implant lamanya 28 tahun.
3) Keterangan lain: Tidak ada
e. Fungsi ekonomi
1) Upaya pemenuhan sandang pangan : Tn S dan Ny. T bekerja sebagai
pembuatan wirausaha. Ny. T menjadi penjahit baju dan Ny. T
mempekerjakaan tukang untuk membantu menyelesaikan jahitan baju
sebanyak tiga orang.
1) Pemanfaatan sumber di masyarakat: Tidak ada

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek: Ny. T mengatakan stres memikirkan anak keduanya yang
belum mau menikah
b. Stressor jangka panjang: Tidak ada
c. Respon keluarga terhadap stressor: Keluarga mengatakan berusaha mengatasi
masalah yang sedang dihadapi dengan membujuk anaknya untuk segera menikah
d. Strategi koping: Ny. T mengatakan jika ada masalah sering bercerita dengan Tn.
S, kemudian akan berdiskusi tenang masalah yang sedang dihadapi untuk mencari
jalan keluar bersama.

VII. KEADAAN GIZI KELUARGA


Pemenuhan gizi:
1. Ny. T mengatakan makan sehari 3x dengan sayur, nasi, dan lauk. Tn. S
mengatakan hanya makan sedikit nasi dan banyak sayur, kadang-kadang nasi
diganti dengan nasi merah. Untuk lauk pauk seadanya kadang tempe,tahu, telur.
Tn. S mengatakan minum teh sehari sekali pada pagi hari dengan menggunkana
gula tropicana.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


Identitas Nama : Tn. S Nama : Ny. T Nama : Tn. P Nama : Tn. P
Umur : 60 tahun Umur : 60 tahun Umur : 25 tahun Umur : 25 tahun
L/P : L L/P : P L/P : P L/P : P
Pendidikan: SMP Pendidikan : SMP Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pekerjaan : Pekerjaan : Pekerjaan : PNS
Wirausaha Wirausaha, Pegawai swasta
penjahit
Keluhan Kalau kadar gula Kadang-kadang Saat ini dalam Saat ini dalam
riwayat darah turun drastis merasa pusing keadaan sehat, keadaan sehat,
penyakit merasa pusing dan tidak ada keluahan tidak ada keluahan
saat ini berkunang-kunang
Riwayat DM sejak tahuun Vertigo Tidak ada Tidak ada
Penyakit 2009, Pada bulan
sebelum Januari 2019
nya melakukan GDS :
280 mg/dL
Tanda- TD : 130/90 mmHg TD : 160/90 mmHg TD : - mmHg TD : 110/70 mmHg
tanda Suhu : 36,50 C Suhu : 36,00 C Suhu : - 0 C Suhu : 360 C
vital Nadi : 78 x/menit Nadi : 80 x/menit Nadi : - x/menit Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit RR : 20x/menit RR : - x/menit RR : 20x/menit
Sistem I : tidak ada lesi, I : tidak ada lesi, I:- I : tidak ada lesi,
Respirasi tidak ada tidak ada P:- tidak ada
pengunaan otot pengunaan otot P: - pengunaan otot
tambahan tambahan A:- tambahan
pernapasan pernapasan pernapasan
P : tiak ada masa P : tiak ada masa P : tiak ada masa
P: suara sonor P: suara sonor P: suara sonor
A : suara napas A : suara napas A : suara napas
vasikuler vasikuler vasikuler
Sistem I : Tidak ada lesi I : Tidak ada lesi I:- I : Tidak ada lesi
Gastroint P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri P:- P : tidak ada nyeri
estinal tekan, tidak ada tekan, tidak ada P: - tekan, tidak ada
masa masa A:- masa
P: tidak ada P: tidak ada P: tidak ada
distensi distensi distensi
A : bising usus A : bising usus A : bising usus
7x/menit 10x/menit 10x/menit
Sistem Tidak ada luka Tidak ada kelainan - Tidak ada kelainan
Muskulo dikaki dan muskoloskeletal muskoloskeletal
skeletal ekstremitas, DM
Tn. S termasuk
dalam DM kering

IX. HARAPAN KELUARGA


a. Terhadap masalah kesehatannya: Keluarga berharap bisa menjaga kadar gula
darah dalam batas normal atau tidak terlalu tinggi dan dan merasa perlu untuk
melakukan perawatan DM secara rutinagar tidak mengalami komplikasi
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada: dapat melayani dan bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada .

X. PHBS
a. Indikator Perilaku
1. Peilaku tidak merokok : Tn. S dan keluarga mengatakan tidak merokok.
2. Persalinan oleh nakes : Ny. T mengatakan dulu bersalin di Bidan Praktik
3. Imunisasi : Ny. T mengatakan anaknya mendapat imunisasi lengkap
4. Sarapan pagi : Ny. T mengatakan keluarga menyempatkan diri untuk sarapan
pagi dengan nasi atau roti, dan pengaturan makanan rendah gula untuk Tn. S
5. Jaminan Kesehaatan : Ny. T dan keluarga mengatakan memiliki BPJS
6. Kebersihan mencuci tangan : Ny. T mengatakan mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan. Mencuci tangan menggunakan sabun seadanya. Ny. T
mengatakan sudah pernah mendapat penyuluhan tentang cuci tangan 6
langkah.
7. Kebersihan menggosok gigi : keluarga mengatakan menggosok gigi 2 kali
sehari setiap mandi
8. Olahraga : Tn. S mengatakan tidak pernah olahraga, Tn S mengatakan belum
tahu cara senam kaki DM
b. Indikator Lingkungan
1. Sarana air bersih : Ny. T mengatakan sumber air dari PAM
2. Jamban : Ny. T mengatakan memili WC jongkok
3. Tempat sampah ada dibelakang rumah dan di depan rumah, sampah dikelola
oleh pemuda-pemudi dusun Tn.S.
4. Sarana pembuanagan air limbah : Ny. T mengatakan air limbah di alirkan ke
saptictank.
5. Ventilasi rumah : terdapat ventilaasi diatas pintu dan cendela.

B. ANALISA DATA
Tanggal : Kamis, 14 Februari 2019
Pukul : 16.00 WIB
Oleh : Isyfi, Mita, Dinka dan Inzi

Data Fokus Masalah Etiologi


DS: Menejemen Ketidakmampuan
- Keluarga mengatakan tidak tahu komplikasi kesehatan keluarga
dari DM tidak efektif mengenal
- Tn. S mengatakan tidak tahu cara senam DM (SDKI, 249) komplikasi DM
yang benar
- Tn. S mengatakan belum ada penyuluhan
tentang senam DM
- Tn. S mengatakan tidak pernah olahraga
- Tn. S mengatakan menderita DM kering dan
terakhir control kadar GDS : 280 mmg/dL

DO:
- IMT Tn. S 29,38 kg/m2
- Tidak terdapat luka di ekstremitas
- TD : 130/90 mmHg
- Suhu : 36,50 C
- Nadi : 78 x/menit
- RR : 19x/menit
- Obat yang digunakan metformin
- Tn. S DM sejak 10 th yang lalu
DS : Kesiapan
- Tn. S mengatakan anak-anaknya mengonsumsi meningkatkan
gula tropikana untuk menjaga kadar gula darah koping
dalam batas normal. keluarga
- Tn. S mengatakan mengurangi makan yang (NANDA,
manis-manis, Tn. S mengatakan makan nasi 334 )
sedikit dengan banyak sayur.
- Ny. T mengatakan kadang-kadang nasi Tn. S
diganti dengan beras merah
- Tn. S mengatakan rutin meminum obat
Metformin dari Puskesmas,
- Tn. S mengatakan rutin kontrol ke puskemas jika
obatnya habis sebulan sekali dan cek GDS di
apotek 2 minggu sekali
- Keluarga mengatakan memiliki BPJS.
DO :
- Tidak terdapat luka di kaki dan ekstremitas Tn.
S
- Tn. S nampak meminum obat Metformin yang
diberikan puskesmas
- Ny. T nampak menyiapkan diet untuk Tn.S
dengan nasi merah

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
2. Kesiapan meningkatkan koping keluarga

D. PRIORITAS MASALAH
Tanggal : Rabu, 20 Februari 2019
Pukul : 14.00 WIB
Oleh : Isyfi, Mita, Dinka dan Inzi
1. Diagnosis Keperawatan : Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

Kriteria Hitungan Skor Pembeneran


Sifat Masalah : 3/3X1 1 - Tn. S menderita DM sejak 10 tahun yang
Aktual lalu
- GDP : 280 mg/dL.
- Tn. S mengatakan belum tau komplikasi
DM
- Tn. S mengatakan tidak pernah olahraga
- Tn. S mengatakan tidak tau cara senam
DM dengan benar
Kemungkinan 2/2X2 2 - Keluarga mengatakan memiliki 1 motor.
masalah dapat - Jarak Puskesmas kurang lebih 4 km, jarak
diubah : dengan RS kurang lebih 2 km.
Mudah - Keluarga kooperatif dalam berkomunikasi
- Ny. T aktif dalam kegiatan PKK dan
posyandu lansia
Potensi masalah 3/3X1 1 - Dengan mematuhi diit rendah gula
untuk dicegah : - Mengonsumsi gula tropikana
Tinggi - Rutin control dipuskesmas sebulan sekali
- Mematuhi program terapi minum obat
metformin
Menonjonya 2/2X1 1 - Keluarga merasa perlu untuk melakukan
masalah : perawatan DM secara rutin
Masalah berat - Keluarga mau merawat anggota keluarga
harus segera yang sakit
ditangani
Jumlah 5

2. Diagnosa Keperawatan : Kesiapan keluarga meningkatkan koping keluarga

Kriteria Hitungan Skor Pembeneran


Sifat Masalah : 1/3X1 0,3 - Tn. S mengatakan anak-anaknya
Keadaan mengonsumsi gula tropikana untuk menjaga
sejahtera kadar gula darah dalam batas normal.
- Tn. S mengatakan mengurangi makan yang
manis-manis, Tn. S mengatakan makan nasi
sedikit dengan banyak sayur.
- Ny. T mengatakan kadang-kadang nasi Tn.
S diganti dengan beras merah
- Tn. S mengatakan rutin meminum obat
Metformin dari Puskesmas,
- Tn. S mengatakan rutin kontrol ke
puskemas jika obatnya habis sebulan sekali
dan cek GDS di apotek 2 minggu sekali
- Keluarga mengatakan memiliki BPJS.
Kemungkinan 2/2X2 2 - Keluarga mengatakan memiliki 1 motor.
masalah dapat - Jarak Puskesmas kurang lebih 4 km, jarak
diubah : dengan RS kurang lebih 2 km.
Mudah - Keluarga kooperatif dalam berkomunikasi
- Ny. T aktif dalam kegiatan PKK dan
posyandu lansia
- Tn. S mengatakan anak-anaknya
mengonsumsi gula tropikana untuk menjaga
kadar gula darah dalam batas normal.
-
Potensi masalah 3/3X1 1 - Dengan mematuhi diit rendah gula
untuk dicegah : - Mengonsumsi gula tropikana
Tinggi - Rutin control dipuskesmas sebulan sekali
- Mematuhi program terapi minum obat
metformin
Menonjonya 1/2X1 0,5 - Tn. S mengatakan jika obatnya habis rutin
masalah : kontrol ke puskesmas
Ada masalah - Tn. S mengatakan teratur minum obat
tapi tidak perlu metformin
segera ditangani
Jumlah 3,8

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS


Tanggal : Jumat, 15 Februari 2019
Pukul : 16.00 WIB
Oleh : Isyfi, Mita, Dinka dan Inzi

1. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


mengenal masalah
2. Kesiapan meningkatkan koping keluarga
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX: Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 TUPAN : Setelah 1. Edukasi dan 1. Senam DM dengan benar
dilakukan tindakan demonstrasikan cara dapat mencegah
keperawatan selama 1 senam DM dengan benar komplikasi
bulan, menejemen 2. Berikan informasi atau 2. Menambah pengetahuan
kesehatan keluarga penyuluhan kesehatan keluarga tentang DM dan
efektif. tentang komplikasi mempercepat koping
diabetes mellitus dan penyembuhan atau
TUPEN : Setelah perawatan pada diabetes mencegah komplikasi
dilakukan tindakan mellitus
keperawatan selama 3 3. Evaluasi cara – cara 3. Cara perawatan yang baik
kali pertemuan, keluarga perawatan yang baik mengoptimalkan koping
mampu mengenal penyembuhan
masalah. dengan kriteria 4. Libatkan keluarga 4. Dukungan keluarga dapat
hasil : terdekat untuk menguatkan anggota
1. Keluarga mampu memberikan support keluarga yang menderita
menyebutkan DM dalam menjalankan
pengertian dan program terapi serta
komplikasi DM mendukung peningkatan
2. Keluarga mampu kualitas hidup
menyebutkan manfaat
senam kaki DM
dengan benar
3. Keluarga mampu
mendemonstrasikan
senam kaki DM
dengan benar
DX : Kesiapan meningkatkan koping keluarga
2. TUPAN : Setelah 1. Kaji ulang sumber fisik, 1. sumber-sumber yang ada
dilakukan tindakan emosi, pendidikan dari dapat menjadi pendukung
keperawatan selama 1 keluarga pada peningkatan koping
bulan diharapkan keluarga
keluarga dapat 2. Kaji ulang reaksi emosi 2. kepedulian keluarga
mempertahankan koping keluarga terhadap mampu menjadi support
keluarga yang efektif kondisi pasien system
3. Identifikasi sifat 3. kemampuan spiritual
TUPEN : Setelah dukungan spiritual untuk yang baik menjadi koping
dilakukan tindakan keluarga emosional yang efektif
keperawatan selama 3 4. berikan pengetahuan 4. pengetahuan yang
kali pertemuan yang dibutuhkan tentang memadai memberikan
diharapkan keluarga pilihan-pilihan kepada wawasan yang luas dalam
dapat mempertahankan keluarga yang akan pengambilan keputusan
koping keluarga yang membantu mereka
efektif. dalam membuat
Dengan kriteria hasil : keputusan tentang
1. Keluarga mampu perawatan pasien
mempertahankan 5. identifikasi sumber 5. lingkungan komunitas
perilaku hidup sehat komunitas yang dapat yang memadai
2. Keluarga mampu digunakan meningkatkan status
merawat anggota kesehatan pasien dengan
yang menderita anggota keluarga
dengan tepat 6. berikan kesempatan 6. membantu keluarga
3. Keluarga mampu pada anggota keluarga mempersiapkan diri untuk
meminimalisir risiko untuk memikirkan menghadapi perubahan
menurunnya DM pada dampak penyakit pasien struktur kelurga di masa
anaknya terhadap struktur dan depan
dinamika keluarga

You might also like