You are on page 1of 3

Benarkah Cegah Penyakit Autoimun Bisa

dengan Cek Kesehatan?


05 Mar 2019, 17:15 WIB
11
Penyebab terjadinya penyakit autoimun hingga kini belum diketahui secara pasti. Apakah cek kesehatan bisa
cegah penyakit ini?

Benarkah Cegah Penyakit Autoimun Bisa dengan Cek Kesehatan? (Olena-Hromova/Shutterstock)

Klikdokter.com, Jakarta Dua hari yang lalu (3/3), ibunda aktris dan penyanyi Mikha Tambayong,
Deva Sheila Malaihollo, meninggal dunia akibat penyakit autoimun Sjorgen syndrome, yang
dideritanya selama setahun belakangan. Diketahui bisa mengancam nyawa, tapi hingga kini,
timbulnya penyakit autoimun belum diketahui secara pasti. Apakah dengan cek kesehatan bisa
membantu mencegah dan mendeteksi penyakit ini?

Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter, mendeteksi penyakit imun pada diri
seseorang bisa sangat sulit, apalagi sejak awal gejala penyakit tidak spesifik, sehingga
bisa menyerupai penyakit lain.

“Perlu diketahui juga bahwa perjalanan untuk diagnosis penyakit autoimun itu sangat panjang. Bila
gejala tampak jelas dan spesifik, tentu diagnosisnya jauh lebih mudah. Ini juga berlaku sebaliknya,”
jelas dr. Sepriani.
Secara general, penderita penyakit autoimun akan mengalami kerontokan rambut terus-menerus,
nyeri sendi, mudah terserang infeksi, mudah sakit dan kelelahan, serta terdapat gangguan kulit.
Namun, pada penyakit autoimun seperti systemic lupus eryrhematosus(SLE) dan penyakit Graves,
ada beberapa tanda khusus.

Sebagai contoh, penderita lupus biasanya memiliki ruam berwarna merah atau keunguan berbentuk
mirip kupu-kupu yang terdapat pada hidung dan pipi mereka. Sedangkan pada penderita penyakit
Graves, meski tidak selalu ditemui pada semua kasus, mata menonjol (eksoftalmus) bisa menjadi ciri
khasnya. Kondisi tersebut membuat mata sulit ditutup sehingga rentan mengalami iritasi.

Beberapa penyakit autoimun yang sering ditemui antara lain: diabetes mellitus tipe 1, penyakit
celiac, inflammatory bowel disease, artritis reumatoid, sklerosis kompleks (multiple sclerosis),
penyakit Addison, psoriasis, dan masih banyak lagi.

Penyebab penyakit autoimun masih terus diselidiki para ahli. Namun, beberapa pihak menduga
bahwa pola makan, riwayat infeksi, dan ekspos terhadap zat kimia tertentu dapat berperan dalam
terjadinya penyakit.

Selain itu, juga diketahui terdapat kelompok yang punya kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami
penyakit autoimun. Misalnya sebagian penyakit autoimun lebih sering terjadi pada wanita atau ras
tertentu. Selain itu, penyakit seperti sklerosis kompleks dan lupus juga bisa dipengaruhi faktor genetik.

1 dari 2 halaman

Deteksi penyakit autoimun berbeda dengan cek kesehatan


biasa

Masih mengenai deteksi penyakit autoimun, dr. Sepriani juga mengatakan bahwa deteksinya berbeda
dengan medical check-up biasanya. Inilah yang menjadikan penyakit autoimun masuk dalam kategori
penyakit yang cukup kompleks untuk dideteksi.

Kepada KlikDokter, dr. Kartika Mayasari juga menambahkan, apabila penyakit autoimun
terdiagnosis, waktu pengobatannya pun terbilang lama. Ini karena penyakit autoimun tidak benar-
benar bisa disembuhkan. Pengobatan hanya dapat mengendalikan respons imun yang terlalu aktif
dan menurunkan peradangan yang terjadi. Obat yang digunakan untuk mengobati kondisi ini antara
lain obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dan naproxen, obat penekan kekebalan,
dan perawatan tertentu untuk menghilangkan gejala bengkak, kelelahan, serta ruam di kulit.

“Bila penderitanya mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olahraga secara teratur, itu bisa
membuatnya merasa lebih baik,” dr. Kartika menambahkan.

Cek kesehatan reguler tetap penting


Meski medical check-up biasa tak bisa mendeteksi penyakit autoimun, tapi tetap saja cek kesehatan
ini penting untuk dilakukan secara rutin. Rekomendasi dari dr. Sepriani, orang yang sudah berusia di
atas 30 tahun sebaiknya melakukan cek kesehatan reguler setidaknya setahun sekali.

“Cek kesehatan reguler bisa mendeteksi penyakit-penyakit berbahaya lainnya. Jadi, setidaknya
dengan melakukannya secara berkala, Anda bisa mengurangi risiko fatal dari penyakit yang
(misalnya) sudah ada,” tegas dr. Sepriani. Selain tes kesehatan fisik, dr. Sepriani juga menyarankan
Anda untuk melakukan tes darah dan skrining pap smear (khusus wanita).

Kesimpulannya, penyakit autoimun memang tidak bisa dicegah dengan hanya melakukan cek
kesehatan biasa. Seperti yang disebut sebelumnya, penyakit ini hanya bisa dideteksi setelah
penderitanya mengalami gejala yang khas selama beberapa waktu, itu pun dengan proses diagnosis
yang cukup panjang. Meski demikian, Anda tetap disarankan melakukan cek kesehatan secara rutin
untuk membantu mendeteksi kemungkinan adanya penyakit berbahaya lainnya.

You might also like