Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
mengkonsumsi makanan yang bisa meningkatkan asam lambung
(Maulidah, 2006).
Penelitian Rahmawati (2010) menyebutkan beberapa faktor
presdiposisi dalam munculnya kekambuhan gastritis adalah karakteristik
responden, stres psikologis, dan perilaku konsumsi. Berdasarakan
penelitiannya mengenai hubungan antara karakteristik responden, stres
psikologis, perilaku makan dan minum dengan kekambuhan penyakit
gastritis di puskesmas Lamongan tahun 2010 didapatkan hasil adanya
hubungan antara stres psikologi dengan kekambuhan gastritis dengan
prevelensi rasio 2,19 untuk responden yang sangat rentan stres psikologis
dan prevelensi rasio 2,83 untuk responden yang rentan stres psikologi.
Penelitian tersebut sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Juanl,
Min,Yi-Hai & Su-Ying, 2009 di sebuah rumah sakit daerah Ghoungzhou
China didaptakan hasil penelitian bahwa faktor utama terjadinya gastritis
kronis karena stres, kelelahan, dan pola makan.
Menurut Charlesworth & Nathan (1984) seperti yang dikutip oleh
Prio (2009) faktor utama peyebab terjadinya penyakit gastritis dan
merupakan faktor yang menyebabkan kekambuhan penyakit gastritis
adalah stres. Penelitian Wolf (1965, dalam Greenberg, 2002) juga
mendukung pernyataan tersebut dengan mengemukakan bahwa efek stres
pada saluran pencernaan antara lain menurunkan saliva sehingga mulut
menjadi kering, menyebabkan kontraksi yang tidak terkontrol pada otot
esophagus sehingga menyebabkan sulit untuk menelan, peningkatan asam
lambung.
Vincen Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000)
dalam Prio (2009) berpendapat bahwa yang dimaksud stres adalah
gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun
penampilan individu di dalam lingkungan tersebut. Sehingga bisa
disimpulkan stres merupakan faktor yang berpengaruh dalam kekambuhan
gastritis hal ini didukung oleh penelitian Goldberg, Smith, & Connell
(1976) bahwa tekanan emosional atau faktor stres sangat berpengaruh
2
terhadap abnormalitas mukosa lambung. Stres juga menyebabkan
perubahan hormonal dalam tubuh merangsang produksi asam lambung
dalam jumlah berlebihan. Akibatnya lambung terasa sakit nyeri, mual,
mulas bahkan bisa luka atau disebut tukak lambung. Gastritis yang tidak
ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah
kepada keparahan yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.
WHO menyatakan stres merupakan epidemi yang menyebar ke
seluruh dunia. The American Institute of Stress meyatakan bahwa
penyakit-penyakit yang berkaitan dengan stres telah menyebabkan
kerugian ekonomi. Sakit dan kecelakaan yang dialami akibat kondisi stres
telah mengambil bagian tiga perempat dari alasan ketidakhadiran
seseorang dalam rutinitas kerja. Losyk (2005) dalam bukunya menyatakan
mengenai pengaruh stres terhadap sistem pencernaan, bahwa ketika
sedang dilanda stres berat kelenjar liur dapat menghentikan aliran air liur
atau mulut menjadi kering, lambung meningkatkan sekresi asamnya
sehingga menimbulkan zat asam, rasa mual dan luka.
Penyakit gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari
semua tingkat usia maupun jenis kelamin tetapi dari beberapa survey
menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia produktif.
Pada usia produktif masyarakat rentan terserang gejala gastritis, dari
tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan
serta stres yang mudah terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan
yang bisa menyebabkan munculnya gejala gastritis. Meskipun itu tidak
jarang masyarakat masih beranggapan bahwa gastritis timbul hanya karena
faktor asupan makanan atau telat makan. Berdasarkan data-data tersebut
penulis tertarik untuk membuat makalah tentang patofisiologi penyakit
gastritis.
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui definisi dari gastritis ?
2. Agar dapat mengetahui klasifikasi dari gastritis ?
3. Agar dapat mengetahui etiologi dari gastritis ?
4. Agar dapat mengetahui manifestasi klinis dari gastritis ?
5. Agar dapat mengetahui patofisiologi dari gastritis ?
6. Agar dapat mengetahui komplikasi dari gastritis ?
7. Agar dapat mengetahui pencegahan dari gastritis ?
8. Agar dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik dari gastritis ?
9. Agar dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit
gastritis ?
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan asuhan
keperawatan gastritis
2. Bagi Instansi Terkait (Sekolah)
Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai
asuhan keperawatan gastritis.
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca
terutama berkaitan dengan patofisiologi gastritis.
E. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini akan diuraikan secara singkat dalam bentuk per bab
untuk mendapatkan gambaran secara jelas.Karya tulis ini disusun dalam
lima bab, yaitu :
BAB I: Pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan umum dan khusus,
metode penelitian,sistematika penulisan.
BAB II : Konsep dasar, meliputi pengertian, anatomi dan fisiologi,
etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi,
penatalaksanaan,pengkajian fokus, pemeriksaan diagnostik, pathways
keperawatan, diagnosa keperawatan, fokus intervensi dan rasional.
4
BAB III : Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Anatomi
Gambar 1.
6
Anatomi Lambung www.google.com ( gambar lambung ) Lambung
adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak
terutama didaerah epigaster, dan sebagian di sebelah kiri daerah
hipokondriak dan umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan osofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah
diapragma di depan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus
uteri.
7
duodenum dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya
aliran balik isi usus halus ke dalam lambung.
8
c. Lapisan oblik, lapisan yang paling dalam merupakan lanjutan
lapisan otot sirkuler esofagus dan paling tebal pada daerah fundus
dan terbentang sampai pilorus.
c. Lapisan submukosa
9
Struktur syaraf penyokong lambung :Persyarafan lambung
sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan
duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus
vagus mencabangkan ramus gastrik, pilorik, hepatik, dan seliaka.
C. Fisiologi
10
kandung empedu dan pankreas. Setiap kondisi yang serius mengganggu
absorbsi atau sekresi normal cairan GI, dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan.
11
sementara. Permulaan menelan, otot mulut dan lidah kontraksi secara
bersamaan(Setiadi, 2007).
3. Esofagus
12
4. Lambung
13
Didalam lambung, makanan disimpan untuk sementara dan
secara mekanis dan kimiawi dipecah untuk dicerna dan di absorbsi.
Lambung menyekresi asam hidroklorida (HCI), leher, enzim pepsin,
dan faktor intrinsik. Konsentrasi HCI mempengaruhi keasaman
lambung dan keseimbanga asam-basa tubuh. HCI membantu
mencampur dan memecah makanan di lambung. Lendir melindungi
mukosa lambung dari keasaman dan aktifitas enzim. Pepsin mencerna
protein, walaupun tidak banyak pencernaan yang berlangsung
dilambung. Faktor intrinsik adalah komponen penting yang di
butuhkan untuk absorbsi vitamin B12 didalam usus dan selanjutnya
untuk pembentukan sel darah merah normal. Kekurangan faktor
intrinsik ini mengakibatkan anemia pernisiosa.Sebelum makanan
meninggalkan lambung, makanan diubah menjadi makanan semicair
yang disebut kimus. Kimus lebih mudah dicerna dan diabsorbsi dari
pada makanan padat. Klien yang sebagian lambungnya diangkat atau
yang memiliki pengosongan lambung yang cepat (seperti pada
gastritis) dapat mengalami masalahpencernaan yang serius karena
makanan tidak dipecah menjadi kimus(Potter, 2005)
5. Usus halus
14
Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan
getah usus yang menyempurnakan makanan :
a) Enterokinase, mengaktifkan enzim tripsinogen pankreas
menjadi tripsin yang kemudian mengurai protein dan peptida
yang lebih kecil.
b) Aminopeptidase, Tetrapeptidase, dan Dipeptidase yang
mengurai peptida menjadi asam amino bebas.
c) Amilase usus, yang menghidrolisis zat tepung menjadi
Disakarida
(Setiadi, 2007)
15
sehingga memungkinkan absorbsi. Kimus berjalan perlahan melalui
usus halus untuk memungkinkan absorbsi.
Kebanyakan nutrisi dan elektrolit diabsorbsi dadalam usus
halus. Enzim dari pankreas (misal amilase) dan empedu dari kandung
empedu dilepaskan kedalam duodenum. Enzim di dalam usus halus
memecah lemak, protein, dan karbohidrat menjadi unsur-unsur dasar.
Nutrisi hampir seluruhnya diabsorbsi oleh duodenum dan jejunum.
Ileum mengabsorbsi vitamin-vitamin tertentu, zat besi, dan garam
empedu. Apabila fungsi ileum terganggu, proses pencernaan akan
mengalami perubahan besar. Inflamasi, reseksi bedah, atau obstruksi
dapat mengganggu peristaltik, mengurangi area absorbsi, atau
menghambat aliran kimus (Potter, 2005).
6. Usus besar
16
d) Penyiapan selulosa yang berupa hidrat arang dalam
tumbuhtumbuhan, buah-buahan, dan sayuran hijau. (Setiadi,
2007)
Usus besar dibagi menjadi tiga,
antara lain :
a) Sekum,
Kimus yang tidak diabsorbsi memasuki sekum melalui
katup ileosekal. Katup ini merupakan lapisan otot sirkular yang
mencegah regurgitasi dan kembalinya isi kolon ke usus halus.
b) Kolon
17
diabsorbsi sehingga terbentuk masa feses yang keras,
mengakibatkan konstipasi.
Kolon melindungi dirinya dengan melepaskan suplai
lendir. Lendir dalam kondisinormal berwarna jernih sampai
buram dengan konsistensi berserabut. Lendir melumasi kolon,
mencegah trauma pada dinding bagian dalamnya. Lubrikasi
terutama penting pada ujung distal kolon, tempat isi kolon
menjadi lebih kering dan lebih keras.Fungsi sekresi kolon
membantu keseimbangan asam-basa. Bikarbonat disekresi
untuk mengganti klorida. Sekitar 4 sampai 9 mEq kalium
dilepaskan setiap hari oleh usus besar. Perubahan serius pada
fungsi kolon, seperti diare, dapat mengakibatkan ketidak
seimbangan elektrolit.
Ahirnya, kolon mengeliminasikan produk buangan dan
gas (flatus). Flatus timbul akibat menelan gas, difusi gas dari
aliran darah ke dalam usus, dan kerja bakteri pada karbohidrat
yang tidak dapat diabsorbsi. Fermentasi karbohidrat (seperti
yang terjadi pada kubis dan bawang) menghasilkan gas didalam
usus, yang dapat menstimulasiperistaltik. Orang dewasa dalam
kondisi normal menghasilkan 400 sampai 700 ml flatus setiap
hari.Kontraksi peristaltik yang lambat menggerakan isi usus ke
kolon. Isi usus adalah stimulus utama untuk terjadinya
kontraksi. Produk buangan dan gas memberikan tekanan pada
dinding kolon. Lapisan otot meregang,menstimulasi reflek
yang menimbulkan kontraksi. Gerakan peristaltik
masamendorong makanan yang tidak tercerna menuju rektum.
Gerakan ini hanya terjadi tiga sampai empat kali sehari, tidak
seperti gelombang peristaltis yang seering timbul didalam usus
halus
18
c) Rektum
7. Defekasi
19
f) Dan bau berasal dari kerja bakteri.
D. Klasifikasi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada
sebagian besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna.
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:
2. Gastritis Kronis
Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut :
a. Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema ,
serta perdarahan dan erosi mukosa.
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan
mukosa pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya
nodulnodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis,
dan hemoragik.
20
E. Etiologi
21
F. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada
pasien yang mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis
NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida
(HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan
mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk
memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya
vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang
memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi
mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia
juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena
kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan.
Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat
juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang
dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan(Price dan Wilson, 2000)
2. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory )
Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A (
sering disebut sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel
parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini
dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan
terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut
22
sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah
lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor
diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan
alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung. (Smeltzer dan
Bare, 2001
23
G. Pathway
Mual
MK: resiko muntah
kekurangan cairan
Anoreksia
24
H. Manifestasi Klinis
2. Gastritis Kronis
I. PemeriksaanDiagnosik
25
5. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernah melewati mukosa muskularis.
6. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam noktura
7. l penyebab ulkus duodenal.
J. Penatalaksanaan
26
d. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan
cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan
pepsin yang menyebabkan iritasi.
e. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi
pilorus.(Dermawan, 2010)
27
disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor instrinsik(Smeltzer,
2001)
3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
a) Tirah baring
b) Mengurangi stress
c) Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral
pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti
pudding, agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah
12 – 24 jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya
ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang
kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari
makanan yang berbumbu banyak atau berminyak. (Dermawan, 2010)
K. Komplikasi
28
nadi perifer lemah
pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status
syok, nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),
perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE,
misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area
gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda :
- nyeri tekan abdomen, distensi
- bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah
perdarahan.
- karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-
kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat
terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
- haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
Gejala :
- anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
- masalah menelan : cegukan
- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
29
6. Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau
tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi
mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
7. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung
tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada
volume sirkulasi / oksigenasi).
8. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
- nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan
hilang dengan makan (gastritis akut).
- nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung
terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus
gaster).
- nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi
kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang
dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
- tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
- faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
9. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
30
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar
(menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
B. Diagnose
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan
masukan nutrient yang tidak adekuat
C. Intervensi
31
nutrient yang -Adanya yang 3) Monitor
dibutuhkan lingkunga
tidak adekuat peningkatan
pasien n selama
berat badan makan
sesuai dengan 3) Anjurkan
pasien 4) Melihat
tujuan klien
untunk adanya
meningkatka rambut
n intake Fe kusam
-Berat badan dan patah
sesuai dengan 4) Ajarkan
tinggi badan pasien
bagaimana
klien membuat
catatan
makanan
-Tidak ada harian
tanda-tanda
mal nutrisi
32
terhadap
penambah
-Tekanan
an cairan
darah normal ,
nadi dan suhu 5) Monitor
adanya
tubuh
tanda
gagal
ginjal
33
-Mampu n nyeri
mengenali 4) Kaji kultur
yang
rasa nyeri
memeprngaru
-Menytakan hi respon
nyeri
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
34
as
kembali
35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung dan submukosa
lambung yang bersifat secara akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi
dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga menyebabkan
kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan erosi pada
lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa
dispepsia atau indigesti.
B. Saran
1. Pola makan haruslah teratur,guna mencegah penyakit gastritis atau
radang lambung
2. Hindarilah makanan-makanan yang bertekstur keras dan makanan
pedas, asem, dan yang mengandung alcohol.
3. Hindarilah makanan yang berlemak karena dapat merangsang perut
mual.
36