You are on page 1of 14

PENDIDIKAN MADRASAH SEBAGAI SUB-SISTEM

PENDIDIKAN NASIONAL

Adi Kasman
Program Doktoral, Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Email: adi_payalumpat@yahoo.co.id

Abstrak

Secara historis pendidikan dalam bentuk madrasah tidak bisa diisolasikan dalam
sirah perjalanan bangsa Indonesia, pendidikan di madrasah merupakan kunci inti, satu-
satunya lembaga pendidikan yang telah lama tumbuh dan berkembang di Indonesia
sebelum pemerintah kolonial Belanda datang dan memperkenalkan sistem sekolah pada
abd ke-19. Kehadiran kolonial penjajah membuat sistem pendidikan menjadi dualisme
coraknya, dimana pendidikan Islam di madrasah pada saat itu terus berjalan dalam
rangka memperluas dan memperdalam ilmu pendidikan tentang ke-Islaman bagi warga
negara bangsa Indonesia yang beragama Islam dan dilain sisi sekolah yang dibangun
pemerintah kolonial juga terus berjalan. Keduanya berjalan dalam kondisi yang sangat
berbeda baik dalam pemberian materi pembelajaran maupun dalam segi performencenya.

Abstract

Historically education in the form of madrasah can not be isolated in the history
of the nation of Indonesia, education in madrasah is the core key, the only educational
institution that has long been growing and developing in Indonesia before the Dutch
colonial government came and introduced the school system on the 19th abd. The colonial
presence of the colonials made the education system into a duality of its style, where
Islamic education at the madrasah at that time continues to run in order to expand and
deepen the science of education about the Islamization for Indonesian nationals who
are Muslims and on the other side of the school built by the colonial government also
continues to run . Both run in very different conditions both in the provision of learning
materials and in terms of performance.

Adi Kasman: Pendidikan Madrasah Sebagai Sub-Sistem ... | 47


A. Pendahuluan untuk mencari, mengembangkan,
memelihara, serta menggunakan ilmu
Sebagai sub sistem pendidikan
dan perangkat teknologi atau ketrampilan
nasional, agar tidak tereliminasi dari
demi kepentingan manusia sesuai dengan
mainstream pendidikan nasional, lembaga
ajaran Islam yang merupakan proses
pendidikan Islam khususnya madrasah
pelestarian dan penyempurnaan kultur
harus segera mereposisi diri sesuai dengan
Islam yang selalu berkembang dalam
semangat perubahan pada era globalisasi
suatu proses transformasi budaya yang
ini. Meskipun harus jujur diakui, bahwa
berkesinambungan di atas konstanta
tantangan yang dihadapi oleh madrasah
wahyu yang merupakan nilai universal
lebih besar dan berat dibanding dengan
(Feisal, 1995:96). Pendidikan yang
sekolah umum, terutama bila dikaitkan
diselenggarakan di madrasah sama dengan
dengan realitas objektifnya (Supa’at, 2008),
tujuan yang diharapkan dalam syariat
di mana secara umum lembaga pendidikan
Islam, yaitu aturan-aturan hidup yang telah
Islam menghadapi problem internal yang
digariskan dalam agama Islam yang salah
belum terselesaikan sampai sekarang.
satunya adalah terciptanya perilaku yang
Karenanya, sebagai subsistem pendidikan
religius, yaitu beriman, bertaqwa, dan
nasional, pendidikan Islam di madrasah
berakhlak mulia (Ahmad, 1978:35).
harus benar-benar direposisikan agar bisa
Ahmad Tafsir, menjelaskan
menjalankan tujuan khusus yang harus di
kegagalan sistem pendidikan nasional kita
capai, dan tercapainya tujuan tersebut akan
adalah ada ketidaksesuaian antara Pancasila
menunjang pencapaian tujuan pendidikan
dan UUD 1945 dengan UU Nomor 20/2003.
nasional secara keseluruhan yang menjadi
UUD 45 harus menurunkan seluruh nilai
suprasistennya.
yang ada di dalam Pancasila. Nilai pertama
Jika berbicara masalah
dan yang paling utama dalam pancasila
problematika bangsa ini, termasuk di
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa nilai
bidang pendidikan, boleh dipopulerkan
ini adalah core Pancasila. Nilai ini turun
dengan istilah unfinish country, yaitu
dengan sempurna dalam UUD 45 dengan
negara yang tidak pernah tuntas dalam
bukti ungkapan “atas berkat Rahmat Allah
berbagai bentuk problematikanya. Maka
Yang Maha Esa”. Jadi  core (inti)  UUD
tentu banyak hal yang perlu diluruskan,
45 adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
lebih-lebih dalam bidang pendidikan, baik
Namun agak disayangkan inti  itu semua
pendidikan di sekolah dan pendidikan di
tidak turun secara sempurna ke dalam UU
madrasah.
Nomor 20/2003 yang berbunyi bahwa
Pendidikan yang dilaksanakan di
pendidikan nasional bertujuan untuk
madrasah pada hakikatnya juga merupakan
mengembangkan potensi peserta didik
upaya atau proses, pencarian, pembentukan,
agar menjadi manusia yang beriman dan
dan pengembangan sikap dan prilaku
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

48 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, utuh kepada manusia, masyarakat dan
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara dunia pada umumnya. Dengan cara
yang demokratis serta bertanggung  jawab. demikian maka seluruh aspek kehidupan
(http://makalah28.blogspot.co.id/2015/11/ manusia akan mendapatkan sentuhan-
makalah-pendidik an-islam-sebagai.html) sentuhan ilahiyah yang transendental.
Pasal ini menurut Tafsir masih Sebagai lembaga Pendidikan Islam
belum secara konkrit menyatakan dalam bentuk madrasah, ada berbagai
keimanan menjadi inti pendidikan upaya peningkatan kualitas madrasah,
nasional. Sehingga inilah yang menjadi baik dari segi kelembagaan, sumber
pokok permasalahan dan akibatnya parah daya manusia, maupun  kurikulum, pada
sekali dimana keimanan tidak menjadi dasawarsa terakhir ini, mulai menemukan
inti kurikulum sekolah, selanjutnya momentum ketika UU No.2/1989
pelaksanaan pendidikan disekolah tidak kemudian diperkuat oleh UU No. 20/2003
menjadikan pendidikan keimanan sebagai tentang Sistem Pendidikan Nasional
inti semua kegiatan pendidikan dan lebih (Sisdiknas) ditetapkan. Pada perkembangan
jauh lulusan sekolah kita tidak memiliki berikutnya, konsep kesederajatan madrasah
keimanan yang kuat. melalui peningkatan kualitas madrasah
Tetapi setidak-tidaknya telah ditetapkan dalam UU no, 20/2003 tersebut. 
nampak bahwa UU Sisdiknas menjadi Merujuk pada UU tersebut, madrasah
penengah sehingga, ada integrasi menjadi subsistem, bahkan  bagian yang
interkoneksi antara pendidikan di madrasah integral dari sistem Pendidikan Nasional.
dengan pendidikan nasional. Oleh karena itu status madrasah sebagai
Dengan adanya peraturan lembaga Pendidikan “kelas dua” tidak lagi
pemerintah tersebut diharapkan pendidikan menemukan justifikasinya, paling tidak
di madrasah menjadi pendidikan yang secara legal formalistis, karena berkat UU
mendasarkan konsepsinya pada ajaran itulah  status madrasah sama dan sederajat
tauhid. Dengan dasar ini maka orientasi dengan sekolah-sekolah umum yang berada
pendidikan Islam di madrasah diarahkan di bawah naungan Kementrian Pendidikan
pada upaya mensucikan diri dan dan kebudayaan. 
memberikan penerangan jiwa, sehingga Dengan demikian, penerapan  UU
setiap manusia mampu meningkatkan No.20/2003 dan UU No. 2/1989 merupakan
dirinya dari tingkatan iman ke implementasi dari komitmen pemerintah
tingkat ihsan  yang melandasi seluruh untuk mengintegrasikan madrasah ke
bentuk kerja kemanusiaannya (amal saleh). dalam  Sistem Pendidikan Nasional.
Dengan demikian pendidikan Islami tidak Dalam UU No. 2/1989, misalnya sejumlah
lain adalah upaya mengefektifkan aplikasi peraturan yang mengiringinya, madrasah
nilai-nilai agama yang dapat menimbulkan diredifinisikan sebagai “Sekolah umum
tranformsi nilai dan pengetahuan secara berciri khas Islam”. Dengan demikian,

Adi Kasman: Pendidikan Madrasah Sebagai Sub-Sistem ... | 49


dualisme  Sistem Pendidikan Nasional di Keagamaan. Pada PP ini terdapat pasal 12
tanah air yang terjadi selama ini, praktis ayat (1) yang menyebutkan Pemerintah
diruntuhkan dengan adanya UU tersebut.  dan/atau Pemerintah Daerah memberikan
Upaya tindak lanjut ke arah yang bantuan sumber daya pendidikan
lebih kongkret, tentu harus dilakukan agar kepada pendidikan Keagamaan. (http://
proses integrasi madrasah ke dalam  Sistem tamhadialbanna.blogspot.co.id/2013/01/
Pendidikan Nasional tidak terhenti “di atas revitalisasi-pendidikan-madrasah.html, di
kertas”. Perlu penelitian lebih serius, dengan akses 20 November 2016)
memasukkan pendekatan komparatif Sehingga, sebagai subsistem
(Comparative approach), membuat “cetak pendidikan nasional, pendidikan di
biru”  (blue print) juklak dan juknis serta madrasah bisa menjalankan tujuan khusus
memetakan pemecahan masalah (problem yang harus dicapai, dengan tercapainya
solving) untuk menjamin efketivitas dan tujuan tersebut akan menunjang
efesiensi proses dan manajemen pendidikan pencapaian tujuan pendidikan nasional
madrasah agar sesuai dengan desain dan secara komprehensif yang menjadi
tujuan besar integrasi madrasah ke dalam supresistennya. Visi pendidikan di
Sistem Pendidikan Nasional.  madrasah tentunya sejalan dengan visi
pendidikan nasioanal. Visi pendidikan
B. Pembahasan nasional adalah mewujudkan manusia
Indonesia yang takwa dan produktif
1. Pendidikan di Madrasah Era
sebagai anggota masyarakat Indonesia yang
Reformasi
bhinneka. Sedangkan misi pendidikan di
Setelah melalui perjuangan
madrasah sebagai perwujudan visi tersebut
panjang, pada era reformasi, keluarnya  UU
adalah mewujudkan nilai-nilai ke Islaman
No. 20/2003 tentang UUSPN, khususnya
di dalam pembentukan manusia Indonesia.
pasal 17 ayat 2 dan pasa 18 ayat 3, bahwa
Manusia Indonesia yang dicita-citakan
Madrasah diakui statusnya sederajat dengan
adalah manusia yang saleh dan produktif.
sekolah umum. Tetapi pengakuan  ini
Hal ini sejalan dengan trend
belum diwujudkan dalam bentuk bantuan
kehidupan era modern, agama dan intelek
Pemerintah kepada Madrasah. Apalagi
akan saling bertemu. Maka dengan misi
pernah beredar  SE Mendagri Moh. Ma’ruf,
tersebut pendidikan Islam di madrasah
tanggal 21 September 2005 No, 903/2429/
akan menjadi pendidikan alternatif dengan
SJ tentang pedoman penyusunan APBD
memiliki ciri khas yaitu pendidikan Islam
2006 yang melarang Pemerintah Daerah
yang ingin mengejawantahkan nilai-
mengalokasikan APBD kepada organisasi
nilai ke-Islaman. (http://marufi.blogspot.
vertikal (termasuk terhadap Madrasah).
co.id /2013/10/pendidikan-islam-sebagai-
Walaupun akhirnya  lahirlah PP  no. 55/2007
subsistem. html (di akses 24 agustus 2016)
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Menurut Azyumardi Azra &

50 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018
Jamhari (dalam J. Burhanudin, 2006:12), besar Departemen Agama, baik untuk
tantangan dan problem internal madrasah melanjutkan pelajaran maupun untuk
pasca modernisasi dan tantangan globalisasi lapangan pekerjaan (Haidar, 2013:47).
saat ini dan masa depan, secara umum Pada tahap ini madrasah belum dipandang
adalah terkait dengan tiga hal; (1) jenis sebagai bagian dari sistem pendidikan
pendidikan yang dipilih dan dilaksanakan; nasional, tetapi merupakan lembaga
(2) persoalan identitas kelembagaan; pendidikan di bawah Menteri Agama. Hal
dan (3) penguatan kelembagaan dan ini disebabkan sistem pendidikan madrasah
manajemen. menurut pemerintah (Departemen P&K)
Sejak diterapkannya sistem lebih didominasi “muatan-muatan agama,
pendidikan Islam di Indonesia pada awal menggunakan kurikulum yang belum
abad ke-20, madrasah telah menampilkan berstandar, memiliki struktur yang tidak
identitasnya sebagai lembaga pendidikan seragam, dan memberlakukan manajemen
Islam. Identitas itu tetap dipertahankan yang kurang dapat dikontrol oleh
kendatipun harus menghadapi berbagai pemerintah (Husni, 2005:17).
tantangan dan kendala yang tidak Fenomena dan anggapan yang
kecil, terutama pada masa penjajahan. miring terhadap pola pendidikan di
Sebagaimana diketahui, pada masa itu madrasah seperti itu tidak dapat diterima
banyak sekali peraturan-peraturan yang lagi dalam sub-sistem pendidikan nasional
ditarapkan oleh pemerintah Hindia di era reformasi, karena pada hakikatnya
Belanda, yang pada intinya tidak lain pendidikan Islam dalam konteks sistem
adalah untuk mengontrol atau mengawasi madrasah dijadikan sebagai bagian
madrasah karena pemerintah takut dari su-sistem pendidikan nasional yang
kebijakan tersebut akan muncul gerakan tujuannya untuk terwujud manusia-
atau ideologi perlawanan yang akan manusia yang cerdas dan trampil, insan
mengancam kelestarian penjajahan mereka kamil atau manusia yang memiliki nilai-
di bumi Indonesia ini. Ekses dari ketakutan nilai ritual shaleh di satu sisi dan juga
yang berlebihan itu mencapai puncaknya shaleh sosial di pihak lain, gambaran
ketika banyak madrasah yang ditutup yang dicita-citakan dan diidealkan ini
karena dianggap melanggar ketentuan yang secara implisit akan memberikan suatu
digariskan oleh pemerintah Hindia Belanda cerminan ciri kualitas masyarakat bangsa
saat itu (Maksum, 1999:76). Konsentrasi Indonesia seutuhnya sebagaimana yang
utama madrasah pada fase ini adalah digambarkan dalam Undang-Undang
pengembangan ilmu­ -ilmu agama, karena Sisdiknas (Malik, 1998:30). Dengan
itu ruang gerak madrasah lebih terbatas lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun
baik dari segi melanjutkan pelajaran 1989 dan disempurnakan dengan Undang-
maupun lapangan kerja. Tamatan madrasah Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
seperti halnya berada dan menjadi keluarga Pendidikan Nasional, ini memberikan

Adi Kasman: Pendidikan Madrasah Sebagai Sub-Sistem ... | 51


sinyal baik untuk memperkuat kedudukan Allah s.w.t sebagai wujud hamba-Nya yang
pendidikan Islam di madrasah dalam sistem shaleh dan taat pada semua perintah-Nya.
pendidikan nasional. Hal ini memberikan Azyumardi Azra pernah
isyarat tentang pengelolaan, mutu, memberikan ide dan pendapatnya,
kurikulum, pengadaan sumber dayanya, yakni sudah patut disyukuri karena
dan sebagainya yang memberikan arah pengakuan pendidikan Islam termasuk
kebijakan penyelenggaraan pendidikan madrasah dalam sub-sistem pendidikan
nasional juga berlaku terhadap kepentingan nasional. Namun di pihak lain katanya,
untuk pengembangan pendidikan Islam di pemantapan kedudukan pendidikan Islam
madrasah di Indonesia. Pengintergrasian itu sekaligus merupakan tantangan besar
pendidikan Islam di madrasah ke dalam yang memerlukan responsif positif dari
sub-sistem pendidikan nasional seperti para pemikir dan pengelola pendidikan
itu dalam arti yang positif dapat dimaknai Islam itu sendiri. Undang-Undang tersebut
bahwa pendidikan Islam yang diberikan di itu katanya dituntut adanya peningkatan
madrasah memiliki nilai-nilai spiritualty mutu pendidikan Islam khususnya mutu
valuational yang nyata bagi followers of pendidikan di madrasah. Hanya dengan
Islam dalam proses pembelajarannya bila respon yang tepat itu, pendidikan Islam
dibandingkan dengan institusi pendidikan di madrasah dapat memberikan harapan
lainnya, di mana pendidikan penanaman yang lebih fungsional dalam menghadapi,
nilai-nilai spiritualitas keagamaan sangat membekali, dan mempersiapkan anak didik
minim dan hanya dianggap sebagai mata untuk merespon serta menjawab tantangan
pelajaran ekstra kurikuler atau mata perkembangan zaman menuju Indonesia
pelajaran tambahan. modern yang terus sekian kompleks
Dengan kedua Undang-Undang (Azyumardi, 1999:58).
tersebut, posisi pendidikan Islam di Memasuki era reformasi,
madrasah sebagai sub-sistem pendidikan modernisasi dan globalisasi ini, diharapkan
nasional menjadi semakin mantap dan masa depan pendidikan Islam di madrasah
semakin kokoh sebagai bagian yang menjadi kiblat pendidikan Islam yang
integral dalam sistem pendidikan nasional. mendunia, hal ini sebagaimana yang
Pengukuhan dan pemantapan posisi dikatakan Menteri Agama, Lukman Hakim
pendidikan di madrasah dalam sub-sistem Saifuddin, dengan harapan:
pendidikan nasional itu tentu saja harus Indonesia sudah saatnya menjadi
disyukuri. Karena hal itu, menandakan qiblat Pendidikan Islam di dunia. Hal ini
secara implisit pengakuan bangsa ini akan karena beberapa aspek antara lain adalah
sumbangan besar pendidikan di madrasah kesiapan sumber daya manusia (SDM)
dalam upaya mendidik dan mencerdaskan yang handal, keberadaan Indonesia sebagai
anak bangsa, khususnya dalam peningkatan negara dengan penduduk Islam terbesar di
kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada dunia, beragamnya jenis satuan pendidikan

52 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018
Islam dan kondisi bangsa Indonesia dalam Islam di madrasah sekarang ini belum
hal keturunan dan pluralisme. Untuk mampu untuk merespon terhadap semua
itu para pelaku pendidikan Islam harus harapan yang diinginkan oleh semua
mempersiapkan diri dan meningkatkan pihak, menghadapi tantangan yang begitu
kualitas keilmuan untuk menjadikan kompleks baik internal maupun eksternal.
Indonesia sebagai qiblat pendidikan Sebagai sub sistem pendidikan nasional,
Islam. Selama ini ada kesan qiblat dan agar tidak tereliminasi dari mainstream
pusat pendidikan Islam berada di negara- pendidikan nasional, lembaga pendidikan
negara Timur Tengah yang menggunakan Islam khususnya madrasah harus segera
bahasa Arab. (http:/news.metrotvnews. mereposisi diri sesuai dengan semangat
com/read/2014/12/17/ 332981/Indonesia- perubahan pada era globalisasi ini.
layak-jadi-kiblat-pendidikan-islam-dunia. Meskipun harus jujur diakui tantangan
diakses 10 Oktober 2016) yang dihadapi oleh madrasah lebih besar
Untuk mengantisipasi serta dan berat dibanding dengan sekolah umum,
merespon itu semua, maka pendidikan Islam terutama bila dikaitkan dengan realitas
di madrasah dibutuhkan sebuah sistem objektifnya, di mana secara umum lembaga
pendidikan yang universalis-komprehensif pendidikan Islam menghadapi problem
secara kelembagaan dan keilmuan, ada internal yang belum terselesaikan sampai
keseimbangan antara nilai dan sikap, sekarang. Oleh karena itu timbul pertanyaan
kecerdasan emosional, kecerdasan bagaimana menciptakan pendidikan Islam
spiritual, ketrampilan serta kemampuan di madrasah bermutu? Untuk merespon
komunikasi, dengan sendirinya dibutuhkan itu ada beberapa faktor yang sangat erat
manusia-manusia unggul yang kreatif, kaitannya dengan peningkatan mutu
inovatif, responsif, intergritis, dinamis, (kualitas), yaitu: raw input (bahan baku),
berakhlaq al-karimah, penuh percaya diri, pendidik, sarana dan fasilitas, metode,
sangat menghargai waktu, serta melihat kurikulum, manajemen, lingkungan
dan menjadikan orang lain sebagai mitra (environment), proses pembelajaran.
untuk memakmurkan dan memajukan Semua aspek tersebut menjadi landasan
kehidupan berlandaskan prinsip-prinsip pokok bagi pengembngan pendidikan
dan tujuan akhir pendidikan Islam di Islam yang bermutu di madrasah, yaitu:
madrasah, yaitu untuk menghasilkan out- 1. Membangun pendidikan integrated
put yang beriman, bertaqwa, berilmu, fisik nonfisik (akal, qalb, nafs)
beramal sesuai dengan cita-cita “Dinul dan ketrampilan sehingga muncul
Islam”, ‫ ةرخآلاو ايندلا ىف ةنسح‬yaitu kecerdasan intelektual, emosional,
untuk memperoleh kebahagiaan sementara dan spiritual.
di dunia dan kebahagiaan yang hakiki dan 2. Memanfaatkan pengajaran yang
abadi di akhirat kelak nanti. berbasis teknologi globalisasi,
Namun realitas pendidikan teknologi pembelajaran jarak jauh,

Adi Kasman: Pendidikan Madrasah Sebagai Sub-Sistem ... | 53


penggunaan komputer, internet, saja. Oleh karena itu, proses modernisasi
teleconference, dan lain-lain. tersebut berlangsung secara ad hoc
3. Memperluas net-working (jaringan (sementara) dan parsial (tidak lengkap),
kerja sama) internasional (Haidar, sehingga modernisasi yang dilakukan
2013:200) kemudian cenderung bersifat involutif,
Pendidikan di madrasah sekarang yakni sekedar perubahan-perubahan yang
ini sama dengan sekolah-seolah lain hanya memunculkan kerumitan-kerumitan
dalam menghadapi, mengantisipasi dan baru dari pada terobosan-terobosan yang
merespon perkembangan zaman yang betul-betul bisa dipertanggungjawabkan,
begitu dahsyat tidak terbendung lagi, tidak baik dari segi konsep maupun viabilitas,
dapat memposisikan diri pada tataran yang kelestarian dan kontinuitasnya.
strategis, bahkan berada dalam kondisi Sebagai sub-sistem pendidikan
defensif (bertahan) atau hanya memiliki nasional, pendidikan Islam di madrasah
kemampuan yang biasa saja, belum dengan segala kekurangan yang ada itu
memiliki kemampuan obsesifitas yang di dalam Undang-Undang No.2 Tahun
brillian. Pendidikan Islam dalam sistem 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
ke-madrasahan yang sudah sekian lama yaitu untuk yang pertama kali pendidikan
tumbuh dan berkembang di bumi persada Islam merupakan telah menjadi sub-sistem
ini masih controversial (diperdebatkan/ dari pendidikan nasional. Hal ini telah
dipercekcokan) sebagai sistem pendidikan memberikan angin segar yang memberikan
yang conservatism (kolot) dan conventional suatu penafsiran pengelolaan, mutu secara
(bersifat adat), anggapan yang kontra-versi umum, kurikulum, tenaga pendidik dan
terhadap keberadaan madrasah seperti kependidikan, dan lain-lain yang mencakup
ini menjadikan umat Islam tidak bisa secara komprehensif yang meliputi
melahirkan inovasi-inovasi baru. penyelenggaraan pendidikan nasional juga
Azyumardi Azra (1999:40) lebih berlaku untuk pengembangan lebih lanjut
mempertajam lagi untuk menangkis pendidikan Islam dalam bentuk madrasah
anggapan yang sinis dan negatif terhadap di Indonesia. Dengan pengintegrasian
lembaga pendidikan Islam dalam bentuk pendidikan Islam di madrasah ke dalam sub-
madrasah, ia menyatakan: sistem nasional dituntut dengan berbagai
Modernisme dan modernisasi penyesuaian dalam pengertian yang positif.
sistem dan kelembagaan Pendidikan Islam Untuk itu berbagai macam problematika
di Indonesia yang berlangsung sejak awal yang menyangkut peningkatan mutu dalam
abad ke-20 hingga saat ini, nyaris tanpa berbagai aspek baik kognisi, afeksi, dan
melibatkan wacana epistemologi, dan psikomotorasinya perlu dikaji kembali
modernisasi sistem serta kelembagaan yang dalam prinsip hal-hal yang selama
Pendidikan Islam di Indonesia cenderung ini belum dibenahi untuk menghadapi dan
diadopsi dan diimplementasikan begitu mengantisipasi kemajuan zaman.

54 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018
Untuk menghadapi berbagai macam dalam keadaan damai maupun perang,
problematika tantangan zaman tersebut dan juga menyiapkan untuk menghadapi
dan sekaligus mensikapi serta mencarikan masyarakat dengan segala kebaikan dan
untuk menemui solusi yang lebih baik kejahatannya, manis dan pahitnya.
sebagai upaya untuk mengembangkan Sebagai sub-sistem pendidikan
dan memberdayakan sistem pendidikan di nasional, visi dan misi pendidikan Islam
madrasah, maka sudah saatnya para tokoh di madrasah tentu harus sesuai dan sejalan
pemikir, pemerhati, dan juga pengamat dengan visi dan misi pendidikan nasional.
pendidikan bangkit semangat jihadnya Visi pendidikan nasional tersebut tidak lain
untuk merekonstruksi dan mengkonstruksi, adalah mewujudkan manusia Indonesia
menawarkan ide, gagasan, dan konsep yang taqwa dan produktif sebagai anggota
pemikiran upto-date tentang konsep sistem masyarakat Indonesia yang bhinneka
pendidikan di madrasah yang efektif, (Tilaar, 2000:149). Pendidikan di madrasah
efisien, tepat guna dan berhasil guna untuk yang telah diakui dan telah dimasukkan
menjadi mediator pelaksana pendidikan kedalam sub-sistem pendidikan nasional
kepada masyarakat dalam semua tentu harus memiliki ciri khas yang sejati
tingkatannya. Sehingga sistem pendidikan dari pendidikan Islam tersebut. Hal ini
di madrasah yang ditawarkan tersebut akan tepat sekali menurut penulis apa yang
berfungsi sebagai jembatan pembudayaan dikatakan oleh Sarkowi Suyuti (dalam
umat manusia yang berlandaskan nilai- Malik, 1998:1), bahwa pendidikan Islam
nilai kultural yang Islami. harus memiliki tiga ciri khasnya yaitu:
Dengan demikian, uot-put sistem 1. Suatu sistem pendidikan yang
pendidikan di madrasah akan mampu didirikan karena didorong oleh
memenuhi tugasnya sebagai insan ciptaan hasrat untuk mengejawantahkan
Allah menjadi hamba-Nya yang sempurna nilai-nilai Islam;
dan terpilih sebagai khalifah-Nya di muka 2. Suatu sistem yang mengajarkan
bumi sebagaimana dalam ajaran Islam ajaran Islam dan;
itu sendiri, dan menjadi warga negara 3. Suatu Sistem pendidikan Islam
yang multi-guna. Hal ini sebagaimana yang meliputi kedua hal tersebut.
pendapat Yusuf Al-Qardhawi yang Di samping memiliki tiga ciri khas
dikutip oleh Azyumardi Azra (2000:5), tersebut, pendidikan Islam di madrasah
bahwa pendidikan Islam itu, tentu yang dalam perjalanan sejarah yang sangat
dimaksudkan di sini adalah pendidikan panjang yang tidak jarang mendapat
di madrasah bertujuan mendidik manusia tekanan dan kurang mendapat perhatian
seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan dari pemerintah dalam dua era, yaitu era
jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Orde Lama dan Era Orde Baru, namun
Untuk itulah, pendidikan di madrasah pendidikan Islam di madrasah telah
menyiapkan peserta didik untuk hidup baik berhasil dalam mengatasi situasi dan

Adi Kasman: Pendidikan Madrasah Sebagai Sub-Sistem ... | 55


kondisi mengarungi masa-masa kritisnya. yang lebih pokok dan utama
Kesulitan tersebut itu telah membawa hasil adalah sebagai pusat atau benteng
yang menggembirakan di mana pendidikan ketahanan moral dalam kehidupan
di madrasah telah menyandang tiga nilai mayoritas bangsa Indonesia
luhur, yaitu: (Hasbullah, 2007:155-156).
1. Nilai historis, di mana pendidikan Dari ketiga nilai tersebut itu, dapat
di madrasah telah survive baik dimaknai bahwa pendidikan dalam bentuk
pada masa kolonial hingga madrasah cukup besar kontribusinya
zaman kemerdekaan. Pendidikan terhadap kemajuan bangsa Indonesia ini
Islam dalam bentuk madrasah dalam melahirkan regenerasi yang siap
telah menyumbangkan nilai- mengemban amanah para pejuang yang
nilai yang sangat besar di dalam telah membela dan mempertahankan
kesinambungan hidup bangsa, kemerdekaan. Alasan tersebut itu
dalam kehidupan bermasyarakat, bisa terjawab di mana pendidikan di
dalam perjuangan bangsa Indonesia madrasah, meskipun banyak tantangan dan
dengan semangat jihad fi sabilillah hambatannya semenjak zaman kolonial,
untuk mencapai kemerdekaan. Di namun tetap survive, telah mampu
dalam invasi kebudayaan Barat, melahirkan insan-insan yang mantap
Pendidikan Islam di madrasah telah religi, memiliki nilai moralitas yang tinggi
menunjukkan keluhuran ketahanan sebagai modal untuk mempertahankan
ujiannya sehingga tetap eksis; keutuhan negara.
2. Nilai religius, pendidikan Islam di 2. Pendidikan di Madrasah Era
madrasah dalam perkembangannya Otonomi
telah menjaga dan memelihara nilai- Dengan otonomi dan desentralisasi
nilai agama Islam sebagai salah satu pendidikan tersebut yang dibarengi dengan
nilai luhur bangsa Indonesia, dan; aneka ragam tantangan kedepan, maka
3. Nilai moral, pada saat yang para pengelola pendidikan terutama
sama sampai kini dan seterusnya pendidikan di madrasah untuk melakukan
sampai kapan pun pendidikan nadhar atau perenungan dan penelitian
Islam di madrasah tidak bisa kembali apa yang harus diperbuat dalam
dikhawatirkan lagi sebagai sebuah menghadapi dan mengantisipasi fenomena
sentral pemelihara serta penumbuh tersebut, model-model pendidikan seperti
kembangkan nilai-nilai moral yang apa yang harus dibenahi dan yang perlu
berpegang teguh pada sumber ditawarkan di masa depan dalam konteks
pokok ajaran Islam yaitu al-Quran sistem madrasah, dimana out-put madrasah
dan Hadits. Pendidikan Islam di yang mampu mencegah atau mengatasi
madrasah, bukan hanya berfungsi fenomena-fenomena semacam itu. Inilah
sebagai pusat pendidikan, namun sebenarnya yang perlu dicari dan dikaji

56 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018
lebih mendalam secara terus menerus di guna dan berhasil guna dalam upaya
alam otonomi dan desentralisasi pendidikan menyelenggarakan pemerintahan,
(Muhaimin, 2006:87). pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan
Pelaksanaan otonomi dan kepada masyarakat, pemerintah Orde Baru
desentralisasi daerah di Indonesia dapat membentuk peraturan no 45 Tahun 1992
dilacak dalam kerangka konstitusi NKRI. tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh dengan titik berat pada Daerah Tingkat II.
Made Auwandi bahwa, dalam UUD 1945 Peraturan ini merupakan pelaksanaan Pasal
terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan 11 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun
yakni, nilai unitaris dan nilai desentralisasi 1974 yang mengatur titik berat Otonomi
teritorial. Nilai dasar unitaris diwujudkan Daerah diletakkan pada Daerah Tingkat
dalam pandangan bahwa Indonesia tidak II, dan ayat (2) yang mengamanatkan
akan mempunyai kesatuan pemerintah lain pelaksanaannya diatur dengan peratruran
di dalamnya yang bersifat negara. Artinya pemerintah (Hendratno, 2009:148).
kedaulatan yang melekat pada rakyat, Seiring berjalan waktu, pergeseran sistem
bangsa dan negara Republik Indonesia pemerintahan yang selama kurun waktu
tidak akan terbagi di antara kesatuan- sebelum terjadi peristiwa reformasi
kesatuan pemerintahan. Sementara itu nilai tahun 1998, pendidikan di Indonesia
dasar desentralisasi teritorial diwujudkan berjalan secara dualisme (Sekolah dan
dalam penyelenggaraan pemeritahan di Madrasah), pemerintah pada saat itu
daerah dalam bentuk otonomi daerah. lebih memperhatikan dan mengutamakan
Dikaitkan dengan dua nilai dasar konstitusi pendidikan umum, meskipun pendidikan di
tersebut, penyelenggaraan desentralisasi madrasah juga tidak dikesampingkan akan
di Indonesia terkait erat dengan pola tetapi dari segi fasilitas dan pendanaannya
pembagian kekuasaan antara pemerintah jauh berbeda.
pusat dan pemerintah daerah. Hal ini karena Memasuki era reformasi dan
dalam penyelenggaraan desentralisasi globalisasi, upaya pemerintah untuk
selalu terdapat dua elemen penting, memperbaiki pendidikan madrasah di
yakni pembentukan daerah otonom dan Indonesia dapat dilihat komitmennya dalam
penyerahan kekuasaan secara hukum dari penyusunan UU Sisdiknas 2003, walaupun
pemerintah pusat ke pemerintah daerah perbaikannya belum dilakukan secara
untuk mengatur dan mengurus bagian- mendasar, sehingga terkesan seadanya
bagian tertentu urusan pemerintahan. saja. Usaha pembaharuan dan peningkatan
(http://ejournal.narotama.ac.id/.../ pendidikan di madrasah sering bersifat
Konsepsi%20Dasar%20Otonomi%20Da sepotong-sepotong atau tidak komprehensif
(di akses 27 oktober 2016). dan menyeluruh serta sebagian besar
Untuk menyelenggarakan sistem dan lembaga pendidikan madrasah
otonomi daerah yang lebih berdaya belum dikelola secara professional (Hujair,

Adi Kasman: Pendidikan Madrasah Sebagai Sub-Sistem ... | 57


2004:9). Kondisi seperti ini sebenarnya didesentralisasikan pengelolaan sistem
sangat bertolak belakang bila dilihat secara pendidikan itu adalah menjadi kewenangan
seksama dengan UU No. 2 Tahun 1989 yang yang lebih besar diberikan pemerintah
mengandung mutiara-mutiara yang baik pusat menjadi tanggung jawab kabupaten/
dari segi pendidikan, termasuk pendidikan kota untuk mengurus dan mengelolanya
di madrasah. Namun dalam aktualisasi dan sesuai dengan keinginan dan potensi
manajemennya memang masih cenderung daerah. Otonomi Daerah dan desentralisasi
sentralisme, pelaksanaanya terdapat pendidikan memang tidak dengan
ketidaksesuaian karena pendidikan telah sendirinya akan melemahkan tumbuh
menjadi alat politik, atau alat politik berkembangnya perasaan nasional yang
penguasa (Tilaar, 2000:173). Pada hal sehat. Tetapi otonomi dan desentralisasi
otonomi daerah tersebut mendorong cenderung memberi prioritas kepada
kemandirian daerah secara harmonis dan penghayatan-penghayatan nasionalisme
berlomba-lomba secara luas (fair) dengan yang konkrit. Desentralisasi dalam otonomi
daerah lain. Pemerintah Pusat cukup daerah dewasa ini merupakan langkah
memberi arah dan menjaga kestabilan yang logis, setelah cukup mempunyai
politik dan ekonomi nasional. Apa yang pengalaman selama puluhan tahun yang
sudah dapat dan bakal dikerjakan daerah silam.
sendiri, maka mereka harus didorong untuk Dengan otonomi daerah dan
merealisasikannya (Marbun, 2005:ix). desentralisasi pendidikan, apalagi otonomi
Pergeseran pendekatan sistem khusus yang diberikan pemerintah pusat
pemerintahan yang selama kurun waktu untuk Aceh. Otonomi khusus untuk Aceh
sebelum terjadi reformasi bersifat termaktub dalam Undang-undang otonomi
sentralistik semua lembaga pendidikan khususnya yaitu, UU No. 18 Tahun 2001
termasuk madrasah hanya menjalankan tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi
kebijakan-kebijakan pemerintah pusat. NAD, menyebutkan bahwa Provinsi
Pasca reformasi 21 Mei 1998, sistem Daerah Istimewa Aceh diberi otonomi
pemerintahan menjadi desentralistik, yaitu khusus dalam kerangka Negara Kesatuan
sejak diberlakukannya UU RI No. 22 Republik Indonesia. Sedangkan UU
Tahun 1999 yaitu tentang otonomi daerah No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah
telah mempengaruhi dalam berbagai Aceh menyebutkan bahwa Aceh adalah
bidang sendi-sendi kehidupan bangsa. daerah provinsi yang merupakan kesatuan
Salah satunya adalah bidang pendidikan, masyarakat hukum yang bersfat istimewa
dimana dalam pasal 11 ayat 2 UU RI dan diberi kewenangan khusus untuk
No. 22 tersebut itu dijelaskan bahwa mengatur dan mengurus sendiri urusan
pendidikan merupakan salah satu urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
bidang pemerintahan yang pengelolaannya setempat sesuai dengan peraturan dan
didesentralisasikan. Implikasi dari perundang-undangan dalam sistem

58 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018
dan prinsip Negara Kesatuan Republik karena itu, negara berkewajiban untuk
Indonesia berdasarkan Undang-Undang mengembangkan sistem pendidikan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun di madrasah sebagai salah satu jenis
1945, yang dipimpin oleh seorang gubernur. pendidikan keagamaan dalam sistem
Jika disandingkan, dapat disimak pendidikan nasional.
bahwa tidak terdapat perbedaan yang Paradigma dalam perspektif
mendasar antara konsep “otonomi” dan Pemerintah Pusat, di mana ada dua tujuan
“otonomi khusus” dalam regulasi di utama kebijakan otonomi daerah. Pertama,
atas. Keduanya bermakna sama, yaitu untuk mempercepat terealisasikan
kewenangan, yang melekat pula hak kemakmuran rakyat melalui peningkatan,
dan kewajiban, untuk mengatur dan pelayanan, pemberdayaan, dan peran
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan serta masyarakat, serta peningkatan daya
kepentingan masyarakat setempat. Hal ini saing daerah dengan memperhatikan
juga tidak berbeda dengan muatan pada prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
pasal 2 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 keistimewaan, dan kekhususan suatu
yang menyebutkan bahwa Pemerintah daerah dalam bingkai Negara Kesatuan
daerah menjalankan otonomi seluas- Republik Indonesia. Kedua, untuk
luasnya, kecuali urusan yang menjadi meningkatkan efektifitas dan efisiensi
urusan Pemerintah (pusat), dengan tujuan penyelenggaraan pemerintah daerah.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Penerapan otonomi daerah tersebut
pelayanan umum, dan daya saing daerah. untuk dapat mengembangkan kesetaraan
kebijakan guna meningkatkan partisipasi
C. Kesimpulan siyasah pemerintah daerah dalam rangka
demokratisasi dan penyelenggaraan
Pendidikan di madrasah merupakan
pembangunan sehingga daerah benar-
bagian yang integral dari Sistem
benar dapat mewujudkan visi dan misinya
Pendidikan Nasional. Sebagai bagian dari
dalam rangka mengisi dan menjalankan
sistem pendidikan nasional, pendidikan
undang-undang otonomi daerah tersebut,
di madrasah mendapat legitimasi untuk
sehingga tidak ada kesan bahwa pemerintah
eksis dan mendapatkan tempat untuk
pusat hanya sekedar memberi peluang
hidup dan berkembang di Indonesia untuk
untuk daerah mengurus lajunya sistem
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi
pemerintahan di bawah otoritas pemerintah
masyarakat Islam sebagai warga mayoritas.
pusat.
Akomodasi negara terhadap sistem
pendidikan di madrasah menjadikan sistem
Daftar Pustaka
dan lembaga pendidikan Islam memiliki Agung Djojosoekarto, dkk, Kebijakan
landasan kuat untuk dikembangkan dengan Otonomi Khusus Di Indonesia,
support dana dan atensi dari negara. Oleh Cet. I, (Jakarta: Kemitraan Bagi
Pembaruan Tata Pemerintahan di

Adi Kasman: Pendidikan Madrasah Sebagai Sub-Sistem ... | 59


Indonesia, 2008) Islam, Membangun Masyarakat
Madani Indonesia, (Yokyakarta:
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Safiria Insania Press, 2003)
Pendidikan Islam, (Bandung: Al-
Ma’arif, 1978) Husni Rahim, Madrasah Dalam Politik
Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta :
Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Logos, 2005)
Madani, (Bandung: Rosda Karya,
2000) J. Burhanudin & Dina A., Eds., Mencetak
Muslim Modern: Peta Pendidikan
Azyumardi Azra, PENDIDIKAN ISLAM Islam Indonesia, (Jakarta,PT Raja
Tradisi dan Modernisasi Menuju Grafindo Persada, 2006)
Milenium Baru, Cet. Pertama (PT.
Logos Wacana Ilmu, 1999) M. Hasbullah, Otonomi Pendidikan,
Kebijakan Otonomi Daerah
B.N. Marbun, Otonomi Daerah 1945-2005 dan Implikasinya Terhadap
Proses dan Realita Perkembangan Penyelenggaraan Pendidikan,
Otda, Sejak Zaman Kolonial (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
Sampai Saat Ini, (Jakarta : Sinar 2007)
Harapan, 2005)
Maksum, Madrasah, Sejarah dan
Edie Toet Hendratno, Negara Kesatuan, Perkembangnnya, (Jakarta, Logos
Desentralisasi dan Federalisasi, Wacana Ilmu, 1999)
(Yokyakarta: Graha Ilmu, 2009)
Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan
H.A.R Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Modernitas, (Bandung: Mizan,
Nasional. (Jakarta: Rineka Cipta, 1998)
2000)
Malik Fadjar, Visi Pembaruan Pendidikan
Haidar Putra Daulay, dkk, Pendidikan Islam, (Jakarta: LP3NI, 1998)
Islam Dalam Lintasan Sejarah,
Cetakan ke-1, (Jakarta: Prenada Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan
Media Group: 2013) Islam: Mengurai Benang Kusut
Dunia Pendidikan, (Jakarta: PT
http://makalah.blogspot.co.id, 2015 RajaGrafindo Persada, 2006)
http://marufi.blogspot.co.id, 2013 Supa’at, Paradigma Baru Pengelolan
http://tamhadialbanna.blogspot.co.id, 2013 Madrasah, Volume 3. No. 1
(Januari-Juni 2008)
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan
Islam, (Yogyakarta: Safiria Insania Yusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan
Press, 2004) Islam, Cetakan Pertama, (Jakarta:
GEMA INSANI PRESS, 1995)
Hujair Ah. Sanaky, Paradigma Pendidikan

60 | At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 10, No. 1, Juni 2018

You might also like