Professional Documents
Culture Documents
A. Diare
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga
seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit
yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang
hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus.
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk diinfus.
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb dan selanjutnya diteruskan
dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
Cara membuat dan memberikan oralit adalah pertama, cuci tangan dengan sabun cair lalu
bilas dengan air bersih, keringkan dengan handuk bersih. Kemudian sediakan satu gelas air
minum sekitar 200 cc lalu masukkan satu bungkus oralit yang dapat dibeli/diperoleh dari
Puskesmas kemudian aduk sampai larut dan langsung diberikan kepada penderita diare.
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : diare lebih sering,
muntah berulang, sangat haus, makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah, tidak
membaik dalam 3 hari.
B. ISPA
1. Pneumonia Berat
- Kirim segera ke RS (rujuk)
- Beri Anti Biotik (AB) satu dosis (Cotrimoxazole)
- Bila ada wheezing obati (Bronchodilator)
2. Pneumonia
- Nasehati ibu untuk tindakan perawatan di rumah
- Beri AB selama 5 hari
- Anjurkan ibu untuk kontrol 2 hari atau lebih cepat bila keadaanmemburuk.
- Bila demam obati
- Bila ada wheezing obati
3. Bukan Pneumonia (Batuk Pilek Biasa)
- Bila batuk > 30 hari rujuk
- Obati penyakit lain bila ada
- Nasehati ibunya untuk perawatan di rumah
- Bila demam obati
- Bila ada wheezing obati
C. TB
Pengobatan Tuberkulosis pada Anak
1. Diagnosis tuberkulosis dengan pemeriksaan selengkap mungkin, skor ≥ 6 sebagaientry
point.
2. Berikan OAT dalam 2 bulan terapi, lalu lakukan evaluasi.
3. Jika ada perbaikan klinis, lanjutkan terapi. Jika tidak terdapat perbaikan klinis, lakukan
langkah 4.
4. Terapi tuberkulosis dilanjutkan sambil melakukan pelacakan kausatif (mencari
penyebab), jika fasilitas kesehatan memiliki keterbatasan dalam melacak penyebab
maka penderita dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap
E. Chikungunya
Demam Chikungunya termasuk Self Limiting Disease atau penyakit yang sembuh dengan
sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang
diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya. Seperti, obat
penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan paracetamol, sebaiknya dihindarkan
penggunaan obat sejenis asetosal. Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan
antibiotika dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat.
Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi,
cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak
mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar.
Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan
penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat
juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa
mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk mengatasi
kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.
F. DBD
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma
sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD
dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada
kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Untuk dapat merawat pasien
DBD dengan baik, diperlukan perawatan intensif. Untuk dapat merawat pasien DBD dengan
baik, diperlukan dokter dan perawat yang terampil, sarana laboratorium yang memadai,
cairan kristaloid dan koloid, serta bank darah yang senantiasa siap bila diperlukan. Diagnosis
dini dan memberikan nasehat untuk segera dirawat bila terdapat tanda syok, merupakan hal
yang penting untuk mengurangi angka kematian.
Di pihak lain, perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk
keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak tertolong.
Kunci keberhasilan tata-laksana DBD / SSD terletak pada para dokter untuk dapat mengatasi
masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase afebris / fase kritis, fase
syok) dengan baik. Jadi pada saat suhu turun , observasi / pemeriksaan harus lebih sering
(untuk dapat segera mengetahui adanya syok).