Journal Reading

Rasa pusing Pada Lansia dan Usia-Terkait Degenerasi pada Sistem Vestibular

Anna J. Metheson
Dept. Of Psychology and Neuroscience Research Center, University of Otago
Dept. Of Pharmacology, School of Medical Sciences, University of Otago Medical School
Cyntia L. Darlington
Dept. Of Psychology and Neuroscience Research Center, University of Otago
Paul F. Smith
Dept. Of Pharmacology, School of Medical Sciences, University of Otago Medical School

Sistem vestibular perifer dan sentral
menunjukkan usia terkait kemuduran
struktural yang mungkin berperan untuk
defisit refleks vestibular dan keluhan rasa
pusing pada lansia. Namun, hal ini
tampaknya memungkinkan sistem nervus
sentral mampu mengompensasi tingkatan
tertentu dari penurunan fungsi, karena
tidak semua lansia yang memiliki gangguan
memiliki tanda-tanda klinis pada disfungsi
vestibular yang nyata. Rasa pusing dan
gangguan vestibular lainnya dapat
berkembang hanya saat tingkatan tertentu
dari sistem vestibular melebihi kemampuan
sistem nervus untuk mengompensasi. Jika
rasa pusing tersebut tidak hilang, hal ini
bisa memiliki akibat psikologis yang besar,
terutama dalam hal hilangnya kepercayaan
diri dalam aktivitas mandiri, dan bisa
menuju ke munculnya gangguan anxietas.
Program rehabilitasi vestibular dapat
membantu untuk meminimalisir akibat dari
usia terkait kemunduran dari sistem
vestibular dan dampak psikologisnya.
Usia terkait keluhan rasa pusing dan
dampak psikologisnya
Rasa pusing, sering diartikan oleh
pasien sebagai rasa ringan atau sensasi
berputar, yang merupakan keluhan yang sering
dikeluhkan diantara lansia. (Sloane, Blazer, &
George, 1989). Secara klinis, pengertian dari
‘rasa pusing’ tidak memiliki definisi yang
spesifik, kecuali jika itu mengarah ke beberapa
jenis dari orientasi yang berubah pada
ruang(Baloh, 1996a). Sering kali ‘rasa pusing’
menujukkan kombinasi yang kompleks dari
keluhan yang tumpang-tindih dan kebanyakan
sulit untuk dinilai (Yardley & Luxon, 1994;
Baloh, 1996a). Orientasi pada ruang
bergantung pada integrasi dari visual,
vestibular dan informasi sensasi proprioseptif,
rusaknya beberapa sistem, baik di tingkat pada
reseptor sensorik, atau pada sistem nervus
sentral itu sendiri, bisa berpotensi
mengakibatkan fenomena rasa pusing. Jika
rasa pusing tersebut disebabkan oleh ilusi dari
pergerakan, baik berputar ataupun lurus, maka
diagnosis dari ‘vertigo’ sesuai dan
ketidakseimbangan dari sistem vestibular
perifer dan/atau sentral, atau abnormalitas dari
interaksi dengan sistem sensoris, bisa
memungkinkan.
Namun, rasa pusing bisa juga
disebabkan oleh disfungsi dari
serebrovaskular, kardiovaskular, dan gangguan
psikologis, dan kebanyakan penelitian
memberi kesan bahwa lebih dari 50% pasien
yang mengeluhkan keluhan rasa pusing
memiliki masalah non-vestibular (see Baloh,
1996a for a review). Diagnosis banding untuk
menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan
harus dilakukan sebelum diagnosis dari
gangguan sistem vestibular harus ditegakkan
(Sloane, Blazer, & George, 1989; Baloh,
1995). Presyncopal dizziness, sering
dihubungkan dengan rasa ringan pada kepala
dan rasa seperti akan tumbang (Baloh, 1996a).
Journal Reading
Hipotensi ortostatik (turunnya tekanan darah)
disebabkan pada gerakan yang cepat saat
posisi berdiri, jiga merupakan penyebab
tersering pada rasa pusing. Rasa pusing juga
bisa disebabkan oleh serangan vasovagal,
dimana frekuensi denyut jantung dan tekanan
darah menurun, yang merupakan akibat dari
puasa, suhu panas, atau ketakutan dan
kecemasan. Penurunan cariac-output sebagai
akibat dari arritmia merupakan penyebab
lainnya. Rasa pusing sering dihubungkan
dengan hipoglikemia (rendahnya kadar gula
darah), intoksikasi obat, dan mabuk kendaraan
(Baloh, 1996a). Gangguan psikologis, sebagai
akibat dari gangguan anxietas menyeluruh,
gangguan panik atau fobia, juga merupakan
akibat tersering dari rasa pusing (Baloh, 1995;
Sloane, Blazer & George, 1989).
Meningkatnya jumlah penderita,
terutama pada usia 75 tahun keatas, dilaporkan
sering mengalami rasa pusing. Studi Dunedin-
based baru-baru ini melaporkan sekitar 14%
dari subjek lansia (umur 60 keatas) hidup di
masyarakat yang pernah mengalami rasa
pusing yang berulang yang tidak jelas
disebabkan oleh sebab serebrovaskular atau
kardiovaskular (Matheson, Darlington, &
Smith, in press(b)). Hal ini mungkin dianggap
remeh, sejak penelitian lain melaporkan
menggambarkan setinggi 30% (Colledge,
Wilson, Macintyre & MacLennan, 1994).
Rasa pusing telah dianggap sebagai
penyebab dan juga tanda dari gangguan
anxietas (Yardley & Luxon, 1994). Sementara
faktor psikologis dipikirkan untuk menjadi
peran utama penyebab rasa pusing, hal
tersebut umum pada usia muda dan usia
pertengahan (Drachman & Hart, 1972; Davis,
1994). Pada lansia dengan keluhan rasa
pusing, masalah psikologis lebih umum
sebagai tanda kedua dari gangguan vestibular
dan bisa termasuk anxietas, depresi dan rasa
takut untuk jatuh. Lansia dengan keluhan rasa
pusing mengalami jauh lebih banyak stres
psikologis dibandingkan dengan usia muda
(Sloane, Hartman & Mitchell, 1994).
Ketakutan untuk jatuh bisa mempengaruhi
kualitas hidup yang dimiliki oleh lansia dan
menambah rasa cemas dan depresi. Sebagai
hasilnya, kegiatan sehari-hari bisa menurun,
lebih suka menyendiri, kurangnya percaya diri
dan hilangnya kemandirian (Burker, Wong,
Sloane, Mor & Drone, 1991). Rasa rasa pusing
dapat diperburuk oleh meningkatnya rasa
cemas, mengarah ke risiko tinggi untuk jatuh,
menciptakan lingkaran setan.
Saat ini, kurangnya penelitian dari
kerugian akibat psikologis dari rasa rasa
pusing pada kelompok lansia yang tinggal.
Angka kejadian sebenarnya barangkali
dianggap remeh. Orang lansia dapat cenderung
untuk mencari pertolongan medis tentang
episode dari rasa rasa pusing atau mungkin
merasa ini merupakan akibatdari penuaan yang
harus mereka lalui. Boult, Murphy, Sloane,
More & Drone, (1995) menjelaskan bahwa
orang yang menderita rasa pusing, memiliki
kemungkinan yang tinggi untuk mengalami
diasbilitas. Namun, ini tergantung dengan usia,
ras dan tingkat kelemahan sensorik, yang
merupakan pokok dari pentingnya skrining
dan tatalaksana yang adekuat.
Katsarkas (1994) beragumen bahwa
peningkatan dari rasa pusing yang terlihat pada
lansia mungkin terkait, antara langsung atau
tidak langsung, pada gangguan vestibular
dengan usia yang lebih muda. Sejak
menurunnya kemampuan sistem vestibular
perifer dan sentral dengan meningkatnya umur
telah dibuktikan, akibat gangguan psikologis
bisa menambah rasa pusing dan instabilitas
postural yang ditunjukkan oleh sebagian besar
lansia.
Lansia dengan rasa pusing berulang
mungkin berguna untuk program rehabilitasi
vestibular (Darlington & Smith, 1996a;
Herdman, 1996). Orang dengan lesi vestibular
memiliki respon yang baik pada 10-12 minggu
program rehabilitasi yang didesain untuk
mengajarkan mereka cara mengatasi rasa
pusing dan instabilitas. Kebanyakan program
rehabilitasi melibatkan tingkatan dari jenis
Journal Reading
mata, latihan gerakan kepala dan badan
dirancang untuk melatih sistem nervus pasien
untuk mengompensasi akibat dari refleks
vestibulo-okular dan refleks vestibulo-spinal
normal (Herdman, 1996). Pada setiap
tingkatan, pasien diminta untuk hanya
berusaha hingga batas kemampuan mereka.
Meskipun begitu, pada awalnya, latihan
tersebut mungkin sebenarnya memperberat
vertigo pada pasien, semenjak latihan ini
dasarnya dirancang untuk merangsang sistem
nervus untuk mengembangkan cara alternatif
untuk menerima motor okular dan stabilitas
postural yang sama yang mana biasanya
dihasilkan oleh sistem vestibular yang intak
(Yardley & Luxon, 1994). Namun, berangsur-
angsur, sukarela (kasar dan halus) gerakan
mata dihasilkan yang pengganti, untuk
beberapa jangkauan, untuk defisiensi reflek
vestibulo-okular, dan umpan balik dari
penglihatan dan proprioseptif digunakan untuk
mengembangkan kompensasi respon-respon
postural (Herdman, 1996). Studi binatang
menunjukkan bahwa proses kompensasi dan
adaptasi ini melibatkan perubahan fungsi dan
struktur pada sistem nervus sentral
(Leigh&Zee,1991). Rehabilitasi dapat
bersamaan dengan latihan relaksasi,
mengurangi gejala dari anxietas dan/atau panik
(Herdman, 1996). Kesempatan untuk
mengumpulkan pemahaman dari gejalanya
dapat menghilangan kecemasan pasien dan
menyelesaikan berbagai kesalahan
pemahaman. Target secara umum adalah
untuk membangun kepercayaan dan untuk
memenuhi perbaikan bertahap menjadi
berfungsi normal (Yardley&Luxon, 1994).
Untuk beberapa orang lanjut usia,
pusing yang bersumber dari vestibular bukan
sederhana sebagai fakta dari penuaan yang
mereka harus memahami untuk hidup dengan
penyakit tersebut. Klinisi harus waspada
dengan kemiripan dari problem sekunder yang
berhubungan dengan pusing, dan faktor-faktor
yang terkait dengan peningkatan probabilitas
dari disabilitas. Hal tersebut perlu lebih
diwaspadai dari intervensi yang akan
meningkatkan kualitas hidup.
Sistem Vestibular
Sistem vestibular perifer terdiri dari 2
labirin, dimana setiap labirin terdiri dari tiga
kanal semi-sirkular (kanal horizontal, anterior,
dan posterior), sebuah utrikulus, dan sakulus.
Ketika reseptor sel rambut di ampula dari
kanal semi sirkular merespon akselerasi
melingkar atau angular dari kepala, utrikulus
dan skulus (secara bersamaan disebut otolit)
merespon terhadap akselerasi linear (termasuk
akselerasi linear oleh gravitasi). Informasi
sensoris dari reseptor sel rambut meninggalkan
setiap labirin melalui nervus vestibular (nervus
kranial VIII), sel badan yang membentuk
Ganglion Scarpa, dan nervus vestibular serat
axon menjorok ke dalam batang otak
kompleks nukleus vestibular (VNC) pada sisi
yang sama dan juga ke dalam serebellum
(Leigh&Zee, 1991 for a review). Pada proses
transduksi stimulus akselerasi, aparatus
mekanik pada labirin merubah sinyal
akselerasi menjadi satu yang diperkirakan
pada fase dengan velositas tinggi (seperti
integritas matematik atau fase keterlambatan
90˚pada akselerasi). Neuron-neuron pada
berbagai subnukleus dari VNC (seperti
vestibular bukleus medial, lateral, superior,
dan inferior) menerima jumlah input sinaps
yang berbeda dari bagian spesifik labirin:
sebagai contoh, ketika neuron nukleus
vestibular medial menerima input lebih dari
serat vestibular yang menginervasi ampula
kanal horizontal, neuron-neuron pada nukleus
vestibular lateral menerima input lebih dari
serat-serat yang menginervasi otolit. Banyak
fisiologis dan anatomis juga termasuk
hipoglosus prepositus sebagai sebuah
subnukleus dari VNC, sejak hal tersebut
menerima input dari subnukleus vestibular dan
terlibat banyak dalam kontrol dari reflex
vestibulo-okular dan optokinetik
(Leigh&Zee,1991). Karena sinyal yang
disampaikan ke VNC kira-kira sejalan dengan
kecepatan kepala, sinyal tersebut harus
Journal Reading
mengalami integrasi matematis kedua (misal :
fase keterlambatan 180o pada saat percepatan)
dengan tujuan mendapatkan posisi sinyal yang
dibutuhkan motor neuron okuler untuk
menimbulkan refleks gerakan mata
vestibuloocular yang setara dan berlawanan
dengan pergerakan kepala. Banyak peneliti
yang percaya bahwa prepositus hipoglosus
sangat berperan dalam menyediakan integrasi
kedua tersebut. (Leigh&Zee,1991).
Kebanyakan neuron VNC memperlihatkan
konvergensi input yang berasal dari berbagai
macam bagian yang berbeda pada labirin (ie :
Neuron - neuron tersebut akan merespon
kedua percepatan kepala secara linier dan
angular), dan akan merespon pergerakan dari
ruang lingkup pandangan (stimulus
optokinetik) dengan cara yang saling
melengkapi dengan stimulasi vestibuler (ie.
Jika neuron tersebut merespon akselerasi
angular horizontal kearah kanan, akan timbul
respon stimulasi optokinetik kearah kiri). Input
visual ke VNC muncul dari jalur subkorteks,
termasuk jaluroptik tambahan, yakni formasi
retikuler medulla dan prepositus hipoglossus;
namun informasi visual juga berkonvergensi di
VNC via flocculus cerebellum dan olive
inferior, dan beraneka ragam informasi
sensorik lainnya (eg. Proprioseptif dan
somatosensorik dari medulla spinalis) juga
saling berintegrasi dengan VNC. Sebagai
tambahan untuk input tersebut, neuron VNC
juga menerima input disinaptik dan
monosinaptik dari VNC kontralateral via
kommisura batang otak; dan efek fungsional
dari input ini adalah inhibisi; karena itu, disana
terdapat jaringan inhibitor lateral antara kedua
VNC yang meningkatkan kedinamisan
sensitivitas dari respon neuron vestibuler
terhadap gerakan kepala. Kompleksitas dan
konvergensi dari input ke VNC
memperlihatkan bahwa, meskipun pada
tingkatan batang otak, terdapat pengolahan
ekstensif dari informasi vestibuler, dan adanya
integrasi dengan informasi sensorik lainnya.
Telah dijelaskan pula dengan baik, bahwa
beberapa neuron di VNC diproyeksi
disinaptikal kekorteks visual dan parietal, dan
setiap area proyeksi korteks tersebut diduga
memiliki tanggung jawab utama terhadap
sensasi dari self-motion. Meskipun adanya
kemungkinan keterlibatan jalur vestibulo-
serebello-korteks, keempat jalur utama
vestibulokorteks secara keseluruhan terlibat
dengan thalamus; baik bagian nukleus lateral
posterior, nucleus ventral posterior, nucleus
ginekulatum medial, atau nucleus
ventrolateral. Demonstrasi dari respon
vestibuler di thalamus telah dilaporkan sejak
tahun 1965, ketika Spiegel dan koleganya
melaporkan neuron vestibulo-responsif pada
otak tengah, thalamus, dan ganglia basalis.
Sejak saat itu, peneliti lainnya telah
mengonfirmasi bahwa thalamus adalah lokasi
estafet yang penting dalam proyeksi vestibular
asenden, dan studi pencitraan terhadap
manusia telah menyajikan bukti tambahan.
Bukti bahwa jalur aferen membawa informasi
vestibular ke hippocampus dari thalamus,
presubiculum, korteks cingulate dan berbagai
area lainnya pada korteks masih kontroversial.
Namun, banyak peneliti yang percaya bahwa
input vestibular ke hippocampus berasal dari
proyeksi thalamus kekorteks parietal, yang
akan diproyeksikan kembali ke hippocampus
via korteks perirhinal dan entorhinal.
Sementara peneliti lainnya mempercayai
adanya kemungkinan koneksi langsung.
Fungsi sebenarnya dari proyeksi vestibular ke
hippocampus belum jelas, namun terdapat
hipotesa bahwa hippocampus memiliki
pengaruh terhadap respon vestibular, sama
seperti informasi sensorik lainnya, terhadap
perkembangan dari tingkatan pola respon sel.
Terdapat semakin banyak bukti yang
menunjukkan bahwa sel-sel rambut reseptor
vestibular pada telinga dalam, nervus
vestibular yang membawa informasi vestibular
ke otak, dan VNC pada batang otak sendiri,
semua mengalami sejumlah kerusakan yang
tekait usia yang bervariasi antar individu yang
Journal Reading
berbeda namun dapat berkontribusi terhadap
terjadinya pusing pada usia tua.
Degenerasi Sistem Anatomi Karena Usia
Degenerasi Sel Rambut Sensorik
Sebelum tahun 1970-an, ada beberapa
kontroversi mengenai apakah sistem vestibular
akan berdegenerasi dengan bertambahnya usia.
Penelitian menemukan perubahan pada koklea
yang disebabkan penuaan; namun, tampaknya
tidak ada perubahan terkait usia dalam labirin
vestibular (Jogersen, 1961; Reske-NIelsen &
Hansen, 1961). Bagaimanapun, pada awal
1970-an Rosenhall (1973) telah menunjukkan
bahwa degenerasi sistem vestibular memang
terjadi penuaan, mencapai kehilangan sekitar
40% pada dekade ke-9.
Sekarang diketahui bahwa epitel
sensorik vestibular mengalami perubahan yang
berbeda pada individu diatas usia 70 tahun,
dengan beberapa perubahan yang terjadi
paling cepat pada awal 50-60 tahun
(Engstrom, Bergstrom & Rosenhall, 1974;
Rosenhall, 1973; Rosenhall, 1974; Rosenhall
& Rubin, 1975). Degenerasi sel rambut
tersebar di epitel sensorik, meskipun hilangnya
sel rambut lebih terkonsentrasi di bagian
tengah krista, yang merupakan bagian dari
kanalis semisirkularis yang berisi sel-sel
rambut sensorik (Rosenhall, 1973). Sedangkan
hilangnya sel rambut pada kanalis
semisirkularis diperkirakan akan menghasilkan
defisit sensasi gerakan sudut kepala,
kehilangan sel rambut pada otolith (utrikulus
dan sakulus) diperkirakan akan menyebabkan
defisit pada sensasi gerak linear. Sayangnya,
beberapa perbandingan defisit refleks
vestibular yang timbul dari kanalis
semisirkularis dibandingkan sumber otolithic
dari informasi vestibular telah dilakukan pada
populasi usia tua; Oleh karena itu, konsekuensi
fungsional dari berbagai jenis degenerasi
reseptor belum dipahami dengan baik.
Pada individu diatas usia 70 tahun
terjadi penurunan yang signifikan dalam
jumlah sel-sel rambut di utrikulus, bila
dibandingkan dengan janin, bayi dan dewasa
muda (Rosenhall, 1973). Engstrom, Bergstrom
& Rosenhall (1974) telah mempelajari sel-sel
sensorik dari epitel sensorik vestibular pada
manusia di berbagai usia. Mereka menemukan
bahwa, biasanya, ada sekitar 33.100 sel-sel
rambut di utrikulus; dengan perbandingan,
pada usia 70-95 tahun hanya ada 26.100
tersisa. Ini merupakan penurunan sel-sel
rambut dari sekitar 20% pada usia 70-95.
Pada sakulus juga menunjukkan
degenerasi signifikan, pada jumlah sel-sel
rambut, dibandingkan dengan yang utrikulus,
sekitar 25% (Rosenhall, 1973). Normalnya,
sakulus pada manusia memiliki kurang lebih
18.800 sel rambut, dan pada lansia rata-rata
memiliki 14.200 sel rambut (Engstrom,
Bergestrom dan Rosenhall, 1974). Pada orang-
orang dengan umur lebih dari 60 tahun proses
degenarasi terlihat pada epitel sensori sakulus,
ditambah oleh penurunan kalsium karbonat
crystale (otoconia) yang mengerahkan
kekuatan inersia pada sel-sel rambut, yang
mengakibatkan membran otolithic yang
telanjang. Kehilangan ini juga terjadi pada
utrikel namun derajatnya lebih rendah dari
pada di sakulus, mungkin disebabkaan karena
sakulus lebih sensitive pada posisi vertical
(Johnson & Hawkins, 1972).
Krista Canalis semisirkularis
memperlihatkan penurunan sel rambut yang
lebih banyak dari utrikel dan sakulus (kurang
lebih 40% pengurangan pada umur lebih dari
70 tahun) (Rossenhal, 1973). Proses
degenerasi sel rambut ini sudah bias tampak
pada umur 50-60 tahun.
Hilangnya sel rambut lebih terkonsentrasi di
sentral dari pada di bagian perifer Krista.
Setiap tiga Krista normalnya memiliki lebih
kurang 7.600 sel rambut, dan 4.600 pada lansia
(Engstrom, Bergestrom dan Rosenhall, 1974).
Journal Reading
Degenerasi pada saraf vestibular
Berkurangnya sel rambut sejalan dengan
degenerasi serat saraf vestibular yang
merupakan tempat berjalannya informasi
vestibular ke VNC di batang otak. Proses
reduksi ini mulai berlangsung pad decade ke
lima (Bergstrom, 1973). Seseorang dengan
umur antara 10-20 tahun memiliki rata-rata
18.000 serat saraf dibandingkan 11.000 pada
orang-orang dengan umur lebih dari 80 tahun.
Pada lansia terjadi inervasi pada epitel sensori.
Diameter serat saraf vestibular akan berubah
sesuai umur dari lahir sampai dewasa.
Bagaimana pun pada lansia akan
memperlihatkan proses penyempitan diameter
serat. Terdapat juga hilangnya ketebalan serat,
dalam ketebalan serat mielin tertentu, yang
mana ia mensarafi sel rambut tipe I pada
Krista (Bergstrom, 1973). Jumlah saraf
ganglion juga akan berkurang dengan
bertambahnya umur,dengan penurunan tajam
rata-rata sejumlah sel pada 60 tahun (Ritcher,
1980).
Terdapatnya badan amyloid sudah
terdeteksi pada vestibulokoklear (NVIII) (Fuji,
Goto,Okada, Kida& Kikuchi, 1996). Rata-rata
area pada badan amyloid cendrung meningkat
pada peningkatan umur, sementara fungsinya
secara signifikan masih belum diketahui.
Pelebaran kista termasuk material basofil juga
dilaporkan pada Krista individu lansia.
Rosenhall (1974) menemukan bahwa kista-
kista itu terbatas pada Krista di dua canalis
semisirkularis vertical dan tidak ditemukan
pada canalis semisirkularis horizontal atau
pada utrikel atau pada sakulus. Dia
memperkirakan bahwa Krista lebih rentan
pada proses penuaan dari pada epitel sensoris
(macula) pada utrikel maupun sakulus. Richter
(1980) mendapatkan basofil pada
intraepitelial pada horizontal canal crista dan
utrikulus makula dan kista pada krista. Ada
peningkatan densitas dari inklusi ini dengan
menigkatnya umur dan penurunan densitas
dengan peningkatan jumlah sel rambut.
Richter (1980) menyebutkan bahwa degenerasi
dari sel rambut membuat badan inklusi di
dalam ujung saraf epitel sensorik;
bagaimanapun juga, hipotesis ini harus
dikonfirmasi lebih lanjut lagi.
Degenerasi nukleus vestibular pada batang
otak.
Lopez, Honrubia dan Baloh (1997) telah
melaporkan kerusakan neuron di dalam batang
otak VNC kira-kira 3% per dekade,
kejadiannya dimulai pada usia 40 tahun.
Kerusakan ini adalah yang paling ekstensif
pada nukleus vestibular superior, dan paling
sedikit di nukleus vestibular media. Penurunan
dari jumlah sel menjadi dua kali lipat dengan
penurunan volume yang signifikan dan
densitas dalam nukleus vestibular. Akumulasi
dari deposit lipofusein pada badan sel juga
mengakibatkan peningkatan jumlah neuron
raksasa (>500 um2) pada orang yang lebih tua
(Lopez et al. 1997)
Baru-baru ini, Alvarez, Diaz, Suarez,
Fernandez, Dalrey, Navarro dan Tolivia
(1998) telah melaporkan kerusakan neuron
yang lebih luas pada nukleus vestibular medial
manusia. Dibandingkan dengan jumlah total
neuron pada orang berusia 35 thaun dan 89
tahun, mereka mengobservasi penurunan
hampir 40%, sebagaimana juga ditemukan
pada penurunan diameter dari sel nukleus.
Penelitian lain pada binatang
menunjukkan bahwa penuaan berhubungan
dengan adanya bengkak, akson yang abnormal
di VNC, yang memiliki neurofilamen dan
deposit granular densitas tinggi (Takeuchi,
Takeuchi, Muashima, & Setoohsima, 1997).
Penyakit vaskular dan disfungsi vestibular
Salah satu penjelasan yang mungkin tentang
degenerasi sel di sistem vestibular perifer atau
sentral adalah suplai darahnya telah
menunjukkan masalah. Suplai darah arterial ke
membran labirin, yang memiliki reseptor sel
rambut vestibular, disediakan oleh auditori
internal atau arteri labirin yang berasal dari
sistem arteri vertebrobasilar (Baloh, 1996b).
Journal Reading
Di dalam telinga dalam, arteri labirin membagi
jadi arteri vestibular anterior dan arteri
koklear: menyediakan darah ke ampula dari
kanal semisirkular anterior dan horizontal,
utrikulus dan bagian kecil dari sakulus, cabang
terakhir menuju arteri vestibular posterior dan
arteri koklear utama, yang pertama kali
menyuplai darah sakulus dan ampula kanal
semisirkular posterior (Baloh, 1996b).
Gangguan aliran darah ke arteri labirin lebih
dari 15 detik akan mengakibatkan kerusakan
sel rambut dan nervus VIII. Penyebab yang
memungkinkan seperti insufisiensi dari
vertebrobasilar karena artherosclerosis di
subklavikula, arteri vertebral atau basilar, atau
emboli pada arteri vestibular posterior.
Transient iskemik (penurunan supply darah) di
sistem arteri vertebrobasilar sering
mengakibatkan vertigo pada pasien berusia tua
(Baloh, 1996b) dan iskemik berulang bisa
mengakibatkan kerusakan sel rambut dan
nervus vestibular. Kemungkinan penyebab
termasuk insufisiensi ventrobasilar insufisiensi
oleh karena atherosklerosis di subclavia,
basilar atau arteri vetebra, atau emboli pada
posterior arteri vestibular. Transient iskemik
(penurunan hantaran darah) pada sistem
ventrobasilar arteri biasanya akan
menyebabkan vertigo pada pasien yang lebih
tua. (Baloh, 1996b) dan iskemik rekuren
merupakan akibat degenerasi sel rambut dan
saraf vestibular. Meskipun insufsiensi
vertebrobasiler berhubungan dengan yang
onsetnya mendadak dan disertai dengan mual
muntah. Oleh karena itu beratnya gejaala
biasanya akan menyebabkan pasien mencari
pertolongan medis. Jika terjadi sumbatan pada
arteri labyrimthine gejala yang muncul
biaasanya akan lebih berat dan kematian sel
akan terjadi secara cepat.
Vertigo mungkin juga disebabkan
karena gangguan aliran darah ke batang otak
VNC atau serebelum yang biasanya berasal
dari arteri cerebella posterioinferior, arteri
cerebellar anteriorinferior (VNC dan
serebellum) dana arteri serebelum superior.
Infark melarry lateral dam pontomedulry
lateral atau serebellum aakan menyebabkan
vertigo yang berat (diantar berbagai gejala)
dan neuronal loss. Akan tetapi sama dengan
infark labyrinthine munculan gejala neurologis
utama pada keadaan ini tidak mungkin untuk
memperhitungkan disfungsi vestibular lebih
lanjut pada pasien usia tua tanpa riwayat
gangguan neurologis.
Hubungan Perubahan Umur Dengan
Neurofisologi Dan Neurochemistry
Vestibular
Walaupun adanya dokumentasi yang
baik mengenai hubungan usia dengan
perubahan vestibular anatomi, masih ada
kekurangan dalam penelitian yang membahas
tentang hubungan usia dengan perubahan
neurofisiologi dan neurochemistry pada sistem
vestibular nuclei mencit. Pada mencit tua
ditmukan adanya penurunan noradremaln
meskipun demikian terdapat kompensasi pada
metabolitnya 3-methoxy 4-
hidroxyphenyldlycol menjadi adrenalin yang
menggambarkan neuron noradrenergikmenjadi
hiperaktif. Tidak ada hubungan perubahan
umur dengan perubahan dopamine dan
metabolitnya 3.4 asam dihidroxyphenilasetat.
Mencit yang lebih tua menunjukan
peningkatan jumlah serotonin dan
metabolitnya 5. Asam dihydroxyindolasetat.
Penulis mengemukakan bahwa peningkatan
serotonin merupakan kompensasi untuk deficit
monoamine neurotransmitter.
Efek Usia Terhadap Fungsi Reflek
Vestibular
Vestibulo-Ocular Reflex
Respon fungsi vestibular teharhadap
caloric test (contohnya dengan mengalirakan
air ding ke luar telinga) menunjukan tidak ada
tren yang tetap terhadap penuaan. Namun tes
reflek vestibule-ocular menggunakan kursi
berputar untuk memberikan efek berputar atau
percepatan sudut menunjukan amplitudo dari
refle vestibule-ocular nistagmus(contohnya
aktivasi berulang dari VOR) lebih kecil dan
Journal Reading
frekuensi lebih rendah pada pasien tua.
Vestibule-ocular reflek pada orang tua
menurun pada orang tua dan penurunan ini
akan terlihat lebih jelas jika diberikan
stimulasi peningkatan amplitude. (contohnya :
rasio kecepatan mata terhadap kecepatan
kepala). Ada peningkatan dalam tahap
memimpin kecepatan mata terhadap kecepatan
kepala sehingga menyebbakan mata bergerak
cepat untuk mengkompensasi pergerakan
kepala dan menstabilkan pandangan retina
(Baloh, Jacobson & Socotch, 1993; Paige,
1992; Paige, 1994; Peterka, Black &
Schoenhoff, 1990). Konsekuensi fungsional
akibat pengurangan ini yaitu menguntungkan
reflek vestibule-occular dan meningkat pada
tahap awal yaitu ‘oscillopsia’, atau pergerakan
semu dari penglihatan secara menyeluruh yang
biasanya terjadi ketika kepala bergerak. Gejala
yang berat ini mungkin disebabkan oleh
sedikit gerakan kepala yang dihasilkan oleh
denyut nadi. Oscillopsia sering melemahkan
penderitanya dimana sulit untuk berdiri tegak
dan memiliki kesulitan tertentu di berbagai
situasi yang objek lain bergerak pada lapangan
pandang penderita (contohnya sebuah bus
yang sedang melintas).
Refleks optokinetik
Hanya sedikit penelitian mengenai
reflek optokinetik dan ilusi terkait rotasi diri,
rasa berputar pada orang tua. Reflek
optokinetik biasanya dihasilkan oleh gerakan
seluruh lapangan penglihatan, ketika kepala
digerakkan relatif terhadap itu. Kemudian,
Reflek optokinetik bekerja sama dengan
refleks vestibule-occular untuk
mengkompensasi secara maksimal gerakan
lapangan pandang. Salah satu cara efektif
untuk menguji reflek optokinetik saat tidak
adanya refleks vestibule-occular yaitu dengan
menempatkan seseorang di dalam lapangan
penglihatan berputar (‘optokinetic drum’) yang
terdiri dari garis-garis hitam dan putih vertikal.
Meskipun orang tersebut tetap diam, pada
detik berikutnya mereka mulai merasa seperti
sedang bergerak kearah yang berlawanan
dengan gerakan lapangan penglihatan.
Keadaan ini disebut dengan ‘circularvection’;
sesuai dengan ilusi linear self-motion yang
disebut dengan ‘linearvection’.
Studi yang meneliti reflek optokinetik
pada lansia, pada banyak studi telah digunakan
osilasi horizontal sinusoidal (bolak-balik) dari
‘optokinetic drum’, daripada rotasi drum yang
searah untuk menstimulasi optokinetik. Reflek
optokinetik telah diukur dengan
membandingkan anatra keuntungan dari
nistagmus opokinetik (OKN) dan kecepatan
mata fase lambat pada orang muda dan lansia.
Baloh, Jacobson & Sacotch (1993) mengukur
respon optokinetik terhadap rotasi drum
sinusoidal pada 0,05 Hz dan kecepatan
puncak 60°/s dan 120°/s. Pada lansia secara
signifikan menampilkan nistagmus optokinetik
yang lebih rendah daripada orang muda (usia
18-39 tahun) pada kedua kecepatan
rangsangan. Demikian juga, waktu konstant
(yaitu waktu untuk pembusukan sampai 66%
dari respon puncak) dari fase lambat kecepatan
nistagmus optokinetik selama nistagmus
setelah optokinetik (OKAN) lebih lambat pada
lansia. Paige (1994) menggunakan osilasi
sinusoidal pada frekuensi 0.025 Hz untuk
menentukan kemampuan subjek mengalami
circularvection. Pengalaman circularvection
diukur dengan proporsi subjek yang
mengalami sensasi dari rotasi diri pada tiap
siklus dari 21/2 siklus percobaan. Namun,
baru-baru ini, Matheson, Darlington & Smith
(1998) menggunakan rotasi gendang
horizontal satu arah pada 50°/ detik untuk
mengukur latency circularvection dengan
pertambahan usia; berbeda dengan hasil
penelitian Paige (1994), peningkatan yang
signifikan dalam latency mengalami ilusi yang
terjadi dengan peningkatan usia, menunjukkan
penurunan kepekaan terhadap rangsangan
optokinetik.
Postur
Penelitian saat ini setuju bahwa
kehilangan kontrol postural ditandai dengan
gangguan keseimbangan berat, meningkat
dengan penuaan (Norre, Forrez &
Journal Reading

Beckers,1987; Baloh, Fifie, Zwerling, semua orang tua yang mempunyai tanda-tanda
Socotch, Jacobson, Bell & Beykirch, 1994; klinis disfungsi vestibular yang jelas (Paige,
Baloh, Spain,Socoth, Jacobson, Bell & 1992). Pusing dan gangguan vestibular lainnya
Beykirch, 1994; Baloh, Spain, Socotch, dapat berkembang hanya bila tingkat
Jacobson, & Bell, 1995; Matheson, Darlington kerusakan sistem vestibular melebihi
& Smith, in press(a); Teasdale, Stelmach & kemampuan dari sistem saraf untuk
Breunig, 1991; Whipple, Wolfson, Derby, mengkompensasi. Bagi mereka yang
Singh & Tobin, 1993). Perubahan postur pada mengalami pusing akibat kerusakan sistem
usia lanjut dapat terkait dengan perubahan vestibular yang terkait usia, konsekuensi
pada dua area: integrasi informasi sensorik, psikologis dapat memperburuk keadaan, yang
termasuk informasi vestibular, perubahan menyebabkan hilangnya kebebasan, isolasi
kondisi dan respon koordinasi otot dan gangguan kecemasan terkait dengan takut
(Woollacott, Shumway-Cook & Nashner, jatuh. Namun, program rehabilitasi vestibular
1986). Orang berusia lanjut menunjukkan dapat digunakan untuk mengurangi dampak
keadaan gangguan keseimbangan yang dari disfungsi vestibular dan dengan demikian
disebabkan oleh masalah input sensorik, selain dapat digunakan untuk meminimalkan efek
itu dapat juga disebabkan oleh masalah visual, psikologis.
dan vestibular atau kondisi somatosensorik.
Pada orang yang berusia lebih tua tampak
gangguan keseimbangan hebat ketika mereka .
bergantung padasistem vestibular saja
(Matheson, Darlington & Smith, in press(a);
Teasdale, Stealmach & Breunig, 1991;
Woollacott, 1993). Ketika bergantung pada
sistem vestibular dalam isolasi, mereka
menunjukkan ketidakmampuan
mengkompensasi untuk menghilangkan
informasi sensorik, untuk memastikan
stabilitas postural. Bagaimanapun, beberapa
orang berusia lanjut mungkin dapat
beradaptasi untuk kondisi sensoris berikutnya
(Woollacott, Shumway-Cook & Nashner,
1986). Hal itu menyatakan bahwaorang lebih
tua dapat juga menjadi lebih tergantung pada
sistem visual mereka untuk mengontrol
keseimbangn.

Kesimpulan

Sistem vestibular perifer dan central

menampilkan sebuah penurunan struktural
terkait usia yang mungkin secara langsung
bertanggung jawab untuk menyebabkan
penurunan reflex vestibular dan
mengakibatkan pusing, pada orang berusia
lanjut. Bagaimanapun, tampaknya sistem saraf
pusat mampu mengkompensasi penurunan
fungsi pada tingkat tertentu, karenanya tidak