You are on page 1of 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
- Asfiksia neonaturium adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir ( Hanifa, 2009).
- Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur (APN, 2007).
- Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan
PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (PaCO2 meningkat)
dan asidosis (Teguh S, 2009).
- Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami
gangguan pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2
(Sutrisno, 2008).

B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan asfiksi
Ibu Janin Plasenta Persalinan Tali Pusat
- Pre eklampsia - Bayi Prematur (APN, - Hipotensi - Partus lama/ - Lilitan tali
dan eklampsia 2007)
mendadak pada macet pusat,
- Kehamilan lewat - Air ketuban
waktu (APN, bercampur mekonium ibu karena - Partus - Prolaps tali
2007) - Depresi pernafasan
perdarahan tindakan pusat
- Gizi ibu buruk, karena obat-obat
anemia, anesthesia/analgetika misalnya pada (sungsang, (APN, 2007)
hipertensi dan yang diberikan
plasenta previa gemeli,
penyakit jantung. kepada ibu. (Hanifa,
(Hanifa, 2009) 2009) (Hanifa, 2005) distosia
- Gangguan his - Gemeli
- Perdarahan bahu,
misalnya - Perdarahan
hipertoni dan intrakranial abnormal ekstraksi
tetani. - Kelainan kongenital
(plasenta vakum,
- Hipoksi ibu, (Hernia
oksigenasi darah diafragmatika, atresia previa/solusio ekstraksi
ibu yang tidak saluran pernafasan,
plasenta) forsep)
mencukupi akibat hipoplasia paru-paru)
hipoventilasi (Hanifa, 2009) (APN, 2007) (APN, 2007)
selama anestesi. - Asfiksia Intrauterin
(Hanifa, 2009) (Saifuddin, 2009)

4
C. PATOFISIOLOGI

Bayi Baru Lahir

Tidak dapat bernafas


spontan setelah lahir

ASFIKSIA

Gangguan pertukaran
gas
PO2 menurun, PCO2
meningkat
Asidosis Respiratorik

Metabolisme Anaerob :
Glikolisis glikogen terutama
pada jantung dan hati
menjadi berkurang

Menghasilkan asam
organik

Asidosis Metabolik

Gangguan
kardiovaskuler

Kerja jantung Sel jantung terganggu Peredaran darah paru


terganggu karena asidosis metabolik terganggu karena
tingginya pulmonary
Pemakaian simpanan vascular resistance
glikogen jaringan jantung

Dalam garis besar perubahan-perubahan yang terjadi pada asfiksia


adalah:
1. Menurunnya tekanan O2 arterial
2. Meningkatnya tekanan CO2
3. Turunnya pH darah
4. Dipakainya simpanan glikogen tubuh untuk metabolismus anaerobic.
5. Terjadinya perubahan system kardiovaskuler.
(Hanifa, 2009)

5
D. KLASIFIKASI DAN TANDA GEJALA
Asfiksi Ringan Asfiksi Sedang Asfiksi Berat
Nilai Apgar
7-10 4-6 0-3
Score
Frekuensi lebih dari kurang dari 100
jantung 100x/menit, x permenit,
bayi dianggap
Kurang baik
Tonus otot sehat dan tidak buruk
atau baik
memerlukan
Sianosis berat
Warna kulit tindakan Sianosis
atau pucat
Tidak ada atau
Reflek Tidak ada
ada sedikit

 Tidak bernafas atau bernafas megap megap


 Warna kulit kebiruan
 Kejang
 Penurunan kesadaran (APN, 2007)
 Reflek / respon bayi melemah
 Tonus otot menurun
 Denyut Jantung Janin berkurang
Frekuensi normal ialah antara 120-160 x/menit. Selama His frekuensi ini
bisa turun, tetapi di luar His kembali lagi pada keadaan semula.
Peningkatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 x/menit diluar His, dan lebih-
lebih tidak teratur, hal ini merupakan tanda bahaya (Hanifa, 2009)

E. PENATALAKSANAAN
Segera setelah bayi baru lahir perlu di identifikasi adau dikenal secara
cepat, supaya dapat dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau tidak.
Tindakan ini merupakan langkah awal resusitasi bayi baru lahir. Tujuannya
supaya intervensi yang diberikan bisa dilaksanakan secara cepat dan tepat atau
tidak terlambat (Hanifa, 2009).

6
Tindakan-tindakan yang dilakukan pada bayi dapat dibagi dalam 2 golongan:
a) Tindakan Umum
 Tindakan ini dikerjakan pada setiap bayi tanpa memandang nilai
APGAR.
 Mencegah atau mengurangi kehilangan panas dari tubuh bayi.
 Menggunakan sinar lampu untuk mengurangi evaporasi, untuk
pemanasan luar dan untuk mengeringkan tubuh bayi.
 Meletakkan bayi dengan posisi kepala lebih rendah dan penghisapan
saluran pernafasan bagian atas segera dilakukan (dilakukan dengan
hati-hati agar tidak merusak mukosa)
 Bila bayi belum memperlihatkan usaha bernafas, lakukan rangsangan
nyeri dengan cara mermukul kedua telapak kaki, menekan tendon
Achilles, atau pada bayi tertentu diberi vitamin K.
(Hanifa, 2009)
Tindakan lain yang bis dilakukan pada Asfiksia Ringan adalah :
o Bayi dibungkus dengan kain hangat
o Bersihkan jalan nafas
o Bersihkan badan dan tali pusat
o Observasi, Masukkan inkubator
(Hidayat, 2008)

b) Tindakan Khusus
 Tindakan ini dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa
hasil.
 Prosedur dikerjakan sesuai dengan beratnya asfiksia atau dinyatakan
oleh APGAR skor.
1. Asfiksia Sedang
 Stimulasi agar timbul reflek pernapsan.
 Bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan,
ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan
kateter O2 intranasal dengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan
dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan gerakan
membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu ke
atas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi
memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti

7
gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam
1-2 menit.
 Sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke
kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya
mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan
frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas
spontan yang mungkin timbul.
 Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan
berberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau perburukan
tonus otot. Dalam hal demikian bayi harus diperlakukan sebagai
penderita asfiksia berat.
(Hanifa, 2009)
Tindakan lain untuk menangani asfiksia sedang adalah :
 Bersihkan jalan nafas
 Beri O2 2 L/menit
 Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki, bila tidak
bereaksi bantu dengan masker (ambubag)
 Bila bayi sudah bernafas tapi masih sianosis, beri natrium
bikarbonat 75 % sebanyak 6cc, dekstrosa 40 % 4cc melalui vena
umbilicus.
(Hidayat, 2008)
2. Asfiksia Berat
 Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan
dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu
diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg.
 Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan
bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20
% dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan ke dalam
intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan
terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung.
 Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif
diberikan 1-3 kali.

8
 Bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan
atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan
dengan frekuensi 80-100/menit.
 Tindakan tersebut diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan
1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali
kompresi dinding toraks.
 Jika tindakan tersebut tidak berhasil bayi harus dinilai kembali,
mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan
basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia
diafragmatika atau stenosis jalan nafas. (Hanifa, 2009)
Tindakan lain untuk menangani Asfiksia Berat adalah :
o Bersihkan jalan nafas sambil pompa melalui Ambubag
o Beri O2 4-5 liter/ menit
o Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT.
o Bersihkan jalan nafas melalui ETT
o Bila bayi sudah bernafas tapi masih sianosis, beri natrium
bikarbonat 75 % sebanyak 6cc, dekstrosa 40 % 4cc melalui vena
umbilicus.(Hidayat, 2008)

9
Asfiksia Ringan Asfiksia sedang Asfiksia Berat
Bayi dibungkus dengan Keringkan bayi dan jaga bayi  Ventilasi tekanan positif
kain hangat mencegah tetap hangat (VTP):
atau mengurangi Pasang sungkup menutupi
kehilangan panas dari Atur posisi bayi dengan dagu, mulut dan hidung
tubuh bayi terlentang dan kepala sedikit
ekstensi dengan mengganjal Lakukan tiupan atau
Bersihkan jalan nafas bahu pemompaan dengan tekanan 30
cm air, bila dada tidak
Bila bayi belum Bersihkan jalan napas bayi mengembang lakukan tiupan 2
memperlihatkan usaha dengan isap lendir kali dengan tekanan yang sama
bernafas, lakukan
rangsangan nyeri Rangsangan taktil : menepuk Bila dada tidak mengembang
dengan cara memukul telapak kai atau menggosok lakukan tiupan sebanyak 20
kedua telapak kaki, punggung/dada/tungkai bayi kali dalam 30 detik dengan
menekan tendon dengan telapak tangan tekanan 20 cm air sampai bayi
Achilles, mulai bernapas spontan atau
Beri O2 1-2 L/menit, bila menangis. Jika bayi mulai
Bersihkan badan dan berhasil lanjutkan perawatan bernapas, menangis kuat,
tali pusat hentikan ventilasi
Bila sudah bernapas tapi
Observasi dan masih sianosis berikan terapi Bila bayi tetap tidak bernapas
masukkan inkubator natrium bikarbonat 7,5% 6cc, lanjutkan ventilasi setiap 30
(A.A.Hidayat.2008:128- dektrose 50% 4cc, suntik detik hentikan dan lakukan
129) melalui vena umbilikalis penilaian ulang napas, jika
keadaan membaik lakukan
asuhan pasca resusitasi
(Kemkes, 2010)

 VTP selama 30 detik gagal


dan frekuensi jantung <60
x/menit Kompresi Dada

tekanan diberikan pada 1/3


bawah tulang dada antara
processus xiphoideus dan

10
garis khayal yang
menghubungkan ke 2 puting
susu, kemudian tekanan
dilepaskan

Jika diperlukan kompresi


dada, intubasi endotrakel
dapat membantu koordinasi
atara kompresi dada dan
ventilasi serta
memaksimalkan efisiensi
VTP

 Jika VTP tidak berhasil atau


dapat dilakukan intubasi
endotrakeal

Pemberian Obat-Obatan :
(1) Epinefrin
Indikasi pemakaian epinefrin adalah frekuensi jantung kurang dari 60x/menit
setelah dilakukan VTP dan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik.
Epinefrin tidak boleh diberikan sebelum melakukan ventilasi adekuat karena
epinefrin akan meningkatkan beban dan konsumsi oksigen otot jantung. Dosis
yang diberikan 0,1- 0,3 ml/kgBB larutan1:10.000 (setara dengan 0,01-0,03
mg/kgBB) intravena atau melalui selang endotrakeal. Dosis dapat diulang 3-5
menit secara intravena bila frekuensi jantung tidak meningkat. Dosis maksimal
diberikan jika pemberian dilakukan melalui selang endotrakeal.
(2) Volume Ekspander
Volume ekspander diberikan dengan indikasi sebagai berikut: bayi baru lahir
yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon
dengan resusitasi, hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau
syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil atau lemah, dan
pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai
menunjukkan respon klinis. Jenis cairan yang diberikan dapat berupa larutan
kristaloid isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat) atau tranfusi golongan darah O
negatif jika diduga kehilangan darah banyak.

11
(3) Bikarbonat
Indikasi penggunaan bikarbonat adalah asidosis metabolik pada bayi baru
lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah
baik. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia
harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.
Dosis yang digunakan adalah 2 mEq/kg BB atau 4 ml/kg BB BicNat yang
konsentrasinya 4,2 %. Bila hanya terdapat BicNat dengan konsetrasi 7,4 % maka
diencerkan dengan aquabides atau dekstrosa 5% sama banyak. Pemberian secara
intra vena dengan kecepatan tidak melebihi dari 1 mEq/kgBB/menit.9
(4) Nalokson
Nalokson hidroklorida adalah antagonis narkotik diberikan dengan indikasi
depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik
dalam waktu 4 jam sebelum melahirkan. Sebelum diberikan nalokson ventilasi
harus adekuat dan stabil. Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya
dicurigai sebagai pecandu obat narkotika, sebab akan menyebabkan gejala
putus obat pada sebagian bayi.
Cara pemberian intravena atau melalui selang endotrakeal. Bila perfusi baik
dapat diberikan melalui intramuskuler atau subkutan. Dosis yang diberikan 0,1
mg/kg BB, perlu diperhatikan bahwa obat ini tersedia dalam 2 konsentrasi yaitu
0,4 mg/ml dan 1 mg/ml (Depkes RI, 2008)

F. KOMPLIKASI
1. Edema otak & Perdarahan otak.
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.
2. Anuria atau Oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan
ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai
dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan
ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.

12
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut
karena perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
(www. Freewebs.comasfiksia pola cidera asfiksia.htm/01/06/2008)

13
Bayi Baru Lahir

Tidak dapat bernafas


spontan setelah lahir

ASFIKSIA

Gangguan pertukaran
gas Perfusi jaringan
terganggu
PO2 menurun, PCO2
meningkat
Kejang
Asidosis Respiratorik

Metabolisme Anaerob :
Glikolisis glikogen terutama
pada jantung dan hati menjadi
berkurang

Menghasilkan asam
organik

Asidosis Metabolik

Gangguan
kardiovaskuler
Disfungsi ventrikel
Kerja jantung jantung/disfungsi Curah jantung mengalir ke
terganggu miokardium :
Aliran darah ke otak Mesentrium Ginjal
menurun
Hipoksemia Urin sedikit
Hipoksia & iskemia
otak
Edema otak

Perdarahan

Koma

14
G. PROGNOSA
 Asfiksia ringan : Baik
 Asfiksia Sedang tergantung kecepatan pentalaksanaan bila cepat prognosa
baik.
 Asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama,atau
kelainan syaraf permanen. Asfiksia dengan Ph 6,9 dapat menyebabkan
kejang, sampai koma dan kelainan neurologis yang permanent, misalnya
cerebral palsy, mental retardasi (Zhukma, 2008).

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
 pH (normal 7,35-7,45). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
(A.A.Hidayat.2006:53-54)
 PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung
naik sering terjadi hiperapnea.
 PO2 (normal 50-70 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung
turun karena terjadi hipoksia progresif ( Ledwig, 2006)

15

You might also like