Professional Documents
Culture Documents
Definisi Ilmu
1. Mengetahui sesuatu sebagaimana adanya.
2+2 = 4 ilmu, karena sesuai dengan kenyataan
2+2 = 5 bukan ilmu, karena tidak sesuai dengan kenyataan
Perang badar terjadi pada tahun ke 2 hijriyah ilmu
Akan tetapi kalau ada orang yang mengatakan Perang Badar terjadi pada tahun ke 5 hijriyah,
meskipun dengan yakin dan diucapkan dengan semangat berapi-api itu bukan ilmu, namanya jahlul
muraqqab (kebodohan yang bertingkat) karena dia tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu
Seandainya dia mengatakan saya tidak tahu maka itu adalah setengah dari ilmu karena dia tahu
bahwa dia tidak tahu
Tapi jika dia bersikeras maka disebut jahal muraqqab karena dia tidak tahu bahwa dia tidak tahu
2. Yang dimaksud dengan ilmu jika disebutkan secara mutlak dalam nash Qur’an dan Sunnah adalah ilmu
agama.
Dalam hadits : ”Menuntut ilmu agama diwajibkan atas setiap muslim”.
Dalam al qur’an : “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak
disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia
(yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ulama = ilmu fisika, biologi, matematika?
Yang dimaksud adalah orang yang berilmu agama
Berkata Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu, ”Ilmu itu ada tiga: kitab yang berbicara (Al Qur’an),
sunnah yang berlaku, dan perkataan saya tidak tahu”.
Jangan menjawab jika kita tidak tahu tentang suatu perkara (jangan sok tahu) karena bisa
menyesatkan.
Ini defenisi ilmu menurut para sahabat, bahwa ilmu itu ada tiga saja.
Apakah para sahabat Ibnu Umar menafikkan ilmu yang lain sehingga mengatakan ilmu tiga saja,
padahal ketika itu banyak ilmu lain (ilmu perdagangan, astronomi ). Beliau mengatakan tiga saja
menunjukkan yang paling utama.
1 | Keutamaan Ilmu dan Adab Penuntut Ilmu
Materi Daurah Ta’rifiyah
Berkata Asy Syafi'I, “Semua ilmu selain Al Quran menyibukkan, ilmu itu yang terdapat di
dalamnya qala dan haddatsana”.
Berkata Ibnul Qayyim, “Ilmu itu adalah : Allah berfirman, Rasul bersabda dan para sahabat
berkata”.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersaba “Menuntut ilmu agama wajib bagi setiap muslim” [H.R. Ibnu
Majah]
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Jika seseorang meninggal maka terputus amalnya kecuali 3:
shadaqah jariyah, ilmu yang diajarkannya, atau anak shalih yang mendoakannya “ [H.R. Muslim]
b. Pondasi amal
Imam Bukhari menamakan satu bab dalam kitab shahihnya dengan bab ilmu sebelum amal
berdasarkan QS. 47:19
“Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan
Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” [Qs.Muhammad ayat 19]
d. Makanan ruh
Sebagaimana jasad, ruh pun butuh makanan.
Ibnul Qayyim menukil dari Imam Ahmad,
“Manusia lebih membutuhkan ilmu daripada makanan dan minuman karena makan dan
minum dibutuhkan 2 atau 3 kali dalam sehari sedangkan ilmu dibutuhkan setiap saat”
“Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al
qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu[*], dan Katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." [Thaahaa ayat 114]
[*] Maksudnya: nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam dilarang oleh Allah
menirukan bacaan Jibril ‘alaihissalaam kalimat demi kalimat, sebelum Jibril
‘alaihissalaam selesai membacakannya, agar dapat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.
Diperintahkannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta tambahan imu dan tidak
diperintahkan untuk meminta tambahan reski dll, menunjukkan keutamaan ilmu
Dengan ilmu, seseorang dapat mengetahui yang wajib dan yang sunnah, yang halal dan yang
haram, dsb.
Al ghitthah = menginginkan sesuatu tanpa kita mengharapkan sesuatu itu hilang dari orang lain
Ketika Allah membolehkan hasad kepada 2 hal tsb menunjukkan keutamaannya
4) Manusia terbaik
َ سله َم قَا َل َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَله َم ا ْلقُ ْرآنَ َو
ُعله َمه َ علَ ْي ِه َو صلهى ه
َ َُّللا َ ِ ع ْنهُ ع َْن النه ِبي عثْ َمانَ َر ِض َي ه
َ َُّللا ُ ع َْن- صحيح البخاري
Dari Utsman radhiyallahu’anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Sebaik-baik kalian
adalah yang mempelajari al Qur’an dan mangamalkannya “ [HR. Bukhari]
سلله َم يَقُلو ُل أ َ ََّل إِنه الل ُّد ْنيَا َم ْلعُونَلةٌ َم ْلعُلونٌ َملا فِيهَلا إِ هَّل
َ علَيْل ِه َو صلهى ه
َ َُّللا َ َِّللا ُ عن أبي ه َُري َْرةَ يَقُو ُل سَمِ عْتُ َر- سنن الترمذي
سو َل ه
َّللاِ َو َما َو َاَّلهُ َوعَا ِل ٌم أ َ ْو ُمتَعَ ِل ٌم
ِذك ُْر ه
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata Saya mendengar dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam berkata “ Ketahuilah sesungguhnya dunia itu terlaknat. Terlaknat apa saja
yang di dalamnya kecuali dzikrullah dan apa yang mengantarkannya kepada dzikrulah dan
orang yang menuntut ilmu dan orang yang mengajarkan ilmu”[HR. Tirmidzi]
Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang lami tentang urusan
dunia tetapi jahil di dalam urusan akhirat” [hadits hasan]
Kita harus banyak berdoa karena Allah lah yang memahamkan pikiran kita. Allah yang membuat
kita bisa menghapal, hapal qur’an, hadits, dan perkara-perkara agama.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, jika terbentur pada suatu masalah yang ia tidak bisa pahami, maka
dia sholat 2 rakaat. Meminta kepada Allah supaya dibukakan pemahaman baginya.
Beliau berdo’a (sholat adalah doa) menunjukkan bahwa kita betul-betul merasa bahwa memang
hanya Allah yang membuat kita bisa paham, bukan kemampuan diri kita. Ini salah satu bentuk
tawarruk kita kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala
Meninggalkan maksiat
Syair Imam Syafi’i yang terkenal:
Saya mengadu kepada Waqi’i (gurunya)
Tentang buruknya hapalan saya
Maka dia beri petunjuk kepada saya supaya meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan
Dan diajarkan kepadaku bahwasanya ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.
Orang yang mendapatkan ilmu harus meninggalkan maksiat karena maksiat akan mengotori hati
Orang yang berbuat dosa akan terbentuk titik hitam dihatinya, kalau dia minta ampun dan istigfar
maka akan dihapus. Tetapi kalau tidak, semakin banyak berbuat dosa maka semakin banyak titik
hitam dan semakin terhijab hati. Sementara hati adalah tempat ilmu. Kalau hati terhijab, ilmu
terpental tidak bisa masuk.
Maka agar ilmu berberkah kita harus meninggalkan kemaksiatan.
Ibnul Qayyim mengatakan : ”Ketika kami sedang merasakan sempit, sulit, susah, gundah, gelisah
kami datang kepada Ibnu Taimiyah guru kami. Begitu kami melihat wajahnya saja, sudah
bersemangat lagi.” (begitulah kalau ’alim yang rabbani, ’alim yang dekat dengan Allah Subhaanahu
wa Ta’ala)
Banyak yang bisa kita ambil dengan bermulazamah denga para ulama. Bukan cuma yang keluar dari
lisan saja tapi bagaimana ia mengamalkan ilmu.
Para ulama diutus belajar, yang pertama-tama mereka disuruh untuk belajar adab dulu, belajar
adab ulama tempat mereka belajar, mereka mempelajari adab bertahun-tahun setelah itu baru
mrk belajar ilmunya.
Karena itu tidak bisa orang menjadi ulama kalau hanya otodidak saja. Belajar pakai buku adalah
sarana tapi belajar lewat buku saja tidak bisa, mesti ada ulama yang mengajar kita. Karena orang
yang gurunya adalah buku, jika bukunya salah maka dia ikut salah juga.
Ada kisah orang yang baca buku:
”Al Habbatussauda adalah obat segala penyakit.”
Al Hayyatussauda tertulis Al Habbatussauda
(Ular hitam Jintan Hitam
Karena semangat mengamalkan apa yang dia tau, dia cari ular hitam (ular hitam adalah ular yang
paling keras bisanya). Akhirnya dia dapat ular hitam, dipatuk ular hitam, dan meninggal. Itu karena
gurunya adalah bukunya. Begitu salah cetak, salah paham.
Kalau ada guru maka gurunya pasti luruskan bahwa itu salah cetak. Ulama akan meluruskan kita
agar ilmu yang kita dapatkan benar.
Mengamalkan ilmu
Jika kita mau ilmu kita tinggal, berberkah, bermanfaat kepada kita, maka ia harus diamalkan.
Kita belajar tidak hanya sekedar menumpuk-numpuk pemahaman. Karena kita bukan komputer.
Komputer menyimpan tapi tidak mengamalkan karena dia benda mati. Jadi jika kita banyak
ilmunya tapi tidak diamalkan, kita seperti komputer saja, seperti benda mati, padahal kita makhluk
hidup
Kenapa kita menuntut ilmu ? karena kita ingin melaksanakan perintah agama, Rasulullah
mewajibkan belajar agama, kita belajar karena mau tau ajaran kita, karena kita mau mengamalkan,
karena kita ingin menyampaikan kepada orang lain sehingga mengumpulkan pahala yang lebih
banyak. (itu tujuan kita belajar agama).
Imam Ahmad pernah kedatangan muridnya yang bermalam di rumahnya. Kemudian beliau
menyediakan air untuk muridnya jika bangun malam dia bisa menggunakan airnya. Pada saat
waktu subuh Imam Ahmad memeriksa air u/ muridnya. Ternyata airnya tidak berkurang (artinya
tidak dipakai) karena muridnya tidak bangun. Kemudian Imam Ahmad mengatakan :
”Saya heran ada seorang penuntut ilmu yang tidak ada ibadahnya diwaktu malam.”
Sebagian besar para ulama adalah ahli ibadah juga. Sementara sebagian ahli ibadah tidak
menuntut ilmu
Imam Ahmad ketika mendapatkan hadits berbekam langsung pergi berbekam, dan dia memberikan
upah kepada tukang bekam persis seperti upah yang disebutkan dalam hadits nabi, untuk sekedar
mengamalkan apa yang dia tau. Semangat mengamalkan ilmu, walaupun mungkin dia tidak terlalu
butuh u/ berbekam, tapi karena tau Nabi pernah melakukannya ia pun mengamalkannya bahkan
memberikan upah yg sama dgn upah yg diberikan oleh Nabi kepada tukang bekam dahulu.
Seorang penyair mengatakan :
”Hubungkanlah ilmu itu dengan amal karena dengan demikian kita bisa menguasai ilmu tersebut
kalau tidak maka ia akan pergi (kalau tidak diamalkan).”