You are on page 1of 4

ANALISA NILAI KALOR PADA BATUBARA

I. RUANG LINGKUP
Standar ini meliputi analisis nilai kalor kotor (gross calorific value) dari
batubara dengan menggunakan adiabatic bomb calorimeter parr G400.

II. STANDAR ACUAN


ASTM D5865-11a

III. PRINSIP
Kapasitas panas bomb calorimeter ditentukan dengan membakar sejumlah
berat asam benzoat dengan oxygen dan nilainya akan dibandingkan dengan sampel
yang akan dianalisa pada kondisi yang sama. Nilai panas dari sampel dihitung
dengan mengalikan kenaikan suhu koreksi dengan kapasitas panas dan
membaginya dengan berat sampel.

IV. PREPARASI SAMPEL


Melakukan preparasi sampel sesuai dengan prosedur preparasi ASTM
D2013/D2013 M/12 sehingga diperoleh contoh batubara dengan ukuran 60 mesh.

V. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


a. Alat yang digunakan
1. Bomb pembakar
2. Neraca analitik
3. Wadah kalorimeter
4. Jacket
5. Tempat sampel
6. Ignition fuse : benang catton
b. Bahan yang digunakan
1. Batubara 60 mesh
2. Aquadest
3. Asam benzoat standar
4. Oxygen 99,5% murni
VI. KALIBRASI
Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan kontrol chart. Sampel yang dipilih
diukur secara periodik dan hasilnya dibuat grafik. Batas harga yang diterima
ditentukan dan sistem pengukuran diasumsikan terkendali selama hasilnya berada
pada batas.

VII. DASAR TEORI


Nilai kalor adalah jumlah panas yang dibebaskan jika satu unit berat atau satu
unit volume terbakar sempurna. Nilai kalor kotor batubara adalah panas yang
dihasilkan oleh pembakaran setiap satuan berat batubara dalam sejumlah oxygen
pada kondisi standar. Nilai kalor dinyatakan sebagai heating value,merupakan
suatau parameter yang penting dari thermal coal. Harga nilai kalor yang dapat
dilaporkan adalah gross calorific value (GCV) yang diperoleh melalui pembakaran
suatu sampel batubara didalam bomb kalorimeter dengan mengembalikan sistem ke
ambient temperatur. Untuk nilai kalor yang bener-benar dimanfaatkan pada
pembakaran batubara adalah Net Calorific Value (NCV) yan dapat dihitung dengan
harga panas laten dan panas sensibel yang dipengaruhi oleh kandungan total abu.
Net Calorific Value biasanya antara 93-97 % dari gross calorific value dan
tergantung pada kadar air tertambat serta kandungan hidrogen dalam batubara.
Nilai kalor secara gaeis besar terbagi menjadi dua yaitu :
1. Gross Calorific Value atau High Heating Value ialah nilai kalor pembakaran
dimana semua air dihitung dalam wujud cair.
2. Net Calorific Value atau Low Heating Value ialah nilai kalor dri batubara
tersebut dapat dihitung dari kenaikan suhu setelah pembakaran mengadkan
beberapa koreksi.

Kalorimeter bomb adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor
yang dibebaskan pad pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa.
Bahan bakar dalam sejumlah sampel ditempatkan pada tabung oksigen yang
tercelup dalam medium penyerap kalor dan sampel akan terbakar oleh api listrik
dari kawat logam yang terpasang dalam tabung.
Metode penentuan nilai kalor batubara menggunakan bomb calorimeter
dengan membakar sejumlah kecil sampel batubara dalam oksigen didalam
sebuah cawan yang ditempatkan dalam bejana kalorimeter. Selanjutnya bejanan
beserta isinya ditempatkan didalam bejana berongga yang lebih besar dimana
didalam rongga dinding bejana diisi dengan air untuk membentuk jacket, ini
bertujuan untuk memperkecil transfer panas antara bejana kalorimeter dengan
lingkungan. Kemudian sampel batubara tersebut dibakar dengan bantuan
pematik listrik, dan panas yang dilepaskan dari proses pembakaran tersebut
kemudian diukur dengan cara mengukur temperatur air dalam kalorimeter
sebelum dan naiknya suhu dikalikan dengan panas jenis air.

Kata gross (kotor) pada penilaian kalor batubara mengandung pengertian


bahwa panas laten penguapan dari air yang terdapat dalam batubara ditambah
panas laten penguapan dari air yang terbentuk selama pembakaran boiler.

Kata net (bersih) menandakan bahwa panas laten untuk membentuk uap
air tidak diperhitungkan dalam harga nilai kalor karena panas laten ini terbuang
dalam bentuk uap air. Secara aktual panas laten dan uap air ini tidak bisa
diperoleh kembali dalam kondisi operasi boiler, sehingga pabrik-pabrik
pembuatan boiler harus menyatakan harga efisiensi boiler. Berdasarkan nilai
kalor bersih (net calorific net) dan efisiensi ini sekitar 4% lebih tinggi harga
efisiensi yang dihitung berdasarkan nilai kalor kotor (gross calorific value). Hal
ini harus diperhitungkan bila akan membandingkan harga efisiensi boiler yang
satu dengan boiler yang lain.

Proses pembakaran batubara dalam sebuah calorific berbeda dengan


proses pembakaran batubara dalam boiler. Proses pembakaran dalam
bombcalorimeter berlangsung pada volume konstan sedangkan proses
pembakaran pada boiler berlangsung tekanan konstan. Bila proses pembakaran
berlangsung pada tekanan konstan, maka gas hasil pembakaran harus bebas
memuai sehingga melakukan kerja, dengan demikian nilai kalor kotor pada
tekanan konstan akan lebih tinggi daripada nilai kalor yang diperoleh dari
bomkalorimeter bila panas ekivalen dengan kerja yang diperhitungkan. Selain
itu ada beberapa rumus yang dipakai untuk menghitung nilai kalor bahan bakar,
tetapi hal ini perlu dilakukan analisa dengan metode ultimate.
Gambar Alat

Bom Kalorimeter Wadah Calorimeter

Benang Cotton Neraca Analitik

Spatula

You might also like