Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
NAMA : LUKMAN
NIM : 012010005
CI LAHAN CI INSTITUSI
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran (involusi) dari
uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi :
Tabel 1. TFU menurut masa involusi
INVOLUSI TFU BERAT UTERUS (Bobak,2004:493)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram 2) Vagina dan
Perineum
Placenta lahir 2 cm di bawah umbilicus dengan 1000 gram
Pada post
bagian fundus bersandar pada
partum terdapat
promontorium sakralis
lochia yaitu
1 minggu Pertengahan antara umbilikus dan 500 gram
cairan/sekret yang
simfisis pubis
berasal dari kavum
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram uteri dan vagina.
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram Macam – macam
lochia :
a) Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, terjadi selama 2 hari pasca persalinan
b) Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi hari ke 3 – 7 pasca
persalinan
c) Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca
persalinan
d) Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
3) Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen (prolaktin) terhadap
kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post
partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih
sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu
rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering menetek, maka ASI akan makin banyak
diproduksi.
b. Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat
lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi diserta konsumsi
camilan yang sering ditemukan.
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selamawaktu yang singkat
setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
3) Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya diperineum
akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah
tonus usus kembali normal.
c. Sistem Perkemihan
1) Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu
bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali
diserti daerah-daerah kecil hemoragi.
d. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit
yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang
seluruhnya.
6. Patofisiologi
7. Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
b. Urine lengkap
8. Komplikasi
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada jaringan terinfeksi atau
pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara,
perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC. Jakarta
Doengoes, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta: EGC
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC. Jakarta
Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka
http://www. Us elsevierhealth. com. Nursing diagnoses. Outcomes and interventions
NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia
Sarwono, P. 1994. Ilmu Kebidanan. Balai Penerbit UI. Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. SR DENGAN POST PARTUM
A. Pengkajian
1. Data Demografi
Nama klien : Ny. SR
Umur klien : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Nama suami : Tn. Wahyunta
Umur suami : 29 tahun
Alamat : Samboro
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Diagnosa medik : Post partum
Tanggal masuk RS : 03-11-2004
No. RM : 03 74 77
Tgl Pengkajian : 18/09/2013
2. Keluhan Utama Saat Ini
Ibu menyatakan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika untuk duduk dan berjalan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berat hingga harus ke rumah sakit.
4. Diagnosa Keperawatan
c. Risiko infeksi berhubungan dengan Faktor risiko: Trauma jaringan, Tidak adekuatnya
Rencana Keperawatan
Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
18/09/2013
1. Nyeri akut Setelah diberikan 1. Kaji ulang 1. mengidentifikasi
berhubungan dengan asuhan keperawatan skala nyeri kebutuhan dan
trauma mekanis , diharapkan nyeri ibu 2. Anjurkan ibu intervensi yang tepat
edema / pembesaran berkurang dengan agar 2. untuk mengalihkan
jaringan atau distensi criteria evaluasi : skala menggunakan perhatian ibu dan
efek – efk hormonal nyeri 0-1 , ibu teknik relaksasi rasa nyeri yang
mengatakan nyerinya dan distraksi dirasakan
berkurang sampai rasa nyeri 3. memperlancar
hilang , tidak merasa 3. Motivasi : pengeluaran lochea,
nyeri saat mobilisasi , untuk mempercepat
tanda vital dalam batas mobilisasi involusi dan
normal . S = 37 C . N = sesuai indikasi mengurangi nyer
80x/menit , TD = 4. Berikan i secara bertahap.
120/80 mmHG , R = kompres 4. meningkatkan
18 – 20 x/ menit hangat sirkulasi pada
5. Delegasi perinium
pemberian 5. melonggarkan
analgetik system saraf perifer
sehingga rasa nyeri
berkurang
19/09/2013
1. Resiko tinggi setelah diberikan askep1. Kaji lochea 1. untuk dapat
terhadap kekurangan diharapkan infeksi (warna, bau, mendeteksi tanda
volume cairan pada ibu tidak terjadi jumlah) infeksi lebih dini dan
berhubungan dengan dengan KE : dapat kontraksi mengintervensi
penurunan masukan / mendemonstrasikan uterus dan dengan tepat.
penggantian tidak teknik untuk kondisi jahitan2. pembalut yang
adekuat , kehilangan menurunkan resiko episiotomi. lembab dan banyak
cairan berlebih ( infeksi, tidak terdapat 2. Sarankan pada darah merupakan
muntah , hemoragi , tanda-tanda infeksi. ibu agar media yang menjadi
peningkatan keluaran mengganti tempat
urine ) pembalut tiap 4 berkembangbiaknya
jam. kuman.
3. Pantau tanda- 3. peningkatan suhu >
tanda vital. 38C menandakan
4. Lakukan infeksi.
rendam 4. untuk memperlancar
bokong. sirkulasi ke perinium
5. Sarankan ibu dan mengurangi
membersihkan udema.
perineal dari 5. membantu
depan ke
mencegah
belakang. kontaminasi rektal
melalui vaginal.
20/09/2013
1. Resiko tinggi setelah diberikan askep1. Ajarkan ibu 1. memberi rangsangan
terhadap infeksi ibu diharapkan tidak agar massage pada uterus agar
berhubungan dengan kekurangan volume sendiri fundus berkontraksi kuat
trauma jaringan , cairan dengan KE : uteri. dan mengontrol
penurunan Hb , cairan masuk dan 2. Pertahankan perdarahan.
prosedur invasive , keluar seimbang, cairan peroral 2. mencegah terjadinya
pecah ketuban , Hb/Ht dalam batas 1,5-2 Liter/hari dehidrasi.
malnutrisi normal (12,0-16,0
3. Observasi 3. peningkatan suhu
gr/dL) perubahan dapat memperhebat
suhu, nadi, dehidrasi.
tensi. 4. penurunan Hb tidak
4. Periksa ulang boleh melebihi 2
kadar Hb/Ht. gram%/100 dL.