You are on page 1of 31

FARMAKOTERAPI

“PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA IBU HAMIL”

Disusun Oleh :

Evi Yulia ( 16330113 )

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …..………………………………………………………...……....i


DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………...…4
1.2 RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………………..4
1.3 TUJUAN …………………….………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kehamilan ………..……………………………………………………………….….5
2.2 Farmakokinetik Obat Pada Kehamilan ………………….…………………………..16
2.3 Farmakodinamik Obat Pada Kehamilan .…….……………………..……………….22
2.4 Terapi Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil ………………………………….………..25
2.5 Jurnal Pengaruh Perubahan Fisiologi Ibu Hamil Terhadap Antroprometi Bayi Baru
Lahir Di AcehBesar …………………..…………………...……….……….…….....27
2.6 Studi Kasus …………………………………………………………………………..28
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah- Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
penyakit ISPA sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima
kasih kepada Ibu Dr. Refdanita, M.Si,Apt selaku Dosen mata kuliah Farmakologi yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai penyakit ISPA dalam ilmu Farmakologi. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, september 2018

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi segera
setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini
merupakan respon terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua
perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan
menyusui selesai.

Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian dalam satu kesatuan yang
dimulai dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi ibu terhadap nidasi, pemeliharaan
kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi
dan persalinan dengan kesiapan untuk memelihara bayi. Dalam menjalani proses kehamilan
tersebut, ibu hamil mengalami perubahan- perubahan anatomi dan fisiologi pada tubuhnya
sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai dari trimester I, sampai dengan trimester III
kehamilan. Perubahan-perubahan fisiologi tersebut diantaranya adalah perubahan Berat
Badan dan Indek Masa Tubuh, Darah dan Pembekuan Darah, Serta Persyarafan. Selama
perubahan-perubahan yang sifatnya masih fisiologis atau memang normal terjadi dalam
proses kehamilan berlangsung ringan dan tak mengganggu aktivitas, dianggap normal.
Sebaliknya bila gejala-gejala tersebut mulai berlebihan dan menyebabkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, seperti mengganggu aktivitas bukan hal yang normal lagi.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III?
 Bagaimana mengetahui efek farmakokinetik dan farmakodinamik perubahan
fisiologi pada ibu hamil?
 Apa terapi yang digunakan pada perubahan fisiologis ibu hamil?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil.
 Untuk mengetahui farmakokinetik dan farmakodinamik perubahan fisiologi pada ibu
hamil.
 Untuk mengetahui terapi yang digunakan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologi kehamilan


Kehamilan merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari
pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak
terpisahkan selama masa kehamilan. Selama masa kehamilan tersebut wanita sangat rentan
terhadap beberapa penyakit, seperti infeksi saluran kemih. Pada tubuh pediatri terjadi
perubahan fisiologis karena terbentuknya unit fetal-plasental maternal. Keadaan ini
mempengaruhi farmakokinetika obat baik dari segi absorbsi, distribusi, maupun
eliminasinya, sehingga bisa mempengaruhi efek obat.
Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai sejak konsepsi dan di akhiri
dengan proses persalinan (Hayes, 2012).
Tiga periode berdasarkan lamanya kehamilan, yaitu:
1. Kehamilan trimester I : 0-12 minggu
2. Kehamilan trimester II : 12-28 minggu
3. Kehamilan trimester III : 28-40 minggu
A. Sistem Reproduksi
1. Trimester I
a. Uterus
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot sementara
produksi meosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi
jaringan ikat dan elastik, terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan
meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan
menebal, tetapi seiring dengan bertambahanya usia kehamilan akan menipis pada akhir
kehamilan ketebalanya hanya sekitar 1,5 cm bahkan kurang.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon esterogen
dan sedikit oleh progesteron.akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih penambahan
ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada awal kehamilan tuba fallopi,
ovarium,dan ligamentum rotundum berada sedikit dibawah apeks fundus, sementara pada
akhir kehamilan akan berada sedikit di atas pertengahan uterus. Posisi plasenta juga
mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, dimana bagian uterus yang mengelilingi

5
implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian lainnya.
Sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal dengan tanda
piscaseck.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti
buah alvokat. Seiring dengan perkembangan kehamilannya,daerah fundus dan korpus akan
membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu.
Istimus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang
mengakibatkan ithmus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda Hegar.
Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan menyentuh dinding abdominal mendorong usus
seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal mendorong usus
kesamping, dan keatas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati. Sejak trimester I
kehamillan uterus akan mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai
nyeri.
b. Serviks
Serviks menjadi lunak (soft) yang disebut dengan tanda Goodell, banyak jaringan
ikat yang mengandung kolagen, kelenjar servikal membesar dan mengeluarkan banyak
cairan mukus karna pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid
yang disebut tanda Chadwick.
c. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga
ditunda.hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan. Dan setelah itu akan berperan
sebagai penghasil progeteron dlam jumlah yang relatif minimal.
d. Vagina dan Vulva
Minggu ke-8 terjadi hipervaskularisasi sehingga vagina tampak merah dan kebiruan
(tanda chatwick). pH vagina menjadi lebih asam. Dari 4 menjadi 6.5 menyebabkan rentan
terhadap infeksi vagina. Mengalami deskuamasi/pelepasan elemen epitel pada sel-sel vagina
akibat stimulasi estrogen membentuk rabas vagina disebut leukore (keputihan). Hormon
kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan dengan produksi
mukosa vagina yang tebal, jarinagn ikat longar, hipertropi otot polos dan pemanjangan
vagina.

6
2. Trimester II
a. Uterus
Bentuk uterus pada kehamilan empat bulan berbentuk bulat sedangkan pada akhir
kehamilan berbentuk bujur telur. Pada kehamilan lima bulan,rahim teraba seperti berisi
cairan ketuban dan dinding rahim terasa tipis. Posisi rahim antara lain:
1. Pada empat bulan kehamilan, rahim tetap berada pada rongga pelvis.
2. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat
mencapai batas hati.
3. Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen kanan
atau kiri
Pada kehamilan 16 minggu,kavum uteri seluruh nya di isi oleh amion dimana desidua
kapsularis dan desidua vera (parietalis) telah menjadi satu. Tinggi TFU terletak antara
pertengahan simpisis pusat. Plansenta telah terbentuk seluruh nya. Pada kehamilan 20
minggu, TFU terletak 2-3 jari di bawa pusat. Pada kehamilan 24 minggu, TFU terletak
setinggi pusat.
b. Serviks
Serviks bertambah dan menjadi lunak (soft) yang di sebut dengan tanda Gooldell.
Kelenjar endoserfikal membesar dan mengeluarkan cairan mukus. Oleh karna pertumbuhan
dan pelebaran pembulu darah, warna nya menjadi lipid yang di sebut tanda Chandwick.
c. Ovarium
Saat ovulasi terhenti masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuk nya
plasenta yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron ( kira-kira pada
kehamilan 16 minggu dan korpus luteum graviditas berdiameter kurang lebih 3 cm)
d. Vagina dan vulva
Terjadi peningkatan vaskularisasi vagina dan peningkatan sensitifitas yang
menyolok,serta meningkatkan libido.
3. Trimester III
a. Uterus
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram-1000 gram pada akhir kehamilan
empat puluh minggu. Pada kehamilan 28 minggu, TFU (Tinggi Fundus Uteri) terletak 2-3
jari diatas pusat, Pada kehamilan 36 minggu tinggi TFU satu jari dibawah Prosesus xifoideus.
Dan pada kehamilan 40 minggu,TFU berada tiga jari dibawah Prosesus xifoideus. Pada

7
trimester III , istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri dan berkembang menjadi segmen
bawah uterus atau segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua, kontraksi otot-otot
bagian atas uterus menyebabkan SBR menjadi lebih lebar dan tipis (tampak batas yang nyata
antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis). Batas ini dikenal
sebagai lingkaran retraksi fisiologik. Dinding uterus diatas lingkaran ini jauh lebih tebal
daripada SBR.
b. Serviks
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen.
Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi, maka
konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan ikat yang
terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung
jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat
partus serviks akan membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan
bagian bawah janin kebawah . Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak
menutup seperti spinkter.
Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin pada kehamilan,
akan tetapi yang memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan melakukannya
dengan kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan.
Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi
lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan
fisiologik, karena peningakatan hormon progesteron. Selain itu prostaglandin bekerja pada
serabut kolagen, terutama pada minggu-minggu akhir kehamilan. Serviks menjadi lunak dan
lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan.
c. Ovarium
Ovulasi terhenti, fungsi pengeluaran hormon estrogen dan progesteron di ambil alih
oleh plasenta.
d. Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva mengalami perubahan karena pengaruh esterogen.akibat dari
hipervaskularisi,vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada
vagina atau portio serviks di sebut tanda chadwick.

8
B. Payudara
1. Trimester I
Payudara (mamae) akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,
estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan
hipertropi sistem saluran, sedangkan progesterone menambah sel-sel asinus pada mammae.
Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan
menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasein, laktralbumun dan
laktoglobulin. Dengan demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi. Disamping itu
dibawah pengaruh progesteron dan somatomamotropin terbentuk lemak sekitar alveolua-
alveolus,sehingga mammae menjadi lebih besar. Papilla mammae akan membesar, lebih
tegang dan tambah lebih hitam, seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi.
Hipertropi kelenjar sebasea (lemak) yang mungul diareola primer dan disebut tuberkel
Montgomery. Glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol dipermukaan areola
mammae.
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara mulai
timbul sejak minggu keenam gestasi. Perubahan payudara ini adalah tanda mungkin hamil.
Sensivitas payudara bervariasi dari rasa geli ringan sampai nyeri tajam. Peningkatan suplai
darah membuat pembuluh darah dibawah kulit berdilatasi. Pembuluh darah yang
sebelumnya tidak terlihat, sekarang terlihat, seringkali tampak sebagai jalinan jaringan biru
dibawah permukaan kulit. Kongsti vena di payudara lebih jelas terlihat pada primigravida.
Striae dapat terlihat dibagian luar payudara.
2. Trimester II
Kolostrum mulai muncul, warnanya bening kekuning-kuningan. Pertumbuhan
payudara pun lebih besar lagi karena dipengaruhi oleh kelenjar mamae.
3. Trimester III
Mammae semakin tegang dan membesar sebagai persiapan untuk laktasi akibat
pengaruh somatotropin, estrogen dan progesteron.Pada payudara wanita terdapat striae
karena adanya peregangan lapisan kulit. Hal ini terjadi pada 50 % wanita hamil. Selama
trimester ini pula sebagian wanita mengeluarkan kolostrum secara periodik.
C. Sistem Endokrin
1. Trimester I

9
Perubahan besar pada system endokrin yang penting terjadi untuk mempertahankan
kehamilan, pertumbuhan normal janin, dan pemulihan pascapartum (nifas). Tes HCG positif
dan kadar HCG meningkat cepat menjadi 2 kali lipat setiap 48 jam sampai kehamilan 6
minggu. Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan terutama akibat produksi
estrogen dan progesterone plasenta dan juga hormone-hormon yang dikeluarkan oleh janin.
Berikut perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan ( dan trimester I sampai trimester
III)
a. Estrogen
Produksi estrogen plaseenta terus naik selama kehamilan dan pada akhir kehamilan
kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil.
b. Progesteron
Produksi progesterone bahkan lebih banyak dibandingkan estrogen. Pada akhir
kehamilan produksinya kira-kira 250 mg/hari. Progesterone menyebabakan tonus otot polos
menurun dan juga diuresis. Progesterone menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan sub
kutan di abdomen, punggung dan paha atas. Lemak berfungsi sebagai cadangan enrgi baik
pada masa hamil maupun menyusui.
c. Human chorionic gonadotropin (HCG)
Hormone ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah perubahan da merupakan dasar
tes khamilan. Puncak sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah konsepsi.fungsi
utamanya adalah mempertahankan korpus luteim.
d. Human placental lactogen (HPL)
Hormone ini diproduksinya terus naik dan pada saat aterm mencapai 2 gram/hari.
Efeknya mirip dengan hormone pertumbuhan. Ia juga bersifat diabetogenik,sehingga
kebutuhan insulin wanita hamil naik.
e. Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama kehamilan karena ditekan
oleh estrogen dan progesterone plasenta.
f. Prolaktin
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi estrogen.sekresi air
susu sendiri dihambat oleh estrogen ditingkat target organ.
g. Growth hormone (STH)
Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan HPL.
h. TSH,ACTH, dan MSH

10
Hormone-hormon ini tidak banyak dipengaruhi oleh kehamilan.
i. Titoksin
Kelenjar tiroid mengalami hipertropi dan produksi T4 meningkat. Tetapi T4 bebas
relative tetap, karena thyroid binding globulin meninggi, sebagai akibat tingginya estrogen,
dan juga merupakan akibat hyperplasia jaringan glandular dan prningkatan vaskularisasi.
Tiroksin mengatur metabolisme.
j. Aldosteron, Renin dan angiotensin
Hormone ini naik, yang menyebabkan naiknya volume intravaskuler.
k. Insulin
Produksi insulin meningkat sebagai akibat estrogen, progesterone dan HPL.
l. Parathormon
Hormone ini relative tidak dipengaruhi oleh kehamilan.
2. Trimester II
Adanya peningkatan hormon estrogen dan progesterone serta terhambatnya
pembentukan FSH dan LH. Ovum tidak terbentuk tetapi estrogen & progesteron yang
terbentuk. Ovulasi akan terjadi peningkatan sampai kadar relatif rendah.
a. Sekresi hipofisis, kelenjar hipofisis anterior membesar sedikikitnya 50% selama
kehamilan & meningkat kortikotropin tirotropin & prolaktin.
b. Sekresi kortikosteroid,meningkat selama kehamilan untuk membeantu mobilisasi
asam amino dari jaringan ibu sehingga dapat dipakai untuk sintesis jaringan janin.
c. Sekresi kelenjar tiroid, membesar sekitar 50% dan meningkat produksi tiroksin
yang sesuai dengan Pembesaran tersebut.
d. Sekresi kelejar paratiroid, membesar selama kehamilan terjadi bila ibu
mengelamai defisiensi Ca / kalsium dalam makanannya. Karna janin akan mengunakan Ca
ibu untuk pembentukan tulangnya sendiri.
e. Sekresi relaksin oleh ovarium. Agak diragukan fungsi nya karna mempunyai efek
perlunakan servik ibu hamil pada saat persalinan dan penghambatan mortilitas uterus.
3. Trimester III
Hormon Somatomamotropin, esterogen, dan progesteron merangsang mammae
semakin membesar dan meregang, untuk persiapan laktasi.
D. Sistem Kekebalan
1. Trimester I

11
Peningkatan PH vagina menyebabkan wanita hamil rentan terhadap infeksi vagina.
Sistem pertahanan tubuh ibu tetap utuh, kadar immunoglobin dalam kehamilan tidak
berubah.
2. Trimester II
Janin sebenarnya merupakan benda asing bagi ibunya karena hasil pertemuan dua
gamet yang berlainan. Namun ternyata janin dapat diterima oleh sistem imunitas tubuh, hal
ini merupakan keajaiban alam dan belum ada gambaran jelas tentang mekanisme sebenarnya
yang berlangsung pada tubuh ibu hamil. Imunologi dalam janin kebanyakan dari ibu ke janin
sekitar 16 mgg kehamilan dan terus meningkat ketika kehamilan bertambah, tetapi sebagian
besar lagi diterima janin selama empat minggu terakhir kehamilan.
3. Trimester III
Human chorionic gonadotropin dapat menurunkan respons imun wanita hamil.
Selain itu, kadar IgG, IgA, dan IgM serum menurun mulai dari minggu ke 10 kehamilan,
hingga mencapai kadar terendah pada minggu ke 30 dan tetap berada pada kadar ini hingga
trimester terakhir. Perubahan –perubahan ini dapat menjelaskan penigkatan risiko infeksi
yang tidak masuk akal pada wanita hamil.
E. Sistem Perkemihan
1. Trimester I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering
timbul kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar
dari rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak berubah, laju
filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan.
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada
kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa
lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan
oleh uterus yang mulai membesar.
Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus
dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan.Ginjal wanita harus
mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu yang meningkat dan juga
mengekskresi produk sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar,
panjangnya bertambah 1-1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada
posisi rekumbeng lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita
hamil berbaring telentang, berat uterus akan menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah

12
jantung menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu
juga dengan volume darah ginjal.

2. Trimester II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena
uterus sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih tertarik keatas dan
keluar dari panggul sejati kea rah abdomen. Uretra memanjang samapi 7,5 cm karena
kandung kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh
hyperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa
kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun.
Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat yang
sama, pembesaran uterus mennekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih
walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.
3. Trimester III
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kmbali. Selain
itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada
pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid
di sebelah kiri.
Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine
dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.
Pemakaian obat pada kehamilan merupakan salah satu masalah pengobatan yang penting
untuk diketahui dan dibahas. Hal ini mengingat bahwa dalam pemakaian obat selama
kehamilan, tidak saja dihadapi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu, tetapi juga
pada janin. Hampir sebagian besar obat dapat melintasi sawar darah/plasenta, beberapa
diantaranya mampu memberikan pengaruh buruk, tetapi ada juga yang tidak memberi
pengaruh apapun. Beberapa jenis obat dapat menembus plasenta dan mempengaruhi janin
dalam uterus, baik melalui efek farmakologik maupun efek teratogeniknya. Secara umum
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masuknya obat ke dalam plasenta dan memberikan
efek pada janin adalah:
a. sifat fisikokimiawi dari obat
b. kecepatan obat untuk melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi janin

13
c. lamanya pemaparan terhadap obat
d. bagaimana obat didistribusikan ke jaringan-jaringan yang berbeda pada janin
e. periode perkembangan janin saat obat diberikan dan
f. efek obat jika diberikan dalam bentuk kombinasi.

Kemampuan obat untuk melintasi plasenta tergantung pada sifat lipofilik dan ionisasi
obat. Obat yang mempunyai lipofilik tinggi cenderung untuk segera terdifusi ke dalam
serkulasi janin. Contoh, tiopental yang sering digunakan pada seksio sesarea, dapat
menembus plasenta segera setelah pemberian, dan dapat mengakibatkan terjadinya apnea
pada bayi yang dilahirkan. Obat yang sangat terionisasi seperti misalnya suksinilkholin dan
d-tubokurarin, akan melintasi plasenta secara lambat dan terdapat dalam kadar yang sangat
rendah pada janin. Kecepatan dan jumlah obat yang dapat melintasi plasenta juga ditentukan
oleh berat molekul. Obat-obat dengan berat molekul 250-500 dapat secara mudah melintasi
plasenta, tergantung pada sifat lipofiliknya, sedangkan obat dengan berat molekul > 1000
sangat sulit menembus plasenta. Kehamilan merupakan masa rentan terhadap efek samping
obat, khususnya bagi janin. Salah satu contoh yang dapat memberikan pengaruh sangat
buruk terhadap janin jika diberikan pada periode kehamilan adalah talidomid, yang memberi
efek kelainan kongenital berupa fokomelia atau tidak tumbuhnya anggota gerak. Untuk itu,
pemberian obat pada masa kehamilan memerlukan pertimbangan yang benar-benar matang.
Proses kehamilan di dahului oleh proses pembuahan satu sel telur yang bersatu
dengan sel spermatozoa dan hasilnya akan terbentuk zigot. Zigot mulai membelah diri satu
sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat sel dan seterusnya. Pada hari ke empat zigot
tersebut menjadi segumpal sel yang sudah siap untuk menempel / nidasi pada lapisan dalam
rongga rahim (endometrium). Kehamilan dimulai sejak terjadinya proses nidasi ini. Pada
hari ketujuh gumpalan tersebut sudah tersusun menjadi lapisan sel yang mengelilingi suatu
ruangan yang berisi sekelompok sel di bagian dalamnya. Sebagian besar manusia, proses
kehamilan berlangsung sekitar 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300
hari). Kehamilan yang berlangsung antara 20 – 38 minggu disebut kehamilan preterm,
sedangkan bila lebih dari 42 minggu disebut kehamilan postterm.
Menurut usianya, kehamilan ini dibagi menjadi 3 yaitu kehamilan trimester pertama 0 – 14
minggu, kehamilan trimester kedua 14 – 28 minggu dan kehamilan trimester ketiga 28 – 42
minggu. Gangguan pada kehamilan :
 Mual dan muntah

14
 Liur melimpah
 Tekanan pada dada
 Lemah dan pusing
 Sariawan
 Gangguan buang air besar
 Varises
 Wasir atau ambeien
 Kejang kaki
 Keputihan
Farmakokinetika adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat. Empat proses
yang termasuk di dalamnya adalah : absorpsi, distribusi, metabolisme ( biotransformasi ) dan
ekskresi ( eliminasi ). Pada masa kehamilan, perubahan fisiologis akan terjadi secara
dinamis, hal ini dikarenakan terbentuknya unit fetal-plasental-maternal. Karena perubahan
fisiologis inilah maka farmakokinetika obat baik absorpsi, distribusi, metabolisme maupun
ekskresi pun ikut berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut antara lain perubahan
fungsi saluran cerna, fungsi saluran nafas, dan peningkatan laju filtrasi glomerulus pada
ginjal.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan obat dapat melewati sawar plasenta
dengan mudah, sehingga janin yang dikandung pun ikut menerima obat, serta dapat
mengalami perubahan-perubahan seperti :
1. Kehamilan bisa mengubah absorpsi obat yang diberikan peroral
2. Kehamilan bisa mengubah distribusi obat yang disebabkan karena peningkatan
distribusi volume (intravaskuler, interstisial dan di dalam tubuh janin) serta
peningkatan cardiac output.
3. Kehamilan mengubah interaksi obat-reseptor karena timbul dan tumbuhnya reseptor
obat yang baru di plasenta dan janin .
4. Kehamilan dapat mengubah ekskresi obat melalui peningkatan aliran darah ginjal
dan
filtrasi glomerulus.

OBAT —> DARAH (PLASMA) —> TEMPAT KERJA —> EFEK

15
Jika suatu obat digunakan sebagai profilaksis, misalnya pada pencegahan kekambuhan
epilepsi, atau pemakaian obat yang responsnya sukar diukur (misalnya, efek antiirtflamasi),
kadar obat dalam darah merupakan parameter yang dapat digunakan secara efektif untuk
memantau terapi.
Setiap individu mempunyai gambaran farmakokinetik obat yang berbeda-beda. Dosis yang
sama dari suatu obat bila diberikan pada sekelompok orang dapat menunjukkan gambaran
kadar dalam darah yang berbeda-beda dengan intensitas respons yang berlainan pula.
Kenyataan hubungan konsentrasi obat dalam darah dengan respons yang dihasilkan tidak
banyak bervariasi dibanding dengan hubungan dosis dengan respons. Dengan menganggap
bahwa respons terhadap obat bergantung pada kadar obat dalam darah, kita mengenal 3
macam kadar obat, yaitu kadar efektif minimum, pada kadar di bawahnya tidak jelas adanya
efek obat; kadar toksik, pada kadar ini, efek-efek toksik (efek samping yang tidak
diinginkan) mulai timbul; dan kadar obat yang terletak di antara kadar efektif minimum dan
kadar toksik yang dikenal sebagai jendela terapeutik.

2.2 Farmakokinetika Obat Selama Kehamilan


Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang mempengaruhi
farmakokinetika obat. Perubahan tersebut meliputi peningkatan cairan tubuh misalnya
penambahan volume darah sampai 50% dan curah jantung sampai dengan 30%. Pada akhir
semester pertama aliran darah ginjal meningkat 50% dan pada akhir kehamilan aliran darah
ke rahim mencapai puncaknya hingga 600-700 ml/menit. Peningkatan cairan tubuh tersebut
terdistribusi 60 % di plasenta, janin dan cairan amniotik, 40% di jaringan si ibu. Perubahan
volume cairan tubuh tersebut diatas menyebabkan penurunan kadar puncak obat-obat di
serum, terutama obat-obat yang terdistribusi di air seperti aminoglikosida dan obat dengan
volume distribusi yang rendah. Peningkatan cairan tubuh juga menyebabkan pengenceran
albumin serum (hipoalbuminemia) yang menyebabkan penurunan ikatan obat-albumin.
Steroid dan hormon yang dilepas plasenta serta obat-obat lain yang ikatan protein plasmanya
tinggi akan menjadi lebih banyak dalam bentuk tidak terikat. Tetapi hal ini tidak bermakna
secara klinik karena bertambahnya kadar obat dalam bentuk bebas juga akan menyebabkan
bertambahnya kecepatan metabolisme obat tersebut.Gerakan saluran cerna menurun pada
kehamilan tetapi tidak menimbulkan efek yang bermakna pada absorpsi obat. Aliran darah
ke hepar relatif tidak berubah. Walau demikian kenaikan kadar estrogen dan progesteron

16
akan dapat secara kompetitif menginduksi metabolisme obat lain, misalnya fenitoin atau
menginhibisi metabolisme obat lain misalnya teofilin.Peningkatan aliran darah ke ginjal
dapat mempengaruhi bersihan (clearance) ginjal obat yang eliminasi nya terutama lewat
ginjal, contohnya penicilin. Perpindahan obat lewat plasenta. Perpindahan obat lewat
plasenta umumnya berlangsung secara difusi sederhana sehingga konsentrasi obat di darah
ibu serta aliran darah plasenta akan sangat menentukan perpindahan obat lewat plasenta.

Seperti juga pada membran biologis lain perpindahan obat lewat plasenta dipengaruhi oleh
hal-hal dibawah ini :
 Kelarutan dalam lemak
Obat yang larut dalam lemak akan berdifusi dengan mudah melewati plasenta masuk
ke sirkulasi janin. Contohnya , thiopental, obat yang umum digunakan pada dapat
menyebabkan apnea (henti nafas) pada bayi yang baru dilahirkan.
 Derajat ionisasi
Obat yang tidak terionisasi akan mudah melewati plasenta. Sebaliknya obat yang
terionisasi akan sulit melewati membran Contohnya suksinil kholin dan tubokurarin
yang juga digunakan pada seksio sesarea, adalah obat-obat yang derajat ionisasinya
tinggi, akan sulit melewati plasenta sehingga kadarnya di di janin rendah. Contoh
lain yang memperlihatkan pengaruh kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi
adalah salisilat, zat ini hampir semua terion pada pH tubuh akan melewati akan tetapi
dapat cepat melewati plasenta. Hal ini disebabkan oleh tingginya kelarutan dalam
lemak dari sebagian kecil salisilat yang tidak terion. Permeabilitas membran plasenta
terhadap senyawa polar tersebut tidak absolut. Bila perbedaan konsentrasi ibu-janin
tinggi, senyawa polar tetap akan melewati plasenta dalam jumlah besar.
 Ukuran molekul
Obat dengan berat molekul sampai dengan 500 Dalton akan mudah melewati pori
membran bergantung pada kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi. Obat-obat
dengan berat molekul 500-1000 Dalton akan lebih sulit melewati plasenta dan obat-
obat dengan berat molekul >1000 Dalton akan sangat sulit menembus plasenta.
Sebagai contoh adalah heparin, mempunyai berat molekul yang sangat besar
ditambah lagi adalah molekul polar, tidak dapt menembus plasenta sehingga
merupakan obat antikoagulan pilihan yang aman pada kehamilan.
 Ikatan protein.

17
Hanya obat yang tidak terikat dengan protein (obat bebas) yang dapat melewati
membran. Derajat keterikatan obat dengan protein, terutama albumin, akan
mempengaruhi kecepatan melewati plasenta. Akan tetapi bila obat sangat larut dalam
lemak maka ikatan protein tidak terlalu mempengaruhi, misalnya beberapa anastesi
gas. Obat-obat yang kelarutannya dalam lemak tinggi kecepatan melewati plasenta
lebih tergantung pada aliran darah plasenta. Bila obat sangat tidak larut di lemak dan
terionisasi maka perpindahaan nya lewat plasenta lambat dan dihambat oleh besarnya
ikatan dengan protein. Perbedaan ikatan protein di ibu dan di janin juga penting,
misalnya sulfonamid, barbiturat dan fenitoin, ikatan protein lebih tinggi di ibu dari
ikatan protein di janin. Sebagai contoh adalah kokain yang merupakan basa lemah,
kelarutan dalam lemak tinggi, berat molekul rendah (305 Dalton) dan ikatan protein
plasma rendah (8-10%) sehingga kokain cepat terdistribusi dari darah ibu ke janin.
Metabolisme obat di plasenta dan di janin. Dua mekanisme yang ikut melindungi janin dari
obat disirkulasi ibu adalah.
1. Plasenta yang berperan sebagai penghalang semipermiabel juga sebagai tempat
metabolisme beberapa obat yang melewatinya. Semua jalur utama metabolisme obat ada
di plasenta dan juga terdapat beberapa reaksi oksidasi aromatik yang berbeda misalnya
oksidasi etanol dan fenobarbital. Sebaliknya , kapasitas metabolisme plasenta ini akan
menyebabkan terbentuknya atau meningkatkan jumlah metabolit yang toksik, misalnya
etanol dan benzopiren. Dari hasil penelitian prednisolon, deksametason, azidotimidin
yang struktur molekulnya analog dengan zat-zat endogen di tubuh mengalami
metabolisme yang bermakna di plasenta.
2. Obat-obat yang melewati plasenta akan memasuki sirkulasi janin lewat vena umbilikal.
Sekitar 40-60% darah yang masuk tersebut akan masuk hati janin, sisanya akan langsung
masuk ke sirkulasi umum janin. Obat yang masuk ke hati janin, mungkin sebagian akan
dimetabolisme sebelum masuk ke sirkulasi umum janin, walaupun dapat dikatakan
metabolisme obat di janin tidak berpengaruh banyak pada metabolisme obat maternal.
Obat-obat yang bersifat teratogenik adalah asam lemah, misalnya talidomid, asam
valproat, isotretinoin, warfarin. Hal ini diduga karena asam lemah akan mengubah pH sel
embrio. Dan dari hasil penelitian pada hewan menunjukkan bahwa pH cairan sel embrio
lebih tinggi dari pH plasma ibu, sehingga obat yang bersifat asam akan tinggi kadarnya
di sel embrio.
A. Absorpsi

18
Pada awal kehamilan akan terjadi penurunan sekresi asam lambung hingga 30-
40%. Hal ini menyebabkan pH asam lambung sedikit meningkat, sehingga obat-obat
yang bersifat asam lemah akan sedikit mengalami penurunan absorpsi. Sebaliknya
untuk obat yang bersifat basa lemah absorpsi justru meningkat. Pada fase selanjutnya
akan terjadi penurunan motilitas gastrointestinal sehingga absopsi obat-obat yang
sukar larut (misalnya digoksin) akan meningkat, sedang absopsi obat-obat yang
mengalami metabolisme di dinding usus, seperti misalnya klorpromazin akan
menurun.
Obat yang dimasukkan ke dalam tubuh dan diserap ke dalam pembuluh darah akan
diedarkan ke seluruh tubuh. Beberapa jenis sediaan dirancang untuk hanya diserap langsung
di target penyembuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat di saluran cerna antara lain formula obat,
komposisi makanan, komposisi kimia, pH cairan usus, waktu pengosongan lambung,
motilitas usus, dan aliran darah. Peningkatan kadar progesteron dalam darah dianggap
bertanggungjawab terhadap penurunan motilitas usus, yang memperpanjang waktu
pengosongan lambung dan usus hingga 30-50%. Hal ini menjadi bahan pertimbangan yang
penting bila dibutuhkan kerja obat yang cepat. Pada pediatri terjadi penurunan sekresi asam
lambung (40% dibandingkan wanita tidak hamil), disertai peningkatan sekresi mucus.
Kombinasi kedua hal tersebut akan menyebabkan peningkatan pH lambung dan kapasitas
buffer. Secara klinik hal ini akan mempengaruhi ionisasi asam-basa yang berakibat pada
absorbsi obat.
Mual dan muntah yang sering terjadi pada trimester pertama kehamilan dapat pula
menyebabkan rendahnya konsentrasi obat dalam plasma. Pada pasien ini dianjurkan untuk
mengonsumsi obat pada saat mual dan muntah. Dengan mengubah formula obat berdasarkan
perubahan sekresi usus dan mengatur kecepatan serta tempat pelepasan obat, diharapkan
absorbsi obat akan menjadi lebih baik.
Absorpsi obat pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung, tidal volume, ventilasi, dan
aliran darah paru. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan peningkatan absorbsi alveolar,
sehingga perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat inhalan.

B. Distribusi
Pada keadaan kehamilan, volume plasma dan cairan ekstraseluser ibu akan
meningkat, dan mencapai 50% pada akhir kehamilan. Sebagai salah satu akibatnya

19
obat-obat yang volume distribusinya kecil, misalnya ampisilin akan ditemukan dalam
kadar yang rendah dalam darah, walaupun diberikan pada dosis lazim. Di samping itu,
selama masa akhir kehamilan akan terjadi perubahan kadar protein berupa penurunan
albumin serum sampai 20%. Perubahan ini semakin menyolok pada keadaan pre-
eklamsia, di mana kadar albumin turun sampai 34% dan glikoprotein meningkat
hingga 100%. Telah diketahui, obat asam lemah terikat pada albumin, dan obat basa
lemah terikat pada alfa-1 glikoprotein. Konsekuensi, fraksi bebas obat-obat yang
bersifat asam akan meningkat, sedangkan fraksi bebas obat-obat yang bersifat basa
akan menurun. Fraksi bebas obat-obat seperti diazepam, fenitoin dan natrium valproat
terbukti meningkat secara bermakna pada akhir kehamilan.
Distribusi obat adalah proses-proses yang berhubungan dengan transfer senyawa
obat dari satu lokasi ke lokasi lain di dalam tubuh.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi proses distribusi, antara lain :
a. Permeabilitas antar jaringan, terutama antara jaringan dan darah.
b. Aliran darah
c. Tingkat perfusi jaringan
d. Kemampuan senyawa obat untuk membentuk ikatan dengan protein plasma
Karena proses distribusi obat sangat mempengaruhi transfer senyawa obat ke lokasi-lokasi
pengobatan yang diharapkan, berbagai cara ditempuh dalam pembuatan obat dan jenis
sediaannya untuk meningkatkan efektivitas ditribusi obat.
Ada beberapa hal yang diperhatikan saat merancang sediaan obat yang ada hubungannya
dengan distribusi obat. Misalnya pada penggunaan obat untuk ibu hamil. Apabila melalui uji
klinis terlihat bahwa senyawa obat dapat melintasi plasenta dan senyawa tersebut berbahaya
bagi janin, maka obat tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil. Membran otak juga adalah
salah satu jaringan yang dihindari pada proses ditribusi obat. Sedikit perubahan struktur pada
senyawa obat dapat memodifikasi pola distribusi sehingga obat tidak ditransfer melalui
membran otak.
Senyawa yang terdapat pada sebuah sediaan obat, selain zat aktif yang digunakan untuk
pengobatan, juga ada senyawa-senyawa yang membantu proses distribusi zat aktif. Oleh
sebab itu tidak dianjurkan kepada pasien atau tenaga medis merubah bentuk sediaan tanpa
berkonsultasi dengan apoteker. Misalnya merubah tablet menjadi puyer, apabila dalam
bentuk puyer ketersediaan hayati obat tersebut menjadi berkurang.

20
Volume distribusi obat akan mengalami perubahan selama kehamilan akibat peningkatan
jumlah volume plasma hingga 50%. Peningkatan curah jantung akan mengakibatkan
peningkatan aliran darah ginjal sampai 50% pada akhir trimester I, dan peningkatan aliran
darah uterus yang mencapai puncaknya pada aterm (36-42 L/jam), dimana 80% akan menuju
ke plasenta dan 20% akan menuju ke myometrium. Peningkatan total jumlah cairan tubuh
adalah 8 L, terdiri dari 60% pada plasenta, janin, dan cairan amnion, sementara 40% berasal
dari ibu. Akibat peningkatan jumlah volume ini, terjadi penurunan kadar puncak obat (Cmax)
dalam plasma.
Peningkatan protein
Sesuai dengan perjalanan kehamilan, volume plasma akan bertambah, tetapi tidak diikuti
dengan peningkatan produksi albumin, sehingga menimbulkan hipoalbuminemia fisiologis
yang mengakibatkan kadar obat bebas akan meningkat. Obat-obat yang tidak terikat pada
protein pengikat secara farmakologis adalah obat yang aktif, maka pada wanita hamil
diperkirakan akan terjadi peningkatan efek obat.

C. Metabolisme dan Eliminasi


obat selama hamil berubah. Kadar hormon steroid yang tinggi akan mempengaruhi
metabolisme di hepar dan memperpanjang waktu paruh obat. Laju flitrasi
glomerulus meningkat 50 –60% sehingga “clearance” obat di ginjal meningkat.
Pada akhir masa kehamilan akan terjadi peningkatan aliran darah ginjal sampai dua kali lipat.
Sebagai akibatnya, akan terjadi peningkatan eliminasi obat-obat yang terutama mengalami
ekskresi di ginjal. Dengan meningkatnya aktivitas mixed function oxidase, suatu sistem
enzim yang paling berperan dalam metabolisme hepatal obat, maka metabolisme obat-obat
tertentu yang mengalami olsidasi dengan cara ini (misalnya fenitoin. fenobarbital, dan
karbamazepin) juga meningkat, sehingga kadar obat tersebut dalam darah akan menurun
lebih cepat, terutama pada trimester kedua dan ketiga. Untuk itu, pada keadaan tertentu
mungkin diperlukan menaikkan dosis agar diperoleh efek yang diharapkan.
1. Eliminasi oleh hepar/hati
Fungsi hepar dalam kehamilan banyak dipengaruhi oleh kadar estrogen dan progesteron
yang tinggi. Pada beberapa obat tertentu seperti phenytoin, metabolisme hepar bertambah
secepat mungkin akibat rangsangan pada aktivitas enzim mikrosom hepar yang
disebabkan oleh hormon progesteron; sebaliknya pada obat-obatan seperti teofilin dan
kafein, eliminasi hepar berkurang sebagai akibat sekunder inhibisi kompetitif dari enzim

21
oksidase mikrosom oleh estrogen dan progesteron. Estrogen juga mempunyai efek
kolestatik yang mempengaruhi ekskresi obat-obatan seperti rifampisin ke sistem empedu.
2. Eliminasi renal/ginjal
Pada kehamilan terjadi peningkatan aliran plasma renal 25-50%. Obat-obat yang
dikeluarkan dalam bentuk utuh dalam urin seperti penisilin, digoksin, dan lithium
menunjukkan peningkatan eliminasi dan konsentrasi serum steady state yang lebih
rendah.
2.3 Farmakodinamik
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus, dan kelenjar susu, pada kehamilan kadang
dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase kehamilan. Efek obat pada
jaringan tidak berubah bermakna karena kehamilan tidak berubah, walau terjadi
perubahan misalnya curah jantung, aliran darah ginjal.Perubahan tersebut kadang
menyebabkan wanita hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak
hamil.Contohnya glikosida jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan
karena peningkatan beban jantung pada kehamilan.Atau insulin yang dibutuhkan
untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes yang diinduksi oleh kehamilan

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik, teratogenik maupun letal,
tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum obat. Pengaruh toksik
adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan
fisiologik atau biokimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul
beberapa saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan
terjadinya malformasi anatomik pada petumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik ini
biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal, adalah yang
mengakibatkan kematian janin dalam kandungan. Secara umum pengaruh buruk obat pada
janin dapat beragam, sesuai dengan fase-fase berikut :
1. Fase implantasi, yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada fase ini obat
dapat memberi pengaruh buruk atau mungkin tidak sama sekali. Jika terjadi pengaruh
buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).
2. Fase embional atau organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu. Pada
fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh
teratogenik). Berbagai pengaruh buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain :

22
- Gangguan fungsional atau metabolik yang permanen yang biasanya baru muncul
kemudian, jadi tidak timbul
secara langsung pada saat kehamilan. Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol
pada trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya
adenokarsinoma vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka
sudah dewasa).
- Pengaruh letal, berupa kematian janin atau terjadinya abortus.
- pengaruh subletal, yang biasanya dalam bentuk malformasi anatomis pertumbuhan
organ, seperti misalnya fokolemia karena talidomid.
3. Fase fetal, yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini terjadi
maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin. Pengaruh buruk senyawa asing terhadap
janin pada fase ini tidak berupa malformasi anatomik lagi. tetapi mungkin dapat berupa
gangguan pertumbuhan, baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-
organ. Demikian pula pengaruh obat yang dialami ibu dapat pula dialami janin, meskipun
mungkin dalam derajat yang berbeda. Sebagai contoh adalah terjadinya depresi
pernafasan neonatus karena selama masa akhir kehamilan, ibu mengkonsumsi obat-obat
seperti analgetika-narkotik; atau terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal
setelah pemakaian fenotiazin.

Mekanisme kerja obat ibu hamil.


Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada kehamilan kadang
dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase kehamilan. Efek obat pada jaringan
tidak berubah bermakna karena kehamilan tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya
curah jantung, aliran darah ke ginjal. Perubahan tersebut kadang menyebabkan wanita hamil
membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil. Contohnya glikosida
jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan karena peningkatan beban jantung
pada kehamilan. Atau insulin yang dibutuhkan untuk mengontrol glukosa darah pada
diabetes yang diinduksi oleh kehamilan.

Mekanisme kerja obat pada janin.


Beberapa penelitian untuk mengetahui kerja obat di janin berkembang dengan pesat, yang
berkaitan dengan pemberian obat pada wanita hamil yang ditujukan untuk pengobatan janin
walaupun mekanismenya masih belum diketahui jelas. Contohnya kortikosteroid diberikan

23
untuk merangsang matangnya paru janin bila ada prediksi kelahiran prematur. Contoh lain
adalah fenobarbital yang dapat menginduksi enzim hati untuk metabolisme bilirubin
sehingga insidens jaundice ( bayi kuning) akan berkurang. Selain itu fenobarbital juga dapat
menurunkan risiko perdarahan intrakranial bayi kurang umur. Anti aritmia juga diberikan
pada ibu hamil untuk mengobati janinnya yang menderita aritmia jantung.

Kerja obat teratogenik.


Penggunaan obat pada saat perkembangan janin dapat mempengaruhi struktur janin pada
saat terpapar. Thalidomid adalah contoh obat yang besar pengaruhnya pada perkembangan
anggota badan (tangan, kaki) segera sesudah terjadi pemaparan. Pemaparan ini akan berefek
pada saat waktu kritis pertumbuhan anggota badan yaitu selama minggu ke empat sampai
minggu ke tujuh kehamilan. Teratogenik merupakan perubahan formasi dari sel, jaringan,
dan organ yang dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia.
Mekanisme berbagai obat yang menghasilkan efek teratogenik belum diketahui dan mungkin
disebabkan oleh multi faktor.
 Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak langsung
mempengaruhi jaringan janin.
 Obat mungkin juga menganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat plasenta sehingga
mempengaruhi jaringan janin.
 Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan janin,
misalnya vitamin A (retinol) yang memperlihatkan perubahan pada jaringan normal.
Dervat vitamin A (isotretinoin, etretinat) adalah teratogenik yang potensial.
 Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan pada
abnormalitas. Misalnya pemberian asam folat selama kehamilan dapat menurunkan
insiden kerusakan pada selubung saraf , yang menyebabkan timbulnya spina bifida.
Paparan berulang zat teratogenik dapat menimbulkan efek kumulatif. Misalnya
konsumsi alkohol yang tinggi dan kronik pada kehamilan, terutama pada kehamilan
trimester pertama dan kedua akan menimbulkan fetal alcohol syndrome yang
berpengaruh pada sistem saraf pusat, pertumbuhan dan perkembangan muka.

24
2.4 Terapi Yang Digunakan

a. Asam Folat

Selama kehamilan asam folat (vitamin B9, folasin) diperlukan dalam jumlah yang lebih
banyak.Defisiensi asam folat di awal kehamilan dapat menyebabkan absorbsi
spontaneous atau defek kelahiran (misal defek pada tabung saraf), kelahiran prematur,
berat badan lahir yang rendah, dan salurio plasenta (pelepasan plasenta yang lebih dini
dari seharusnya).Kebutuhan asam folat yang direkomendasikan untuk sehari adalah 180
mcg.Untuk kehamilan diperlukan asam folat sebanyak 400 sampai 800 mcg (Hayes,
2012).

b. Asetaminofen

Asetaminofen (Tylenol, Datril, Panadol, Parasetamol) merupakan obat kehamilan grub


B. Obat ini adalah obat yang paling sering dipakai selama kehamilan. Dipakai secara
rutin pada semua trimester kehamilan untuk jangka waktu yang pendek, terutama untuk
efek analgesik dan terapetiknya.Obat ini 11 tidak memiliki efek anti inflamasi yang
berarti. Asetaminofen menembus plasenta selama kehamilan, ditemukan juga dalam air
susu ibu dalam konsentrasi yang kecil. Saat ini tidak ditemukan bukti nyata adanya
abnormaly janin akibat pemakaian obat ini. Pemakaian asetaminofen selama kehamilan
tidak boleh melebihi 12 tablet dalam 24 jam dari formulasi 325 mg (kekuatan biasa)
atau 8 tablet dalam 24 jam untuk tablet yang mengandung 500 mg (kekuatan ekstra).
Obat ini harus dipakai dengan jarak waktu 4-6 jam.

25
c. Vitamin
Salah satu faktor utama untuk mempertahankan kesehatan selama kehamilan dan
melahirkan janin yang sehat adalah masukkan zat-zat gizi yang cukup dalam bentuk
energi, protein, vitamin dan mineral.Penting untuk diketahui bahwa kondisi
hipervitaminosis dapat menyebabkan kelainan teratogenik, misalnya hipervitaminosis
vitamin A oleh karena pemberian berlebihan pada kehamilan. Kelainan janin yang
terjadi biasanya pada mata, susunan saraf pusat, palatum dan alat urogenital.Ini terbukti
jelas pada hewan percobaan sehingga pemberian vitamin A selama kehamilan tidak
melebihi batas yang ditetapkan.Pemberian vitamin A dengan dosis melebihi 6000
IU/hari selama kehamilan tidak dapat dijamin kepastian keamanannya.

d. Antibiotik
Antibiotik digunakan luas dalam kehamilan.Perubahan kinetika obat selama kehamilan
menyebabkan kadarnya dalam serum lebih rendah.Antibiotik dengan bobot molekul
rendah mudah larut dalam lemak dan ikatannya dalam protein lemak mudah menembus
uri. Kadar puncak antibiotik dalam tubuh janin pada umumnya lebih rendah dari kadar
yang dicapai dalam tubuh ibunya. Amoxicillin diabsorpsi secara cepat dan sempurna
baik setelah pemberian oral maupun parenteral.Amoxicillin merupakan alternatif yang
perlu dipertimbangkan untuk dipilih jika dibutuhkan pemberian oral pada ibu hamil.
Kadar amoksisilin dalam darah ibu maupun janin kadarnya sekitar seperempat sampai
sepertiga kadar di sirkulasi ibu.

26
2.5 PENGARUH PERUBAHAN FISIOLOGIS IBU HAMIL TERHADAP
ANTROPOMETRI BAYI BARU LAHIR DI ACEH BESAR

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh perubahan fisiologis Ibu
hamil terhadap antropometri bayi baru lahir di Rumah Bersalin Kecamatan Kuta Baro
Aceh Besar yaitu untuk mengetahui pengaruh perubahan fisiologis Ibu hamil
berdasarkan kenaikan BB terhadap antropometri bayi baru lahir (berat badan dan
panjang badan), mengetahui pengaruh perubahan fisiologis Ibu hamil berdasarkan
kenaika TFU terhadap antropometri bayi baru lahir (berat badan dan panjang badan),
mengetahui pengaruh perubahan fisiologis Ibu hamil berdasarkan Kadar Hb terhadap
antropometri bayi baru lahir (berat badan dan panjang badan) di Rumah Bersalin
Kecamatan Kuta Baro Aceh Besar.

Penelitian ini dilakukan di rumah bersalin Kecamatan Kuta Baro Aceh Besar pada 16
Juni – 28 Agustus 2016. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan wawancara singkat untuk mengetahui umur, pendidikan, pekerjaan dan usia
kehamilan saat ini. Alat yang digunakan untuk pengukuran BB menggunakan
timbangan dewasa, mengukur Hb dengan alat Hb Sahli dan mengukur TFU dengan pita
meteran. Pengukuran terbagi 2 yaitu sebelum hamil dan pada kehamilan aterm. Untuk
data BB sebelum hamil diambil dari data sekunder pada buku catatan Klinik bersalin.
Data tentang BB, Hb dan TFU diukur pada kehamilan aterm langsung oleh peneliti.
Pengukuran BB, Hb dan TFU diukur pada ibu dengan usia kehamilan 38-40 yang datang
ke klinik untuk partus (masa in partu). Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran bayi
setelah bayi lahir yaitu BB dan PB bayi. Pengukuran BB dan PB bayi maksimum 24
jam setelah lahir.

Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisa bivariat untuk mencari
korelasi variabel independen dan dependen dengan metode statistik Analisis Regresi
lineir menggunakan α=0.05 dan CI 95%. Analisa data dengan menggunakan program
komputer.

27
Hasil

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang melahirkan bayi yang mempunyai BB 
2500 gr dengan frekwensi terbanyak yaitu 56 orang (98.2%), sedangkan responden yang
melahirkan bayinya dengan PB  45 cm saat lahir juga paling sebanyak yaitu 56 orang (98.2%).

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar ibu pada katagori normal dari Hb, TFU dan
BB. Bila ditinjau hanya satu orang responden yang mengalami (anemia ringan), TFU sebagian besar
diatas 30 cm (80.7 %) dan BB sebagian besar naik diatas 8 kg (75.4 %).

Kesimpulan

Hasil uji statistik menujukkan tidak ada pengaruh pertambahan BB ibu hamil terhadap
panjang badan bayi baru lahir (P value 0.85, > 0.05 ). Hasil uji statistik menujukkan tidak ada
pengaruh pertambahan BB ibu hamil terhadap berat badan bayi baru lahir (P value 0.75,>
0.05). Hasil uji statistik menujukkan tidak ada pengaruh kadar Hb ibu hamil terhadap panjang
badan bayi baru lahir (P value 0.72, > 0.05 ). Hasil uji statistik menujukkan tidak adapengaruh
kadar Hb ibu hamil terhadap berat badan bayi baru lahir (P value 0.46, > 0.05 ). Hasil uji
statistik menujukkan tidak pengaruh tinggi fundus uteri ibu hamil terhadap panjang badan
bayi baru lahir (P value 0.79, > 0.05 ). Hasil uji statistik menujukkan ada pengaruh tinggi
fundus uteri ibu hamil terhadap berat badan bayi baru lahir (P value 0.00 < 0.05).

2.6 Studi Kasus

Ny T mengalami keluhan-keluhan pada saat kehamilannya. Pada bulan awal-awal, Ny T


mengalami keadaan yang tidak enak seperti mual, muntah, dan sering buang air kecil. Pada
bulan-bulan pertengahan, Ny T mengalami pertambahan berat badan yang begitu cepat dan
drastis, dan frekuensi berkemih semakin meningkat dengan semakin membesarnya perut dan
payudara.

Pada akhir-akhir kehamilannya, Ny T melihat perubahan- perubahan di tubuhnya khususnya


pada bagian perut tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah yang lebih tipis.

28
Analisis Kasus

Keluhan-keluhan yang di alami oleh Ny T di sebabkan karena perubahan anatomi dan fisiologi
pada sistem-sistem pada tubuh yakni sistem reproduksi, payudara, system perkemihan dan
system endokrin. Mual, muntah yang di alami oleh Ny T akibat kadar hormon estrogen yang
meningkat sehingga tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh
traktus digestivus juga kurang.

Bila organ lain seperti perut mengalami pembesaran maka organ lain akan mengalami tekanan
jadi tidak jarang dengan semakin besarnya perut akan mengalami gangguan perkemihan
dengan sering buang air kecil. Berat badan meningkat merupakan hal yang lumrah untuk
menyesuaikan keadaan otot-otot yang semakin melebar agar bisa menahan berat si bayi,
sedangkan payudara membesar untuk mempersiapkan ASI bagi bayi.

Pada bagian perut tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen
bawah yang lebih tipis dikarenakan adanya kontraksi otot-otot bagian atas uterus yang
menyebabkan segmen bawah rahim menjadi lebih lebar dan tipis.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil sebagian besar sudah terjadi
segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan
ini merupakan respon terhadap janin. Ibu hamil mengalami perubahan anatomi dan
adaptasi fisiologi, pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai dari trimester
I, sampai dengan trimester III kehamilan. Perubahan-perubahan anatomi tersebut
meliputi perubahan sistem reproduksi, payudara, system endokrin, system kekebalan,
dan system perkemihan. Perubahan yang terjadi selama kehamilan tersebut akan
kembali seperti ke keadaan sebelum hamil, setelah proses persalinan dan menyusui
selesai.

3.2. Saran

Perubahan yang terjadi pada diri ibu merupakan hal yang wajar karena didalam tubuh
ibu terdapat kehidupan lain selain kehidupannya, sehingga tubuh perlu menyesuaikan
diri dengan suasana baru tersebut, jadi sebaiknya ibu tidak perlu takut dengan perubahan
yang terjadi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Dewi,Vivian Nani Lia, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.

Kusmiati, Yuni dkk. (2009). Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya

Maryunani, Anik. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/viewFile/6410/5261 diakses pada tanggal 29


september 2018.

Pearce, E. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.

31

You might also like