You are on page 1of 8

1

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT


GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN
KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI
PEMBASAHAN – PENGERINGAN.
(LOKASI: DESA GOSARI KABUPATEN GRESIK, JAWA
TIMUR)
Fandy Agus M, Dr. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro, M.Eng, Trihanyndio Rendy, ST. MT
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
fandymariyanto@gmail.com, rendy_star@ce.its.ac.id,

Abstrak - Permasalahan stabilitas lereng mendapat perhatian dalam kehidupan masyarakat sekitar, oleh karena itu banyak
meningkat akhir-akhir ini, dimana sebagian besar curah hujan yang sekali dilakukan penambangan batu kapur di wilayah ini.
tinggi merupakan penyebab terjadinya kelongsoran. Dalam Dalam penambangan terbuka, desain kestabilan lereng
penambangan terbuka, desain geometrik lereng dan kestabilannya merupakan salah satu permasalahan dan tantangan utama
telah dilakukan berdasarkan evaluasi karakteristik tipe batuan,
struktur geologi, dan kondisi air tanah bawah permukaan.
dalam setiap perancangan dan operasi penambangan. Hal
Penentuan kestabilan lereng ini menggunakan rerata dari tersebut memerlukan pengetahuan yang khusus tentang
keseluruhan informasi di atas tanpa mempertimbangkan kondisi parameter atau karakteristik batuan yang seringkali sangat
geologi setempat dan pengaruh getaran dinamis seperti: operasi komplek dan bervariasi. Pemahaman aspek praktis dalam
kendaraan berat, kendaraan angkut, peledakan, dan aktivitas implementasi desain juga dibutuhkan.(Wyllie, D.C., and
regional kegempaan di lokasi penambangan. Christopher W. Mah, 2004.)
Ditinjau secara letak geografis, Kabupaten Gresik terletak Tujuan umum dari desain penambangan terbuka
dekat dengan pesisir pantai yang juga memiliki pegunungan kapur. adalah memperoleh konfigurasi penggalian yang optimum,
Hal ini yang menyebabkan wilayah tersebut memiliki sumber daya baik dalam konteks keamanan, pengambilan bahan tambang
alam yang cukup baik, dan semestinya hal ini harus ditunjang
dengan pengelolaan yang baik pula. Penelitian akan meliputi uji
dan pengembalian modal. Investor dan operator tambang
karakteristik fisis, mekanis, dan dinamis batuan (Unconfined mengharapkan desain lereng akan selalu stabil sampai umur
Compression Test, Tes Elemen Bender, dan Tes Point Load), penambangan terbuka berlangsung. Karenanya setiap ada
dengan melakukan pengambilan benda uji batuan setiap kedalaman ketidakstabilan lereng harus dikelola secara serius dari lereng
tertentu pada lereng galian pertambangan. tunggal hingga keseluruhan lereng. (Wyllie, D.C., and
Hasil karakteristik fisis, mekanis, dan dinamik batuan yang Christopher W. Mah, 2004.)
telah dimodelkan dengan variasi pembasahan-pengeringan ini akan Untuk mengetahui perubahan karakteristik batuan,
digunakan untuk analisa kestabilan galian (perhitungan angka sifat mekanik, sifat dinamis dan sifat kimiawinya, maka
keamanan) dengan berbagai variasi beban dinamis (beban dinamis dilakukan penelitian batuan dari lereng tersebut. Hal – hal
kendaraan dan beban dinamis gempa) dengan menggunakan
bantuan program Plaxis. Lereng dimodelkan dengan kemiringan
yang menjadi subyek adalah meneliti karakteristik tersebut
30°, 50°, 70° dan 90°, dan untuk masing-masing kemiringan lereng sampai pada kedalaman tertentu pada lapisan batuan serta di
dibuat beberapa variasi kedalaman galian lereng yaitu 5 meter, 15 sekitar permukaan lereng.
meter, 20 meter, 25 meter, 30 meter, 35 meter, 40 meter dan 45
meter. 1.1. Perumusan Masalah
Kata kunci: Kestabilan lereng, Pertambangan kapur terbuka, Permasalahan di dalam penelitian ini dapat
Getaran dinamis, Angka keamanan, Kabupaten Gresik, dirumuskan sebagai berikut:
Pembasahan-pengeringan. 1. Bagaimana pengaruh pembasahan dan
pengeringan terhadap perubahan parameter sifat
I PENDAHULUAN fisik batuan yang antara lain: kadar air (w), angka
Ditinjau secara letak geografis, Kabupaten Gresik pori (e), dan derajat kejenuhan (Sr) pada kondisi
terletak dekat dengan pesisir pantai yang juga memiliki kadar air awal (initial) lapangan.
pegunungan kapur. Hal ini yang menyebabkan wilayah 2. Bagaimana pengaruh pembasahan dan
tersebut memiliki sumber daya alam yang cukup baik, dan pengeringan batuan terhadap perubahan tegangan
semestinya hal ini harus ditunjang dengan pengelolaan yang air pori negatif, sifat mekanis, sifat kimiawi, dan
baik pula. Batuan kapur mendominasi dataran wilayah sifat dinamis pada kondisi kadar air awal (initial)
tersebut dimana ikut mempengaruhi aspek sosial dan budaya lapangan.
2

3. Bagaimana pengaruh akibat adanya beban pori (e), derajat kejenuhan (Sr) pada kondisi
dinamis kendaraan pertambangan yang kadar air awal (initial) lapangan.
dimodelkan dengan bantuan program Plaxis 2. Untuk mengetahui pengaruh pembasahan dan
terhadap kestabilan lereng galian. pengeringan batuan terhadap perubahan
4. Bagaimana pengaruh adanya kegempaan terhadap tegangan air pori negatif (suction), sifat
kestabilan lereng penambangan kapur terbuka mekanis, sifat kimiawi, dan sifat dinamis pada
yang dimodelkan dengan bantuan program Plaxis. kondisi kadar air awal (initial) lapangan.
3. Untuk mengetahui angka keamanan (safety
1.2. Batasan Masalah factor) terhadap kestabilan lereng galian akibat
Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi sebagai adanya aktivitas kendaraan berat pertambangan
berikut: yang telah dimodelkan dengan program Plaxis.
1. Area penambangan terbuka difokuskan pada 4. Untuk mengetahui angka keamanan (safety
penambangan batu kapur Kab. Gresik (Desa factor) terhadap kestabilan lereng di
Gosari – Kec.Ujung Pangkah) penambangan kapur terbuka akibat adanya
2. Percobaan ini adalah percobaan laboratorium aktifitas kegempaan yang telah dimodelkan
dimana benda uji yang digunakan dalam dengan program Plaxis.
penelitian ini adalah batu kapur tak terganggu
(undisturbed) yang diambil dari daerah
Kabupaten Gresik. II METODE
3. Sample batuan diambil pada daerah lereng
sebanyak 10 bongkahan per kedalaman dan Mulai
kedalaman galian yang diambil sample batuan
sampai dengan – 15 meter dengan dimensi Persiapan Penelitian :
batuan 25 cm x 9 cm x 7cm. 1. Kajian pustaka
4. Kadar air benda uji dikondisikan kadar airnya 2. Kajian penelitian terdahulu
dengan proses pengeringan dan pembasahan.
Proses pengeringan dengan mengurangi kadar Lokasi Penelitian :
air benda uji hingga menjadi 25 %, 50 %, 75 % Kab. Gresik – Jawa Timur
dan 100 % dari kadar air awal (initial). 1. Benda uji batuan diambil sampai kedalaman 15 m.
Sedangkan proses pembasahan dilakukan 2. Benda uji dengan kondisi tidak terganggu.
dengan cara menambahkan air ke dalam benda
uji, hingga kadar air benda uji menjadi ; wi + 25
Penelitian Laboratorium:
% (wsat – wi), wi + 50 % (wsat – wi), wi + 75 % Identifikasi parameter sifat fisik (Kadar air, Konsistensi batuan,
(wsat – wi) dan wi + 100 % (wsat – wi). Dimana wi Keausan batuan dan Volumetri-gravimetri); parameter kuat geser
adalah kadar air asli lapangan dan wsat adalah
kadar air kondisi jenuh.
5. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan
Unconfined Compression Test. Pengujian kuat Benda uji sampai Benda uji sampai
tekan dilakukan pada batuan asli, dan pada kedalaman -1 s/d -2 m kedalaman -3 s/d -15 m
batuan yang telah dikondisikan kadar airnya
(proses pembasahan dan pengeringan).
Sedangkan pengukuran tegangan air pori negatif
A B
(suction), dilakukan dengan menggunakan
kertas filter type Whatman No. 42.
6. Alat yang digunakan untuk menentukan properti
dinamik batuan adalah Elemen Bender di
laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Teknik
Sipil, ITS, Surabaya. Benda uji untuk Tes
Elemen Bender berbentuk silinder, berdiameter
± 3,81 cm dan tinggi ± 3,0 cm.
7. Perhitungan kestabilan lereng pada tambang
terbuka ini dilakukan dengan perhitungan angka
keamanan (safety factor) dan menggunakan
perangkat lunak Plaxis.

1.3. Tujuan
Dari hasil perumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh pembasahan dan
pengeringan terhadap parameter sifat fisik
batuan yang antara lain : kadar air (w), angka
3

III HASIL PENELITIAN

4.2. Pembasahan
Pada akhir proses percobaan dan pengujian di
laboratorium, Dalam permodelan, perubahan fisik batu kapur
yang akan dibahas antara lain: perubahan kadar air (Wc),
derajat kejenuhan (Sr), angka pori (e), berat volume batu
kapur dan lainnya. Sedangkan perubahan sifat mekanik
antara lain meliputi : kohesi (c), sudut geser dalam (φ) dan
lainnya.
4.2.2. Hasil Pengujian Sifat Fisik Batuan
Hasil Pengujian Volumetri dan Gravimetri kondisi
pembasahan pada kedalaman -1m dan -2m ditampilkan pada
grafik berikut ini:

Gambar 4.24. Grafik berat volume kedalaman -1


dengan kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian)

Input data kedalam program PLAXIS dengan parameter berupa berat


volume, kohesi, young’s modulus, poisson ratio, sudut geser dalam,
modulus geser dan beban dinamis yang dimodelkan

Gambar 4.25. Grafik berat volume kedalaman -2


Variasi permodelan antara lain: dengan kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian)
1. Sudut kemiringan galian.
2. Tinggi galian.
3. Beban dinamis kendaraan.
4. Zona gempa.

Analisa :
1. Perilaku batuan (fisik, mekanis, dan dinamik) dari seluruh
variasi pembasahan-pengeringan.
2. Menentukan angka keamanan daripada lereng-lereng galian Gambar 4.26. Grafik derajat kejenuhan pada
akibat adanya beban dinamis kendaraan dan gempa untuk kedalaman -1m kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil
seluruh variasi pembasahan-pengeringan. Penelitian)
3. Penyusunan laporan.

Kesimpulan

SELESAI
Gambar 4.27. Grafik derajat kejenuhan pada
kedalaman -2m kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil
Gambar 1. Diagram Alir penelitian Penelitian)
4

4.2.3. Hasil Pengujian Sifat Mekanik Batuan 4.2.5. Hasil Pengujian Tegangan Air Pori Negatif
4.2.3.1 Hasil Unconfined Compression Test Dari hasil pengujian tegangan air pori negatif pada batu
4.2.3.2 Hasil pengujian Point Load Test Kondisi kedalaman -1m dan -2m dengan berbagai variasi
Pembasahan pembasahan, maka dapat dilihat pengaruh pembasahan
Dari hasil pengujian point load dengan berbagai terhadap perubahan tegangan air pori negatif batuan. Pada
variasi pembasahan maka dapat disajikan pengaruh adanya Gambar 4.43 dan Gambar 4.44 berikut dapat dilihat besarnya
pembasahan terhadap perubahan besarnya point load penurunan tegangan air pori negatif akibat adanya variasi
strength index yang ditampilkan pada Gambar 4.38 dan 4.39 pembasahan.
berikut.

Gambar 4.42. Grafik Teg. Air Pori Negatif pada


Gambar 4.38. Grafik Point Load Strength Index Pada kedalaman -1m kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil
Kedalaman -1m Kondisi Pembasahan. (Sumber: Hasil Penelitian)
Penelitian)

Gambar 4.39. Grafik Point Load Strength Index Pada Gambar 4.43. Grafik Teg. Air Pori Negatif pada
Kedalaman -2m Kondisi Pembasahan. (Sumber: Hasil kedalaman -2m kondisi pembasahan. (Sumber: Hasil
Penelitian) Penelitian)

4.2.4. Hasil Pengujian Sifat Dinamis Batuan 4.3. Pengeringan


4.3.1. Perubahan Kadar Air
Pengeringan dilakukan dengan variasi pengurangan
kadar air sebesar 25%, 50%, 75% dan 100%.

4.3.2. Hasil Pengujian Sifat Fisik Batuan

Gambar 4.40. Grafik derajat kejenuhan pada


kedalaman -1m kondisi pengeringan. (Sumber: Hasil
Penelitian)

Gambar 4.44. Grafik Berat Volume Pada Kedalaman -


1m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil Penelitian)

Gambar 4.41. Grafik derajat kejenuhan pada


kedalaman -2m kondisi pengeringan. (Sumber: Hasil
Penelitian)
5

Dari Gambar 4.23 diatas dapat dilihat besar penurunan


point load strength index dari kondisi inisial sebesar 7,51
kg/cm2 hingga kondisi kering 100% sebesar 4,39 kg/cm2.

Gambar 4.45. Grafik Berat Volume Pada Kedalaman -


2m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil Penelitian) Gambar 4.57. Grafik Point Load Strnght Index Pada
Kedalaman -2m Kondisi Pengeringan.
(Sumber: Hasil Penelitian)
Dari Gambar 4.23 diatas dapat dilihat besar penurunan
point load strength index dari kondisi inisial sebesar 15,04
kg/cm2 hingga kondisi kering 100% sebesar 4,63 kg/cm2.

4.3.4. Hasil Pengujian Sifat Dinamis Batuan

Dengan diberlakukannya variasi pengeringan, batu


mengalami peningkatan modulus geser maksimum yang
Gambar 4.46. Grafik Derajat Kejenuhan Pada dapat dilihat pada Gambar 4.58 dan Gambar 4.59 berikut.
Kedalaman -1m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil
Penelitian)

Gambar 4.58. Grafik Modulus Geser Maksimum pada


kedalaman -1m kondisi pembasahan.
Gambar 4.47. Grafik Derajat Kejenuhan Pada (Sumber: Hasil Penelitian)
Kedalaman -2m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil Dari Gambar 4.58 diatas dapat dilihat besar
Penelitian) peningkatan Modulus geser maksimum dari kondisi inisial
35.427,319 kpa hingga 46.729,793 pada kondisi kering
4.3.3. Hasil Pengujian Sifat Mekanik Batuan 100%
4.3.3.1. Hasil Unconfined Compression Test Pengeringan

4.3.3.2. Hasil Point Load Test Pengeringan


Dengan diberlakukannya variasi pengeringan, batu
mengalami penurunan point load strength index yang dapat
dilihat pada Gambar 4.23 dan Gambar 4.24 berikut.

Gambar 4.59. Grafik Modulus Geser Maksimum pada


kedalaman -2m kondisi pembasahan.
(Sumber: Hasil Penelitian)

4.3.5. Hasil Pengujian Tegangan Air Pori Negatif


Dengan diberlakukannya variasi pengeringan, batu
Gambar 4.56. Grafik Point Load Strnght Index Pada mengalami peningkatan tegangan air pori negatif yang dapat
Kedalaman -1m Kondisi Pengeringan. dilihat pada Gambar 4.60 dan Gambar 4.61 berikut.
(Sumber: Hasil Penelitian)
6

Parameter : GRESIK
3
γsat = 17.82 (kN/m )
3
γunsat = 17.22 (kN/m )
ϕ = 5.93 (°)
c = 41.03 (kPa)
E = 89345 (kN/m2)
Berat kendaraan kondisi bermuatan = 12.32 (ton)
Jarak kendaraan dari tepi galian (1) = 1 (m)
Jarak kendaraan dari tepi galian (2) = 2 (m)
Jarak kendaraan dari tepi galian (3) = 3 (m)
Elv. Muka air tanah (1) = Tidak ada muka air tanah
Elv. Muka air tanah (2) = Tepat dibawah galian
Gambar 4.60. Grafik Teg. Air Pori Negatif Pada Beban Dinamis :
Pedalaman -1m Kondisi Pengeringan. (Sumber: Hasil A kend = 0.0011 (cm)
Penelitian) F kend = 10 (Hz)
Dari Gambar 4.60 diatas dapat dilihat besar Time interval = 15 (detik)
peningkatan tegangan air pori negatif dari kondisi inisial Zona gempa = 3
sebesar 32,497 kpa hingga kondisi kering 100% sebesar (Sumber : Hasil Penelitian)
10.903,100 kpa.
5.1.1. Metode Perhitungan Angka Keamanan Galian
Pertambangan
Untuk melihat kestabilan lereng pada lokasi studi,
maka perlu dilakukan perhitungan angka keamanan (safety
factor-SF) sehingga dapat dikatagorikan apakah lereng
tersebut aman, kritis atau berpotensi longsor. Maka
pemodelan numerik perlu dilakukan untuk perhitungan
angka keamanan lereng atau kestabilan galian pertambangan,
yaitu dengan menggunakan program bantu Plaxis.

Gambar 4.61. Grafik Teg. Air Pori Negatif Pada 5.2. Hasil Perhitungan Stabilitas Galian
Kedalaman -2m Kondisi Pengeringan. Pertambangan dengan Menggunakan
(Sumber: Hasil Penelitian) Pemodelan Numerik
Dari Gambar 4.61 diatas dapat dilihat besar
peningkatan tegangan air pori negatif dari kondisi inisial Tabel 5.1. Angka Keamanan (SF) Stabilitas Galian
sebesar 7,204 kpa hingga kondisi kering 100% sebesar Pertambangan akibat Beban Dinamis Kendaraan Kondisi
73.720,750 kpa. Bermuatan Penuh,dengan jarak Kendaraan dari Galian 1
meter untuk Berbagai Variasi Tinggi (H) dan Sudut Galian
IV ANALISA KESTABILAN LERENG ()
Tinggi galian Sudut kemiringan galian, α ( ͦ )
Pada analisa kestabilan lereng galian adalah (m) 30 50 70 90
menggunakan program bantu PLAXIS. Data hasil praktikum 5 2.78 2.57 1.2 0.85
digunakan sebagai bahan untuk dianalisa kestabilan lereng 10 1.72 1.49 1.17 0.75
dengan berbagai variasi ketinggian asumsi dan sudut 15 1.34 1.13 0.87 0.74
kemiringan galian. 20 1.24 1.12 0.85 0.7
25 1.05 1.05 0.84 0.61
5.1. Pemodelan Proyek Pada Daerah Studi 30 0.91 0.88 0.79 0.59
35 0.85 0.87 0.77 0.57
40 0.79 0.77 0.76 0.55
45 0.73 0.74 0.72 0.53
(Sumber : Hasil Analisa Plaxis)
Ket : bagian berwarna merah adalah kondisi geometrik
galian yang dihindari

Tabel 5.2. Angka Keamanan (SF) Stabilitas Galian


Pertambangan akibat Beban Dinamis Kendaraan Kondisi
Bermuatan Penuh,dengan jarak Kendaraan dari Galian 2
Gambar 5.1. Tampak Desain Pemodelan Galian meter untuk Berbagai Variasi Tinggi (H) dan Sudut Galian
()
Tabel 5.1 Parameter Input Program PLAXIS Tinggi galian Sudut kemiringan galian, α ( ͦ )
(m) 30 50 70 90
5 2.78 2.57 1.54 0.87
10 1.72 1.5 1.18 0.77
15 1.34 1.13 0.88 0.75
7

Tinggi galian Sudut kemiringan galian, α ( ͦ ) Tinggi galian Sudut kemiringan, α ( ͦ )


(m) 30 50 70 90 (m) 50 90
20 1.24 1.12 0.85 0.71 5 0.0025 0.00225
25 1.06 1.05 0.84 0.61 10 0.0087 0.00251
30 0.92 0.88 0.8 0.6 15 0.00823 0.00231
35 0.85 0.87 0.78 0.59 20 1.64 0.00293
40 0.78 0.78 0.77 0.55 Stress capacity (kPa) 669.67
45 0.74 0.74 0.72 0.53 Remarks Aman
(Sumber : Hasil Analisa Plaxis) (Sumber : Hasil Analisa Plaxis)
Ket : bagian berwarna merah adalah kondisi geometrik Dari hasil analisa yang dilakukan maka dapat
galian yang dihindari digunakan sebagai rekomendasi bentuk geometrik galian
pada lokasi tambang sesuai dengan perencanaan. Dari tabel
5.1 sampai tabel 5.4 dapat dilihat bahwa untuk sudut
Tabel 5.3. Angka Keamanan (SF) Stabilitas Galian kemirngan 90o disarankan agar tidak melebihi ketinggian
Pertambangan akibat Beban Dinamis Kendaraan Kondisi galian melebihi 5 meter.
Bermuatan Penuh,dengan jarak Kendaraan dari Galian 3
meter untuk Berbagai Variasi Tinggi (H) dan Sudut Galian
()
Tinggi galian Sudut kemiringan galian, α ( ͦ )
(m) 30 50 70 90
5 2.81 2.58 1.73 1.11
10 1.72 1.5 1.19 0.84
15 1.34 1.13 0.89 0.79
20 1.24 1.12 0.87 0.77
25 1.05 1.06 0.86 0.76
30 0.92 0.89 0.82 0.72
35 0.86 0.88 0.79 0.61
40 0.79 0.77 0.76 0.57 Gambar 5.2. Kurva Hubungan Kedalaman dengan Total
45 0.75 0.74 0.73 0.55 Stress pada α = 50° (Asumsi permodelan =
(Sumber : Hasil Analisa Plaxis) beban kendaraan sebesar 12.32 ton, jarak
Ket : bagian berwarna merah adalah kondisi geometrik kendaraan dari tepi galian adalah 1 meter,
galian yang dihindari kondisi setelah terjadi hujan, dan adanya
faktor kegempaan wilayah sekitar).
Tabel 5.4. Angka Keamanan (SF) Stabilitas Galian
Pertambangan akibat Beban Dinamis Kendaraan Kondisi
Bermuatan Penuh,dengan jarak Kendaraan dari Galian 3
meter untuk Berbagai Variasi Tinggi (H) dan Sudut Galian
() kondisi seat setelah terjadi hujan
Tinggi galian Sudut kemiringan galian, α ( ͦ )
(m) 30 50 70 90
5 2.68 2.55 1.19 0.77
10 1.64 1.45 1.15 0.72
15 1.29 1.1 0.87 0.65
20 1.15 1.12 0.86 0.6
25 0.97 0.95 0.85 0.58
Gambar 5.3. Kurva Hubungan Kedalaman dengan Total
30 0.85 0.83 0.82 0.57
Stress pada α = 90° (Asumsi permodelan =
35 0.79 0.77 0.76 0.55 beban kendaraan sebesar 12.32 ton, jarak
40 0.73 0.72 0.71 0.54 kendaraan dari tepi galian adalah 1 meter,
45 0.67 0.65 0.64 0.53 kondisi setelah terjadi hujan, dan adanya
(Sumber : Hasil Analisa Plaxis) faktor kegempaan wilayah sekitar).
Ket : bagian berwarna merah adalah kondisi geometrik
galian yang dihindari V KESIMPULAN

Tabel 5.5. Nilai tegangan total (total stress) dengan asumsi 6.1. Kesimpulan
kendaraan kondisi bermuatan penuh, jarak kendaraan dari
galian adalah 1 meter, kondisi setelah terjadi hujan, dan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan analisa
adanya faktor kegempaan kestabilan lereng, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
antara lain:
1. Dari Hasil Pengujian Karakteristik Fisis Batuan
Pengaruh proses pembasahan dan pengeringan tidak
8

berpengaruh signifikan terhadap parameter fisik DAFTAR PUSTAKA


batuan, hal ini terlihat pada besarnya perubahan
angka pori untuk batuan kedalaman -1m berkisar 1. Abramson, Lee. W, Thomas S.Lee, Sunil Sharma,
antara 0,67 pada kondisi inisialnya dan 0,658 pada Glenn M. Boyce., 1. Slope Stability and Stabilization
kondisi kering 100% dan 0,57 pada kondisi methods, John Wiley & Sons, Inc., New York.
pembasahan 100%. 2. American Standard for testing Materials (ASTM),
2. Pengaruh pembasahan dan pengeringan terhadap D4644-04, Untied States
sifat mekanik, dinamis dan teg. Air pori negatif
3. Bowles, J.E., 1984. Physical and Geotechnical
o Dari Hasil Pengujian Karakteristik Mekanis
Batuan (Point load test) Indeks point load Properties of Soils, McGraw-Hill Inc., USA.
Pengaruh proses pembasahan dan 4. Cristady, Hardiyanto Hary, 1992. Mekanika Tanah, PT.
pengeringan cukup berpengaruh signifikan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
terhadap karakteristik mekanis batuan, hal ini 5. DAS, Braja M., (translated by Mochtar N.E. and
terlihat pada Gambar 4.27 bahwa tingkat Mochtar I.B.), 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip
kelandaian garisnya sangat curam yang Rekayasa Geoteknis) Jilid I, Erlangga, Jakarta.
artinya perubahannya sangat besar sekali.
6. Diktat mata kuliah Sistem Penambangan (TA-2121),
o Dari Hasil Pengujian Bender Element Dari
hasil pengujian Bender Element (Gambar Departemen Teknik Pertambangan, ITB 2005
4.40, Gambar 4.41, Gambar 4.58 dan 7. Hartman, H.L., 1987. Introductory Mining
Gambar 4.59) dengan menggunakan alat Engineering, Willey, New York.
Dutta, dapat disimpulkan bahwa Tidak 8. Kliche, C.A, 1999. Rock Slope Stability, Society for
terjadi perubahan Modulus geser maksimum mining, Metallurgy, and Exploration, Inc (SME), USA.
dengan konstan. 9. Nelson, John D. and Miller Deborah J., 1991.
o Dari Hasil Pengujian Tegangan Air Pori
Expansive Soil : Problems and Practice in Foundation
Negatif (Suction test) Dari hasil pengujian
tegangan air pori negatif batuan (Gambar and Pavement Enggineering, Courier
4.42, Gambar 4.43, Gambar 4.60 dan Companies.Inc,USA.
Gambar 4.60) dengan menggunakan kertas 10. Seed, H. B., Woodward, R. J., Jr. and Lundgren, R.,
Whatman no.40, dapat disimpulkan bahwa 1962. Prediction of Swelling Potential for Compacted
Pengaruh proses pembasahan dan Clays: J. ASCE, Soil Mechanics and Foundation
pengeringan mengalami peningkatan
Division, Vol. 88, No. SM-3, Part I, pp. 53-87.
tegangan air pori negatif dari kondisi inisial
sebesar 7,204 kpa hingga kondisi kering 11. Standard Operasional Pelaksanaan Praktikum
100% sebesar 73.720,750 kpa. Mekanika Tanah dan Rekayasa Pondasi, 2009)
3. Dari Hasil Pemodelan Numerik Stabilitas Galian 12. Soetojo, Moesdarjono, 2009, Teknik Pondasi pada
akibat Beban Statis dan Dinamis Kendaraan dengan Lapisan Batuan. ITS Press. Surabaya
Menggunakan Program Bantu Plaxis (Tabel 5.2 dan 13. Sudarma, I Made, 2001. Pengaruh Suhu dan Tegangan
Tabel 5.5) Stabilitas galian dikatakan “aman’ Air Pori Negatif Pada Perilaku Mengembang Tanah
apabila nilai SF-nya ≥ 1.00, apabila SF < 1.00 maka
Lempung, Tesis Magister, Program Pasca Sarjana
kondisi stabilitas galian dapat dikatakan dalam
kondisi “bahaya” terhadap kelongsoran. stabilitas Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
ketinggian galian H = 10 m dapat dicapai apabila 14. Terzaghi, K., 1940. Theoretical Soil Mechanics, Wiley,
sudut kemiringan dinding galian () max. 70°; New York.
stabilitas ketinggian galian H = 20 m dapat dicapai 15. Terzaghi, K. and Peck, R.B., 1948. Soil Mechanics in
apabila sudut kemiringan dinding galian () max. Engineering Practice, Wiley, New York.
50° dan 30°; untuk ketinggian galian H ≥ 30 m, 16. Wyllie, D.C., and Christopher W. Mah, 2004. Rock
kondisi stabilitas tidak dapat dicapai walaupun slope engineering : civil and mining, 4th edition, Spon
dengan sudut kemiringan () 30° sampai dengan
Press is an imprint of the Taylor & Francis Group, New
90°.
4. Dari Hasil Pemodelan Numerik Stabilitas Galian York.
akibat Kombinasi Beban Dinamis Kendaraan dan
Beban Dinamis Gempa dengan Menggunakan
Program Bantu Plaxis Dari Gambar 5.2 dan
Gambar 5.3 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
keruntuhan galian penambangan (untuk H = 5 m
sampai H = 20 m dan  = 30° s/d  = 70°) pada saat
terjadi gempa. Hal ini ditunjukkan dari harga
tegangan kapasitas (stress capacity) yang nilainya
jauh lebih kecil daripada tegangan yang terjadi
(compressio stress, σ1).

You might also like