You are on page 1of 20

MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

MEASURE OF DISEASE

OLEH
Persnaveena Ganesan
120100468

PEMBIMBING
dr. Yuki Yunanda, M.Kes

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN
PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
ii

MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


MEASURE OF DISEASE

OLEH
Persnaveena Ganesan
12010048

PEMBIMBING
dr. Yuki Yunanda, M.Kes

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN
PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
iii

DIAGNOSIS

“Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas

Sumatera Utara.”

OLEH
Persnaveena Ganesan
120100468

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN
PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
iv

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : MEASURE OF DISEASE


Nama : PERSNAVEENA GANESAN
NIM : 120100468

Medan, Januari 2018

Pembimbing

dr. Yuki Yunanda, M.Kes


NIP. 19790622 200312 1 001
v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Measure Of Disease”. Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk melengkapi persyaratan Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
dr. Yuki Yunanda, M.Kes atas kesediaan beliau meluangkan waktu dan pikiran
untuk membimbing, mendukung, dan memberikan masukan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, baik dari
segi materi maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah ini
dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu kesehatan.
Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral
maupun spiritual, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2018

Penulis
vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ......................................................................................... iv


Kata Pengantar ................................................................................................ v
Daftar Isi………………………………………………………………………. vi
Daftar Singkatan .............................................................................................. vii
Daftar Gambar .................................................................................................. viii

Bab 1. Pendahuluan ......................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan Makalah .......................................................................... 2
1.3. Manfaat Makalah ........................................................................ 2
Bab 2. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 3
2.1. Ukuran Dasar Epidemiologi ....................................................... 3
2.1.1. Rasio .................................................................................. 3
2.1.2. Proporsi.............................................................................. 3
2.1.3. Rate .................................................................................... 3
2.2. Ukuran Frekuensi Penyakit ........................................................ 3
2.2.1. Insidensi ............................................................................. 4
2.2.2. Prevalensi .......................................................................... 5
2.2.3. Hubungan antara insidensi dan prevalensi ........................ 8
2.3. Mortalitas ..................................................................................... 8
Bab 3. Kesimpulan ........................................................................................... 11
Daftar Pustaka .................................................................................................. 12
vii

DAFTAR SINGKATAN

CI Cumulative Incidence

I Incidence

ID Incidence Density

IR Incidence Rate

KKS Kepaniteraan Klinik Senior

PT Person Time

P Prevalence

PP Periode Prevalene
viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Ilustrasi grafik Incidence Denscity 5


2.1
Gambar Skema Ukuran Frekuensi Penyakit 8
2.2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


.

Pada kasus epidemiologi, kita menggunakan pengukuran frekuensi


penyakit untuk menentukan seberapa sering terjadi penyakit atau kelainan pada
tubuh yang dimana hasil dari seberapa sub kelompok. Terdapat dua jenis
pengukuran penyakit yaitu disebut dengan pengukuran prevalensi dan insidensi.1
Epidermiologi suatu ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan
frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia. Definisi tersebut
mengisyaratkan bahwa epidemiologi pada dasarnya adalah ilmu empirik
kuantitatif, yang banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran yang sistematik
tentang frekuensi penyakit dan faktor yang berhubungan dengan penyakit. Salah
satu unsur pokok penting dalam epidemiologi adalah pengukuran frekuensi
penyakit. Hasil yang diperoleh dari studi epidemiologi dapat digunakan untuk
menetukan pengobatan suatu penyakit untuk melakukan pencegahan atau
meramalkan hasil pengobatan.1
Penyakit merupakan gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh
seseorang. Cara mengukur frekuensi penyakit yang dapat digunakan beraneka
ragam. Penyakit, kesakitan, cedera dan gangguan semua dikategorikan dalam
istilah tunggal morbiditas. Morbiditas (kesakitan) merupakan derajat sakit, cedera
atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga merupakan suatu
penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan suatu kondisi sakit.
Morbiditas biasanya menunjukkan pada pemicuan angka kesakitan, yaitu jumlah
orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali
merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko. Angka
morbiditas atau angka kesakitan juga digunakan sebagai indikator kesehatan.2
Pada tahun 1959, WHO menetapkan tiga ukuran morbiditas dalam laporan
The Expert Committee on Health Statistics. Ukuran pertama yang disebutkan
dengan jumlah orang yang sakit, ukuran kedua adalah periode atau lama sakit

1
yang dialami, dan yang ketiga adalah durasi (waktu = jam, hari, minggu, bulan)
penyakit. Di dalam Epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka
insidensi & prevalensi dan berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut.
Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan
angka insidensi dan angka prevalensi.2

1.2 Tujuan Makalah


Tujuan penyusunan makalah ini adalah menambah pengetahuan mengenai
Ukuran Frekuensi Penyakit. Penyusunan makalah ini sekaligus untuk memenuhi
persyaratan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis maupun
pembaca khususnya peserta KKS dan menjadi suatu tolak ukur bagi penelitian
selanjutnya.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ukuran Dasar Epidemiologi


Untuk mengukur frekuensi penyakit pada suatu populasi harus
menggunakan salah satu dari tiga bentuk pecahan ini yaitu proporsi, rasio dan
rate.

2.1.1 Rasio
Merupakan suatu nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua
nilai kuantitatif yaitu pembilangnya yang tidak merupakan bagian dari penyebut.
Misalnya, sebuah nilai kuantitatif A dan nilai kuantitatif lain adalah B maka rasio
adalah A/B.1

2.1.2 Proporsi
Adalah perbandingan dianatar dua nilai kuantitatif yang pembilangnya
merupakan bagian dari penyebut. Pada proporsi, perbandingan menjadi A/(A+B).

2.1.3 Rate
Merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara
pembilang dan penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu. Rate adalah
ukuran frekuensi penyakit yang menggambarkan seberapa cepat kejadian
diagnosis kasus baru atau kematian yang terjadi pada populasi yang.1

2.2 Ukuran Frekuensi Penyakit


Dalam ilmu epidemiologi, kita menggunakan ukuran frekuensi penyakit
untuk menentukan seberapa sering penyakit atau masalah kesehatan lainnya yang
menarik terjadi dalam berbagai subkelompok. Ada dua bentuk dasar ukuran
frekuensi penyakit yaitu angka insidensi dan angka prevalensi. Pilihanya
tergantung pada desain penelitian yang digunakan dan tujuan penelitian.1

3
2.2.1 Insidensi
Insidensi dalam arti kata yang lain, adalah sesuatu fraksi or proporsi
dari kelompok dari seseorang yang awalnya bebas dari hasil yang berkembang
kondisi dari waktu ke waktu. Insidensi merupakan kasus baru suatu penyakit yang
terjadi dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi tersebut adalah
kasus baru.3 Insidensi bermanfaat untuk mengidentifikasi faktor risiko dan menilai
penyebab penyakit.
Insidensi ada dua jenis yaitu:
a. Mengukur risiko untuk sakit (Cumulative Incidence)
b. Mengukur kecepatan untuk sakit (Incidence rate/Incidence density)

a. Cumulative Incidence
Cara yang paling umum untuk memperkirakan risiko adalah membagi
jumlah kasus yang baru terdeteksi selama masa pengamatan dengan jumlah
subyek yang bebas penyakit yang tersedia di awal masa pengamatan. Perkiraan
seperti itu sering disebut kumulatif kejadian atau cumulative incidence.4
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢
𝐼 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐶𝐼 = =
𝑁 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑏𝑦𝑒𝑘 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑑𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛

Secara teknis, cumulative incidence tidak setara dengan risiko individu


melainkan perkiraan risiko individu yang dihitung dari keseluruhan populasi atau
sampel suatu populasi. Ciri dari cumulative incidence meliputi berbentuk
proporsi, tidak memiliki satuan, besarnya berkisar antara 0 dan 1. Jika kejadian
kumulatif tinggi, CI bisa dinyatakan dengan persen.4

b. Incidence rate atau Incidence density


Incidence rate dari kejadian penyakit adalah potensi perubahan status
penyakit per satuan waktu, relatif terhadap besarnya populasi individu yang sehat
pada waktu itu. Rumusnya:

4
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎
𝐼 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝐼𝑅 = =
𝑃𝑇 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 − 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑢𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛
𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑑𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎
𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢

Istilah Insidence Density (ID) telah diusulkan oleh Miettinen untuk


memberikan interpretasi konsep rata-rata tingkat kejadian. Diagram di bawah
menggambarkan terjadinya kasus baru dari waktu ke waktu pada calon populasi
(ukuran N(t) pada waktu t). Person-time (PT) diwakili oleh area di bawah kurva
N(t) yang menggambarkan jumlah orang yang bebas penyakit pada waktu t
selama periode pengamatan dari waktu T0 sampai T1. Setiap kasus baru
dilambangkan dengan lingkaran kecil yang terletak di dalam diagaram person-
time pada saat terjadinya penyakit. Konsentrasi lingkaran didalam diagram
mewakili kepadatan kasus.4

Gambar 2.1 Ilustrasi grafik Incidence Denscity

2.2.2 Prevalensi
Prevalensi mengukur seberapa penyakit yang ada pada suatu titik waktu
tertentu atau selama periode waktu tertentu. Prevalensi mengukur kondisi kasus
kesehatan yang ada dan merupakan desain utama pada penelitian cross-sectional.
Ada dua jenis prevalensi, point prevalence, yang paling umum digunakan, dan
periode prevalence. Dalam epidemiologi, prevalensi biasanya menyangkut
identifikasi kasus penyakit yang ada pada populasi dan merupakan ciri utama

5
desain penelitian cross-sectional. Prevalensi juga bisa lebih luas mengidentifikasi
orang dengan karakteristik apapun yang menarik, belum tentu merupakan
penyakit. Misalnya, prevalensi merokok, status kekebalan tubuh, atau kolesterol
tinggi dalam suatu populasi.4

a. Point Prevalence
Angka prevalensi yang paling umum adalah point prevalence, yaitu
didefinisikan sebagai probabilitas kasus seorang individu dalam suatu populasi
pada waktu tertentu.4

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡


𝐶 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝑃= =
𝑁 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢 𝑖𝑡𝑢

Point Prevalence diperkirakan sebagai proporsi orang dalam


populasi penelitian yang memiliki penyakit pada titik waktu tertentu (C).
Misalnya, jika ada 150 individu dalam suatu populasi dan, pada hari tertentu, 15
orang sakit dengan flu Perkiraan prevalensi untuk populasi ini adalah 10%, yaitu,
15
𝑃= = 10%
150

Saat mengukur point prevalence, penting untuk menunjukkan kapan kasus


tersebut terjadi dengan menentukan titik waktu kalender atau titik tetap dalam satu
waktu urutan, seperti hari ketiga pasca operasi. Ukuran Prevalensi sangat berguna
untuk menilai status kesehatan suatu populasi dan untuk perencanaan jasa
kesehatan karena jumlah kasus yang ada setiap saat merupakan penentu dari
permintaan untuk perawatan kesehatan Namun angka prevalensi tidak sesuai
untuk mengidentifikasi faktor risiko karena prevalensi hanya menyangkut kasus
yang selamat, sehingga kasus yang meninggal sebelum waktu prevalensi diukur
diabaikan.4

6
b. Periode Prevalence
Ukuran alternatif untuk prevalence point adalah periode prevalence (PP),
yang membutuhkan asumsi populasi dinamis yang stabil untuk estimasi. PP
diperkirakan sebagai rasio dari jumlah orang C* yang diamati memiliki kondisi
kesehatan (mis., penyakit), kapan saja selama periode pengamatan yang
ditentukan, katakan dari waktu T0 sampai T1, dengan jumlah N dari populasi
untuk periode yang sama, rumus untuk prevalensi periode adalah:

𝐶∗ 𝐶+𝐼
𝑃𝑃 = =
𝑁 𝑁

dimana C menunjukkan jumlah kasus lazim pada waktu T0 dan I menunjukkan


jumlah kasus kejadian yang berkembang selama periode tersebut.4

Misalnya,
Jika kita mengamati populasi 150 orang selama satu tahun, dan 25 memiliki
penyakit yang menarik pada saat dimulainya pengamatan dan 15 kasus baru
lainnya berkembang sepanjang tahun, prevalensi periode tahun ini menjadi:4
PP = (25+15) / 150 = 0,27, atau 27%
Sedangkan perkiraan point prevalence di awal periode
P = 25/150 = 0,17, atau 17%
dan perkiraan cumulative incidence untuk periode satu tahun adalah:
CI = 15/125 = .12, atau 12%

7
Gambar 2.2 Skema Ukuran Frekuensi Penyakit

Incidence: kasus 2, 3, 4, 8, 9
Point prevalence: 1 Jan: kasus 1, 5, 7
31 Des: kasus 2, 5
Periode prevalence: kasus 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 dan 9
2.2.3 Hubungan antara insidensi dan prevalensi
Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya
penyakit. Lamanya sakit adalah periode mulai didiagnosanya penyakit sampai
berakhirnya penyakit tersebut, yaitu sembuh, mati, atau kronis. Hubungan antara
prevalensi, insidensi dan lamanya sakit dapat dinyatakan dalam rumus berikut:1,4
P=IxD

P = Prevalensi
I = Insidensi
D = Lamanya sakit

2.3. Mortalitas
Sama seperti angka insidensi pada ukuran frekuensi penyakit, angka
frekuensi kejadian mortalitas dapat mengambil bentuk risiko atau rate tergantung
pada desain penelitian dan tujuan penelitian. Angka risiko kematian (Mortality

8
Risk) ada beberapa jenis diantarannya yaitu, disease specific mortality risk, all
causes mortality risk, dan case fatality risk. Untuk setiap ukuran, rumus
cumulative incidence bisa digunakan, yaitu,
CI = I / N
Di sini, I menunjukkan jumlah kematian yang diamati selama periode studi
tertentu dan N adalah jumlah penduduk pada awal pengamatan kohort. Case
Fatality Risk adalah proporsi orang dengan penyakit yang meninggal akibat
penyakit itu selama masa penelitian.4
Dengan cara yang sama, tingkat kematian (Mortality Rate) dapat diukur
dengan menggunakan rumus umum, yaitu,
IR = I / PT.
Dimana , I menunjukkan jumlah kematian yang diamati selama periode studi
tetrtentu dan PT adalah total orang-waktu pengamatan. Pada perkiraan disease
specific mortality rate, I menunjukkan jumlah kematian akibat penyakit tertentu
selama periode waktu tertentu dan PT menunjukkan jumlah orang-waktu pada
awal pengamatan kohort terlepas dari penyakitnya. Sedangkan pada perkiraan all
causes mortality risk, I menunjukkan jumlah semua kematian selama periode
waktu tertentu dan PT menunjukkan jumlah orang-waktu pada awal pengamatan
kohort terlepas dari penyakitnya. Pada case fatality risk, I menunjukkan jumlah
kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu, selama periode waktu tertentu
dan PT menunjukkan jumlah orang-waktu pada awal pengamatan kohort dengan
penyakit tertentu.4

Contoh:
Diamati 1000 orang berusia 65 tahun atau lebih tua selama 3 tahun, 100 dari
1000 orang menderita kanker paru-paru pada awal follow-up dan 40 dari 100
orang ini meninggal dunia.karena kanker paru-paru. Selain itu 15 orang menderita
kanker paru-paru pada masa follow up dan 10 diantaranya meninggal dunia. Dari
885 yang tersisa tanpa kanker paru-paru, 150 juga meninggal dunia.

9
Maka:
- Specific mortality risk Kanker Paru-paru dalam studi ini adalah 50/1000
atau 5%
- All-cause mortality risk dalam studi ini adalah 200/1000 atau 20%
- Case-fatality risk untuk 100 pasien kanker paru-paru adalah 40/100 atau

10
BAB 3

KESIMPULAN
1. Frekuensi kejadian penyakit yang diamati dapat dilihat dengan
menggunakan ukuran epidemiologi.
2. Ukuran Frekuensi penyakit digunakan untuk merefleksikan besar kejadian
penyakit (morbiditas) atau kematian (mortalitas) karena penyakit dalam
suatu populasi. Dimana, untuk mengukur frekuensi penyakit dapat diukur
dengan menggunakan angka insidensi dan angka prevalensi.
3. Angka insidensi merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam
kurun waktu tertentu.
4. Insidensi bermanfaat untuk mengidentifikasi faktor risiko dan menilai
penyebab penyakit. Sedangkan, angka prevalensi mengukur kasus
penyakit yang ada pada suatu titik waktu tertentu atau selama periode
waktu.
5. Angka prevalensi tidak sesuai untuk mengidentifikasi faktor risiko.
Prevalensi biasanya menyangkut identifikasi kasus penyakit yang ada pada
populasi dan berguna untuk perencenanaan dan pelaksanaan program
kesehatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Kleinbaum, D., G., Sullivan, K., M., Barker, N., D. 2007. A Pocket Guide
to Epidemiology. USA: Springer, 44-67
2. Timmreck, Thomas. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi II. Jakarta:
EGC, 127-140
3. Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Diagnostic Clinical Epidemiology
– the essentials. William & Wilkins, 2016; 76-81.
4. Budiarto, E., Anggraeni, D. 2001. Pengantar Epidemiologi Edisi 2.
Jakarta: EGC, 52-58

12

You might also like