Professional Documents
Culture Documents
didapatkan telah memenuhi persyaratan administratif. Hal ini dapat dibuktikan dari
kelengkapan komponen resep yang ada.
1. Diagnosis; diagnosis yang tepat
2. Dosis; pemberian dosis harus mempertimbangkan kondisi pasien
3. Indikasi; indikasi sesuai diagnosis
4. Pasien; mempertimbangkan kondisi individu
5. Obat; tepat kelas terapi, terbukti manfaat dan keamanan, serta paling mudah
digunakan.
Pada saat penyerahan obat dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara
obat dan resep disertai dengan konseling pasien (KP). Konseling pasien adalah proses
dimana farmasis mendengarkan permaslahan pasien terkait dengan terapi obatnya dan
menawarkan edukasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien. Konseling ini sangat
diperlukan untuk mengurangi kesalahan dlaam pengobatan pasien dan meoingkatkan
kepatuhan pasien dalam menggunkan obat sehingga didapat terapi yang optimal dan
biaya pengobatan yang rendah. Konseling dapat dilakukan pada saat penerimaan resep
maupun saat penyerahan obat. Konseling yang dilakukan saat penerimaan resep,
biasanya diajukan beberapa pertanyaan untuk megetahui riwayat pngobatan atau
riwayat penyakit pasien. Sedangkan konseling pada saat penyerahan obat dilakukan
untuk memberikan informasi mengenai obat yang diterima pasien. Pada saat konseling
penyerahan obat, dilakukan pemastian terhadap pemahaman pasien tentang cara
pemakaian obat dan informasi dilakukan dengan meminta pasien mengulang kembali
apa yang telah disampaikan tetapi permintaannya tidak secara langsug, melainkan
dengan .
Dalam konseling dengan pasien tepatnya pada saat berhadapan dengan pasien
dimulai dengan mengucapkan salam dan memperkenalkan diri sesuai dengan
kebudayaan kita kebudayaan Indonesia.
Pada praktikum kali ini, kita melakukan anlisis resep diabetes. Dimana pada resep obat
yang diresepkan yaitu Daonil, Captensin, Corsamag, dan Ciprofloxacin. Pada resep
tersebut
ada terjdi interaksi obat yaitu antara Daonil, Captensin, dan Ciprofloxacin yang mana
dapat
meningktkan kerja atau aktivitas dari Daonil, yang mana Daonil dengan zat aktif
Glibenklamid merupakan obat diabetes golongan sulfonilurea generasi ke dua yang
potensi
hipoglikemiknya lebih besar, sehingga interaksi yang terjadi dapat mengakibatkan
terjadinya
hipoglikemi. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi penggunaan obatnya atau
mengganti obat
ersebut dengan yang lain. Kami melakukan modifikasi penggunaan obat Captensin
dengan
Daonil yaitu Daonil diminum 2 jam setelah makan pagi atau sarapan sedangkan
Captensin
diminum 1 jam sebelum makan pagi dan pemakian selanjutnya diminum 2 jam setelah
makan
siang dan makan malam. Dan untuk Ciprofloxacin diganti dengan antibiotik lain yaitu
golongan sefalosporin, yang digunakan yaitu sefadroksil.
Pada resep tersbut, Dokter juga menuliskan iter yang mana di dalam resep tersebut ada
antibiotiknya, seharusnya Dokter menuliskan ne iter pada antibiotik, karena antibiotik
tidak
dapat di lakukan pengulangan. Jika harus ada pengulangan maka harus dengan resep
yang
baru, karena jika diberikan iter dalam resep tersebut akan terjadi penggunaan terus
menrus
oleh pasien yang dapat mengakibatkan efek yang tidak diinginkan seperti gangguan
gastro
intestinal, dan lainnya. Oleh karena itu, seorang Apoteker harus lebih hati-hati dalam
melihat
dan menganalisis obat dari resep yang diberikan, jika ada kejanggalan maka seorang
Apoteker harus konfirmasi dan kompromi dengan Dokter yang telah memeberikan
resep
terebut.