You are on page 1of 4

Pada praktikum ini

dilakukan pembacaan resep, mengkaji


resep secara administrasi dan membuat kopi resep serta etiketnya.
Seringkali resep obat tidak memenuhi kelengkapan resep, oleh karena
itu diperlukan persyaratan pengkajian resep Pengkajian resep
dilakukan dengan tujuan u
ntuk mencegah terjadinya kelalaian
pencantuman informasi, penulisan resep yang buruk dan penulisan
resep yang tidak tepat (Katzung, 2004).
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis. Pencantuman nama
dan alamat
prescriber dengan jelas dan lengkap sangat diperlukan, terutama bila
terdapat hal
-
hal yang tidak jelas/meragukan dalam resep yang perlu
ditanyakan terlebih dahulu kepada penulis resep, menghindarkan
penyalahgunaan resep dilingkungan masyarakat
serta memperlancar
pelayanan bagi pasien di apotek.
Dari hasil pengamatan resep pada modul, hal
-
hal yang
berpotensi menimbulkan medication error adalah berat badan pasien,
tanggal penulisan resep, umur pasien, aturan pakai (Rahmawati, fita,
dkk. 2002), ti
dak mencantumkan dosis obat dan volume pada sediaan
larutan.
Pada resep pertama, dan kedua ditemukan kurangnya
keterangan berat badan pasien. Penulisan berat badan pasien ini sangat
diperlukan agar tercapai tepat dosis. Tidak terdapatnya keterangan
umur p
ada resep kedua juga berpengaruh terhadap tepat dosis, namun
persyaratan ini telah dipenuhi karena telah diketahui bahwa pasien
tersebut ditangani oleh soorang dokter spesialis anak dan keterangan
jenis kelaminnnya didukdung oleh nama anak tersebut yang
me
nandakan jenis kelaminperempuan.
Pada resep pertama dan kedua ini juga ditemukan adanya
ketidakjelasan penulisan signa obat seperti kekuatan sediaan pada
resep 1 dan volume sediaan serta dosis obat pada resep kedua dan .
seperti pada resep 1 dan 2 yang ti
dak diberi keterangan waktu
pemakaian obat sebelum atau sesudah makan. Penulisan aturan pakai
yang tidak jelas merugikan pasien, karena berkaitan dengan dosis dan
hasil terapi yang dicapai. (Rahmawati, fita, dkk. 2002). Hal ini sangat
penting agar dalam pr
oses pelayanan tidak terjadi kekeliruan dalam
pembacaan pemakaian obat sehingga pasien dapat meminum obat
sesuai dengan cara dan aturan pemakaian. Penulisan dosis sediaan
harus ditulis dengan jelas agar terhindar dari kesalahan pemberian
jumlah dosis, meng
ingat adanya obat
-
obat yang memilki dosis lebi
dari satu. Tetapi biasanya terdapat kesepakatan tidak tertulis dalam
pelayanan obat bahwa jika kekuatan obat tidak tertulis maka diberikan
obat dengan kekuatan kecil. (Bilqis, Siti Ulfah. 2015).
Frekuesnsi pem
berian obat penting dalam resep agar ketika
dalam proses pelayanan tidak terjadi kesalahan informasi penggunaan
obat yang tepat dengan informasi tersebut maka diharapkan
Selain itu tidak ditulisnya jumlah total obat maupun
ketidakjelasan penulisannya selai
n memperlambat pelayanan di
apotek, juga merugikan pasien karena berpengaruh terhadap hasil
terapi dan harga obat yang harus ditanggung oleh pasien (Rahmawati,
fita, dkk. 2002).
Penulisan nama obat yang tidak jelas maupun sukar dibaca
berpotensi menimbulka
n medication error, mengingat banyak obat
dengan nama yang hampir sama terutama apabila obat tersebut
mempunyai rute pemberian obat yang sama (Cohen, 1999)
Nama dokter, SIP, alamat telepon, paraf atau tanda tangan
dokter serta tanggal penulisan resep sanga
t penting dalam penulisan
resep agar ketika Apoteker Pengola Apotek melakukan skrinning
resep kemudian terjadi kesalahan mengenai kesesuaian farmasetik
yang meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompabilitas
cara dan lama pemberian, dokter
penulis resep tersebut dapat langsung
dihubungi untuk melakukan pemeriksaan kembali (Bilqis, Siti Ulfah.
2015). Hal ini juga diperlukan untuk menjamin keamanan pasien,
bahwa dokter yang bersangkutan mempunyai hak dan dilindungi
undang
-
undang dalam memberi
kan pengobatan bagi pasiennya.
Pencantuman paraf dokter diperlukan agar resep menjadi otentik dan
tidak disalahgunakan dilingkungan masyarakat (lebih
-
lebih bila
menyangkut resep narkotika dan psikotropika) (Rahmawati, fita, dkk.
2002) selain itu, agar dapa
t menjamin keaslian resep dan berfungsi
sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut (Bilqis, Siti Ulfah.
2015).
Bentuk sediaan dalam resep sering tidak tertulis dengan jelas
dapat menyebabkan terjadi kesalahan dalam "memperkirakam" bentuk
sediaan yang
tertulis dalam resep dan akan berpengaruh terhadap efek
obat dan harga obat yang harus ditanggung pasien (Rahmawati, fita,
dkk. 2002)

didapatkan telah memenuhi persyaratan administratif. Hal ini dapat dibuktikan dari
kelengkapan komponen resep yang ada.
1. Diagnosis; diagnosis yang tepat
2. Dosis; pemberian dosis harus mempertimbangkan kondisi pasien
3. Indikasi; indikasi sesuai diagnosis
4. Pasien; mempertimbangkan kondisi individu
5. Obat; tepat kelas terapi, terbukti manfaat dan keamanan, serta paling mudah
digunakan.
Pada saat penyerahan obat dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara
obat dan resep disertai dengan konseling pasien (KP). Konseling pasien adalah proses
dimana farmasis mendengarkan permaslahan pasien terkait dengan terapi obatnya dan
menawarkan edukasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien. Konseling ini sangat
diperlukan untuk mengurangi kesalahan dlaam pengobatan pasien dan meoingkatkan
kepatuhan pasien dalam menggunkan obat sehingga didapat terapi yang optimal dan
biaya pengobatan yang rendah. Konseling dapat dilakukan pada saat penerimaan resep
maupun saat penyerahan obat. Konseling yang dilakukan saat penerimaan resep,
biasanya diajukan beberapa pertanyaan untuk megetahui riwayat pngobatan atau
riwayat penyakit pasien. Sedangkan konseling pada saat penyerahan obat dilakukan
untuk memberikan informasi mengenai obat yang diterima pasien. Pada saat konseling
penyerahan obat, dilakukan pemastian terhadap pemahaman pasien tentang cara
pemakaian obat dan informasi dilakukan dengan meminta pasien mengulang kembali
apa yang telah disampaikan tetapi permintaannya tidak secara langsug, melainkan
dengan .
Dalam konseling dengan pasien tepatnya pada saat berhadapan dengan pasien
dimulai dengan mengucapkan salam dan memperkenalkan diri sesuai dengan
kebudayaan kita kebudayaan Indonesia.
Pada praktikum kali ini, kita melakukan anlisis resep diabetes. Dimana pada resep obat
yang diresepkan yaitu Daonil, Captensin, Corsamag, dan Ciprofloxacin. Pada resep
tersebut
ada terjdi interaksi obat yaitu antara Daonil, Captensin, dan Ciprofloxacin yang mana
dapat
meningktkan kerja atau aktivitas dari Daonil, yang mana Daonil dengan zat aktif
Glibenklamid merupakan obat diabetes golongan sulfonilurea generasi ke dua yang
potensi
hipoglikemiknya lebih besar, sehingga interaksi yang terjadi dapat mengakibatkan
terjadinya
hipoglikemi. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi penggunaan obatnya atau
mengganti obat
ersebut dengan yang lain. Kami melakukan modifikasi penggunaan obat Captensin
dengan
Daonil yaitu Daonil diminum 2 jam setelah makan pagi atau sarapan sedangkan
Captensin
diminum 1 jam sebelum makan pagi dan pemakian selanjutnya diminum 2 jam setelah
makan
siang dan makan malam. Dan untuk Ciprofloxacin diganti dengan antibiotik lain yaitu
golongan sefalosporin, yang digunakan yaitu sefadroksil.
Pada resep tersbut, Dokter juga menuliskan iter yang mana di dalam resep tersebut ada
antibiotiknya, seharusnya Dokter menuliskan ne iter pada antibiotik, karena antibiotik
tidak
dapat di lakukan pengulangan. Jika harus ada pengulangan maka harus dengan resep
yang
baru, karena jika diberikan iter dalam resep tersebut akan terjadi penggunaan terus
menrus
oleh pasien yang dapat mengakibatkan efek yang tidak diinginkan seperti gangguan
gastro
intestinal, dan lainnya. Oleh karena itu, seorang Apoteker harus lebih hati-hati dalam
melihat
dan menganalisis obat dari resep yang diberikan, jika ada kejanggalan maka seorang
Apoteker harus konfirmasi dan kompromi dengan Dokter yang telah memeberikan
resep
terebut.

You might also like