You are on page 1of 7

Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KADAR GULA DARAH PUASA


PADA PENGGUNA LAYANAN LABORATORIUM
Risk Factors That Affect Fasting Blood Sugar Levels In Users Of Laboratory

*Abil Rudi **Hendrikus Nara Kwureh

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya

Abstrak
Kadar gula darah merupakan banyaknya glukosa di dalam peredaran darah manusia.
Terjadinya peningkatan kadar gula darah puasa disebabkan oleh kerusakan fungsi pangkreas
manusia. Kejadian kadar gula darah puasa yang tinggi dipengaruhi oleh mengkonsumsi
makanan yang mengandung gula tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor
risiko yang mempengaruhi kadar gula darah puasa pada pengguna layanan laboratorium di
RSUD M. Djoen Sintang tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini menggunakan sampling insidential yaitu
sebanyak 178 responden. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan pengamatan yang
berpedoman pada kuesioner. Analisis data mengunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil
uji statistik menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kadar gula darah puasa
adalah umur (P value = 0.013), riwayat keturunan (P value = 0.025), jenis kelamin (P value =
0.043), dan pola makan (P value = 0.012). Oleh karena itu, disarankan kepada penderita
dengan diabetes mellitus untuk menjaga kadar gula darah dalam normal.

Kata Kunci : penyakit diabetes mellitus, kadar gula darah puasa, faktor risiko

Abstract
Blood sugar is the amount of glucose in the human circulatory. Increase in fasting blood sugar
levels caused by damage to the human pancreatic function. The incidence of fasting blood
sugar levels are high influenced by consuming foods that contain high sugar. This research
aims to explain risk factors that affect fasting blood sugar levels in users of laboratory
services in Public Hospital in the area Sintang year 2016. This research is quantitative
research with cross sectional design. This sample using a sampling insidential as many as 178
respondents. Data collection by way of interviews and observations are based on the
questionnaire. Data analysis using univariate and bivariate analysis. Statistical test results
showed that the variables associated with fasting blood sugar levels are age (P value = 0.013),
history of descent (P value = 0.025), sex (P value = 0.043), and dietary habit (P value =
0.012). therefore, recommended to patients with diabetes to keep blood sugar levels under
normal circumstances.

Keywords : diabetes mellitus, fasting blood sugar levels, risk factors

A. Pendahuluan oleh penderita mengkonsumsi makanan


Diabetes Mellitus merupakan suatu berlemak, penderita dengan kolesterol
masalah yang mengancam kesehatan di tinggi, penderita mengkonsumsi makanan
masyarakat. Penyakit Diabetes Mellitus mengandung gula tinggi dan sedikit serat
yang dialami penderita di RSUD M. Djoen serta jarang melakukan olah raga.
Sintang di sertai juga dengan kadar gula Berdasarkan survei yang dilakukan
darah yang tinggi. Kejadian kadar gula oleh organisasi kesehatan dunia (WHO)
darah yang tinggi penderita Diabetes pada tahun 2010, bahwa penderita kadar
Mellitus pada pengguna layanan gula darah di Dunia diperkirakan sebanyak
laboratorium RSUD M. Djoen di sebabkan 171.000.000 penduduk dunia. Khususnya

33
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

pada negara berkembang dengan jumlah 2013 sebanyak 455 orang, tahun 2014
angka penderita kadar gula darah sebanyak 561 orang, tahun 2015 sebanyak
meningkat sekitar 85 % pada usia 25 581 orang, Sedangkan data lima bulan
tahun. Sedangkan di Asia Tenggara bahwa terakhir jumlah pasien kadar gula darah
angka kejadian penderita kadar gula darah 247 orang yang periksa kadar gula darah
4,5 juta penderita (WHO, 2010). pada pengguna layanan laboratorium, rata-
Hasil penelitian pada era 2000 rata setiap bulannya mencapai 50 kasus
menunjukkan peningkatan prevalensi yang kadar gula darah tinggi.
sangat tajam. Sebagai contoh penelitian di Hasil studi pendahuluan pada 10
Jakarta (daerah urban) dari prevalensi DM pasien yang melakukan pemeriksaan kadar
1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada gula darah puasa pengguna layanan
tahun 1993 dan kemudian menjadi 12,8% laboratorium di RSUD M. Djoen Sintang,
pada tahun 2001 di daerah sub-urban bahwa 8 orang yang terbiasa
Jakarta. Suatu jumlah yang sangat besar mengkonsumsi makanan instan, 8 orang
dan merupakan beban yang sangat berat sering mengkonsumsi makanan yang
untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter banyak mengandung gula, dan 3 orang
spesialis/ subspesialis bahkan oleh semua yang selalu menghindari makanan yang
tenaga kesehatan yang ada. Mengingat manis. Wawancara tentang aktivitas fisik
bahwa kadar gula darah akan memberikan didapatkan 6 orang yang berolahraga
dampak terhadap kualitas sumber daya seminggu sekali, 5 orang yang tidak pernah
manusia dan peningkatan biaya kesehatan berolahraga dan 4 orang yang selalu olah
yang cukup besar, semua pihak, baik raga jalan kaki. Wawancara tentang stress
masyarakat maupun pemerintah, didapatkan 8 orang yang tidak tenang
seharusnya ikut serta dalam usaha memiliki masalah, 5 orang memiliki
penanggulangan peningkatan kadar gula masalah yang belum terselesaikan, dan 5
darah, khususnya dalam upaya pencegahan orang yang pusing karena tidak dapat
(Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan menyelesaikan masalah sendiri.
DM di Indonesia, 2006). Wawancara tentang istirahat didapatkan 4
Data dari laboratorium dan rekam orang yang tidur 6-7 jam sehari, 8 orang
medik untuk pemeriksaan kadar gula darah yang merasa kurang istirahat setiap
puasa pada pengguna layanan laboratorium harinya, dan 8 orang sering tidur larut
di RSUD M. Djoen Sintang di peroleh data malam.
pasien dengan kadar gula darah pada tahun
B. Metode hubungan (Hidayat, 2007). Penelitian ini
Penelitian ini merupakan penelitian dilakukan pada pasien yang berobat di poli
kuantitatif dengan rancangan cross penyakit dalam RSUD M. Djoen Sintang
sectional yaitu suatu rancangan penelitian yang menderita penyakit diabetes mellitus
dimana variabel independen dan variabel dengan memeriksakan kadar gula darah.
dependen diukur pada waktu penelitian Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
berlangsung yang dapat menjelaskan suatu sebanyak 178 responden.

C. Hasil
1. Hasil Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi frekuensi kadar gula darah puasa pengguna layanan laboratorium di RSUD
M.Djoen Sintang Tahun 2016
Kadar gula darah Puasa n %
Normal 91 51.1
Tidak Normal 87 48.9
Total 178 100

34
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 1 didapatkan yang paling tinggi adalah mengalami


distribusi frekuensi kadar gula darah kadar gula darah puasa normal
puasa pada penderita penyakit diabetes sebanyak 91 responden (51,1%) dan
mellitus pengguna layanan laboratorium mengalami kadar gula darah puasa tidak
di RSUD M.Djoen Sintang tahun 2016 normal sebanyak 87 responden (48,9%).

2. Hasil Analisis Bivariat


Tabel 2
Hubungan antara jenis kelamin, umur, riwayat keturunan, pola makan dengan kadar
gula darah puasa pengguna layanan laboratorium di RSUD M.Djoen Sintang
Tahun 2016
Kadar gula darah puasa
Total OR
Variabel Tidak normal normal P Value
95%
n % n % n %
Laki – laki 44 41.1 63 58.9 107 100
Jenis
1.511 0.043
Kelamin Perempuan 41 57.7 30 42.3 71 100

< 45 tahun 40 39.2 62 60.8 102 100


Umur
1.444 0.013
Responden
≥ 45 tahun 45 59.2 31 40.8 76 100
Ada Keturunan
49 44.1 62 55.9 111 100
Riwayat DM
1.645 0.025
Keturunan Tidak Ada
42 62.7 25 37.3 67 100
Keturunan DM
Kurang Baik 62 54.9 51 45.1 113 100
Pola Makan 2.220 0.012
Baik 23 35.5 42 64.6 65 100
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat darah puasa tidak normal sebanyak 45
bahwa jenis kelamin laki-laki dengan kadar responden (59.2%). Hasil uji statistik
gula darah puasa tidak normal sebanyak 44 diperoleh Pvalue = 0.013 ≤ 0.05, artinya ada
responden (41.1%) dan jenis kelamin hubungan antara umur dengan Kadar Gula
perempuan dengan kadar gula darah puasa Darah Puasa pada pengguna layanan
tidak normal sebanyak 41 responden laboratorium di RSUD M. Djoen Sintang
(57.7%). Hasil uji statistik diperoleh Pvalue tahun 2016. Dari hasil analisis diperoleh
= 0.043 ≤ 0.05, artinya ada hubungan juga nilai OR= 1.444, berarti responden
antara jenis kelamin dengan Kadar Gula dengan Kadar Gula Darah Puasa pada
Darah Puasa pada pengguna layanan umur ≥ 45 tahun mempunyai faktor risiko
laboratorium di RSUD M. Djoen Sintang 1.4 kali mengalami Kadar Gula Darah
Tahun 2016. Dari hasil analisis diperoleh Puasa yang tidak normal di bandingkan
juga nilai OR= 1.511, artinya jenis kelamin responden pada umur < 45 tahun.
laki-laki mempunyai faktor risiko 1.5 kali Responden ada keturunan penyakit
mengalami peningkatan Kadar Gula Darah diabetes mellitus dengan kadar gula darah
Puasa yang tidak normal dibandingkan puasa tidak normal sebanyak 49 responden
jenis kelamin perempuan. (44.1%) dan responden tidak ada
Umur responden < 45 tahun dengan keturunan penyakit diabetes mellitus
kadar gula darah puasa tidak normal dengan kadar gula darah puasa tidak
sebanyak 40 responden (39.2%) dan umur normal sebanyak 42 responden (62.7%).
responden ≥ 45 tahun dengan kadar gula Hasil uji statistik diperoleh Pvalue = 0.025 ≤

35
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

0.05, artinya ada hubungan antara riwayat dan pola makan responden dengan kadar
keturunan dengan Kadar Gula Darah gula darah puasa tidak normal sebanyak 23
Puasa pada pengguna layanan laboratorium responden (35.5%). Hasil uji statistik
di RSUD M. Djoen Sintang Tahun 2016. diperoleh Pvalue = 0.012 ≤ 0.05, artinya ada
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= hubungan antara pola makan dengan Kadar
1.645, artinya responden yang ada riwayat Gula Darah Puasa pada pengguna layanan
keturunan diabetes mellitus mempunyai laboratorium di RSUD M. Djoen Sintang
faktor risiko 1.6 kali mengalami Tahun 2016. Dari hasil analisis diperoleh
peningkatan Kadar Gula Darah Puasa yang juga nilai OR= 2.220, artinya pola makan
tidak normal dibandingkan dengan responden yang kurang baik mempunyai
responden yang tidak ada riwayat faktor risiko 2.2 kali mengalami
keturunan diabetes mellitus. peningkatan Kadar Gula Darah Puasa
Pola makan responden kurang baik dibandingkan dengan pola makan yang
dengan kadar gula darah puasa tidak baik.
normal sebanyak 62 responden (54.9%)
laki-laki, terlebih ibu rumah tangga
D. Pembahasan (Sclavo, 2001 dalam Nezhad, 2008).
1. Hubungan jenis kelamin dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan
kadar gula darah puasa penelitian yang dilakukan oleh Yessy
Hasil uji statistik diperoleh Pvalue = (2013), dengan judul tingkat self care
0.043 ≤ 0.05, artinya ada hubungan pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe
antara jenis kelamin dengan Kadar Gula 2 dengan kadar gula darah di puskesmas
Darah Puasa pada pengguna layanan kalirungkut Surabaya. Hasil penelitian
laboratorium di RSUD M. Djoen menemukan bahwa ada hubungan
Sintang Tahun 2016. antara jenis kelamin diabetes mellitus
Hasil penelitian menemukan bahwa tipe 2 dengan kadar gula darah di
jenis kelamin laki-laki dengan kadar puskesmas kalirungkut Surabaya.
gula darah puasa lebih banyak dari Demikian juga penelitian yang di
perempuan yang mengalami kadar gula lakukan oleh Mansyur (2010) dengan
darah yang tidak normal. Jenis kelamin judul Faktor Yang Berhubungan
laki-laki lebih banyak mengalami kadar Dengan kadar gula darah Diabetes
gula darah puasa tidak normal Mellitus Tipe 2 Di Desa Sekip
dibandingkan perempuan hal ini Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten
didasari bahwa laki-laki pada saat Deli Serdang. Hasil penelitian
dilakukan penelitian lebih banyak dari menemukan bahwa variabel jenis
pada perempuan. kelamin sangat berpengaruh terhadap
Salah satu faktor risiko diabetes kadar gula darah Diabetes Mellitus Tipe
mellitus adalah jenis kelamin. Pada 2 di Desa Sekip Kecamatan Lubuk
penelitian Nezhad et al, 2008 terdapat Pakam Kabupaten Deli Serdang.
perbedaan persentase penderita diabetes Faktor risiko terjadinya penyakit
mellitus antara laki-laki dan perempuan. diabetes mellitus salah satunya adalah
Persentase penderita diabetes pada laki- jenis kelamin. Dimana laki-laki
laki sebanyak 5,1 % sedangkan pada memiliki risiko diabetes yang lebih
perempuan sebanyak 5,8 %. Berbagai meningkat cepat dari perempuan.
penelitian telah menemukan bahwa Perbedaan risiko ini dipengaruhi oleh
perempuan lebih banyak menderita distribusi lemak tubuh. Pada laki-laki,
diabetes mellitus dibandingkan laki- penumpukan lemak terkonsentrasi di
laki. Hal ini dikaitkan dengan aktifitas sekitar perut sehingga memicu obesitas
fisik, dimana perempuan lebih sedikit sentral yang lebih berisiko memicu
aktifitas fisiknya dibandingkan denga terjadinya gangguan metabolisme.

36
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

menemukan bahwa ada hubungan yang


2. Hubungan umur dengan kadar gula signifikan antara umur dengan diabetes
darah puasa mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di
Hasil uji statistik diperoleh Pvalue = Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar
0.013 ≤ 0.05, artinya ada hubungan antara Selatan.
umur dengan Kadar Gula Darah Puasa Terjadinya penyakit diabetes mellitus
pada pengguna layanan laboratorium di pada umumnya terjadi pada usia di atas 45
RSUD M. Djoen Sintang tahun 2016. tahun dan berat badan yang berlebihan.
Hasil penelitian menemukan bahwa Namun hasil penelitian meemukan bahwa
umur < 45 tahun yang paling banyak kejadian diabetes mellitus dengan kadar
terjadinya risiko peningkatan kadar gula gula darah puasa yang tidak normal lebih
darah, hal ini didasari bahwa umur < 45 banyak di bawah usia 45 tahun, hal ini
dalam kesehariannya sibuk dengan didasari bahwa pada usia tersebut aktifitas
pekerjaan, sehingga pola makan tidak fisiknya berkurang karena kesibukan
terjaga, kurang istirahat dan aktivitasnya dengan pekerjaannya, sehinga memicu
seperti olah raga sangat kurang, sehingga peningkatan kadar gula darah yang tidak
risiko terkena peningkatan kadar gula darah normal.
sangat tinggi.
Penelitian ini juga didukung oleh 3. Hubungan riwayat keturunan dengan
beberapa pendapat ahli bahwa dengan kadar gula darah puasa
meningkatnya umur, maka intoleransi Hasil uji statistik diperoleh Pvalue =
terhadap glukosa juga meningkat. 0.025 ≤ 0.05, artinya ada hubungan antara
Intoleransi glukosa pada lanjut usia ini riwayat keturunan dengan Kadar Gula
sering dikaitkan dengan obesitas, aktivitas Darah Puasa pada pengguna layanan
fisik yang kurang, berkurangnya masa otot, laboratorium di RSUD M. Djoen Sintang
adanya penyakit penyerta dan penggunaan Tahun 2016.
obat, disamping itu pada orang lanjut usia Hasil penelitian menemukan bahwa
sudah terjadi penurunan sekresi insulin dan yang ada riwayat keturunan Diabetes
resistensi insulin. Resiko terkena kadar Mellitus lebih besar di bandingkan dengan
gula darah akan meningkat sejalan dengan yang tidak ada riwayat keturunan Diabetes
penuaan, para ahli sepakat mulai usia 45 Mellitus. Faktor risiko kadar gula darah
tahun ke atas (Arief, 2008). dapat muncul karena mempunyai faktor
Hasil penelitian ini sejalan dengan keturunan, selain itu juga bahwa faktor
penelitian yang dilakukan oleh Zahtamal pola makan yang salah, aktivitas fisik yang
(2007), dengan judul fakor- faktor risiko kurang dan stres yang tinggi dapat
kadar gula darah pasien diabetes mellitus meningkatkan kadar gula darah.
Bagian Ilmu kesehatan Masyarakat Diabetes mellitus bukan penyakit
Kedokteran Komunitas Fakultas menular tetapi diturunkan. Namun bukan
Kedokteran Universitas Riau. Hasil berarti anak dari kedua orangtua yang
penelitian menemukan bahwa ada diabetes pasti akan mengidap diabetes
hubungan yang bermakna antara umur juga, sepanjang dia bisa menjaga dan
dengan kadar gula darah pasien diabetes menghindari faktor resiko yang lain.
mellitusBagian Ilmu kesehatan Masyarakat Sebagai faktor resiko secara genetik yang
Kedokteran Komunitas Fakultas perlu diperhatiakan apabila kedua atau
Kedokteran Universitas Riau. Demikian salah seorang dari orang tua, kakek, nenek,
juga penelitian yang dilakukan oleh Sri saudara kandung, anggota keluarga dekat
Trisnawati (2013), dengan judul Faktor mengidap diabetes. Pola genetik yang kuat
risiko diabetes mellitustipe 2 pasien rawat pada diabetes mellitus type II. Seseorang
jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan yang memiliki saudara kandung mengidap
Denpasar Selatan. Hasil penelitian diabetes type II memiliki resiko yang jauh

37
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

lebih tinggi menjadi pengidap diabetes sehingga menyebabkan gangguan


(Sutanto, 2010). metabolisme (Depkes RI, 2008).
Hasil penelitian ini sejalan dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Made penelitian oleh Mansyur (2010) dengan
Sumarwati (2008), dengan judul faktor - judul Faktor Yang Berhubungan Dengan
faktor penyebab dan dampak penyakit kadar gula darah Diabetes Mellitus Tipe 2
diabetes mellitus di wilayah puskesmas Di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
Purwokerto kabupaten Banyumas. Hasil Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian
penelitian menemukan bahwa ada menemukan bahwa variabel pola makan
hubungan yang signifikan antara riwayat sangat berpengaruh terhadap kadar gula
keturunan dengan diabetes mellitus di darah Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa
wilayah puskesmas Purwokerto kabupaten Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
Banyumas. Demikian juga penelitian yang Kabupaten Deli Serdang. Demikian juga
dilakukan oleh Radio (2011), dengan judul penelitian yang di lakukan oleh Yessy
faktor faktor yang berhubungan dengan (2013), dengan judul tingkat self care
kejadian diabetes mellitus tipe 2 di pasien rawat jalan diabetes mellitus tipe 2
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit dengan kadar gula darah di puskesmas
Dr. Kariadi Semarang. Hasil penelitian kalirungkut Surabaya. Hasil penelitian
menemukan bahwa ada hubungan yang menemukan bahwa ada hubungan antara
bermakna antara riwayat keluarga dengan pola makan diabetes mellitus tipe 2 dengan
kejadian diabetes mellitus tipe 2 di kadar gula darah di puskesmas kali rungkut
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Surabaya.
Dr. Kariadi Semarang. Dukungan keluarga juga tidak kalah
penting untuk ikut berperan dalam
4. Hubungan pola makan dengan kadar pengendalian kadar gula darah pasien
gula darah puasa diabetes, misalnya : untuk melakukan
Hasil uji statistik diperoleh Pvalue = olahraga teratur, mengkonsumsi obat
0.012 ≤ 0.05, artinya ada hubungan antara antidiabetes sesuai jadwal dan jumlah yang
pola makan dengan Kadar Gula Darah di instruksikan oleh dokter. Karena dengan
Puasa pada pengguna layanan laboratorium adanya dukungan dari keluarga, pasien
di RSUD M. Djoen Sintang Tahun 2016. termotivasi untuk melakukan pengontrolan
Hasil penelitian menemukan bahwa kadar gula darahnya. Hal ini sejalan
pola makan yang kurang baik lebih banyak dengan teori Green (1980) dalam
dari pada pola makan yang baik, hal ini Notoatmodjo (2010) yang menyebutkan
dikarenakan masih banyaknya gaya dari dukungan keluarga merupakan salah satu
pasien kurang sehat seperti, mengkonsumsi faktor penguat atau pendorong terjadinya
makan yang bersantan, aktifitas olah raga perilaku kesehatan pada pasien.
yang kurang, menkonsumsi bumbu
penyedap rasa, kurang menyedikan E. Kesimpulan
makanan yang berserat, mengkonsumsi Berdasarkan hasil penelitian pada
minuman kaya gula. Hal ini yang pasien penyakit diabetes mellitus dengan
mendasari bahwa terjadinya peningkatan kadar gula darah puasa di layanan
terhadap kadar gula darah puasa pada pola laboratorium RSUD M. Djoen Sintang
makan yang kurang baik. Tahun 2016, dapat diambil kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang sebaga berikut : . bahwa hasil uji statistik
banyak mengalami peningkatan prevalensi menunjukkan bahwa variabel yang
pasien yang memiliki kadar gula darah berhubungan dengan kadar gula darah
cukup tinggi disebabkan karena adanya puasa adalah umur (P value = 0.013),
pola hidup dan pola makan yang berlebih

38
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995
Volume 3 Nomor 2 Januari Tahun 2017

riwayat keturunan (P value = 0.025), jenis disarankan kepada penderita dengan


kelamin (P value = 0.043), dan pola makan diabetes mellitus untuk menjaga kadar gula
(P value = 0.012). Oleh karena itu, darah dalam normal.

Daftar Pustaka
Basuki, E. 2006. Tehnik penyuluhan Hidayat, A., A. 2007. Riset keperawatan
Diabetes Mellitus. Jakarta : EGC dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta:
Depertemen Kesehatan RI. 2008. Salemba Medika
Informasi Pengendalian penyakit Mansyur Syah. 2010. Faktor Yang
dan pencegahan Diabetes Mellitus. Berhubungan Dengan Penyakit
Jakarta : Ditjen PPM Dan PL Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Desa
DepKes RI Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
Fitrania, F. 2008. Gambaran Epidemiologi Kabupaten Deli Serdang tahun 2010.
Hiperglikemia dan Faktor-Faktor Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi
Yang Berhubungan Dengan Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Hiperglikemia pada Majelis Dzikir Rineka cipta
SBY Nurussalam di Jakarta Tahun Sutanto. 2010. Diabates Mellitus adalah
2008. [SKRIPSI]. Fakultas Penyakit akibat gaya hidup. http://
Kesehatan Masyarakat Universitas yuwie.com. Diakses pada tanggal 16
Indonesia April 2016
WHO. 2012. Diabetes.
http://www.who.int/topics/diabetesm
ellitus/en. Diakses 14 April 2016

39
Wawasan Kesehatan – ISSN : 2087-4995

You might also like