You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA

RUMAH SAKIT ISLAM AISYIYAH


NGANJUK

2019
A. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO 2 di dalam darah rendah
(hipoksemia), hiperkarbia (Pa Co 2 meningkat) dan asidosis (Julina, 2017). Menurut WHO, Asfiksia
neonatorum merupakan kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Sedangkan menurut Ikatan dokter Anak Indonesia (IDAI), Asfiksia neonatorum adalah kegagalan
napas secara spontan dan teratur pada saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkabnia dan
asidosis (Ani et al, 2015)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO 2 dan asidosis. Bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi
pernapasan yang cepat dalam periode yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernapasan
akan berhenti, denyut jantung juga mulai mengalami penurunan, sedangkan tinus neuromuscular
berkurang secara berangsur- angsur dan bayi memasuki periode apnea yang dikenal sebagai apnea
primer. Pemberian perangsangan dan oksigen selama periode apnea primer dapat merangsang
terjadinya pernapasan yang spontan (Legawati, 2019).
Dengan demikian asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama dan sesudah
persalinan ( Legawati, 2019).

B. Etiologi
Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ bayi dalam menjalankan
fungsinya, seperti pengembangan paru. Asfiksia neonatorum dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah adanya (1) penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, gangguan atau
penyakit paru, dan gangguan kontraksi uterus; (2) pada ibu yang kehamilannya berisiko; (3) faktor
plasenta, seperti janin dengan solusio plasenta; (4) faktor janin itu sendiri, seperti terjadi kelainan pada
tali pusat, seperti tali pusat menumbung atau melilit pada leher atau juga kompresi tali pusat antara
janin dan jalan lahir; serta (5) faktor persalinan seperti partus lama atau partus dengan tindakan
tertentu (Ratang et al, 2015).

C. Patofisiologi
Janin yang kekurangan O2 sedangkan kadar CO2-nya bertambah, akan menyebabkan
muncul rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat.
Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah
kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin
lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun.
Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode
apneu primer. Apabila bayi dapat brnapas kembali secara teratur maka bayi mengalami asfiksia
ringan.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun
disebabkan karena terjadinya metabolisme anaerob yaitu glikolisis glikogen tubuh yang sebelumnya
diawali dengan asidosis respiratorik karena gangguan metabolisme asam basa, Biasanya gejala ini
terjadi pada asfiksia sedang - berat, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat
lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O 2 dalam darah (PaO2)
terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang
dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Pada saat ini, Bayi
sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan
secara spontan.
Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O 2 selama kehamilan/ persalinan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian jika resusitasi
dengan pernafasan buatan dan pemberian O 2 tidak dimulai segera. Kerusakan dan gangguan ini
dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia neonatorum
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Asfiksia Berat
o Nilai Apgar antara 0 – 3
o Frekuensi jantung kecil (<40x/menit)
o Tidak ada usaha napas
o Tonus otot lemah, bahkan hampir tidak ada
o Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
o Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
o Terjadi kekurangan O2 yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
Penatalaksanaan → resusitasi aktif dan sesegera mungkin (Octa et al, 2014).
2. Asfiksia Sedang
o Nilai Apgar 4 – 6
o Frekuensi jantung menurun (60-80x/menit)
o Usaha napas lambat
o Tonus otot bisanya dalam keadaan baik
o Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
o Bayi tampak sianosis
o Tidak terjadi kekurangan O2 yang bermakna selama proses persalinan.
Penatalaksanaan → Resusitasi (Octa et al, 2014).
3. Asfiksia Ringan
o Nilai Apgar 7 – 10
o Takipnea dengan napas > 60x/menit
o Bayi tampak sianosis
o Adanya retraksi intercostae
o Bayi merintih (grunting)
o Adanya pernapasan cuping hidung
o Bayi kurang aktifitas
o Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh wheezing positif
Penatlaksanaan → Resusitasi (Octa et al, 2014).
Pemeriksaan apgar untuk bayi :
NILAI APGAR SCORE
TANDA
0 1 2
Frekuensi Jantung Tidak ada Lambat, < 100 x/mnt > 100 x/mnt
Usaha Napas Tidak ada Tidak teratur Menangis kuat
Tonus Otot Lunglai Beberapa fleksi ekstremitas Gerakan aktif
Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
napas dibersihkan
Warna Kulit Biru pucat Tubuh merah muda, Merah muda seluruhnya
ekstremitas biru
Keterangan :
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit
masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar
berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan
untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis.

Bayi Baru Lahir

Tidak dapat bernafas


spontan setelah lahir

ASFIKSIA

Gangguan pertukaran gas


Perfusi jaringan
terganggu
D. WOC PO2 menurun, PCO2 meningkat
Kejang
Asidosis Respiratorik

Metabolisme Anaerob :

Glikolisis glikogen terutama


pada jantung dan hati menjadi
berkurang
Menghasilkan asam
organik

Asidosis Metabolik

Gangguan kardiovaskuler

Disfungsi ventrikel
Kerja jantung terganggu Curah jantung mengalir ke :
jantung/disfungsi
miokardium
Aliran darah ke otak Mesentrium Ginjal
menurun
Hipoksemia Urin sedikit
Hipoksia & iskemia otak

Edema otak

Perdarahan

Koma
Bagan 1. WOC Asfiksia

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala asfiksia dapat muncul mulai dari saat kehamilan hingga kelahiran bayi yang
berupa :
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100x/mnt, halus dan ireguler serta
adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik, kejang, nistagmus
(gerakan ritmik tanpa kontrol pada mata yang terdiri dari tremor kecil yang cepat ke satu arah
dan yang lebih besar, lebih lambat, berulang-ulang ke arah yang berlawanan) dan menangis
kurang baik/tidak baik (Depkes RI, 2009)

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosisa asfiksia pada bayi baru
lahir menurut Prawirohardjo (2005), yaitu:
1. Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyutan dalam semenit. Selama his frekuensi ini
bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan
denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai
dibawah 100 semenit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini merupakan tanda
bahaya.
2. Mekonium Dalam Air Ketuban
Pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan
kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan
indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan Darah Janin
Alat yang digunakan : amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit
kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis
menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7.2, hal itu dianggap sebagai
tanda bahaya. Selain itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan tanda-tanda gawat janin
mungkin disertai dengan asfiksia neonatorum, sehingga perlu diadakan persiapan untuk
menghadapi keadaan tersebut jika terdapat asfiksia, tingkatnya perlu dikenal untuk dapat
melakukan resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan cara penilaian menurut APGAR.
4. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin/hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht
43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit.
5. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-antibodi
pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.

G. Penatalaksanaan
Segera setelah bayi baru lahir perlu di identifikasi adau dikenal secara cepat, supaya dapat
dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau tidak. Tindakan ini merupakan langkah awal
resusitasi bayi baru lahir. Tujuannya supaya intervensi yang diberikan bisa dilaksanakan secara
cepat dan tepat atau tidak terlambat (Hanifa, 2009).
Tindakan-tindakan yang dilakukan pada bayi dapat dibagi dalam 2 golongan:
a) Tindakan Umum
o Tindakan ini dikerjakan pada setiap bayi tanpa memandang nilai APGAR.
o Mencegah atau mengurangi kehilangan panas dari tubuh bayi.
o Menggunakan sinar lampu untuk mengurangi evaporasi, untuk pemanasan luar
dan untuk mengeringkan tubuh bayi.
o Meletakkan bayi dengan posisi kepala lebih rendah dan penghisapan saluran
pernafasan bagian atas segera dilakukan (dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak
mukosa)
o Bila bayi belum memperlihatkan usaha bernafas, lakukan rangsangan nyeri
dengan cara mermukul kedua telapak kaki, menekan tendon Achilles, atau pada bayi
tertentu diberi vitamin K.(Hanifa, 2009)
Tindakan lain yang bis dilakukan pada Asfiksia Ringan adalah :
o Bayi dibungkus dengan kain hangat
o Bersihkan jalan nafas
o Bersihkan badan dan tali pusat
o Observasi, Masukkan inkubator (Hidayat, 2008)

b) Tindakan Khusus
o Tindakan ini dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa hasil.
o Prosedur dikerjakan sesuai dengan beratnya asfiksia atau dinyatakan oleh
APGAR skor.
1. Asfiksia Sedang
o Stimulasi agar timbul reflek pernapsan.
o Bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus
segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasal dengan aliran
1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan
gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu ke atas
dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding
toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan,
usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai
dalam 1-2 menit.
o Sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera
dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke
mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut,
sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan
frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang
mungkin timbul.
o Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjadi
penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot. Dalam hal demikian bayi
harus diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat (Hanifa, 2009).
Tindakan lain untuk menangani asfiksia sedang adalah :
o Bersihkan jalan nafas
o Beri O2 2 L/menit
o Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki, bila tidak bereaksi bantu
dengan masker (ambubag)
o Bila bayi sudah bernafas tapi masih sianosis, beri natrium bikarbonat 75 %
sebanyak 6cc, dekstrosa 40 % 4cc melalui vena umbilicus (Hidayat, 2008).
2. Asfiksia Berat
o Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi
paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan
intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg.
o Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-
4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat
ini disuntuikan ke dalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini
akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung.
o Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali.
o Bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi
jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.
o Tindakan tersebut diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali
satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks.
o Jika tindakan tersebut tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau
gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.
(Hanifa, 2009)
Tindakan lain untuk menangani Asfiksia Berat adalah :
o Bersihkan jalan nafas sambil pompa melalui Ambubag
o Beri O2 4-5 liter/ menit
o Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT.
o Bersihkan jalan nafas melalui ETT
o Bila bayi sudah bernafas tapi masih sianosis, beri natrium bikarbonat 75 %
sebanyak 6cc, dekstrosa 40 % 4cc melalui vena umbilicus (Hidayat, 2008).

Pemberian Obat-Obatan :
o Epinefrin
Indikasi pemakaian epinefrin adalah frekuensi jantung kurang dari 60x/menit setelah
dilakukan VTP dan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik. Epinefrin tidak
boleh diberikan sebelum melakukan ventilasi adekuat karena epinefrin akan
meningkatkan beban dan konsumsi oksigen otot jantung. Dosis yang diberikan 0,1- 0,3
ml/kgBB larutan1:10.000 (setara dengan 0,01-0,03 mg/kgBB) intravena atau melalui
selang endotrakeal. Dosis dapat diulang 3-5 menit secara intravena bila frekuensi jantung
tidak meningkat. Dosis maksimal diberikan jika pemberian dilakukan melalui selang
endotrakeal.
o Volume Ekspander
Volume ekspander diberikan dengan indikasi sebagai berikut: bayi baru lahir yang
dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi,
hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya
pucat, perfusi buruk, nadi kecil atau lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon
yang adekuat. Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai
menunjukkan respon klinis. Jenis cairan yang diberikan dapat berupa larutan kristaloid
isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat) atau tranfusi golongan darah O negatif jika diduga
kehilangan darah banyak.
o Bikarbonat
Indikasi penggunaan bikarbonat adalah asidosis metabolik pada bayi baru lahir yang
mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik. Penggunaan
bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan
pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi. Dosis yang digunakan adalah 2 mEq/kg BB
atau 4 ml/kg BB BicNat yang konsentrasinya 4,2 %. Bila hanya terdapat BicNat dengan
konsetrasi 7,4 % maka diencerkan dengan aquabides atau dekstrosa 5% sama banyak.
Pemberian secara intra vena dengan kecepatan tidak melebihi dari 1 mEq/kgBB/menit.
o Nalokson
Nalokson hidroklorida adalah antagonis narkotik diberikan dengan indikasi depresi
pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik dalam waktu 4 jam
sebelum melahirkan. Sebelum diberikan nalokson ventilasi harus adekuat dan stabil.
Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya dicurigai sebagai pecandu obat
narkotika, sebab akan menyebabkan gejala putus obat pada sebagian bayi.
Cara pemberian intravena atau melalui selang endotrakeal. Bila perfusi baik dapat
diberikan melalui intramuskuler atau subkutan. Dosis yang diberikan 0,1 mg/kg BB,
perlu diperhatikan bahwa obat ini tersedia dalam 2 konsentrasi yaitu 0,4 mg/ml dan 1
mg/ml (Depkes RI, 2008).

H. Komplikasi
a. Edema otak & Perdarahan otak.
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi
renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan
menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.

b. Anuria atau Oliguria


Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah
disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada
keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang
menyebabkan pengeluaran urine sedikit.

c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2
sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.

d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena
beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

I. Asuhan Keperawatan
DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Pernapasan
Pola Nafas selama 1x24 jam diharapkan status Kaji
Berhubungan pernapasan menjadi adekuat. 1. Kaji pentingnya pemasangan alat bantu nafas
dengan : seperti oksigen atau CPAP
 Hiperventilasi Kriteria Hasil 2. Kaji adanya retraksi dinding dada
 Kelainan bentuk Status Respirasi Monitor
dinding dada  RR antara 30 - 60x/menit 1. Monitor RR, irama nafas dan usaha nafas
 Penurunan  Irama napas dalam batas normal 2. Monitor adanya bradypnea, tachypnea,
energi/kelelahan  Tidak ada bunyi nafas tambahan hiperventilasi, pernapasan kusmaul
 Kepatenan jalan nafas 3. Monitor saturasi oksigen
 Kelemahan
 Saturasi oksigen > 85% 4. Monitor adanya dypsnea
muskuloskeletal
5. Monitor tanda - tanda vital
 Posisi tubuh  Tidak ada retraksi dada
Tindakan
 Kelemahan otot  Tidak ada pernapasan melalui mulut
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
pernafasan  Tidak ada sianosis
ventilasi
 Hipoventilasi  Tidak ada gasping
2. Pasang ETT, jika diperlukan
sindrom  Tidak ada pernapasan cuping hidung 3. Lakukan suction
 Nyeri 4. Berikan rangsangan taktil
 Imaturitas Pemantauan Bayi Prematur 5. Bersihkan saliva yang berlebihan pada mulut
neurologis  Nadi antara 120 - 160x/menit bayi
 RR antara 30 - 60x/menit 6. Posisikan terlentang dengan diberikan bantalan
 Saturasi oksigen > 85% di bawah bahu bayi untuk memaksimalkan
 Kestabilan suhu tubuh bayi ventilasi
 Warna kulit bayi sesuai Kolaborasi
 Postur tubuh lentur 1. Kolaborasi tindakan nebulizer jika perlu
 Tidur nyenyak Pendidikan
 Mudah terbangun 1. Ajarkan kepada keluarga tentang proses
 Bayi aktif penyakit
 Merespon stimulus dengan baik 2. Jelaskan kepada keluarga pasien tentang
tindakan keperawatan yang telah dan akan
 Bayi sudah bisa disusui
dilakukan

Hipotermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Regulasi Temperatur


Berhubungan selama selama 1x24 jam diharapkan bayi Kaji
dengan : tidak lagi mengalami hipotermia 1. Kaji adanya cutis
2. Kaji adanya perubahan warna kulit
 Kerusakan
Kriteria Hasil Monitor
hipotalamus
Termoregulasi Bayi Baru Lahir 1. Monitor suhu bayi baru lahir hingga stabil
 Penurunan laju  Berat badan bayi dalam rentang 2. Monitor suhu setiap 2 jam
metabolisme normal 3. Monitor TTV bayi secara berkala
 Evaporasi kulit  Suhu 36,5oC - 37, 5oC 4. Monitor tanda dehidrasi
dari kulit  Tidak ada hiportermi Tindakan
dilingkungan yang  Pernapasan dalam batas normal 1. Letakkan bayi di infantwarmer
dingin  Tidak ada perubahan warna kulit 2. Bungkus bayi segera sesat setelah lahir untuk
 Penyakit mencegah kehilangan panas
 Tidak ada dehidrasi
3. Bungkus dengan plastik polyethylene jika berat
 Tidak ada aktifitas
badan bayi rendah
 Malnustrisi 4. Pasang topi pada bayi baru lahir untuk
 Trauma menghindari kehilagan panas
Pendidikan
1. Ajarkan kepada orang tua tentang metode
kanguru
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Pernapasan
Bersihan Jalan selama selama 1x24 jam diharapkan tidak Kaji
Napas terdapat hambatan dalam jalan napas 1. Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan
Berhubungan napas buatan
Kriteria Hasil 2. Kaji suara napas serta adanya suara napas
dengan :
Status Pernapasan : tambahan
 Spasme jalan
 Bayi menunjukkan respon batuk Monitor
napas 1. Monitor RR, irama nafas dan usaha nafas
 Tidak ada suara napas tambahan
 Jumlah mukus /  Tidak ada sianosis dan dypsnea 2. Monitor adanya bradypnea, tachypnea,
sekret serta persued lips hiperventilasi, pernapasan kusmaul
berlebihan  Irama napas dalam batas normal 3. Monitor tanda - tanda vital
 Jalan napas Tindakan
alegik 1. Atur posisi bayi untuk memaksimal ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Infeksi
3. Lakukan suction, bila perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronchodilator dan
tindakan nebulizer, bila perlu

DAFTAR PUSTAKA

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.1996. Nursing Interventions Classification (NIC) . St. Louis
:Mosby Year-Book
Doenges, E. Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
Johnson,Marion, dkk.2000. Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-Book
Manuaba, I. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta :EGC
Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Straight, B. (2004). Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir . Jakarta :EGC
Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Wiley dan Blacwell.2009. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd
Wilkinson, J.M. (2002). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC .
Jakarta : EGC

You might also like

  • Down Score
    Down Score
    Document1 page
    Down Score
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • BBLR
    BBLR
    Document11 pages
    BBLR
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Askep BBLR Nicu
    Askep BBLR Nicu
    Document4 pages
    Askep BBLR Nicu
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Buku Ajar Neonatologi ANAK
    Buku Ajar Neonatologi ANAK
    Document3 pages
    Buku Ajar Neonatologi ANAK
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • SOP GDS
    SOP GDS
    Document3 pages
    SOP GDS
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • PPK Eos
    PPK Eos
    Document2 pages
    PPK Eos
    FADHILA SANDY
    No ratings yet
  • Tata Tertib Di HCU
    Tata Tertib Di HCU
    Document2 pages
    Tata Tertib Di HCU
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • FORMAT
    FORMAT
    Document2 pages
    FORMAT
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Massage Bayi
    Massage Bayi
    Document14 pages
    Massage Bayi
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Tata Tertib Di HCU
    Tata Tertib Di HCU
    Document6 pages
    Tata Tertib Di HCU
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Tata Tertib Di HCU
    Tata Tertib Di HCU
    Document6 pages
    Tata Tertib Di HCU
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Askep BBLR Nicu
    Askep BBLR Nicu
    Document38 pages
    Askep BBLR Nicu
    ditamanda
    100% (3)
  • Pengajuan
    Pengajuan
    Document7 pages
    Pengajuan
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Askep BBLR Nicu
    Askep BBLR Nicu
    Document38 pages
    Askep BBLR Nicu
    ditamanda
    100% (3)
  • BBLR
    BBLR
    Document11 pages
    BBLR
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Prolaps Uteri
    Prolaps Uteri
    Document25 pages
    Prolaps Uteri
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Tata Naskah Rawat Gabung
    Tata Naskah Rawat Gabung
    Document4 pages
    Tata Naskah Rawat Gabung
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • LP Anemia
    LP Anemia
    Document14 pages
    LP Anemia
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Pathway Sepsis PDF
    Pathway Sepsis PDF
    Document2 pages
    Pathway Sepsis PDF
    Julia Dewi Eka Gunawati
    No ratings yet
  • Hiperbillirubin 3
    Hiperbillirubin 3
    Document16 pages
    Hiperbillirubin 3
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • HAND OVER Perawat Landscape
    HAND OVER Perawat Landscape
    Document2 pages
    HAND OVER Perawat Landscape
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Hiperbillirubin 3
    Hiperbillirubin 3
    Document16 pages
    Hiperbillirubin 3
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • BBLR
    BBLR
    Document2 pages
    BBLR
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Asfiksia
    Asfiksia
    Document13 pages
    Asfiksia
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Standar Operasional Prosedur Pijat Bayi
    Standar Operasional Prosedur Pijat Bayi
    Document3 pages
    Standar Operasional Prosedur Pijat Bayi
    Faysha Dhini
    No ratings yet
  • Massage Bayi
    Massage Bayi
    Document14 pages
    Massage Bayi
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • IKHTERUS
    IKHTERUS
    Document25 pages
    IKHTERUS
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Asfiksia
    Asfiksia
    Document10 pages
    Asfiksia
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Edffdf
    Edffdf
    Document2 pages
    Edffdf
    Restyan Puspa N
    No ratings yet
  • Spo 2
    Spo 2
    Document2 pages
    Spo 2
    Restyan Puspa N
    No ratings yet