Professional Documents
Culture Documents
LIMFOMA
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Kaji nama pasien, umur, pekerjaan, status, agama, suku, alamat, tanggal rumah
sakit, golongan darah, dsb.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri menelan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Riwayat Penyakit Dahulu
4. Riwayat Kesehatan Kelarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit
C. Kebutuhan Dasar
Menurut M. Doengoes (2000) pengkajian yang bisa dilakukan pada pasien
dengan Limfoma adalah:
1) AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala:
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum. Kehilangan produktifitas dan
penurunan toleransi latihan.
Tanda:
Penurunan kekuatan, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan.
2) SIRKULASI
Gejala:
Palpitasi, angina/nyeri dada.
Tanda:
Takikardia, disritmia, sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena
pembesaran nodus limfa adalah kejadian yang jarang), ikterus sklera dan ikterik
umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu dan
pembesaran nodus limfa (mungkin tanda lanjut), pucat (anemia), diaforesis,
keringat malam.
3) ELIMINASI
Gejala:
Perubahan karakteristik urine dan atau feses. Riwayat Obstruksi usus, contoh
intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperito-
neal).
Tanda:
Penurunan haluaran urine, urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal gin-
jal). Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih
lanjut).
4) MAKANAN/CAIRAN
Gejala:
Anoreksia/kehilangna nafsu makan. Disfagia (tekanan pada easofagus).
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10%
atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda:
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap
kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava
inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus
limfa intraabdominal).
5) NYERI/KENYAMANAN
Gejala:
Tidak ada nyeri pada nodus limfa yang terkena.
6) PERNAPASAN
Gejala:
Dispnea pada saat kerja atau istirahat.
Tanda:
Dispnea, takikardia. Batuk kering non-produktif. Tanda distres pernapasan,
contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman penggunaan otot
bantu, stridor, sianosis. Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran no-
dus pada saraf laringeal).
7) KEAMANAN
Gejala:
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitas imunitas seluler pencetus untuk
infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial).
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer
tinggi virus Epstein-Barr). Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa
minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa
menggigil. Kemerahan/pruritus umum.
Tanda:
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala
infeksi, nodus limfe simetris, tak nyeri, membengkak/membesar (nodus servikal
paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus
aksila dan mediastinal). Nodus terasa keras, diskret dan dapat digerakkan, pem-
besaran tosil, pruritus umum. Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin
(vitiligo).
8) SEKSUALITAS
Gejala:
Masalah tentang fertilitas/kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi,
tetapi pengobatan mempengaruhi), penurunan libido.
D. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran: tidak terjadi penurunan kesadaran (compos mentis).
b) Pemeriksaan integument
Terdapat daerah kehitaman dan menebal di kulit yang terasa gatal akibat per-
luasan limfoma ke kulit.
c) Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala: bentuk normocephalik.
Wajah: normal.
Leher: biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher.
Pembesaran terkadang terjadi juga pada tonsil sehingga mengakibatkan
gangguan menelan.
d) Pemeriksaan dada
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di dada, maka pasien akan
merasakan sesak nafas. Penyumbatan pembuluh getah bening di dada mengaki-
batkan penyumbatan cairan di paru sehingga dapat mengakibatkan sesak nafas
dan efusi pleura.
e) Pemeriksaan abdomen.
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di perut maka akan men-
imbulkan hilang nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut atau perut kembung.
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus.
Terkadang terdapat konstipasi akibat penekanan pada usus. Jika limfoma me-
nyebar ke usus halus maka akan terjadi penurunan berat badan Diare dan Mal-
absorbsi. Terdapat pembengkakan pada skrotum.
g) Pemeriksaan ekstremitas.
Jika terjadi penyumbatan pembuluh getah bening di selangkangan atau perut
maka akan terjadi pembengkakan tungkai. Dan apabila terdapat penyumbatan
pembuluh getah bening pada daerah aksila maka akan terjadi pembengkakan
pada daerah aksila.
E. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah
beningyang terkena dan juga untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg.
Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan,
PETscan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentu-
anstadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter
mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi lim-
fomamaligna yaitu :
1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening
yangmembesar.
2. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening
denganjarum suntik.
3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang
pangguluntuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
2. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen selular untuk pengiriman
oksigen/nutrisi ke sel
3. Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebu-
tuhan
4. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu da-
lam memasukkan, mencerna, mengabsorpsi makanan karena factor biologi
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
3. Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Hipertermi Setelah diberikan 1. Observasi suhu 1. Dengan me-
b/d tidak asuhan tubuh klien mantau suhu
efektifnya keperawatan di- tubuh klien
termoregulasi harapkan suhu dapat menge-
sekunder ter- tubuh pasien da- tahui keadaan
hadap in- lam rentang nor- klien dan juga
flamasi mal dengan krite- dapat mengam-
ria hasil : bil tindakan
1. Suhu tubuh dengan tepat
dalam
rentang nor- 2. Kompres dapat
mal 2. Berikan kom- menurunkan
2. Nadi dan RR pres hangat pada suhu tubuh
dalam dahi, aksila, pe- klien
rentang nor- rut dan lipatan
mal paha
3. Tidak ada 3. Dengan banyak
perubahan 3. Anjurkan dan minum di-
kulit dan berikan minum harapkan dapat
tidak ada yang banyak membantu
pusing kepada klien menjaga kese-
(sesuai dengan imbangan
kebutuhan cairan dalam
cairan tubuh tubuh klien
klien)
4. Kolaborasi da- 4. Antipiretik
lam pemberian dapat
antipiretik menurunkan
suhu tubuh
4. Kolaborasida- 4. Meningkatkan
lam pemberian jumlah sel
5. Meningkatkan
5. Kolaborasi da-
masukan pro-
lam pemberian
tein dan kalori
suplemen nutrisi
4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilaksanakan dengan intervensi keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, karena rencana tindakan dan
pelaksanaannyasudah berhasil dicapai