You are on page 1of 73

Tiang pancang tipe Franki

fakhli Februari 13, 2014


Tiang pancang Franki adalah salah satu jenis pondasi tiang pancang dari beton yang dicor
ditempat pengerjaan (cast in place pile) dengan bagian ujung bawahnya yang diperbesar
sehingga daya dukung tiang semakin besar. Tiang pancang Franki pertama kali
dikembangkan oleh seorang engineer dari Belgia yang bernama Edgard Frankignoul pada
tahun 1909. Sejak saat itu penggunaan tiang pancang Franki semakin berkembang hingga
sekarang.Tiang pancang Franki menggabungkan keunggulan dari tiang bor dan tiang
pancang, yaitu dapat dimanfaatkannya secara maksimal kekuatan friksi tanah dan relatif
ekonomis karena beton yang digunakan sesuai dengan kedalaman pondasi.

Tiang pancang Franki sangat cocok digunakan pada kondisi dengan kedalaman tanah
keras yang bervariasi dan juga pada tanah dengan lapisan lensa pasir karena pada
pelaksanaannya kepadatan lensa akan meningkat. Pada tanah yang kohesif dan lapisan
tanah kerasnya berada sangat dalam penggunaan tiang franki tidak begitu dianjurkan
karena akan jauh lebih ekonomis dan efektif jika sifat kohesif tanah tersebut dapat
dimanfaatkan dengan baik dengan pemilihan jenis atau tipe pondasi lain yang sesuai.

Metode pelaksanaan tiang pancang Franki adalah sebagai berikut:

 Isi bagian bawah pipa baja dengan beton secara vertikal atau tegak lurus dengan
tanah dan biarkan mengeras (kering)
 Beton tersebut ditumbuk dengan menggunakan alat drop hammer hingga masuk
kedalam tanah. Penggunaan alat drop hammer akan menimbulkan getaran yang
dapat mengganggu lingkungan sekitar, untuk menghindari hal ini pemancangan
tiang franki dapat dilakukan dengan alat pemancangan dengan metode tekan. Pipa
baja juga akan masuk ke dalam tanah akibat adanya friksi antara beton dengan pipa
baja tersebut.

 Setelah pipa mencapai kedalaman yang diinginkan atau sesuai dengan rencana,
pipa baja diisi dengan beton sambil terus ditumbuk.

 Pipa baja ditarik keluar sehingga bagian ujung bawah akan membesar membentuk seperti jamur.
Dengan bentuk bagian bawah yang membesar seperti ini akan membuat tahanan ujung tiang
akan semakin besar. Karena permukaan tiang yang kasar akibat dicabutnya pipa baja, tahanan
lekat atau friksi pada tiang juga akan semakin besar.
pelaksanaan tiang pancang Franki

JENIS PONDASI TIANG FRANKY


PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI TIANG
BETON COR DI TEMPAT ( Cast In Situ )
PELAKSANAAN PEKERJAAN
PONDASI TIANG BETON COR DI TEMPAT ( Cast in
Situ )
JENIS PONDASI TIANG FRANKY

Teknik Pondasi adalah suatu upaya teknis untuk mendapatkan jenis dan
dimensipondasi bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga beban yang bekerja dengan
baik. Jenis pondasi yang digunakan dalam suatu perencanaan bangunan tergantung dari jenis
tanah dan beban yang bekerja pada lokasi rencana proyek. Pondasi didesain agar memiliki
kapasitas dukung dengan penurunan / settlement tertentu, desain utamanya mempertimbangkan
penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi / lendutan
pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan
biasanya penurunan total(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan
diferensial(sebagian pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi
struktur yang didukungnya.
Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap
pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya,
dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri.
Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan,
oleh karena itu beban yang bekerja dibatasi, biasanya sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi:
 Beban Horizontal/Beban Geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah, transfer beban
akibat gaya angin pada dinding.
 Beban Vertikal/Beban Tekan dan Beban Tarik, contohnya:
- Beban Mati, contoh berat sendiri bangunan
- Beban Hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
- Gaya Gempa
- Gaya Angkat Air (Lifting Force)
Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur
atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu, tujuan dari
pondasi tiang adalah :
- untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras
- untuk menahan beban vertical, lateral, dan beban uplift
Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak
mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah
menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil & kurang keras atau apabila
besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang
dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat
menjadi indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada
jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah. Dalam
kasus konstruksi berat, kapasitas daya pikul dari tanah dangkal tidak akan
memuaskan,dan konstruski seharusnya di bangun diatas pondasi tiang. Tiang
pancang juga digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan
beban horizontal. Tiang pancang merupakan metode yang tepat untuk
pekerjaan diatas air, seperti jetty atau dermaga.
Dalam tugas ini akan dibahas tentang pondasi tiang beton, khususnya
pondasi tiang beton cor di tempat ( cast in situ ). Pondasi tiang beton cast in
situ pada prinsipnya adalah lubang dibuat dalam tanah dan baru dilakukan
pengecoran. Ada tiga tipe pondasi cast in situ, yaitu:
1. Tiang beton tanpa kulit baja
2. Tiang beton dengan kulit baja
3. Tiang ulir
Dalam tugas ini akan membahas tipe tiang beton tanpa kulit baja. Penggunaan
tiang beton tanpa kulit baja didasarkan pada dua keadaan tanah di lapangan,
yaitu:
a. Jenis tanah dasar fondasi tidak mudah runtuh
Dengan kondisi tanah seperti ini biasanya digunakan pondasi
tipe Strausz. Secara umum pelaksanaan pondasi Strausz adalah, mula-mula
dibuat lubang ke dalam tanah, kemudian tanah dikeluarkan dari dalam lubang
tersebut. Lalu tulangan dimasukkan dan selanjutnya dilakukan pengecoran.
Untuk mengurangi volume beton, dimasukkan geotekstil ke dalam lubang bor
untuk melapisi bidang kontak antara tiang dan tanah sebelum tiang dicor.
b. Jenis tanah dasar fondasi mudah runtuh
Jika kondisi tanah dasar pondasi seperti ini dapat digunakan pondasi
jenis Franki. Secara umum pelaksanaannya adalah, pipa baja yang terbuka
ujungnya dan dipancang ke dalam tanah. Kemudian tanah di dalam pipa
dikeluarkan lalu tulangan pondasi dimasukkan. Bersamaan dengan pelaksanaan
pengecoran beton, pipa baja dicabut. Metode lain jika ukuran tiang kecil, dapat
digunakan sepatu dibagian ujung tiang, sehingga tidak diperlukan usaha untuk
mengeluarkan tanah dari dalam pipa. Pada waktu pelaksanaan pengecoran,
pipa baja dicabut dan bagian sepatu tertinggal di dalam tanah.
Pondasi tiang beton digunakan untuk bangunan tinggi (high rise building)
dengan pelaksanaan sebagai berikut :
1. Melakukan pemetaan dan test untuk menentukan kedalaman tanah keras dan klasifikasi
panjang tiang pancang sesuai pembebanan yang telah diperhitungkan.
2. Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran.
3. Melakukan perakitan tulangan pondasi yang sudah di desain.
4. Melakukan pengecoran di lubang yang sudah terdapat tulangan pondasi.
Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh karena itu
yang penting adalah dilakukan pemetaan terlebih dahulu. Proses ini sebaiknya sebelum alat-alat
proyek masuk, karena kalau sesudahnya susah untuk melakukan ‘nembak’ titik lokasi pondasi.
Dari pemetaan ini maka dapat diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada gambar
kerja dan kondisi lapangan. Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat-alat berat pada proyek
tersebut. Disebut alat-alat berat memang karena bobotnya alat yang berat, oleh karena itu
manajer proyek harus dapat memastikan perkerjaan persiapaan apa yang diperlukan agar alat
yang berat tersebut dapat masuk ke areal dengan baik

Excavator mempersiapkan area proyek agar alat-alat berat yang lain bisa
masuk.
Di suatu lokasi proyek dapat terjadi hal-hal yang diluar perkiraan mengenai kondisi
tanah, untuk menghindari amblesnya alat-alat berat tadi maka diperlukan pelat baja. Pelat baja
tersebut dimaksudkan agar alat-alat berat tidak ambles jika kekuatan tanahnya diragukan. Jika
sampai ambles, untuk mengangkat alat saja biayanya lebih besar dibanding biaya yang
diperlukan untuk mengadakan pelat-pelat tersebut.
Paralel dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang bor telah dapat
dilakukan. Ini penting, karena jangan sampai jika sudah dibor ternyata tulangannya belum siap.
Jika tertunda lama, tanah pada lubang bor bisa rusak (mungkin karena hujan atau lainnya). Jika
hal itu terjadi perlu dilakukan pengerjaan bor lagi. Pemilihan tempat untuk merakit tulangan
tidak boleh terlalu jauh, masih terjangkau oleh alat-alat berat tetapi tidak boleh sampai
mengganggu manuver alat-alat berat itu sendiri.
Pekerjaan penulangan pondasi tiang bor
Jenis pondasi yang digunakan dalam pembahasan ini adalah pondasi Franki, tipe Franki
dipilih karena tanah dasar pondasi mudah runtuh. Franki mempunyai khas dibagian bawahnya
membesar. Diameter pondasi bisa mencapai 1 m lebih, kedalaman pondasi adalah sampai tanah
keras ( SPT 50 ).
Berikut adalah contoh desain pondasi Franki :

Dalam melakukan pengeboran


diperlukan crane atauexcavator tersendiri, karena mesin bor-nya terpisah.
Proses pengeboran merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman
dan diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Juga terdapatnya batuan
atau material dibawah permukaan tanah. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode,
dan peralatan yang cocok.

Setelah pengeboran selesai dan mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’,


untuk menghindari tanah di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang
casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama
dengan diameter lubang bor.
pada prinsipnya cara pemasangan casing sama: diangkat dan dimasukkan pada
lubang bor. Tentu saja kedalaman lubang belum sampai bawah, secukupnya.
Kalau menunggu sampai kebawah, maka bisa-bisa tanah berguguran semua.
Lubang tertutup lagi. Jadi pemasangan casing penting. Setelah casing
terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan, mata auger diganti dengan
Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.
Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan akhirnya sudah menjadi
kondisi tanah keras. Maka untuk sistem pondasi Franky Pile maka bagian bawah pondasi yang
bekerja dengan mekanisme bearing dapat dilakukan pembesaran. Untuk itu dipakai mata bor
khusus, Belling Tools.
Cleaning Bucket dan Belling Tools
setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana
maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah
mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan manual.
Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dichek dengan
data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti yang
diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena
sampel tanah sebelumnya umumnya diambil dari satu dua tempat yang
dianggap mewakili. Tetapi dengan proses pengeboran ini maka secara otomatis
dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang
dibor.Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah siap, maka selanjutnya
adalah penempatan tulangan rebar.
Jika pemasangan tulangan telah selesai, maka lubang bor siap untuk di cor

Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya


adalah pengecoran beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang
menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun proses pekerjaan
sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal pula
pondasi tersebut secara keseluruhan. Pengecoran disebut gagal jika lubang
pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur
dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton
mengisi bagian yang tidak tepat. Adanya air pada lobang bor menyebabkan
pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremi. Pipa tersebut
mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang
yang dibor.

Ujung di bagian bawah agak khusus , tidak berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga
lumpur tidak masuk kedalam tetapi beton di dalam pipa bisa mendorong keluar.
Setelah pipa tremi berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan ujung atas yang ditahan
sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh. Corong beton dipasang.
Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap mendekat
Karena pipa tremi tadi perlu dicabut lagi. Jadi kalau beton yang dituang terlalu banyak
maka jelas mencabut pipa yang tertanam menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut
pipa tremi, sedangkan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-
bisa terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Oleh karena itu dalam proses ini diperlukan
pengalaman yang benar-benar handal agar tidak terjadi kesalahan sedikitpun. Jika beton yang di
cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi harus mulai ditarik ke
atas, karena pengecoran beton masih diteruskan maka diperlukan bucket karena beton tidak bisa
langsung dituang ke corong pipa tremi tersebut.
Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke
dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau
lumpur. Karena BJ beton lebih besar dari BJ lumpur maka beton makin lama
makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Jadi pada tahapan ini tidak
perlu takut dengan air atau lumpur. Gambar foto di bawah menunjukkan air /
lumpur mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan beton segar
tadi. Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continous, jika
sampai terjadi setting maka pipa treminya bisa tertanam dibawah dan tidak bisa
dicabut. Sedangkan kalau dicabut terlalu dini maka tiang beton bisa tidak
continue.
Sumber : 1. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
2. Laporan Kerja Praktek mahasiswa Universitas Pelita Harapan ( UPH ) 2007
3. Skripsi Universitas Kristen Petra
4. Suryolelono K. Basah,1994, Teknik Pondasi Bagian 2, Yogyakarta, NAFIRI
mitra sumber : http://belajar-teknik-sipil.blogspot.com
PELAKSANAAN PEKERJAAN
PONDASI TIANG BETON COR DI TEMPAT ( Cast in
Situ )
JENIS PONDASI TIANG FRANKY

Teknik Pondasi adalah suatu upaya teknis untuk mendapatkan jenis dan
dimensipondasi bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga beban yang bekerja dengan
baik. Jenis pondasi yang digunakan dalam suatu perencanaan bangunan tergantung dari jenis
tanah dan beban yang bekerja pada lokasi rencana proyek. Pondasi didesain agar memiliki
kapasitas dukung dengan penurunan / settlement tertentu, desain utamanya mempertimbangkan
penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi / lendutan
pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan
biasanya penurunan total(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan
diferensial(sebagian pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi
struktur yang didukungnya.
Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap
pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya,
dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri.
Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan,
oleh karena itu beban yang bekerja dibatasi, biasanya sepertiga dari kekuatan desainnya.
Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi:
 Beban Horizontal/Beban Geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah, transfer beban
akibat gaya angin pada dinding.
 Beban Vertikal/Beban Tekan dan Beban Tarik, contohnya:
- Beban Mati, contoh berat sendiri bangunan
- Beban Hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju
- Gaya Gempa
- Gaya Angkat Air (Lifting Force)
Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur
atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu, tujuan dari
pondasi tiang adalah :
- untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras
- untuk menahan beban vertical, lateral, dan beban uplift
Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak
mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah
menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil & kurang keras atau apabila
besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang
dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat
menjadi indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada
jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah. Dalam
kasus konstruksi berat, kapasitas daya pikul dari tanah dangkal tidak akan
memuaskan,dan konstruski seharusnya di bangun diatas pondasi tiang. Tiang
pancang juga digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan
beban horizontal. Tiang pancang merupakan metode yang tepat untuk
pekerjaan diatas air, seperti jetty atau dermaga.
Dalam tugas ini akan dibahas tentang pondasi tiang beton, khususnya
pondasi tiang beton cor di tempat ( cast in situ ). Pondasi tiang beton cast in
situ pada prinsipnya adalah lubang dibuat dalam tanah dan baru dilakukan
pengecoran. Ada tiga tipe pondasi cast in situ, yaitu:
1. Tiang beton tanpa kulit baja
2. Tiang beton dengan kulit baja
3. Tiang ulir
Dalam tugas ini akan membahas tipe tiang beton tanpa kulit baja. Penggunaan
tiang beton tanpa kulit baja didasarkan pada dua keadaan tanah di lapangan,
yaitu:
a. Jenis tanah dasar fondasi tidak mudah runtuh
Dengan kondisi tanah seperti ini biasanya digunakan pondasi
tipe Strausz. Secara umum pelaksanaan pondasi Strausz adalah, mula-mula
dibuat lubang ke dalam tanah, kemudian tanah dikeluarkan dari dalam lubang
tersebut. Lalu tulangan dimasukkan dan selanjutnya dilakukan pengecoran.
Untuk mengurangi volume beton, dimasukkan geotekstil ke dalam lubang bor
untuk melapisi bidang kontak antara tiang dan tanah sebelum tiang dicor.
b. Jenis tanah dasar fondasi mudah runtuh
Jika kondisi tanah dasar pondasi seperti ini dapat digunakan pondasi
jenis Franki. Secara umum pelaksanaannya adalah, pipa baja yang terbuka
ujungnya dan dipancang ke dalam tanah. Kemudian tanah di dalam pipa
dikeluarkan lalu tulangan pondasi dimasukkan. Bersamaan dengan pelaksanaan
pengecoran beton, pipa baja dicabut. Metode lain jika ukuran tiang kecil, dapat
digunakan sepatu dibagian ujung tiang, sehingga tidak diperlukan usaha untuk
mengeluarkan tanah dari dalam pipa. Pada waktu pelaksanaan pengecoran,
pipa baja dicabut dan bagian sepatu tertinggal di dalam tanah.
Pondasi tiang beton digunakan untuk bangunan tinggi (high rise building)
dengan pelaksanaan sebagai berikut :
1. Melakukan pemetaan dan test untuk menentukan kedalaman tanah keras dan klasifikasi
panjang tiang pancang sesuai pembebanan yang telah diperhitungkan.
2. Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran.
3. Melakukan perakitan tulangan pondasi yang sudah di desain.
4. Melakukan pengecoran di lubang yang sudah terdapat tulangan pondasi.
Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh karena itu
yang penting adalah dilakukan pemetaan terlebih dahulu. Proses ini sebaiknya sebelum alat-alat
proyek masuk, karena kalau sesudahnya susah untuk melakukan ‘nembak’ titik lokasi pondasi.
Dari pemetaan ini maka dapat diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada gambar
kerja dan kondisi lapangan. Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat-alat berat pada proyek
tersebut. Disebut alat-alat berat memang karena bobotnya alat yang berat, oleh karena itu
manajer proyek harus dapat memastikan perkerjaan persiapaan apa yang diperlukan agar alat
yang berat tersebut dapat masuk ke areal dengan baik

Excavator mempersiapkan area proyek agar alat-alat berat yang lain bisa
masuk.
Di suatu lokasi proyek dapat terjadi hal-hal yang diluar perkiraan mengenai kondisi
tanah, untuk menghindari amblesnya alat-alat berat tadi maka diperlukan pelat baja. Pelat baja
tersebut dimaksudkan agar alat-alat berat tidak ambles jika kekuatan tanahnya diragukan. Jika
sampai ambles, untuk mengangkat alat saja biayanya lebih besar dibanding biaya yang
diperlukan untuk mengadakan pelat-pelat tersebut.

Paralel dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang bor telah dapat
dilakukan. Ini penting, karena jangan sampai jika sudah dibor ternyata tulangannya belum siap.
Jika tertunda lama, tanah pada lubang bor bisa rusak (mungkin karena hujan atau lainnya). Jika
hal itu terjadi perlu dilakukan pengerjaan bor lagi. Pemilihan tempat untuk merakit tulangan
tidak boleh terlalu jauh, masih terjangkau oleh alat-alat berat tetapi tidak boleh sampai
mengganggu manuver alat-alat berat itu sendiri.
Pekerjaan penulangan pondasi tiang bor
Jenis pondasi yang digunakan dalam pembahasan ini adalah pondasi Franki, tipe Franki
dipilih karena tanah dasar pondasi mudah runtuh. Franki mempunyai khas dibagian bawahnya
membesar. Diameter pondasi bisa mencapai 1 m lebih, kedalaman pondasi adalah sampai tanah
keras ( SPT 50 ).
Berikut adalah contoh desain pondasi Franki :
Dalam melakukan pengeboran diperlukan crane atauexcavator tersendiri, karena mesin
bor-nya terpisah.

Proses pengeboran merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman
dan diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Juga terdapatnya batuan
atau material dibawah permukaan tanah. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode,
dan peralatan yang cocok.

Setelah pengeboran selesai dan mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’,


untuk menghindari tanah di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang
casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama
dengan diameter lubang bor.

pada prinsipnya cara pemasangan casing sama: diangkat dan dimasukkan pada
lubang bor. Tentu saja kedalaman lubang belum sampai bawah, secukupnya.
Kalau menunggu sampai kebawah, maka bisa-bisa tanah berguguran semua.
Lubang tertutup lagi. Jadi pemasangan casing penting. Setelah casing
terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan, mata auger diganti dengan
Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.
Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan akhirnya sudah menjadi
kondisi tanah keras. Maka untuk sistem pondasi Franky Pile maka bagian bawah pondasi yang
bekerja dengan mekanisme bearing dapat dilakukan pembesaran. Untuk itu dipakai mata bor
khusus, Belling Tools.
Cleaning Bucket dan Belling Tools
setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana
maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah
mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan manual.
Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dichek dengan
data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti yang
diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena
sampel tanah sebelumnya umumnya diambil dari satu dua tempat yang
dianggap mewakili. Tetapi dengan proses pengeboran ini maka secara otomatis
dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang
dibor.Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah siap, maka selanjutnya
adalah penempatan tulangan rebar.
Jika pemasangan tulangan telah selesai, maka lubang bor siap untuk di cor

Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya


adalah pengecoran beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang
menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun proses pekerjaan
sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal pula
pondasi tersebut secara keseluruhan. Pengecoran disebut gagal jika lubang
pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur
dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton
mengisi bagian yang tidak tepat. Adanya air pada lobang bor menyebabkan
pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremi. Pipa tersebut
mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang
yang dibor.

Ujung di bagian bawah agak khusus , tidak berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga
lumpur tidak masuk kedalam tetapi beton di dalam pipa bisa mendorong keluar.
Setelah pipa tremi berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan ujung atas yang ditahan
sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh. Corong beton dipasang.
Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap mendekat
Karena pipa tremi tadi perlu dicabut lagi. Jadi kalau beton yang dituang terlalu banyak
maka jelas mencabut pipa yang tertanam menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut
pipa tremi, sedangkan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-
bisa terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Oleh karena itu dalam proses ini diperlukan
pengalaman yang benar-benar handal agar tidak terjadi kesalahan sedikitpun. Jika beton yang di
cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi harus mulai ditarik ke
atas, karena pengecoran beton masih diteruskan maka diperlukan bucket karena beton tidak bisa
langsung dituang ke corong pipa tremi tersebut.
Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke
dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau
lumpur. Karena BJ beton lebih besar dari BJ lumpur maka beton makin lama
makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Jadi pada tahapan ini tidak
perlu takut dengan air atau lumpur. Gambar foto di bawah menunjukkan air /
lumpur mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan beton segar
tadi. Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continous, jika
sampai terjadi setting maka pipa treminya bisa tertanam dibawah dan tidak bisa
dicabut. Sedangkan kalau dicabut terlalu dini maka tiang beton bisa tidak
continue.
Sumber : 1. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
2. Laporan Kerja Praktek mahasiswa Universitas Pelita Harapan ( UPH ) 2007
3. Skripsi Universitas Kristen Petra
4. Suryolelono K. Basah,1994, Teknik Pondasi Bagian 2, Yogyakarta, NAFIRI
mitra sumber : http://belajar-teknik-sipil.blogspot.com
← Pemindahan Singgasana Ratu Balqis

Pengikut Kerbau →

Metode Pelaksanaan Franki Pile


Posted on May 7, 2010 | 4 Comments
2 Votes

Ir. Rony Ardiansyah, MT.


Pengamat Perkotaan/Dosen Magister Teknik sipil UIR

Meskipun kita sering mendengar tentang pondasi yang satu ini, yakni Pondasi Franki
Pile. Tetapi untuk kota Pekanbaru, pemakaian jenis pondasi ini masih bisa dihitung
dengan jari. Dengan demikian tentu masih banyak dikalangan praktisi teknik sipil yang
masih belum begitu jelas tentang metode pelaksanaan pondasi Tiang Pancang Franki
ini.
Meskipun Pondasi Tiang Franki ini dengan pondasi tiang pancang sama-sama dipancang
sampai ketemu tanah keras. Bila pondasi Tiang Pancang beton atau pipa baja dipancang
dan langsung menjadi pondasi tiang untuk mendukung beban yang bekerja, sedangkan
pipa atau casing pada sistem Pondasi Tiang Frangki yang terpancang akan dicabut
kembali pada saat pengecoran.
Perbedaan lain antara Pondasi Tiang Pancang dengan Pondasi Tiang Franki adalah
tempat jatuhnya palu atau hammer pada saat pemancangan. Bila pada Pondasi Tiang
Pancang, hammer langsung jatuh pada kepala tiang pancang, sedangkan pada Pondasi
Tiang Franki yang dipancang adalah ujung tiang sebelah bawah yang terlebih dahulu
telah diisi koral.

Dari Buku Referensi untuk Kontraktor Bangunan Gedung dan Sipil (2003:199-200), yang
saya peroleh dari Ir. Yul Ari kepala cabang PT. Pembangunan Perumahan (PP). Anda akan
mendapatkan gambaran yang jelas tentang metode pelaksanaan pondasi pancang
Franki, antara lain sebagai berikut ini.
Pipa baja dengan ujung bawah terbuka, diletakkan di atas tanah tepat pada titik (patok)
tiang. Batu koral lalu dimasukkan ke dalam pipa yang kosong itu dengan menggunakan
suatu alat yang dinamakan “Skip” setinggi kurang lebih 0,6-1,0 meter di dalam pipa.
Koral dipadatkan dengan tumbukan palu/drop hammer di dalam pipa sehingga melekat
menjadi suatu sumbat pada ujung pipa. Palu penumbuk (drop hammer) berbobot
kurang lebih 3,2 ton.
Pemasangan pipa besi dilakukan dengan cara menumbuk sumbat koral pada ujung pipa
sehingga mencapai kedalaman yang diinginkan. Kedalaman pemancangan ditentukan
melalui data yang diperoleh dari penyelidikan tanah dan kelendering pada setiap titik.
Pemancangan dihentikan apabila penurunan pipa tidak lebih dari 30 mm dalam sepuluh
pukulan, dengan tinggi jatuh palu setinggi 1,20 per pukulan.
Setelah mencapai kedalaman yang diharapkan, pipa ditahan dengan sling dan sumbat
koral yang terdapat di dalam pipa dipukul hingga lepas dan keluar dari pipa. Beton
kering lalu diisikan sedikit demi sedikit ke dalam pipa untuk pembuatan pembesaran
(bulb) atau enlarged base.
Volume beton yang digunakan dalam pembuatan bulb disesuaikan dengan kekerasan
tanah dan pada umumnya adalah antara 0,14 m3 (satu skip) hingga 0,84 m3 (enam
skip). Jumlah pukulan pada satu skip (0,14 m3) beton terakhir harus tidak kurang dari
40 kali dengan tinggi jatuh palu minimum 4,8 meter atau hingga energi yang sama
tercapai.
Keranjang besi terdiri dari 6 besi utama diameter 22 mm yang dililit spiral diameter 8
mm jarak 20 cm untuk seluruh panjang tiang Franki. Keranjang besi tersebut lalu
dimasukkan ke dalam pipa dan merupakan pembesian dari tiang pondasi. Keranjang
besi dibuat sepanjang tiang sendiri dengan tambahan kurang lebih 0,90 meter stek
untuk masuk ke dalam poer untuk penyambungan, maka over-lapping besi utama
adalah lebih kurang 90 cm. Pada ujung keranjang besi dan pada sambungan dilas titik
agar lebih kuat.
Tiang Franki lalu dibuat dengan mengecor beton sedikit demi sedikit kedalam pipa
disertai dengan pemadatan sambil pipa sedikit demi sedikit dicabut. Beton yang
digunakan dalam pengecoran adalah dengan mutu K-225 dan Faktor Air Semen tidak
kurang dari 0,4 dan slump berkisar antara 0-2,5 cm. Pengecoran beton diakhiri dengan
penambahan setinggi lebih kurang 30 cm-50 cm agar beton pada ketinggian yang
diinginkan terjamin baik dan keras.
Susunan campuran beton yang berdasarkan volume untuk tiang Franki adalah 1: 2,25:
3,25 per meter kubik beton, dengan perincian Semen = 345,00 kg, Pasir = 0,62 m3,
Split 2/3 = 0,90 m3, Air 134,00 liter. Tiang Franki dengan diameter 50 cm yang selesai
dilaksanakan harus tahan memikul beban kerja sebesar 130 ton.
Semoga uraian singkat tentang Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Franki ini bisa
bermanfaat buat kita yang berkecimpung di dunia Teknik Sipil. Apalagi contoh kasus
yang diuraikan di atas telah meberikan gambaran yang lengkap dengan detail-detail
dan dimensi serta daya dukung yang diperbolehkan. Pondasi Tiang Franki memang
cukup mahal untuk diterapkan, akan tetapi pondasi jenis ini bisa menjadi lebih efisien
bila dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar. ***

Koleksi Tiang Pancang Beton


AGU 14

Posted by sanggapramana

12 Votes

Tiang pancang

Pada umumnya tiang pancang dipancangkan tegak lurus ke dalam tanah, tetapi apabila diperlukan
untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal maka tiang pancang akan dipancangkan miring (batter
pile)
Menurut cara pemindahan beban tiang pancang dibagi menjadi 2, yakni :
1) Point Bearing Pile (End Bearing Pile)

Tiang pancang dengan tahanan ujung : tiang ini meneruskan beban melalui tahanan ujung ke
lapisan tanah keras.

2) Friction Pile
 Friction Pile pada tanah dengan butir-butir tanah kasar (coarce grained) dan sangat mudah
meloloskan air (very permeable soil). Tiang ini meneruskan beban ke tanah geseran kulit (skin
friction). Pada proses pemancangan tiang-tiang ini dalam satu group (kelompok) tiang yang
mana satu sama lainnya saling berdekatan akan menyebabkan berkurangnya pori-pori tanah dan
meng-compact-kan (memadatkan) tanah di antara tiang-tiang tersebut dan tanah di sekeliling
kelompok tiang tersebut. Karena itu tiang-tiang yang termasuk kategori ini
disebut “Compaction Pile“
 Friction Pile pada tanah dengan butir-butir yang sangat halus (very fine grained) dan sukar
meloloskan air. Tiang ini juga meneruskan beban ke tanah melalui kulit (skin friction), akan
tetapi pada proses pemancangan kelompok tiang tidak menyebabkan tanah di antara tiang-tiang,
ini menjadi”Compact“. Karena itu tiang-tiang yang termasuk kategori ini disebut “Floating Pile
Foundation” .
Menurut Bahan yang Digunakan, Tiang Pancang Dibagi 4 yakni :
A) Tiang Pancang Kayu
B) Tiang Pancang Beton
1) Pre-cast Reinforced Concrete Pile : Penampangnya dapat berupa :
a) lingkaran

b) Segi Empat

c) segi delapan

2) Pre-cast Prestressed Concrete Pile


3) Cast in Place

a) Franki Pile

b) Raymond Pile

c) Simplex

d) Mac. Arthur, dll.

C) Tiang Pancang Baja

a) H. Pile

b) Pipe Pile

D) Tiang Pancang Komposite


1)Kayu – Beton
2) Baja – Beton

Kita bahas, tiang-tiang pancang yang sering digunakan saat ini saja, karena tiang pancang kayu
sudah jarang digunakan.

Tiang Pancang Beton

1. Precast Reinforced Concrete Pile


Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton bertulang dicetak dan dicor
dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat (keras) lalu diangkat dan
dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol,
sedangkan berat sendiri dari beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi
penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada
waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya tiang pancang
beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport.

Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (lebih besar 50 ton untuk setiap tiang), hal ini
tergantung dari dimensinya.
Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang daripada tiang harus dihitung dengan
teliti, sebab kalau ternyata panjang daripada tiang ini kurang, terpaksa harus diadakan
penyambungan, hal ini sulit dan memakan banyak waktu.

Keuntungan pemakaian Precast Reinforced Concrete Pile


1) Precast Reinforced Concrete Pile ini dapat mempunyai tegangan tekan yang besar, ini
tergantung dari mutu beton yang digunakan,
2) Tiang pancang ini dapat diperhitungkan baik sekali sebagai “End Bearing Pile” maupun sebagai
“Friction Pile”
3) Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air maupun
bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya.

4) Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah seperti pada tiang
pancang kayu, maka di sini tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk Poernya.

Kerugian Pemakaian Precast Concrete Reinforced Concrete Pile

1) Karena berat sendirinya besar maka transportnya akan mahal, oleh karena itu Precast
Reinforced Concrete Pile ini dibuat di tempat pekerjaan.

2) Tiang pancang beton ini baru dipancang setelah cukup keras (kuat), hal ini berarti memerlukan
waktu yang lama untuk menuunggu sampai tiang pancang beton ini dapat dipergunakan.

3) Bila memerlukan pemotongan maka dalam, pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan
waktu yang lama.

4) Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini tergantung daripada
alat pancang (piledriving) yang tersedia maka untuk melakukan alat penyambungan adalah sukar
dan memerlukan alat penyambung khusus.

5) Apabila dipancang di sungai atau di laut, dimana ada bagian dari tiang yang berada di atas
tanah (lihat gambar di bawah). Bagian A-B akan bekerja sebagai kolom akibat gaya vertikal dan
bagian A-B juga bekerja sebagai balok ccantilever terhadap beban horizontal.
Bentuk-bentuk Penampang
1. Bentuk Persegi (Segi Empat), SQUARE PILE
2. Bentuk Segi-Delapan, OKTOGONAL PILE
3. Selain bentuk di atas, masih ada juga bentuk lingkaran tetapikita memerlukan cetakan
khusus untuk membuatnya.
4. Bentuk Patent

Dari bentuk bentuk-bentuk patent ini diantarnya adalah :


 Chenoweth Pile
 Corrugated Pile
Ada pula tiang pancang beton yang dibuat ujung bawahnya diperbesar. Hal ini dimaksudkan untuk
memperbesar tahanan ujung. Bentuk ini efektif untuk tiang dengan tahanan ujung (end bearing
pile) pada lapisan tanah yang lembek.
2. Cast In Place
Type ini dicor seempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara
mengebor tanah pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah.
Pada Cast In Place ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan
ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik ke atas.
2. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton. Sedangkan
pipa baja tersebut tetap di dalam tanah.
Franki Pile
Tiang Franki adalah salah satu dari tiang beton yang dicor setempat (Cast In Place Pile).
Adapun prinsip pelaksanaannya sebagai berikut :

Keterangan Gambar di atas

1. Pipa baja dengan ujungnya disumbat dengan beton yang sudah mengering.
2. Dengan penumbuk yang jatuh bebas (drop hammer) sumbat beton tersebut ditumbuk. Akibat
dari tumbukan tersebut, pipa beton dan sumbatnya akan masuk ke dalam tanah.
3. Pipa terus ditumbuk dan sudah mencapai lapisan tanah keras.
4. Setelah itu pipanya ditarik keluar ke atas sambil dilakukan pengecoran
5. Tiang Franki sudah selesai, disini sumbat beton melebar sehingga ujung bawah akan berbentuk
seperti jamur (The Mushrom Base) sehingga tahanan ujung menjadi besar. Sedangkan permukaan
tiang tidak lagi rata, sehingga lekatannya dengan tanah menjadi sangat kasar.
Solid-Point Pipe Piles (Closed – end Piles)
Type ini hampir sama dengan tipe Franki sedangkan bedanya adalah :
1. Sumbunya bukan dari beton tetapi dari besi tuang (Cast – Iron)
2. Setelah dicor pipa tetap di dalam tanah tidak ditarik keluar.
Adapun prinsip pelaksanaannya sbb:
1. Ujung tiang besi dari besi tuang (cast – iron) dimasukkan ke dalam tanah, kemudian pipa
diletakkan di atasnya seperti pada gambar. Pada ujung atas pipa dipasang topi kemudian pipa
dipancang.
2. Pipa dipancang ke dalam tanah.
3. Setelah pipa dipancang sampai kedalaman tertentu, maka pemancangan dihentikan dan jika
bagian pipa diatas tanah masih sisa panjang maka harus dipotong
4. Kemudian di dalam pipa diisi dengan beton, bila pipa kurang panjang maka dapat dilakukan
penyambungan dengan “a cast – steel drive sleeve“. Alat penyambung ini dimasukkan ke dalam
pipa yang akan disambung kemudian pipa penyambung diletakkan di atasnya dan pemancangan
dapat dilanjutkan/diteruskan. Penyambungan dapat pula dilakukan dengan sambungan las.

Tiang tipe ini dapat diperhitungkan sebagai end-bearing pile atau friction pile.
Keuntungan Daripada tipe ini adalah :

 Ringan dalam transport dan pengangkatan.


 Mudah dalam pemancangan.
 Kekuatan tekannya dapt besar.
Open – end Steel Pipe Piles
Tiang ini adalah suatu tiang pancang dari pipa baja dengan ujung bawah terbuka. Adapun prinsip
pelaksanaannya sbb :
1. Pipa baja dengan ujung terbuka dipancang ke dalam tanah.
2. Bila pipa kurang panjang dapat disambung. (Adapu cara penyambungan pipa dengan type Solid
Point Steel – Pipe Pile).
3. Bila pipa telah mencapai kedalaman yang direncanakan pemancangan dihentikan. Kemudian
tanah yang berada di dalam pipa dikeluarkan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan penyemprotan
air (water jet), tekanan udara, compressed, coring out dan sebagainya.
4. Pipa telah bersih dari tanah yang berada dalam pipa.
5. Pipa diisi dengan beton.

Raymond Concrete Pile


Tiang Raymond adalah salah satu dari tiang yang di cor di tempat dan pertama-tama digunakan
sebagai tiang geseran. Tiang Raymond ini makin ke ujung bawah diameternya makin kecil
(biasanya setiap 2,5 ft diameter kurang dari 1″)
Karena itu untuk panjang tiang yang relatif pendek akan menghasilkan tahanan yang lebih besar
dibandingkan dengan tiang prismatis (diameternya konstant epanjang tiang). Tiang Raymond ini
terdiri dari Pipa Shell yang tipis terbuat dari baja dengan diberi alur berspilar sepanjang pipa.

Prinsip pelaksanaan tiang type ini adalah :


1. karena Shell tersebut tipis, maka pada waktu pemancangan dibari inti core dari pipa baja yang
kuat.
2. Shell bersama-sama dengan inti core dipancang ke dalam tanah, sampai mencapai kedalaman
tertentu.
3. Kemudian inti core ditarik keluar.
4. Selanjutnya kedalaman Shell tersebut dicor beton.

Panjang tiang Raymond ini maximum 37,5 ft (± 11,25 meter)

Simplex Concrete Pile


Type tiang ini dapat dipancang melalui tanah yang lembek (kurang compact) maupun kedalaman
tanah keras. Setelah pipa ditarik bidang keliling (kulit) beton langsung menekan tanah di
sekitarnya karena itu tanah harus cukup kuat/teguh dan compact untuk mendapatkan beton yang
cukup padat. Kalau tanah tidak cukup kuat dan compact maka dalam pipa dimasukkan Shell pipa
yang tipis dengan diameter lebih kecil daripada diameter pipa luar, kemudian beton dicor dan
pipa sebelah luar ditarik ke atas.

Ad
apun prinsip pelaksanaan Simplex ini adalah sbb :
1. Pipa dipancang dengan ujung bawah diberi sepatu baja sampai mencapai kedalaman yang
direncanakan.
2. Setelah cukup kemudian kedalaman pipa dicor beton sambil pipa ditarik ke atas. Kalau tanah di
sekeliling Tiang kurang kuat (compact), maka dalam pipa dimasukkan Shell pipa tipis sebelum
beton kita cor ke dalam shell tersebut.
3. Pipa telah ditarik ke atas dan tiang Simplex telah selesai. Tiang Simplex ini diperhitungkan
sebagai end-bearing pile maupun friction pile.
Base-Driven Caused Pile
Type tiang ini adalah termasuk tipe tiang yang dicor setempat dengan pipa baja (cashing) yang
tetap tinggal dalam tanah tidak ditarik ke atas. Chasing atau pipa baja terbuat dari plate yang
dilas berbentuk pipa.
Diameter pipa berkisar antara 10 sampai dengan 28 inch (25 sampai dengan 70 cm) dengan total
3/8 inch (± 1 cm)
Panjang tiang dapat ditambah dengan cara dilas. Pada ujung pipa (cashing) diberi sepatu dan
sumbat beton yang dicor lebih dahulu seperti halnya Franki Pile.

Pri
nsip pelaksanaan Base Driven Caused Pile:
1. Pipa baja (casing) yang telah diberi sumbat dipasang pada leader alat pancang (the leader of
the pile driving).
2. Hammer (pelu) alat pancang dijatuhkan bebas (Drop Hammer) ke dalam pipa hingga menumbuk
sumbat beton, dan pipa (casing) masuk ke dalam tanah.
3. Kalau memerlukan penambahan panjang tiang hal ini dapat dilaksanakan dengan cara
penyambungan las.
4. Kemudian pemancangan dilanjutkan lagi sampai mencapai kedalaman yang direncanakan.
5. Setelah mencapai kedalaman yang direncanakan pemancangan dihentikan dan beton dicor ke
dalam casing.

Tiang tipe ini dapat diperhitungkan sebagai end-bearing pile maupun friction pile.

Dropped – in shell Concrete Pile


Type ini adalah suatu type variasi daripada tiang pancang yang dicor setempat tanpa adanya
casing permanent yang tetap tinggal di dalam tanah. Sebagai ganti daripada casing dipergunakan
shell logam tipis yang dimasukkan ke dalam casing luar kemudian setelah beton dicor casing luar
ditarik ke atas.
Type ini digunakan bila pembuatan tiang yang dicor casing setempat tanpa adanya casing sukar
dilaksanakan misalnya seperti di tanah pasir.
Bila casing bagian luar ditarik maka akan terjadi rongga di sekeliling shell yang mana rongga ini
akan diisi dengan kerikil. Dengan demikian kerikil ini akan memperbesar geseran antara tanah
dengan tiang.
Diameter casing bagian luar ini berkisar antara 12″ sampai 20″ (30-50 cm) dengan panjang 75 feet
(22,5 meter).
Adapun pelaksanaan tiang pancang type ini secara singkat :
Keterangan Gambar di atas :
a) Perlengkapan tiang ini terdiri dari
1. Casing Luar, yaitu pipa bagian luar

2. Caore (Inti) pipa bagian dalam.


(a) Diameter dasar core ukurannya sedemikian sehingga core ini dapat tepat masuk dalam
casing.Casing luar dan core di dalamnya dipancang bersama-sama ke dalam tanah hingga
mencapai lapisan tanah keras.
(b) Setelah sampai lapisan tanah keras core ditarik ke atas dan shell dimasukkan dalam casing
tersebut. Shell ini terbuat dari logam yang tipisdan ringan dengan permukaan diberi alur spiral.
(c) Kemudian beton dicor ke dalam shell sampai penuh dan padat. Setelah penuh core dimasukkan
lagi ke dalam casing sedemikian sehingga bawah ujung core (sepatu) akan terletak pada
permukaan beton yang telah dicor dalam shell. Kemudian casing ditarik ke atas (keluar) sedangkan
shell dan beton tetap berada pada posisinya karena ditahan oleh core dan hammer alat pancang
yang diletakkan di atas core.
(d) Casing telah ditarik keluar, kemudian lubang di sekeliling shell diisi dengan kerikil.

Kejelekan Cast in Place


1. Kebanyakan dilindungi oleh hak patent
2. Pelaksanaannya memerlukan hak khusus.
3. Beton dari tiang yang dikerjakan secara cast in place tidak dapat dikontrol.
Kebaikan Cast in Palace
1. Pembuatan tiang ini tidak menghambat pekerjaan
2. Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport
3. Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan lapangan.
PONDASI BOR ( FRANKY)
PEKERJAAN TIANG BOR
Komentar http://zonabarangsuper.blogspot.com

Tentang perencanaan pondasi tiang bor, saya yakin banyak yang tahu. Khususnya bagi para sarjana
teknik sipil, karena telah diberikan pada mata kuliah teknik pondasi. Selain itu, cukup banyak buku-buku
yang menggambarkan secara jelas illustrasi tentang pondasi tersebut.

Tetapi jika dikaitkan dengan pelaksanaan sesungguhnya di lapangan, saya juga yakin, nggak setiap yang
punya gelar sarjana teknik sipil berkesempatan mengetahuinya secara detail. Bagi yang tahu, biasanya itu
karena pernah terjun langsung di proyek dan melihat dengan mata kepala sendiri. Kenapa ? Karena
literatur berkaitan dengan hal tersebut, tidak gampang diperoleh ! Apalagi yang berbahasa Indonesia.
Kenapa itu bisa terjadi, padahal ahli-ahli pelaksana pondasi tiang bor di Indonesia sudah banyak ?

Kenapa ya ?

Ya maklum, kita mayoritas khan budaya lesan. Jadi menceritakannya secara lesan sudah cukup, ngapain
harus dituliskan. Selain ngabisin waktu, juga nggak ada faedahnya.

Benarkah demikian ?

link aku diblog.silahkan anda buka

, tentu saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Menulis juga berarti merenung kembali apa yang
diterima hari ini. Bisa-bisa ‘itu’ dapat menjadi suatu kompetensi baru untuk modal dikembangkan lebih
lanjut. Dengan menuliskan pula, kita bisa mendapat koreksi dari orang lain, apakah yang kita terima
(pahami) sudah benar atau belum. Jadi ada feed-back gitu. Selain itu, bagi pembaca yang belum tahu,
tulisan tersebut dapat menjadi pencerahan. Jadi usaha menulis dapat menjadi bantuan yang berharga
untuk yang lain (sesamanya).

Sudah-sudah pak. Jangan cerita tentang tulis-menulis. Mana pondasi tiang bornya ?
Baiklah. Pagi tadi saya baru menguji mahasiswa peserta mata kuliah “Kerja Praktek”. Salah satu
kelompok telah menceritakan dengan baik hasil kerja-prakteknya yaitu pelaksanaan pondasi tiang bor
dan uji beban dari salah satu proyek di daerah Jawa Barat. Cukup menarik untuk diceritakan disini.

Lho ternyata bukan pengalaman Bapak sendiri tho. Cuma hasil kerja praktek mahasiswanya aja.
Emangnya menarik pak ?

Eh, jangan ‘cuma’. Meskipun ini hasil mahasiswa, tapi ini khan mahasiswa UPH, hasil bimbingan saya
dalam mengerjakannya. Jadi ini juga dapat menjadi feed-back gimana hasil bimbingannya gitu. “Pohon
itu khan dilihat dari buahnya !“

Jika dosennya aja, berdasarkan data-data hasil pengumpulan mahasiswa-nya aja bisa bercerita banyak
tentang materi yang dilihat selama 15 menit presentasi kerja praktek. Apalagi mahasiswanya sendiri yang
telah minimal 130 jam menggeluti di proyek tersebut.

Kerja praktek adalah sarana mahasiswa bersangkutan menangkap fenomena sehari-hari “dunia dimana
dia akan bekerja nanti“. Jika pada waktu yang pendek tersebut, dia bisa ngeh (mengerti), dan paham
menceritakan pengalamannya. Maka diyakini nanti setelah lulus, mahasiswa yang bersangkutan akan
dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan tempat kerjanya. Jadi intinya hasil didikan saya nantinya
bisa link-match dengan dunia kerja.

Jadi mata kuliah kerja praktek yang saya bimbing ini tidak sekedar mata kuliah biasa, itu dapat menjadi
sarana mahasiswa untuk aktualisasi diri dengan menuliskan apa-apa yang dilihat selama kerja praktek
tersebut. Terus terang sebagai guru, saya sangat bangga jika mahasiswa-mahasiswa yang saya bimbing,
bisa dengan mantap menjelaskan bahkan menjawab dengan tuntas setiap pertanyaan yang berkaitan
dengan proyek kerja prakteknya. Itu semua dapat menjadi sarana mengevaluasi mahasiswa tentang
kesiapan mereka menjadi engineer. Kalau hanya sekedar melihat hasil ujian tertulis-nya saja, saya nggak
puas. Engineer khan bukan sekedar saintis, ada seninya juga. Jadi menurut saya, hasil ujian tertulis
menunjukkan segi saintis-nya, sedang presentasi oral di depan kelas tentang fakta yang telah mereka
terima via indera-nya merupakan petunjuk bagi segi ’seni’-nya tersebut.

Mahasiswa saya dalam kerja prakteknya tadi berkesempatan melihat dari awal pelaksanaan pondasi tiang
bor dan sampai pengujiannya juga.

Lho, koq hanya pondasi. Katanya proyek pak ? Kalau pondasi tiang itu khan baru sebagian kecil dari
proyek. Kayaknya kerja praktek mahasiswa Bapak kurang hebat. Kalau saya jadi dosen, maka saya minta
mereka (mahasiswa) untuk kerja praktek pada proyek yang besar, misalnya bangunan tinggi, kalau bisa
sih di atas 100 lantai. Itu baru yahud ! Gimana pak ?

O gitu ya.

Saya lain ! Terus terang, setiap mahasiswa yang kerja praktek pada saat awalnya akan bertanya kepada
saya. Pak, proyek ini boleh nggak ? Kalau yang gini boleh ? Kalau yang itu, gimana ?

Pada prinsipnya saya tidak memberi batasan, ini boleh , ini tidak, dan sebagainya. Saya memberi
kebebasan kepada mereka. Proyek apa saja prinsipnya boleh aja, hanya saja saya akan bertanya:” kenapa
kamu memilih proyek seperti itu, apa sih menurut kamu keunggulannya, atau adakah sesuatu yang
menarik“. Jika mahasiswa yang bersangkutan langsung bisa bersemangat menceritakan apa-apa yang
dianggap menarik pada proyek tersebut maka pada prinsipnya saya akan mendukung.

Jadi dari artikel ini saya juga akan menunjukkan bahwa meskipun itu hanya pelaksanaan pondasi tiang
bor, tetapi kalau dapat melihat dari sudut pandang yang tepat maka itupun merupakan suatu pengalaman
yang sangat berharga. Ingat bahwa ada engineer yang dapat hidup dari hanya bekerja sebagai pembuat
tiang bor saja. Jadi menguasai kompetensi seperti itu saja merupakan bekal yang berharga.

Ok. Setuju ? Jadi saya bisa melanjutkan cerita tentang pelaksanaan pondasi tiang bor !

Ok pak. Saya memang nunggu Bapak bercerita, yang menarik ya Pak ! :mrgreen:

Pekerjaan pemetaan pada lokasi sebelum alat-alat proyek didirikan.

Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh karena itu yang penting
adalah dilakukan pemetaan terlebih dahulu. Ini adalah gunanya ilmu ukur tanah. Umumnya yang
ngerjain adalah alumni stm geodesi. Proses ini sebaiknya sebelum alat-alat proyek masuk, karena kalau
sesudahnya wah susah itu untuk ‘nembak’-nya. Dari pemetaan ini maka dapat diperoleh suatu patokan
yang tepat antara koordinat pada gambar kerja dan kondisi lapangan. Bayangin jika salah kerja di tempat
orang lain. Bisa kacau itu.

Excavator mempersiapkan areal proyek agar alat-alat berat yang lain bisa masuk.

Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat-alat berat pada proyek tersebut. Disebut alat-alat berat
memang karena bobotnya itu yang berat, oleh karena itu manajer proyek harus dapat memastikan
perkerjaan persiapaan apa yang diperlukan agar alat yang berat tersebut dapat masuk ke areal dengan
baik. Jika tidak disiapkan dengan baik, bisa saja alat berat tersebut tercebur kesungai misalnya.

Bahkan bila perlu, dipasang juga pelat-pelat baja.

Pelat baja tersebut dimaksudkan agar alat-alat berat tidak ambles jika kekuatan tanahnya diragukan. Jika
sampai ambles, untuk ‘ngangkat’ itu saja biayanya lebih besar dibanding biaya yang diperlukan untuk
mengadakan pelat-pelat tersebut. Perlu tidaknya pelat-pelat tersebut tentu didasarkan dari pengalaman-
pengalaman sebelumnya, nggak ada itu di buku teks. Itu yang saya maksud dengan ’seni’ agar pekerjaan
lancar. Coba, di buku mana itu ada.
Pekerjaan penulangan pondasi tiang bor.

Paralel dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang bor telah dapat dilakukan. Ini
penting, karena jangan sampai sudah dibor, eh ternyata tulangannya belum siap. Jika tertunda lama,
tanah pada lubang bor bisa rusak (mungkin karena hujan atau lainnya). Bisa-bisa perlu dilakukan
pengerjaan bor lagi. Pemilihan tempat untuk merakit tulangan juga penting, tidak boleh terlalu jauh,
masih terjangkau oleh alat-alat berat tetapi tidak boleh sampai mengganggu manuver alat-alat berat itu
sendiri. Gimana hayo.

Lho koq, tulangannya gitu sih pak ?

Lha iya. Emangnya kamu belum tahu gambar detailnya. Baik ini gambar detail strukturnya, biasanya
digambarkan seperti ini. Ini fondasi franki yang terkenal itu, yang dibagian bawahnya membesar. Itu
khas-nya Franky.

Ada yang lebih gede lagi nggak pak, hanya diameter 800 mm ?

Ada, sampai diameter 1 m lebih, tapi prinsipnya hampir sama koq. O ya, kedalaman pondasi adalah
sampai tanah keras (SPT 50) dalam hal ini adalah 17-18 m (lokasi di Bogor).

Jika alat-alat berat sudah siap, juga tulangan-tulangannya, serta pihak ready mix concrete-nya sudah
siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat-alat bornya adalah.
Gambar diatas bisa menggambarkan secara skematik alat-alat yang digunakan untuk mengebor. Dalam
prakteknya, mesin bor-nya terpisah sehingga perlu crane atau excavator tersendiri seperti ini.

Perhatikan mesin bor warna kuning belum dipasangkan dengan mata bornya yang dibawah itu. Saat ini
difoto, alat bor sedang mempersiapkan diri untuk memulai.
Kecuali alat bor dengan crane terpisah, pada proyek tersebut juga dijumpai alat bor yang terintegrasi dan
sangat mobile. Mungkin ini yang lebih modern, tetapi kelihatannya jangkauan kedalamannya lebih
terbatas dibanding yang sistem terpisah. Mungkin juga, karena diproyek tersebut ada beberap ukuran
diameter tiang bor yang dipakai.

Jadi pada gambar-gambar nanti, fotonya gabungan dari dua alat tersebut. Jangan bingung ya.
Pengeboran

Ini merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter tiang bor
menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Juga terdapatnya batuan atau material dibawah
permukaan tanah. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan yang cocok.
Kalau asal ngebor, bisa-bisa mata bor-nya stack di bawah. Biaya itu. Ini contoh mesin bor dan auger
dengan berbagai ukuran siap ngebor (bukan inul lho).

Setelah mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’ untuk menghindari tanah di tepi lubang berguguran
maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama
dengan diameter lubang bor.

Perhatikan mesin bor-nya beda, tetapi pada prinsipnya cara pemasangan casing sama: diangkat dan
dimasukkan pada lubang bor. Tentu saja kedalaman lubang belum sampai bawah, secukupnya. Kalau
nunggu sampai kebawah, maka bisa-bisa tanah berguguran semua. Lubang tertutup lagi. Jadi
pemasangan casing penting.

Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Gambar di atas, mata auger sudah diganti
dng Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.
Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan akhirnya sudah menjadi
kondisi tanah keras. Maka untuk sistem pondasi Franky Pile maka bagian bawah pondasi yang bekerja
dengan mekanisme bearing dapat dilakukan pembesaran. Untuk itu dipakai mata bor khusus, Belling
Tools sebagai berikut.

Belling Tools

Cleaning Bucket dan Belling Tools


Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana maka perlu
dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan
manual.

Check kedalaman lubang bor

Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dichek dengan data hasil penyelidikan
terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman
tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya diambil dari satu dua tempat
yang dianggap mewakili. Tetapi dengan proses pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan
prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang dibor.

Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah ’siap’, maka selanjutnya adalah penempatan tulangan rebar.
Jika perlu, mungkin karena terlalu dalam maka penulangan harus disambung di lapangan. Ngangkatnya
bertahap.

Ini kondisi lubang tiang bor yang siap di cor.


Pengecoran beton :

Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran beton. Ini
merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun
proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal pula pondasi
tersebut secara keseluruhan.

Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang
bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian
yang tidak tepat.

Adanya air pada lobang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremi.
Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang yang dibor.
Cukup panjang khan. Inilah yang disebut pipa tremi. Foto ini cukup menarik karena bisa mengambil
gambar mulai dari ujung bawah sampai ujung atas. Ujung di bagian bawah agak khusus lho, nggak
berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga lumpur tidak masuk kedalam tetapi beton di dalam
pipa bisa mendorong keluar. Mau tahu detailnya ?

Yang teronggok di bawah adalah corong beton yang akan dipasang di ujung atas pipa tremi, tempat
memasukkan beton segar.
Yang di bawah ini pekerjaan pengecoran pondasi tiang bor di bagian lain, terlihat mesin bor (warna
kuning) yang difungsikan crane-nya (mata bor nya nggak dipasang, mesin bor non-aktif).

Posisi sama seperti yang diatas, yaitu pipa tremi siap dimasukkan dalam lobang bor.

Pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor.


Perhatikan ujung atas yang ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh.
Corong beton dipasang. Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap
mendekat.
Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymixed dapat menuangkan langsung ke corong pipa tremi
seperti kasus di atas. Pada tahap ini, mulailah pengalaman seorang supervisor menentukan.
Kenapa ?

Karena pipa tremi tadi perlu dicabut lagi. Jadi kalau beton yang dituang terlalu banyak maka jelas
mencabut pipa yang tertanam menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa tremi,
sedangkan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa terjadi segresi,
tercampur dengan tanah. Padahal proses itu semua kejadiannya di bawah, di dalam lobang, nggak
kelihatan sama sekali. Jadi pengalaman supervisi atau operator yang mengangkat pipa tadi memegang
peran sangat penting. Sarjana baru lulus pasti kesulitan mengerjakan hal tersebut. Pada kasus ini, tidak
hanya teori, lha itu seninya di lapangan. Perlu feeling yang tepat. Ingat kalau salah, pondasi gagal, cost-
nya besar lho.

Jangan sepelekan aba-aba seperti di atas. Belum tentu seorang sarjana teknik sipil yang baru lulus dengan
IP 4.0 bisa mengangkat tangan ke atas secara tepat. Karena untuk itu perlu pengalaman. Jadi menjadi
seorang engineer tidak cukup hanya ijazah sekolah formil, perlu yang lain yaitu pengalaman yang
membentuk mental engineer. Jadi jangan sekedar kerja, misalnya jualan MLM gitu, mana bisa jadi
engineer yang baik, meskipun duitnya gede (katanya).
Jika beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi harus mulai
ditarik ke atas. Perhatikan bagian pipa tremi yang basah dan kering. Untuk kasus ini karena pengecoran
beton masih diteruskan maka diperlukan bucket karena beton tidak bisa langsung dituang ke corong pipa
tremi tersebut.
Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan tanpa
mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena BJ beton lebih besar dari BJ lumpur maka
beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Jadi pada tahapan ini tidak perlu
takut dengan air atau lumpur sehingga perlu dewatering segala. Gambar foto di atas menunjukkan air /
lumpur mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan beton segar tadi.

Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continuous, bayangkan saja bila ada keterlambatan
beberapa jam. Jika sampai terjadi setting maka pipa treminya bisa tertanam lho dibawah dan nggak bisa
dicabut. Sedangkan kalau keburu di cabut maka tiang beton bisa tidak continue. Jadi bagian logistik /
pengadaan beton harus memperhatikan itu.

Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton dapat muncul
dari kedalaman lobang. Jadi pemasangan tremi mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan
maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Jadi kondisi tersebut fungsinya sebagai
penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran dengan lumpur.
Sampai tahap ini pekerjaan tiang bor selesai. Sebenarnya ada hal lain yang mahasiswa saya bisa laporkan
yaitu pelaksanaan pengujian beban atau Loading Test 150% kapasitas. Wah menarik lho. Tapi nanti dulu
ya pada artikel lain.

O ya ada pertanyaan, casingnya dicabut nggak ya. Mestinya iya ya, khan mahal.
Acknowledgment :

Semua gambar / foto di atas adalah hasil kerja mahasiswa UPH selama kerja praktek di proyek tersebut,
yaitu sdr Darwanto dan sdri Mega Primadewi.

Suasana sidang Kerja Praktek di Jurusan Teknik Sipil UPH

Atas nama
pribadi,

saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pimpinan atau pihak-pihak yang memberi
kemudahan sehingga mahasiswa saya mendapat pengalaman yang begitu berharga tersebut. Mohon maaf
bilamana ada tindak-tanduk mahasiswa saya yang tidak berkenan. Kiranya nanti kepada adik-adik kelas
berikutnya dapat diberi bantuan serupa.

Artikel saya tentang Kerja Praktek di Jurusan Teknik Sipil UPH lihat di sini.

Kategori: Civil Engineer · Reference · informasi · kerja praktek · teknik sipil


Tagged: pile foundation, pondasi

DIPOSTING OLEH THE MOHARIS (MOHAMAD HASAN BUSYORI) DI 21.03 1 KOMENTAR:

You might also like