Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
ZENEZA OVIA
NIM : 132110148
JURUSAN GIZI
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Abses adalah rongga yang berisi nanah. Tanda utamanya dari suatu abses
adalah fluktuasi, meskipun tidak selalu terdeteksi. Rasa hangat yang terlokalisir,
bengkak dan nyeri tekan langsung pada rongga abses adalah tanda yang khas juga.
Abses perianal adalah infeksi pada ruang pararektal. Abses ini kebanyakan akan
mengakibatkan fistula. Tingkat keparahan dan kedalaman dari abses cukup variabel,
dan rongga abses sering dikaitkan dengan pembentukan saluran fistulous. Abses
perianal terbentuk akibat berkumpulnya nanah di jaringan bawah kulit daerah sekitar
anus. Nanah terbentuk akibat infeksi kuman/bakteri karena kelenjar di daerah tersebut
tersumbat. Kuman/bakteri yang berkembang biak di kelenjar yang tersumbat lama
kelamaan akan memakan jaringan sehat di sekitarnya sehingga membentuk nanah.
Nanah yang terbentuk makin lama makin banyak sehingga akan terasa bengkak dan
nyeri, inilah yang disebut abses perianal. Penyebab umum penyakit ini adalah bakteri
dari anus yang menyebar ke bagian sekitar rektum dan menyebabkan peradangan.
Kebanyakan dari bakteri ini hidup di dalam usus besar atau tinggal di daerah kulit
dekat anus.
Pada beberapa orang dengan penurunan daya tubuh misalnya penderita
diabetes militus, HIV/AIDS, dan penggunaan steroid (obat anti radang) dalam jangka
waktu lama, ataupun dalam kemoterapi akibat kanker. Yang mengalami abses
perianal biasanya merasakan nyeri di daerah sekitar anus, kadang terasa gatal. Nyeri
akan bertambah jika ada gerakan atau peningkatan tekanan di daerah anus.
Di daerah tersebut terjadi benjolan berwarna kemerahan dan saat diraba terasa ada
cairan. Suhu tubuh meningkat dan badan terasa tidak nyaman. Untuk memastikan
kelainan yang terjadi, dokter akan melakukan pemeriksaan dengan memasukkan jari
ke dubur (colok dubur). Pemeriksaan laboratorium juga dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat infeksi. Jika memungkinkan diambil contoh nanah dari daerah yang
bengkak, selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui jenis kuman.
Terapinya memerlukan insisi dan drainase cairan purulen. Pasien sering
mengalami nyeri setelah operasi dan nyeri tersebut dapat dihilangkan dengan duduk
dalam air hangat 3-4 kali per hari dan penggunaan obat penghilang rasa sakit. Pelunak
feses digunakan untuk mencegah dan mengobati sembelit, antibiotik dapat sebagai
tambahan tapi bukan terapi primer.
Pada kasus yang diambil pada tanggal 22 Maret 2016 ini akan dibahas
mengenai seorang anak perempuan yang berusia 18 tahun yang dirawat dari tanggal
18 Maret 2016 yang didiagnosa menderita abses perianal, yang akan dilakukan
tindakan operasi insisi drainase + ND ai abses perianal. Berdasarkan Assesment Gizi
Awal berdasarkan SGA yang dilakukan pada pasien didapatkan hasil B, dan pada
pasien terjadi perubahan intake makanan yaitu pasien hanya bisa menghabiskan ¼
dari makanan yang disajikan, pasien juga mengalami perubahan gastrointestinal yaitu
pasien mengeluh mual dan penurunan nafsu makan selama 2 minggu, dan terjadi
perubahan kapasitas fungsional yaitu pasien bedrest, serta pada pasien juga hilangnya
lemak sub kutan. Ada hubungan yang tinggi antara penyakit yang diderita pasien
dengan kebutuan pasien. Berdasarkan hal tersebut pasien berisiko malnutrisi dan
memerlukan asuhan gizi secara individual.
BAB II
KASUS
1. ASSESMENT GIZI
a. Riwayat Klien
Riwayat Personal
Nn. G adalah seorang siswi yang berusia 18 tahun. Pasien beragama
tinggal bersama ibu dan ayah tirinya serta adiknya. Sedangkan kakaknya
Riwayat Penyakit
Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami hal yang sama dengan
Nn. G.
Aktifitas Fisik Pasien
tempat tidur jika pasien melakukan aktifitas fisik yang berat maka akan
terasa lemas.
nasi setiap makan, lauk hewani yang sering dikonsumsi adalah telur/daging
3x/minggu, jus buah naga 2x/minggu. Nn. G Tidak suka tempe, daging sapi
dan ikan.
Berikut asupan makan Nn. G saat sakit sebelum masuk Rumah Sakit
perhitungan REE (WHO) yaitu: Energi 1735.71 kkal, Protein 52 gr, Lemak
c. Antropometri
d. Data Biokimia
Pemeriksaan laboratorium tanggal 19 Juni 2016
e. Pemeriksaan Fisik dan Tanda Vital Terkait Gizi Tanggal 21 Maret 2016
Anoreksia
a) NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan mual dan anoreksia ditandai
24,8%
b) Berat badan kurang (Underweight) berkaitan dengan asupan yang kurang dalam
jangka waktu yang lama ditandai dengan hasil rata-rata asupan 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit sakit energi 89,4%, protein 83,3%, lemak 34,37%,
3. INTERVENSI
1) Tujuan
kondisi pasien.
selingan
3) Perhitungan Kebutuhan
= 1157,14 x 1,5
= 1735,71 Kalori
= 52 gram
= 57,89 gram
= 251 gram
4) Rancangan Diit
yang menangani kasus, perawat, petugas penyaji makanan, dan keluarga pasien serta
pasien sendiri.
bantuan untuk tidak memorsikan makanan yang disajikan kepada pasien karena
makanan yang disajikan harus diukur terlebih dahulu. Setelah itu sisa makanan
pasien juga akan diukur, untuk itu diminta bantuan dan kerjasama petugas untuk
3) Keluarga
asupan sesuai dengan kebutuhan, serta meminta keluarga pasien untuk terus
4) Pasien
memberitahu tujuan terapi yang diberikan, jumlah atau porsi yang sesuai dengan
kebutuhan.
Implementasi pada kasus ini dilakukan selama tiga hari dimulai pada tanggal
23 Maret 2016 mulai snack sore sampai tanggal 26 Maret 2016 makan siang.
Pada implementasi kasus ini, makanan biasa (menu seimbang) disajikan pada
pasien dengan 3 kali pemberian yaitu 3 kali makan utama, 2 kali snack.
setelah selesai sisa makanan ditimbang kembali. Makan pagi 07.30, snack pagi
pukul 10.00, makan siang pukul 12.00, snack sore pukul 16.00, dan makan
1) Monitoring dan Evaluasi asupan hari ke-1 tanggal 23 Maret 2016 (snack
sore, dan makan malam) 24 Maret 2016 (makan pagi, snack siang, dan
makan siang)
Asupan makan pasien mulai membaik dari hari sebelumnya dilihat dari
peningkatan asupan energi menjadi 80,9%, protein 99,8%, lemak 77,2%, dan
karbohidrat 78,4%. Peningkatan ini terjadi karena nafsu makan pasien sudah agak
meningkat dari hari sebelumnya dikarena pasien telah mendapatkan edukasi gizi
cepat sembuh.
Mual
Badan lemas
Evaluasi :
2P 80 1P 1P
Protein Nabati 1P 110 ½ P ½P
Sayur 2P 100 1P 1P
Buah 2P 100 1P 1P
Snack 1P 50 1P 1P
Minyak 5P 25 1P 2P 2P
Gula 1P 13 1P
Susu pasteurisasi 1P 180 cc 1P
Susu Entramix 1,5 P 30 1,5 P
1) Monitoring dan Evaluasi asupan hari ke-2 tanggal 24 Maret (snack sore, dan
makan malam) tanggal 25 Maret 2016 (makan pagi, snack pagi, dan makan
siang).
Asupan Jumlah Kebutuhan Persentase
Hari ke-2 asupan makan pasien menurun dari hari sebelumnya dilihat
dari persentase asupan energi menurun 15,3%, protein 24,4%, lemak 19,5%, dan
karbohidrat 14,5%. Penurunan ini terjadi karena nafsu makan pasien masih
kurang dan masih adanya mual serta pada hari itu menu yang disajikan kurang
disukai pasien.
Mual
Badan lemas
Evaluasi :
Asupan makan pasien menurun dari hari sebelumnya, dan masih adanya
Ada masalah baru yaitu pasien tidak dapat menghabiskan nasi yang
1) Monitoring dan Evaluasi asupan hari ke-3 tanggal 25 Maret 2016 (snack sore,
makan malam, ekstra malam) tanggal 26 Maret 2016 (makan pagi, snack pagi,
makan siang)
Hari ke 3 asupan makan pasien meningkat dari hari sebelumnya dilihat dari
peningkatan asupan energi menjadi 6,3%, protein 20,9%, lemak 9,9%, dan
karbohidrat 2,5%. Peningkatan ini terjadi menu yang diberikan disukai pasien
daripada menu sebelumnya, tapi rasa mual dan nyeri pada bagian anus pasien
Mual
Badan lemas
4) Monitoring antopometri
Evaluasi :
tapi rasa mual dan nyeri pada bagian anus pasien masih ada sehingga
perianal. Hasil recall asupan makan pasien pada saat skrining yaitu asupan energi
29,9%, protein 32,2%, lemak 45,8%, dan karbohidrat 24,8% dari total kebutuhan.
Terdapat hubungan antara assessment gizi dengan diagnosa gizi yaitu asupan makan
pasien Nn. G berkurang, adanya penurunan nafsu makan, serta Underweight. Sehingga
- NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan mual dan anoreksia ditandai
dengan hasil recall energi 29,9%, protein 32,2%, lemak 45,8%, dan karbohidrat
- Berat badan kurang (Underweight) berkaitan dengan asupan yang kurang dalam
jangka waktu yang lama ditandai dengan hasil rata-rata asupan sebelum masuk
rumah sakit sakit energi 89,4%, protein 83,3%, lemak 34,37%, karbohidrat 127,6%
dari kebutuhan.
Terapi gizi yang diberikan pada Nn. G adalah untuk meningkatkan asupan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pasien serta mencegah
penurunan berat badan pasien. Diit diberikan melalui oral, bentuk makanan yang
diberikan adalah makanan biasa dan pemberian makanan biasa dikombinasikan antara
makanan biasa dengan pemberian esktra malam berupa entramix. entramix diberikan
Terapi gizi yang diberikan menunjukkan outcome yang sesuai, yaitu asupan
makan pasien meningkat. Asupan makan dapat dilihat dari grafik dibawah ini:
99.8
96.3
100
90 80.9
77.278.4 75.4
80 71.6
65.3 66.4 67.6
70 63.9
57.7 Energi
60
Protein
50
Lemak
40
Karbohidrat
30
20
10
0
Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga
persentase rata-rata asupan adalah energi sebesar 72,6%, protein 90,5%, lemak 67,5%,
dan karbohidrat sebesar 69,5%. Asupan makan pasien pada hari pertama sampai hari
ke tiga mengalami peningkatan dan penurunan. Walaupun tidak sesuai dengan target
yang diinginkan yaitu asupan makan menjadi 100% karena pasien masih merasa mual
estimasi LILA yaitu sebesar 33,8 kg sedangkan pada akhir intervensi dilakukan
berat badan Pada monitoring hasil pemeriksaan fisik selama 3 hari didapatkan hasil
- pada hari ke-1 pasien masih merasa mual, badan lemas, dan masih mengalami nyeri
pada anus.
- Pada hari ke-2 terjadi perubahan yaitu rasa mual pasien mulai berkurang, tetapi
- Pada hari ke-3 rasa mual pasien masih ada, badan msih lemas, dan masih nyeri
pada perut.
Pemeriksaan fisik klinis dilakukan setiap hari. Untuk pemeriksaan klinis yaitu
dengan melihat Keadaan Umum, Nadi, Respiratory Rate, Suhu, Tekanan Darah. Pada
hari ke-1 pemeriksaan klinis pasien belum ada perubahan, pasien masih sering mual,
badan lemas, dan nyeri pada anus belum berkurang sehingga pasien tidak bisa
beristirahat dengan baik. Pada hari ke-2 intervensi kondisi fisik pasien masih sama
dengan hari pertama, yaitu masih merasa mual, badan lemas, dan nyeri pada baagian
anus. Dan pada hari ke-3 kondisi fisik klinis pasien juga masih sama dengan hari
sebelumya. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi pasien masih