You are on page 1of 19

TUGAS BIOKIMIA II: METABOLISME

METABOLISME PURIN PIRIMIDIN

Disusun oleh:
1. Danny Adi Kurniawan (16030234010)
2. Fitri Anggun Verdiana (16030234015)
3. Sa’adah (16030234016)

KIMIA B 2016
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Metabolisme dalam tubuh manusia sangat diperlukan dalam aktivitasnya


sehari-hari. Tanpa adanya metabolisme, tubuh manusia tidak dapat beraktivitas
karena tidak dihasilkannya energi dari metabolisme. Pada tubuh manusia, tubuh
memetabolisir bahan-bahan yang dihasilkan tubuh maupun makanan yang kita
makan. Salah satunya adalah purin dan pirimidin. Pada kesempatan ini, kami akan
menjelaskan tentang purin dan pirimidin, bahan makanan yang mengandung purin
dan pirimidin, sintesis dari purin dan pirimidin, hasil akhir dari katabolisme purin
dan pirimidin.
BAB II
ISI

A. Pengertian Purin Dan Pirimidin


Purin dan pirimidin merupakan sebuah senyawa yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup sel. Dalam tubuh manusia, basa purin dan pirimidin berguna
sebagai pembentuk asam nukleat atau bahan pembentuk DNA/RNA. Pada DNA
maupun RNA, terdapat basa purin seperti Adenin dan Guanin. Sedangkan basa
pirimidin yang terdapat pada DNA adalah sitosin dan timin. Lalu pada RNA
terdapat basa pirimidin sitosin dan urasil. Selain sebagai komponen DNA dan
RNA, purin dan pirimidin merupakan komponen dari beberapa koenzim, yaitu
koenzim A, FAD, NAD+, dan NADP+ di dalam sel.1
Purin serta Pirimidin merupakan basa nitrogen. Jika basa nitrogen tersebut
diberi dengan gugus pentose akan menjadi nukleosida. Lalu akan terbentuk
nukelotida jika nukleosida yang berasal dari penambahan gugus pentose dari basa
nitrogen diberi gugus fosfat. Jadi nukleotida merupakan nukleosida yang diberi
dengan gugus fosfat.1 Purin dan Pirimidin merupakan unsur yang non esensial
secara dietetik artinya manusia dapat mensintesis nukleotida secara de novo (dari
senyawa intermediet anfibolik), meskipun tidak mengkonsumsi asam nukleat.
Purin dan pirimidin memiliki beberapa peran dalam tubuh, diantaranya
adalah sebagai sumber energy berupa ATP, GTP, UTP, CTP, ADP, GDP, dll.
Sebagai koenzim berupa FAD, FMN, NAD, NADP, koenzim A. Sebagai second
messenger dalam bentuk cAMP dan cGMP. Sebagai sumber metil, S-adenosil
metionin. Sebagai building blocks RNA dan DNA. Membentuk senyawa aktif
seperti UDP-glukosa, UDP-galaktosa, asetil KoA, siksinil koA, dll. Asam nukleat
dari makanan akan dicerna diusus, diubah menjadi mononukleotida, kemudian
menjadi mononukleosida, lalu menjadi basa purin dan pirimidin, baru direabsorbsi
dan masuk ke dalam darah. Purin dari makanan di usus akan dioksidasi menjadi
sam urat dan dieksresikan melalui urin. Basa purin dan pirimidin perenteral dapat
digunakan untuk sintesis asam nukleat.2
Berikut adalah skema metabolisme purin dan pirimidin.

NUKLEOPROTEIN
ASAM NUKLEAT

MONONUKLEOTIDA

ASAM PURIN PIRIMIDIN CO2 dan


URAT H2 O

 Nukleoprotein → asam nukleat + protein


 Asam nukleat → gabungan nukleotida
 Nukleotida → nukleosida + asam fosfat
 Nukleosida → basa purin/pirimidin + pentosa
 Hidrolisis nukleoprotein → protein, asam fosfat, pentosa, basa purin atau
basapirimidin

B. Tata Nama

C. Strktur Purin dan Pirimidin


Rumus bangun dan tata cara pemberian nama basa purin
Adenin = 6-amino purin (adenine)
Hiposantin = 6-oksi purin (hypoxanthine)
Guanin = 2-amino-6-oksi purin (Guanine)
Santin = 2,6-dioksi purin (xanthine)
Rumus bangun dan tata cara pemberian nama basa pirimidin
(pyrimidine)
Sitosin = 2-oksi 4-amino pirimidin
Orotat = 2,4-dioksi 6-karboksil pirimidin
Urasil = 2,4-dioksi pirimidin (Uracil)
Timin = 2,4-dioksi 5 –metil pirimidin

Gambar: Struktur purin


Gambar: Struktur pirimidin

D. Kegunaan Nukleotida:
1. Sebagai sumber energi yang mendorong bermacam-macam reaksi
(ATP), terlibat dalam sintesis protein dan beberapa reaksi (GTP). UTP
untuk aktivasi glukosa dan galaktosa. CTP se-bagai sumber energi
dalam metabolisme lipida.
2. Merupakan bagian dari coenzim (AMP, NAD, KoA).
3. Sebagai regulator dan “second messenger” (cAMP, cGMP)
4. Sebagai penyusun RNA dan DNA.

E. Sintesis Purin dan Pirimidin


Sintesis purin terdiri dari tiga macam proses, yaitu sintesis de novo,
fosforibolisasi purin serta fosforilasi nukelosida purin. Sintesis de novo
merupakan proses sintesis purin yang paling penting. Sedangkan proses sintesis
yang lain lebih kepada jalur penyelamatan yang akan dibahas setelah sintesis
purin dan pirimidin.1,2
Sintesis de novo merupakan proses pembentukan purin yang terjadi pada
hati. Sintesis ini bermula pada senyawa ribose-5-P dan memiliki enzim regulator
atau enzim kunci yaitu PRPP sintase (fosforibosil pirofosfat) yang diaktivasi oleh
Pi (fosfat inorganik) dan dihambat oleh nukleosida purin difosfat dan trifosfat
(produk sintesis de novo). Selain itu, sintesis de novo juga memerlukan ATP; serta
asam amino seperti glutamin, glisin, aspartat; CO2; tetra hidrofolat/asam folat.
Pada sintesis ini, nukleotida yang pertama kali terbentuk adalah IMP (Inosin
Mono Fosfat). Setelah itu, jika IMP diberi glutamin makan akan menjadi GMP
(Guanosin Mono Fosfat) dan jika IMP diberi aspartate akan menjadi AMP
Adenin Mono Fosfat).2
Tahapan sintesis purin adalah sebagai berikut.
1. Sintesis purin diawali oleh reaksi pembentukan molekul PRPP (5-phospho
ribosil pyro phosphate) yang berasal dari ribosa-5P yang
mengkaitkan ATP dan ion Mg²+sebagai aktivator.

2. Selanjutnya pembentukan senyawa 5-Phosphoribosilamin dari hasil reaksi


PRPP dengan glutamin. Reaksi ini menghasilkan pula asam amino
glutamat + Ppi.
3. Berikutnya pembentukan senyawa GAR (glycin amid ribosil-5P) dari hasil
reaksiribosilamin-5P dengan glisin yang mengaktipkan ATP dan
Mg²+sebagai aktivatordan yang dikatalisis oleh enzim GAR syn-thetase.
4. Kemudian GAR melakukan reaksi formilasi yang dikatalisis oleh enzim
transformilasedengan koenzim FH4 (tetrahidrofolat) dan senyawa donor
gugus formil, membentuksenyawa formil glisin amid ribosil-5P nya. Atom
karbon gugus formil tersebutmenempati posisi atom C-8 inti purin.
5. Kemudian senyawa formil glisin amid ribosil 5P melakukn reaksi aminasi
(pada atomkarbon ke-4 nya) dengan senyawa donor amino (berupa
glutamin) dan terbentuknyasenyawa formil- glisinamidin- ribosil-5P.atom
N gugus amino yang baru menempati posisi N-3 inti purin.
6. Selanjutnya terjadi reaksi penutupan rantai dan terbentuknya senyawa
amino-imidazole- ribosil-5P, selanjutnya senyawa-senyawa amino-
imidazole- ribosil-5Pmelakukan fiksasi CO2 dengan biotin sebagai
koenzim dan atom karbon yang difiksasitersebut menempati atom C (6)
inti purin. Dilanjutkan reaksinya dengan aspartatmembentuk senyawa 5-
amino- 4-imidazole-N-suksinil karboksamid ribosil-5P.
7. Senyawa 5-amino-4-amidazole-karboksamid-ribosil-5P, melakukan reaksi
formilasi yang dikatalisis oleh enzim transformilase dengan koenzim FH4
(tetrahidrofolat) dansenyawa donor gugus formil, maka terbentukny
senyawa 5-formamido-4-imidazolekarboksamide-ribosil-5P.
8. Akhirnya terjadilah reaksi penutupan cincin yang ke-2 kalinya
terbentuklah derivat purin yang pertama berupa IMP (inosin
monophosphate = inosinic acid) yaitu derivat hiposantin atau 6-oksipurin.
Sedangkan AMP dan GMP diturunkan dari IMP.

Gambar: Sintesis de novo purin2


Sintesis pirimidin berbeda dengan sintesis purin. Sintesis purin diawali
dengan ribose-5-P yang sudah berbentuk cincin. Sedangkan pada sintesis
pirimidin, terjadi pembentukan cincin terlebih dahulu. Sintesis yang terjadi di
sitosol atau sitoplasma ini memerlukan CO2, glutamin dan ATP sebagai senyawa
awal. Sintesis pirimidin juga memerlukan CPS II (Karbomoil Fosfat Sintase II)
sebagai enzim regulator. Selain itu, sintesis ini juga perlu asam amino aspartate,
NAD, tetrahidrofolat / asam folat dan perlu PRPP. Hasil awal dari sintesis ini
berupa OMP (Orotate Mono Fosfat).2
Sintesis pirimidin diawali dari pembentukan karbamoil fosfat dari
glutamin dan CO2 yang dikatalisa oleh enzim karbamoil fosfat sintase II (CPS II).
CPS II akan diaktivasi oleh ATP dan PRPP, dan akan dihambat oleh UTP. Setelah
karbamoil fosfat terbentuk, enzim aspartate transkarbamoilase akan membentuk
senyawa karbamoil aspartate dari karbamoil fosfat. Lalu akan terjadi penutupan
cincin pirimidin yang dilakukan oleh enzim dihidroorotase. Senyawa orotat yang
terbentuk dari penutupan cincin akan dioksidasi menjadi asam orotat. Selanjutnya,
cincin pirimidin akan dikonversi menjadi nukleotida orotidin mono fosfat (OMP)
oleh enzim orotat fosforibosil transferase. Pada sintesis pirimidin, PRPP berperan
sebagai sumber ribose-5-P (prekursor). Setelah itu, UMP akan dibentuk dari OMP
menggunakan enzim orotidilat dekarboksilase.2
Berikut adalah tahapan sintesis pirimidin. Biosintesis pirimidin diawali
oleh reaksi pembentukan karbamoil-P yang dihasilkandari reaksi antara glutamin,
ATP dan CO2 yang dikatalisis oleh enzim karbamoil-P sintetase yang berlangsung
didalam sitosol. Berbeda dengan enzim karbamoil-P sinthase yang bekerja pada
reaksi pembentukan urea, dimana reaksinya berlangsung bukan di dalam sitosol
melainkan di dalam mitokondria.
1. Berikutnya karbamoil-P berkondensasi dengan asam aspartat
menghasilkan senyawa karbamoil-asparta. Reaksi ini dikatalisis oleh
enzim aspartat transkarbamoilase.
2. Berikutnya terjadi reaksi penutupan rantai sambil membebaskan H2O dari
molekul karbamoil-aspartat sehingga dihasilkan asam dehidro orotat
(DHOA= dihidrooroticacid). Reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim
dihidroorotase.
3. Berikutnya melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim DHOA
dehidrogenase dengankoenzim NAD+, DHOA menghasilkan asam arotat
(OA=orotic acid).
4. Selanjutnya terjadi reaksi penambahan gugus ribosa-P pada asam orotat.
Reaksi inidikatalisis oleh enzim orotat fosforibosil transferase dan
dihasilkan orotidilat OMP (orotidin mono posphate).
5. Akhirnya enzim orotidilat dikarboksilase mengkatalisis reaksi
dikarboksilasi orotidilat dan menghasilkan uridilat (uridin mono
phosphate) yaitu produk nukleotida pertama pada biosintesis pirimidin.
6. Pada reaksi (12) adalah satu-satunya reaksi biosintesis nukleotida
pirimidin yang membutuhkan turunan tetrahidrofolat. Gugus metilen
pada N5, N10 -metilen-tetrahidrofolat direduksi menjadi gugus metal yang
ditransfer dan tetrahidrofolat dioksidasi menjadi dihidrofolat. Agar sintesis
pirimidin dapat berlangsung dihidrofolatharus direduksi kembali menjadi
tetrahidrofolat, reaksi ini dikatalisis oleh dehidrofolat reduktase. Oleh
karena itu, sel yang sedang membelah, yang harus mengasilkan TMP dan
dihidrofolat.
Gambar: Sintesis pirimidin2

F. Katabolisme Purin dan Pirimidin


Purin dan pirimidin tidak hanya dibentuk oleh tubuh, tetap juga akan di
katabolisme atau akan di degradasi di dalam tubuh terutama pada hati. Purin dan
pirimidin memiliki perbedaan pada hasil akhir katabolismenya. Pada purin, hasil
katabolismenya berakhir sebagai asam urat yang tidak dapat larut dalam air dan
juga dapat mengendap pada sendi-sendi pada tubuh manusia. Sedangkan hasil
katabolisme dari pirimidin sangat larut dalam air seperti CO2, NH3, β-alanin dan
β-aminoisobutirat. Selain itu, β-aminoisobutirat mengalami transaminase menjadi
metilmalonat semialdehida yang kemudia membentuk suksinil-KoA.2

Gambar: Katabolisme purin2

Hasil Katabolisme Purin


Manusia mengubah adenosin dan guanosin menjadi asam urat. Adenosin
mula – mula diubah menjadi inosin oleh adenosin deaminase. Uratase (uricase)
mengubah asam urat menjadi alatoin, yaitu suatu produk yang larut dalam air
pada mamalia. Namun manusia tidak memiliki uratase, produk akhir metabolisme
purin adalah asam urat.

Gangguan Metabolik Katabolisme Purin


1. Gout
Ketika kadar asam urat melebihi batas kelarutanya, terjadi kristalisasi
natrium urat di jaringan lunak dan sendi sehingga menimbulkan reaksi
inflamasi, artritis gout. Namun sebagian besar hout mencerminkan
gangguan pengaturan asam urat di ginjal.
2. Lesch-Nyhan sindrom
Lesch-Nyhan sindrom disebabkan karena kehilangan fungsi gene HGPRT.
Kelainan ini diturunkan melalui sex-linked. Gene HGPRT terdapat dalam
X chromosom. Penderita dengan kelainan ini selain gejala gout yang parah
juga memperlihatkan malfungsi dari sistem syaraf (mental retardasi dan
“palsylike-spasticity”). Pada penderita yang “severe” terjadi “self-
mutilation”, kematian terjadi sebelum penderita mencapai usia 20 tahun.
Aktivitas enzim hiposantin-guanin fosforibosiltransferase (HGPRT)
kurang dari 1%. Akibatnya hiposantin dan guanin dipecah menjadi asam
urat, yang mestinya dapat diubah kembali menjadi IMP dan GMP. PRPP
yang tidak terpakai untuk “salvage” ini diperuntukkan sintesa de novo
purin. Ekskresi asam urat melalui ginjal melebihi enam kali lipat.
Penyebab sebenarnya terjadinya beberapa simptom dari kekurangan satu
enzim ini belum diketahui.
3. Penyakit Von Gierke’s
Penderita von Gierke mengalami kekurangan enzim glukosa 6 fosfatase.
Akibatnya kelebihan glukosa 6 fosfat akan masuk ke dalam jalur HMP
Shunt dan menghasilkan ribose 5 fosfat, yang selanjutnya akan
meningkatkan pembentukan PRPP. Peningkatan PRPP ini akan
menyebabkan meningkatnya pembentukan purin dan hasil katabolismenya.
4. Hipourisemia
Hipourisemia dan meningkatnya eksresi hipoxatin dan xantin disebabkan
oleh defisiensi xantin oksidase, akibat defek genetik atau kerusakan heper
yang parah.
Gambar: Katabolisme pirimidin2

Hasil Katabolisme Pirimidin


Katabolisme pirimidin terutama terjadi di hati dengan hasil akhirnya
berupa zat-zat yang mudah larut dalam air. Hasil akhir katabolisme purin sukar
larut (asam urat, sodium urat). Hasil akhir katabolisme pirimidin berupa β-alanin
(dari sitosin dan urasil) dan β-amino isobutirat.

Kelebihan Katabolisme Pirimidin Jarang Menimbulkan Kelainan yang


Signifikan Secara klinis.

Karena hasil akhir metabolisme pirimidin larut dalam air, tidak banyak
kelainan yang disebabkannya. Ada dua penyakit bawaan yang mempengaruhi
sintesa pirimidin, dan menyebabkan meningkatnya eksresi asam orotat (orotat
aciduria). Kelainan ini disebabkan karena kekurangan enzim yang mempunyai
dua fungsi sebagai: Orotat fosforibosil transferase OMP dekarboksilase Gejala
dan tanda-tanda klinik yang bisa dijumpai diantaranya: hambatan pertumbuhan
(retarded growth, anemia berat hipokhromik dan sumsum tulang megaloblastik
(megaloblastic bone marrow). Leukopeni juga sering dijumpai. Kelainan ini bisa
diobati dengan uridin dan atau sitidin. Pemberian dua senyawa ini akan
meningkatkan pembentukan UMP (nukleosida kinase). UMP akan menghambat
CPS II, dengan demikian mengurangi pembentukan asam orotat.

Gangguan katabolisme pirimidin


1. Asiduria Orotat
Asiduria Oritat yang menyertai syindrom Reye mungkin terjadi akibat
kerusakan parah mitkondria sehingga tidak mampu megguakan karbomoil
fsft, sehingga teradi pembetuka asam rtat sistlik secara berlebihan.
2. Definisi suatu enzim siklus urea menyebabkan eksresi prekursor pirimidin
Penigkatan eksresi asam orotat, urasil dan uridin meyertai defisiensi ornitin
transkarbamilase hepar. Karbamoil fosfat yang berlebihan kemudian keluar
ke sitosol dang merangsang biosintes nukleotida pirimidin.

G. Jalur Penyelamatan Purin dan Pirimidin


Perubahan purin, ribonukleosida dan deoksiribonukleosida menjadi
mononukleotida memerlukan proses yang disebut reaksi penyelamatan (salvage
reaction). Proses penyelamatan purin ini juga terjadi di hepar. Mekanisme yang
lebih penting melibatkan fosforibosilasi oleh PRPP purin bebas untuk membentuk
purin 5’-mononukleotida. Dua fosforibosil transferase kemudian mengubah
adenine menjadi AMP, serta mengubah hipoxantin dan guanine menjadi IMP atau
GMP. Mekanisme penyelamatan kedua melibatkan transfer fosforil dari ATP ke
ribonukleosida purin. Adenosin kinase mengkatalisis fosforilasi adenosine dan
deoksiadenosin menjadi AMP dan dAMP, dan deoksisistidin kinase
memfosforilasi deoksisistidin dan 2-deoksiguanosin menjadi dCMP dan dGMP.
Enzim yang terlibat adalah adenine fosforibosil transferase (APRT) dan
hipoxantin guanine fosforibosil transferase (HGPRT).2
Dua mekanisme meregulasi perubahan IMP menjadi GMP, masing-masing
menginhibisi adenilosuksinat sintase dan IMP dehidrogenase. Selain itu,
perubahan IMP menjadi AMP memerlukan GTP, dan perubahan XMP menjadi
GMP memerlukan ATP. Oleh karena itu, regulasi silang jalur-jalur metebolisme
IMP ini berfungsi menurunkan sintesis sebuah nukleotida purin jika terjadi
defisiensi nukleotida lain. AMP dan GMP juga menginhibisi HGPRT, yang
mengubah hipoxantin dan guanine menjadi IMP dan GMP dan umpan balik GMP
menginhibisi PRPP glutamil amidotransferase.2

H. Makanan yang Mengandung Purin


Asam urat merupakan hasil dari katabolisme dari purin. Purin yang
dikatabolisme dapat dihasilkan oleh tubuh dan juga dapat berasal dari makanan
yang kita makan. Berikut makanan yang mengandung purin.
Setiap makanan mengandung nukleoprotein. Sehingga makanan yang
dimakan oleh manusia terdapat purin yang akan dikatabolisme menjadi asam urat.
Tetapi, makanan yang dimakan tersebut dapat dibedakan menjadi makanan yang
dihindari pada penderita asam urat dan juga makanan yang dapat dikonsumsi oleh
penderita asam urat.3,4
Makanan yang harus dihindari oleh penderita asam urat adalah minuman
beralkohol, ragi, makanan yang diawetkan dalam kaleng seperti kornet dan
sarden, sayuran bayam, asparagus, kembang kol, sup kental dan soto sulung,
kerang, cumi-cumi, jengkol, petai, melinjo, jantung, hati, kornet sapi, usus, limpa,
paru, otak, dan bebek. Sebaiknya makanan yang disebutkan tadi dihindari karena
dapat menyebabkan penderita asam urat dapat mengalami nyeri pada persendian.3
Makanan yang dapat dikonsumsi oleh penderita asam urat adalah daging,
ayam, ikan tongkol, ikan tenggiri, ikan bawal, ikan bandeng sebesar 50 gr sehari,
sayuran selain sayuran di atas. Makanan ini dapat di konsumsi tetapi dalam
jumlah yang tidak berlebih.3
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Purin dan pirimidin dalam tubuh dapat disintesis dan juga didapat dari
makanan yang dimakan. Hasil akhir dari katabolisme purin merupkan asam urat.
Jika asam urat yang dihasilkan tubuh dari katabolisme purin semakin banyak
maka asam urat akan mengendap pada persendian dan menimbulkan rasa nyeri.
Tidak hanya mengendap, asam urat juga dieksresikan oleh tubuh melalui urin.
DAFTAR PUSTAKA

(1)
Marks DB.Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis. Jakarta:
EGC.1996.h.615-22.
(2)
Murray RK.Biokimia harper. Jakarta: EGC.2009.h.311-9.
(3)
Penerbit Buku Kompas. Makan sehat hidup sehat. Jakarta : Kompas Media
Nusantara.2006.h.30-6.
(4)
Hartono A. Terapi gizi & diet rumah sakit. Jakarta: EGC.2004. h.178-80
(5)
Krisnatuti D, Yenrina R, Uripi V. Perencanaan menu untuk penderita gangguan
asam urat. Jakarta: Niaga Swadaya.2007.h.4
(6)
Colby, Diane S. 1985. Ringkasan biokimia Harper. San frasisco: EGC

You might also like