You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Mekanisme dan sifat khusus tubuh manusia hidup berada diluar pengendalian kita
sendiri, misalnya rasa haus dan rasa lapar yang membuat kita mencari minuman
dan makanan, perasaan dingin membuat kita mencari kehangatan dan kekutan
untuk mencari perlindungan. Manusia sebenarnya bergerak secara otomatis. Kita
mempunyai perasaan, pikiran, dan pengetahuan yang merupakan suatu rangakaian
kehidupan yang otomotis dan memungkinkan kita hidup pada berbagai keadaan
(fungsi system tubuh manusia,H.Syaifudin,B.Ac.).
Fisiologi mempelajari fungsi dan kerja tubuh manusia dalam keadaan normal. Ilmu
ini sangat erat kaitannya dengan pengetahuan tentang semua makhluk hidup dan
tercakup dalam pelajaran biologi. Selain itu, ilmu ini juga berhubugan erat dengan
tugas ahli sitologi yang mempelajari detail struktur sel, dan ahli biokimia yang
berurusan dengan perubahan kimiawi dan kegiatan sel serta menyelidiki proses
kimia jasad hidup yang serbakompleks. Juga berhunngan erat dengan ilmu alam,
yang mempelajari reaksi fisik dan gerakkan-gerakan yang terjadi di tubuh(anatomi
dan fisiologi untuk paramedis,evelyn,2009).
Homeostatis digunakan oleh fisiologi untuk menyatakan memperlihatkan keadan
static atau konstan dalam lingkungan interna(fisiologi manusia dan mekanisme
penyakit, guyton,1987).
Cairan tubuh merupakan objek homeostasis karena dalam cairan tubuh diatur
keseimbangan bermacam-macam elektrolit. Homeostasis juga mengatur
kesimbangan asam dan basa. Cairan tubuh di atur agar suhunya selalu konstan 37
C dengan cara mekanisme produksi dan pelepasan panas(anatomi fisioogi untuk
mahasiswa keperawatan,syaifuddin,2006).
B.RUMUSAN MASALAH
Adapun tujuan pembuataan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan asam basa ?
2. Apa saja gangguan yang terjadi pada keseimbangan asam basa?
3. Bagaimana pengaturan keseimbangan asam basa?
C.TUJUAN PENULIS
 TUJUAN UMUM
Mahasiswa/I mengetahui keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia
 TUJUAN KHUSUS
 Mahasiswa/I mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan
keseimbangan asam basa
 Mahasiswa/I mampu mengetahui apa saja gangguan yang terjadi
pada keseimbangan asam basa
 Mahasiswa/I mampu mengetahui bagaimana pengaturan pada
keseimbangan asam basa pada tubuh manusia
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 PENGERTIAN
Pengaturan keseimmbangan ion hydrogen dalam beberapa hal sama dengan
pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Untuk mencapai homeostasis harus ada
keseimbangan antara asupan atau produksi ion hydrogen dan pembuangan ion
hydrogen dalam tubuh. Terdapat juga mekanisme penyanga asam basa yang
melibatkan darah , sel-sel, dan paru yang mempertahankan konsentrasi ion
hydrogen normal dalam intraseluler dan ekstraseluler. Gangguan pada
keseimbangan asam basa adalah masalh kilis yang sering dijumpai, dapat bervariasi
dari ringan sampai berat yang dapat membahayakan jiwa
manuasia(syaifudin,2010).
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hydrogen pada cairan
tubuh. Asam terus menerus di produksi dalam metabolisme normal. Meskipun
banyak berbentuk asam sebagai asli dari metabolisme namun hydrogen cairan
tubuh tetap rendah. Meski kadarnya rendah hydrogen yang stabil perlu
dipertahankan agar fungsi sel dapat berjalan normal. Fluktuasi kadar asam basa
mempunyai efek yang penting terhadap aktivitas enzim seluler. Efek terhadap
enzim saluler, perubahabn dari hydrogen yang relative kecil dapat berpengaruh
besar dalam kehidupan seseorang(syaifudin,2010).
PERISTILAHAN
1. Asam : setiap substansi yang dapat melepas ion hydrogen.
2. Asidemia (asidosis) : peningkatan kadar pH di atas nilai normal.
3. Anion : suatu ion yang melepaskan muatan listrik negative (bikarbonat,
klorida, sulfat, fosfat, protein, dst)
4. Basa : setiap substansi yang dapat menerima ion hydrogen (H) (bikarbonat,
dihidro fosfat, beberapa asam amino,).
5. Larutan penyangga (buffer) : sesutau yang kadar pH –nya tidak berubah
ketika di tambahkan sejumlah kecil asam atau basa.
6. Kation : suatu ion yang mengeluarkan muatan listrik positif (hydrogen,
natrium, kalium, dst).
7. Elektrolit : setiap asam atau basa dst, yang bila dilarutkan menghasilkan ion.
8. Ion : muatan-muatan listrik yang mengeluarkan partikel.
9. pH : suatu indikasi dari konsentrasi ion hydrogen (H) dalam larutan lebih
dikenal dengan derajat keasaman.
(John Gibson,1995).
1.2 GANGUAN HOMEOSTASIS ASAM BASA
Asidosis dan alkalosis adalah proses patologis yang merupakan dasar bila tidak
berkompensasi, masing-masing cenderung menimbulkan penurunan/peninngkatan
pH darah. Asidemia dan alkemia masing-masing menyatakan
penurunan/peningkatan pH darah yang terobservasi. Salah satu cara yang
sederhana untuk mengetahui kelaina yang demikian adalah berdasarkan perubahan
bikarbonat plasma.

a.BIKARBONAT PLASMA RENDAH


Rendahnya bikarbonat plasma adalah tanda khas asidosi acmetabolic maupun
alkalosis respiratorik. Kedua keadaan tersebut dapat dibedakan dengan mengukur
pH darah yang menurunkan pada asidosis metabolic dan meninggi pada alkalosis
respiratorik(Syaifuddin,2014).
1.ASIDOSIS METABOLIK
Asidosis metabolic ditandai dengan berkurangnya bikarbonat plasma dan asidemia
yang beratnya bervariasi. Kecepatan timbulnya asidosi berkaitan dengan “gap”
anion (ion bermuatan negative).
Sebab-sebab yang terjadi :
I. Diare yang berat, pengeluaran natrium yang berlebihan dapat
mengakibatkan perpindahan system buffer bikarbonat ke sisi aman,
menyebabkan asidosis metabolic.
II. Muntah , muuntahan isi lambung menyebabkan kehialangan asam
dan menimbulkan alkalosis.
III. Uremia , pada penyakit ginjal yang berat kegagalan ginjal
membersihkan tubuh dari asam normal yang terbentuk setiap hari
oleh proses metabolic.
IV. Diabetes mellitus , kekurangan sekresi insulin oleh pancreas
menghalangi pengunaan normal glukosa untuk metabolisme.
(syaifuddin,2004)
2.ALKALOSIS RESPIRATORIK
Alkalosis respiratorik disebabkan oleh berbagai stimulus selain asidosis yang
meningkatkan ventilasi alveolar dengan mengurangi PaCO2. Penyebab alkalosis
respiratorik.
I. System susunan saraf pusat (penyakit pembuluh darah
otak,meningitis/ensefalitis,tumor otak)
II. Respirasi (emboli paru, pneumonia,edama paru stadium awal).
Alkalosis respiratorik kronis relatif jarang karena kebanyakan keadaan hilangnya
karbon dioksida dalam tubuh hanya berlangsung singkat.

b.BIKARBONAT PLASMA MENINGGI


keadaan ini biasanya dapat dibedakan berdasarkan gambaran klinisnya. Bila
meragukan dapat dilakukan pemeriksaan pH darah yang cenderung alkalemik pada
alkalosis metabolic dan asidemik pada asidosis respiratorik.
1.Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolic diakibatkan oleh setiap kodisi yang cenderung meninggikan
CO2 plasma total dan juga bikarbonat plasma.
Alkalosis metabolic peka klorida
Alkalosis metabolic peka klorida terjadi pada situasi ketika kehilangan klorida
melebihi natrium. Misalnya, muntah atau pengisapan gastrik. Klorida hilang
bersama ion hydrogen, karena tidak tersedia klorida untuk diresorpsi bersama
natrium. Ginjal mengabsorpsi natrium bikarbonat sehingga memperpanjang massa
alkalosis (penimbunan basa).
Alkalosis metabolic resisten klorida
Alkalosis metabolic resisten klorida terjadi bila terdapat stimulasi langsung
reabsorpsi bikarbonat oleh ginjal. Biasanya akibat kelebihan aktivitas
mineralokortikoid.
Penyebab alkalosis metabolik :
I. Menelan obat alkali berlebihan seperti natrium bikarbonat untuk
pengobatan gastritis/ulkus peptikum.
II. Hilangnya ion klorida akibat muntah berlebihan dari isi lambung
gastrointestinalis bagian bahwa, menyebabkan hilangnya asam hidrokloida
yang disekresi oleh mukosa lambung, msnimbulkan pengurangan ion
klorida dan meningkatkan ion bikarbonat. Ini juga dilakukan sel tubulus bila
menyekresi ion hydrogen. Hilangnya asam dari cairan ekstrasel
menimbulkan alkalosis metabolic.
III. Aldosterone berlebihan. Bila aldosterone berlebihan disekresi oleh kelenjar
adenia, maka cairan eksternal menjadi agak alkali karena meningkatnya
resorpsi ekstensi ion natrium dari segmen distal. Sistem tubulus meningkat
ion hydrogen dan pengeluarannya dari cairan ekstrasel sehingga
menimbulkan alkalosis.
IV. Asidosis respiratorik. Kelainan klinis memberi petunjuk diagnosis.
Mekanisme terjadinya pada pasien dengan kegagalan ginjal yang menjalani
operasi dengan relaksan otot. Kelebihan asam karbonal ditandai dengan
peningkatan primer PaCO3 (HIPERKAPNEA) sehinga terjadi penurunan
pH (PaCO2 >45 mmHg dan >7,35). Kompensasi ginjal mengakibatkan
peningkatan HCO3 serum. Asidosis respiratorik dapat timbul sacera akut
atau pun kronis. Hipoksemia (PaO2 rendah ) selalu menyertai asidosis
respiratorik jika pasien bernapas dalam udara ruangan.
(syaifuddin,2004).

1.3 PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA


pH merupakan indikasi dari konsentrasi ion hydrogen dalam larutan dan disebut
sebagai derajat keasaman. pH normal dari cairan tubuh adalah : 7,36-7,44.
Untuk dapat terjadinya suatu reaksi metabolic yang normal, pH harus tetap dalam
batasan normal. Buffer (penyangga) dalam darah membantu untuk
mempertahankan kestabilan tersebut. Penyangga atau buffer merupakan suatu yang
tidak mengalami perubahan pH dengan mudah mengabsorbsi sejumlah kecil asam
basa.
Karbon dioksida dan asam basa yang di produksi oleh proses metabolic cenderung
untuk menurunkan pH dan harus dieksresikan. Karbon dioksida dieksresikan
dengan ekspresi udara oleh paru-paru dan asam oleh tubulus ginjal. Bila jumlah
asam basa meningkat, kecepatan dan kedalaman pernapasan berkurag, dengan
akibat jumlah karbon dioksida yang di ekskresikan berkurang; ginjal bereaksi
dengan mengekskresikan bikarbonat dan menghemat ion H.
BAB III
KESIMPULAN
A.PENUTUP
Asam basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari – hari. Berkaitan dengan itu, derajat keasaman pH
Semoga makalah ini dapat memberikan gambaran mengenai gambaran asam basa.
Bagi institusi sebagai arsip untuk mahasiswa lainnya.
B.SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami dengan
penjelasan didalamnya sehingga dapat diterapkan guna pemaksimalan
pemahaman mengenai keseimbangan asam basa.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan pada penulis, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “infeksi
nosokomial”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
tugas Keperawatan Komunitas IV. Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan
pihak terkait. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang membantu baik secara moral maupun material,
terutama kepada :
1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
2. Taruli Yohana Sinaga, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Jek Amidos Pardede, M.kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi
Ners Serta Koordinator dan Dosen pengajar Keperawatan Komunitas IV
Universitas Sari Mutiara Indonesia
5. Ns. Johansen Hutajulu, AP, M.Kep, Cand. Ph. D Selaku Dosen pengajar
Ilmu Keperawatan Dasar I Universitas Sari Mutiara Indonesia
6. Ns. Rumondang Gultom, S. Kep, MKM, Selaku Dosen pengajar ilmu
keperawatan II Universitas Sari Mutiara Indonesia
7. Seluruh Dosen Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
8. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, dengan demikian
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam
rangka penyempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pihak,
akhir kata penulis mengucapkan terimah kasih.
Medan, 20 november 2018
KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK : 10

1. AAN SANITA SINAGA : 180204041


2. LADY GLORIA SIBURIAN :
3. MAULAYANI :

PSIK 1.1

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TA : 2018
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. syaifuddin, AMK (2004) Anatomi fisiologi kurikulum berbasis kopetensi edisi 4. Penerbit
buku kedokteran EGC,Jakarta.
John Gibson, MD (1995) Anatomi dan fisiologi modern untuk perawat edisi kedua. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta .

You might also like