You are on page 1of 8

1.

Miopia/Rabun Jauh
Keadaan dimana bayangan sinar jatuh di depan retina. Ditandai dengan kabur melihat jauh,
jelas melihat dekat. Ditolong dengan kacamata minus.

2. Hipermetropia/Rabun Dekat
Keadaan dimanan bayangan sinar jatuh di belakang retina. Ditandai dengan kabur melihat
dekat dan jauh, cepat lelah kalau membaca dekat. Ditolong dengan kacamata plus.

3. Astigmatisma
Keadaan dimana bayangan sinar jatuh pada titik yang berbeda di retina. Ditandai garis lurus
tampak bengkok, tulisan menjadi dobel dan berbayang. Ditolong dengan kacamata silinder.

4. Presbiopia
Berkurangnya kemampuan melihat dekat yang berhubungan dengan proses penuaan,
biasanya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Ditandai dengan kesukaran membaca dan
melakukan pekerjaan dekat, seperti memasukkan benang ke dalam jarum. Ditolong dengan
kacamata plus.

Definisi
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata jatuh di depan
retina pada mata yang istirahat (tanpa akomodasi). Gambaran kelainan pemfokusan cahaya di
retina pada miopia, dimana cahaya sejajar difokuskan didepan retina.

Klasifikasi Miopia
Miopia dibagi berdasarkan beberapa karakteristik sebagai berikut :

1. Menurut jenis kelainannya, Vaughan membagi miopia menjadi :


 Miopia aksial, dimana diameter antero-posterior dari bola mata lebih
panjang dari normal.
 Miopia kurvatura, yaitu adanya peningkatan curvatura kornea atau
lensa.
 Miopia indeks, terjadi peningkatan indeks bias pada cairan mata.
2. Menurut perjalanan penyakitnya, miopia di bagi atas (Ilyas, 2005) :
 Miopia stasioner yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.
 Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa
akibat bertambah panjangnya bola mata.
 Miopia maligna, yaitu keadaan yang lebih berat dari miopia progresif,
yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi progresifitas miopia antara lain : (Mangunkusumo, 1986;
Rahman, 1992) :

1. Usia, makin muda usia anak semakin besar pertumbuhan anatomis bola
matanya.
2. Penyakit pada mata.
3. Kerja dekat.
4. Intensitas cahaya.
5. Posisi tubuh.
6. Berdasarkan penyebab miopia, menurut Sidarta Ilyas :
 Miopia refraktif adalah bertambahnya indeks bias media penglihatan,
seperti pada katarak.
 Miopia aksial adalah akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
7. Berdasarkan ukuran derajat dapat dibagi atas (Ilyas, 2006):
8. Miopia ringan 1-3 dioptri
9. Miopia sedang 3-6 dioptri
10. Miopia berat > 6 dioptri
11. Menurut timbulnya oleh Lendner dibagi atas (Rahman,1992) :
12. Kongenital
13. Infantil
14. Yuvenil
15. Secara klinik dan berdasarkan perkembangan patologi yang timbul pada
mata, maka miopia dibagi atas (Ilyas, 2003) :
 Miopia simple
 Miopia patologi

Etiologi Miopia
Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
timbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan, herediter, kerja
dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium, kekurangan vitamin)
(Desvianita cit Slone, 1997).
Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar sejajar yang masuk ke
dalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita miopia tanpa koreksi melihat ke
objek yang jauh, sinar divergenlah yang akan mencapai retina sehingga bayangan menjadi kabur.
Ada dua penyebab yaitu : daya refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu panjang (Hoolwich,
1993).

Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah bayangan jatuh di depan
retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab dari miopia aksial adalah
perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat secara kongenital pada waktu awal
kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila karena peningkatan kurvatura kornea atau lensa,
kelainan ini disebut miopia kurvatura (desvianita cit Slone, 1997).
Penyebab panjangnya bola mata dapat diakibatkan beberapa keadaan :

1. Tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan.


2. Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan
tekanan yang dihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat dari
posisi tubuh yang membungkuk.
3. Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang
berlebihan (Desvianita cit Perera, 1997).
Peningkatan kurvatura kornea dapat ditemukan pada keratokonus yaitu kelainan pada bentuk
kornea. Pada penderita katarak (kekeruhan lensa) terjadi miopia karena lensa bertambah
cembung atau akibat bertambah padatnya inti lensa ( Desvianita cit Slone, 1997).
Miopia dapat ditimbulkan oleh karena indeks bias yang tidak normal, misalnya akibat kadar gula
yang tinggi dalam cairan mata (diabetes mellitus) atau kadar protein yang meninggi pada
peradangan mata. Miopia bias juga terjadi akibat spasme berkepanjangan dari otot siliaris
(spasme akomodatif), misalnya akibat terlalu lama melihat objek yang dekat. Keadaan ini
menimbulkan kelainan yang disebut pseudo miopia (Sastradiwiria, 1989).


Gambaran Klinik Miopia
Sebahagian kasus-kasus miopia dapat diketahui dengan adanya kelainan pada jarak pandang.
Pada tingkat ringan, kelainan baru dapat diketahui bila penderita telah diperiksa
(Desvianita cit Adler, 1997).
Gejala subjektif :
1. Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita
miopia hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan
penglihatan kabur bila melihat objek jauh.
2. Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari
miopianya dapat disembuhkan.
3. Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk
mendapatkan efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.
4. Penderita miopia biasanya suka membaca, sebab mudah melakukannya tanpa
usaha akomodasi (Slone, 1979).
Gejala objektif :
1. Miopia simple :
 Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang
relatif lebar. Kadang-kadang bola mata ditemukan agak menonjol.
 Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau
dapat disertai kresen miopia yang ringan disekitar papil saraf optik.
 Miopia Patologi :
 Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simple.
 Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kalainan-
kelainan pada :
 Korpus vitreum
 Papil saraf optik
 Makula
 Retina terutama pada bagian temporal
 Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.

Diagnosis Miopia
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan cara refraksi subjektif dan objektif, setelah diperiksa
adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan organik (Sastrawiria, 1989).

A. Cara Subyektif
Cara subyektif ini penderita aktif menyatakan kabur terangnya saat di periksa. Pemeriksaan
dilakukan guns mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan untuk memperbaiki tajam
penglihatan sehingga menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan terbaik. Alat yang
digunakan adalah kartu Snellen, bingkai percobaan dan sebuah set lensa coba.

Tehnik pemeriksaan :

1. Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.


2. Pada mata dipasang bingkai percobaan dan satu mata ditutup.
3. Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan
diteruskan sampai huruf terkecil yang masih dapat dibaca.
4. Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan
menjadi lebih baik ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat di
baca huruf pada baris terbawah.
5. Sampai terbaca basis 6/6.
A. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama (Ilyas, 2003).
B. Cara Obyektif
Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah atau kurangnya
kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat-alat tertentu yaitu retinoskop. Cara objektif
ini dinilai keadaan refraksi mata dengan cara mengamati gerakan bayangan cahaya dalam pupil
yang dipantulkan kembali oleh retina. Pada saat pemeriksaan retinoskop tanpa sikloplegik
(untuk melumpuhkan akomodasi), pasien harus menatap jauh. Mata kiri diperiksa dengan mata
kiri, mata kanan dengan mata kanan dan jangan terlalu jauh arahnya dengan poros visuil mata.
Jarak pemeriksaan biasanya ½ meter dan dipakai sinar yang sejajar atau sedikit divergen berkas
cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata dan tampak di pupil bergerak searah dengan
gerakan retinoskop, tambahkan lensa plus. Terus tambah sampai tampak hampir diam atau
hampir terbalik arahnya. Keadaan ini dikatakan point of reversal (POR), sebaliknya bila
terbalik tambahkan lensa minus sampai diam. Nilai refraksi sama dengan nilai POR dikurangi
dengan ekivalen dioptri untuk jarak tersebut, misalnya untuk jarak ½ meter dikurangi 2 dioptri
(Sastrawiria, 1989).
Cara pemeriksaan subyektif dan obyektif biasanya dilakukan pada setiap pasien. Cara ini sering
dilakukan pada anak kecil dan pada orang yang tidak kooperatif, cukup dengan pemeriksaan
objektif. Untuk yang tidak terbiasa, pemeriksaan subjektif saja pada umumnya bisa dilakukan
(Sastrawiria, 1989).


Penatalaksanaan Miopia
Penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk mata difokuskan tepat
di retina. Penatalaksanaan miopia dapat dilakukan dengan cara :

1. Cara optik
2. Cara operasi

Cara optik
Kacamata (Lensa Konkaf)
Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa konkaf
(cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan menyebar. Bila
permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu panjang
seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis konkaf di
depan mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata,
dengan demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina (Guyton, 1997).

Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini tetap
ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan
permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir semua
pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata mempunyai
indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi
berperan penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa
kontaklah yang berperan penting.


Cara operasi pada kornea
Ada beberapa cara, yaitu :

1. Radikal keratotomy (dengan pisau) yaitu operasi dengan menginsisi kornea


perifer sehingga kornea sentral menjadi datar. Hal ini menyebabkan sinar yang
masuk ke mata menjadi lebih dekat ke retina.
2. Excimer laser (dengan sinar laser) yaitu operasi dengan menggunakan tenaga
laser untuk mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.
3. Keratomileusis yaitu bila kornea yang terlalu cembung di insisi kemudian
dikurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali.
4. Epiratopati yaitu operasi dengan melakukan penjahitan keratolens yang
sesuai dengan koreksi refraksi ke kornea penderita yang telah di buang
epitelnya.
Cara operasi di atas masih mempunyai kekurangan – kekurangan, oleh karena itu para ahli
mencoba untuk mencari jalan lain yang dapat mengatasi kekurangan tersebut dengan jalan
mengambil lensa mata yang masih jernih (clear lens extraction/CLE).

Prognosis Miopia
Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik bila penderita miopia
memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk kesehatan. Bila progresif miopia
prognosisnya buruk terutama bila di sertai oleh perubahan koroid dan vitreus, sedangkan pada
miopia maligna prognosisnya sangat jelek.

Penyebab
Apa penyebab mata juling (strabismus)?
Biasanya, ada 6 otot berbeda di sekitar setiap mata yang bekerja bersamaan. Hal ini
membantu kedua mata untuk fokus di suatu objek secara bersamaan.

Pada penderita strabismus, otot-otot tersebut tidak bekerja bersamaan. Sebagai hasilnya, salah
satu mata melihat ke suatu objek, dan mata lainnya mengarah ke arah yang berbeda untuk
fokus ke objek lainnya.

Apabila hal ini terjadi, 2 gambar berbeda dikirim ke otak – 1 dari setiap mata. Kondisi ini
membingungkan otak. Pada anak-anak, otak mungkin mempelajari untuk mengabaikan
gambar yang dikirim dari mata yang lebih lemah.

Apabila strabismus tidak diatasi, mata yang diabaikan oleh otak mungkin tidak dapat melihat
dengan baik. Kehilangan pandangan ini disebut ambliopia atau “mata malas”. Kadang
ambliopia terjadi terlebih dulu, kemudian menyebabkan strabismus.

Pada kebanyakan anak dengan strabismus, penyebab tidak diketahui. Pada lebih dari setengah
kasus, masalah ini muncul saat atau setelah kelahiran. Kondisi ini disebut strabismus bawaan.

Sering kali, gangguan ini terkait dengan kendali otot, bukan akibat kekuatan otot.

Gangguan lainnya yang terkait dengan strabismus pada anak-anak meliputi:

 Apert syndrome (kelainan genetik yang mempengaruhi pertumbuhan tengkorak)


 Cerebral palsy (kelainan neurologis yang mempengaruhi kendali otot)
 Congenital rubella
 Hemangioma (pertumbuhan non kanker terhadap pembuluh darah) dekat mata selama
masa bayi
 Incontinentia pigmenti syndrome (kelainan genetik langka yang mempengaruhi kulit)
 Noonan syndrome (kelainan genetik langka yang mempengaruhi tampilan wajah)
 Prader-Willi syndrome (kondisi genetik yang menyebabkan terbentuknya otot yang
lemah)
 Retinopathy of prematurity (kelainan yang mempengaruhi mata)
 Retinoblastoma (kanker langka pada retina)
 Cedera otak traumatis
 Trisomy 18 (kelainan genetik yang menyebabkan cacat lahir).
Strabismus yang muncul pada orang dewasa dapat disebabkan oleh:

 Botulisme
 Diabetes (menyebabkan kondisi yang disebut acquired paralytic strabismus)
 Penyakit Graves’
 Guillain-Barré syndrome;
 Cedera pada mata
 Keracunan akibat kerang-kerangan
 Stroke
 Cedera otak traumatis
 Kehilangan penglihatan akibat penyakit mata atau kondisi lainnya.

Sejarah keluarga terhadap strabismus merupakan faktor risiko. Rabun dekat dapat
berkontribusi, terutama pada anak-anak. Penyakit lainnya yang menyebabkan kehilangan
penglihatan juga dapat menyebabkan strabismus.

PAPILOEDEMA

Defenisi
Papilloedema adalah suatu pembengkakan yang bersifat non-inflamasi dari pada diskus
optikus, dimana biasanya merupakan akibat dari kelainan yang letaknya di dalam
tengkorak (cranium), orbita dan badan pada umumnya.Beberapa istilah yang dapat
diterangkan sama denganpapilloedema ialah menurut
GRAEFE , (1860)dimana beliau menggunakan istilah "Stauungs oedema pada
pembengkakan diskus optikus dengan eievasi melebihi 2 Dioptri.
Sedang PA RSON (1908) menggunakan istilah "Papilloedema”pada kasus-kasus dengan
pembengkakan diskus optikus dengan elevasi lebih dari 2 Dioptri dan proses ini
berhubungan dengan kenaikan tekanan intra kranial.Akhirnya istilah "Choked disc sering
dipakai untuk menerangkan bahwa terjadi papilloedema yang berat dan disebabkan oleh
tekanan intra kranial yang meningkat.

ANATOMI
Diskus optikus (papilla N. Opticus) merupakan bagian dari nervus optikus yang terdapat
intra okuler dimana dapat dilihat dengan pemeriksaan memakai alat Ophthalmoscope.
Adapun bagian-bagian dari Nervus Optikus yang mempunyai
panjang 50,0 mm itu adalah sebagai berikut (3,5) :
· Bagian intra okuler sepanjang 0,70 mm
· Bagian intra orbita sepanjang 33,00 mm
· Bagian intra kanalikuler sepanjang 6,00 mm
· Bagian intra kranial sepanjang 10,00 mm
Ncrvus Optikus ini muncul dari belakang bola mata (orbita)melalui lubang pada sclera
dengan diameter sekitar 1,50 mm.Sedang letak dari pada diskus optikusnya berada
sekitar 0,3mm di bawah dan 1,0 mm disebelah nasal fovea centrales.

PATOGENESIS :

Sampai sekarang masih belum jelas benar akan mekanisme pembentukan papilloedema,
tetapi beberapa sarjana telah berusaha untuk menerangkannya dengan berbagai macam
te-
ori. Yang dapat disebutkan disini ialah ·
Adanya penyumbatan pada bagian belakang dari nervus optikus yang disebabkan oleh
konstriksi vena yang melewati ruang intra-vaginal. Penyempitan ini terjadi akibaI
kenaikan tekanan intra kranial . Teori ini
untuk pertama kali dikemukakan oleh SCHWALBE :
Tekanan cairan otak (cerebro spinal) yang meningkat,akan menekan sepanjang ruang
peri-vaskuler dari pembuluh darah serabut-serabut saraf dan akan meresap ke dalam
saraf dan disklis optikus .·
BEHR berpendapat bahwa pada saraf normal akan terjadi pengaliran cairan kebelakang
sepanjang nervus optikus. Papilloedema akan terjadi bilamanaada hambatan pengaliran
cairan tersebut.
MA RCHESANI (1930 -- 1931) mengatakan bahwa timbulnya papilloedema adalah
karena proscs pembengkakan dari bagian-bagian otak dan akan menialar ke diskus
optikus.·
WATKINS, WAGENERdan BROWN beranggapan bahwa papilloedema timbul karena reaksi
lokal dari jaringan
saraf optikus terhadap anoxaemia akibat hilangnya darah (pada penderita dengan
Thrombocytopenic
purpura).Berdasarkan terori-teori yang telah disebutkan di atas, maka WOLINTZ
menarik kesimpulan bahwa pathogenesa papilloedema disebabkan beberapa faktor yaitu
: anatomi; vaskuler;mekanis dan metabolik. Walaupun sarjana tersebut condong untuk
menyatakan bahwa salah satu faktornya ialah kenaikan tekanan intra kranial, dimana
kenaikan tersebaut akan menyebabkan pembendungan sirkulasi kapiler pada lamina
cribrosadan diskus optikus.

PENYEBAB PAPILLOEDEMA

WOLINTZ menyebutkan pembagian penyebab papilloedema meniadi empat golongan


besar yaitu :
Kenaikan Tekanan Intra Kranial :(i) Tumor Otak,
terutama yang letaknya infra tentorial seperti : tumor cerebellum(otak kecil), tumor
pada ventrikel ke-IV, tumor pada fossacranii anterior dan medius, craniopharyngioma,
dan lain-lain.
Hypertensi Intra Kranial Yang Benigna/Pseudo Tumor
Cerebri :
(i) thrombosis vena intra kranial, (ii) gangguan endokrin seperti : Addison s disease,
Cushings disease, kelainan Ovarium (menstruasi, obesitas, kehamilan dan lain-lain).(iii)
absces otak. (iv) subarachnoid/sub-dural haemorrhage.(v) hydrocephallus.

Penyakit-Penyakit Pada Orbita :


tumor dari nervus optikus,
thyroid ophthalmopathy.
Penyakit-Penyakit Pada Mata :
glaucoma akut, hypotoni
oleh karena rudapaksa, operasi atau uveitis.
Penyakit-Penyakit Sistemik :
hypertensi yang maligna,
blood dyscrasia, anaemia dan pulmonary insufficiency.

GEJALA DAN TANDA

Gejala :
Seringkali gejala yang dikeluhkan seorang penderita dengan papilloedema adalah ringan
sekali atau malahan tanpa disertai keluhan sama sekali. Bilamana ada keluhan, maka ini
dapat berupa sakit kepala, muntah-muntah dan gangguan dalam berjalan. Gangguan di
atas mendorong penderita untuk
memeriksakan dirinya ke dokter terutama dokter saraf.Keluhan lainnya berupa
gangguan penglihatan yaitu tiba-tibamata menjadi kabur dan dalam tiga sampai lima
detik penderita sudah membaik lagi. Akan tetapi bilamana proses sudah berjalan lama,
maka gangguan penglihatannya sangat berat dan nyata.
Tanda-Tanda :
Tanda-tanda yang ditemukan seringkali merupakan tanda-tanda gabungan antara tanda
neurologis dan
tanda ophthalmologis, walaupun tanda dari bagian sarafnya lebih menyolok. Tanda
neurologis yang sering dijumpai adalah : Ataxia, hemiparese atau hemiplegia, parese
dan paralyse saraf-saraf kranial
yaitu : nervus kc V, VI, VII ; kejang, occipital headache, aphasia, anosmia, deafness dan
tinnitus, Foster Kennedy dan lain lain. Tanda ophthalmologis yang ditemukan ialah :
Bilateral/uni-lateral papilloedema, parese dan paralyse N. III., N. IV., N.VI, nystagmus,
lagophthalmos, hemianopsia dan gangguan penglihatan.

PADA PEMERIKSAAN OPHTHALMOSCOPI

Akan didapatkan kelainan :


BATAS PAPIL KABUR :
Kekaburan dari batas papil ini dimulai pada bagian atas dan bawah, selanjutnya akan
menjalar kebagian nasal . Sedang batas papil bagian temporal biasanya masih baik dan
paling terakhir menjadi kabur. Secara ophthalmoscopi ini berakibat diameter diskus
optikus menjadi lebih besar. HYPERAEMIPAPII.
Keadaan ini merupakan tanda yang paling dini dari adanya papilloedema. Hal di atas
disebabkan karena dilatasi kapiler, sedangkan bila terdapat dilatasi dan oedema
bersama-sama maka akan berwarna merah
abu-abu
ELEVASI PAPIL.
Tinggi elevasi dari papil dapat ditentukan dengan membandingkan pembuluh darah papil
yang terlihat jelas dengan melihat terang pembuluh darah retina. Elevasi ini diukur
dengan Dioptri (biasanya lebih dari 2 Dioptri). Untuk menghindari akomodasi pemeriksa
dianj urkan memakai lensa positif terkuat atau negatif terlemah
Interpretasinya :
· pada mata yang phakic/ada lensanya, maka 3 Dioptri sesuai dengan 1,0 mm.
· pada mata aphakic/tanpa lensa, maka 2 Dioptri sesuai dengan 1,0 mm.

DIAGNOSA BANDING

PAPILLITIS ,NEURITIS RETROBULBER


Biasanya terjadi unilateral. Tajam penglihatan sangat terganggu secara cepat dan berat,
adaptasi sinar sangat terganggu/reaksi pupil terganggu. Didapatkan adanya perivascular
sheath dan elevasi papil
kurang dari 3 Dioptri. Blind spot melebar dan terdapat central scotoma. Didapatkan juga
mild hyperfluorescein dengan atau tanpa kebocoran.

You might also like