Lampiran 10.

Artikel

KORELASI TINGKAT KEPARAHAN OSTEOARTRITIS GENU

SECARA RADIOLOGIS (KELLGREN AND
LAWRENCE) DENGAN DISABILITAS
FUNGSIONAL (SKOR WOMAC)

Mitha Novita1, dr. Nyimas Fatimah, Sp.KFR2, Mariana, SKM, M.kes3

1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
2
Departemen Rehabilitasi Medik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
3
Bagian…………………
Jl. Dr. Mohd. Ali, Kompleks RSMH, KM. 3,5, Palembang, 30126, Indonesia

Email: mithanovita97@gmail.com

Abstrak

Osteoartritis (OA) adalah penyakit degeneratif yang paling sering menyebabkan disabilitas
fungsional. Keluhan yang paling sering menyebabkan disabilitas fungsional pada penderita
OA adalah nyeri dan kekakuan. Tingkat keparahan OA dapat dilihat secara radiologis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai korelasi tingkat keparahan OA secara radiologis
(Kellgren and Lawrence) dengan disabilitas fungsional (skor WOMAC). Jenis penelitian ini
adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi yang menjadi
responden penelitian ini adalah pasien yang menderita osteoartritis lutut di Instalasi
Rehabilitasi Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada bulan November 2018
yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling.
Kemampuan fungsional pasien akan dinilai menggunakan skor WOMAC dan tingkat
keparahan OA secara radiologis diintepretasikan berdasarkan kriteria Kellgren and
Lawrence. Uji statistik menggunakan uji korelasi somer’s. Dari 32 data responden didapatkan
bahwa tidak ditemukan korelasi yang bermakna antara tingkat keparahan OA secara
radiologis dan disabilitas fungsional (p=0,097).

Kata kunci: Osteoartritis, Disabilitas Fungsional, WOMAC, Kellgren and Lawrence

Abstract
Correlation between severity of knee osteoarthritis in radiology aspect (kellgren and
Lawrence) and functional disabilitu (WOMAC score) Osteoarthritis (OA) is the most
common degenerative disease that is causing functional disability. Pain and stiffness are the
most complaint which cause functional disability in osteoartritis patient. Severity of OA can
be seen radiologically. Research was to determine correlation between severity of knee OA in
radiology aspect (Kellgren and Lawrence) and functional disability (WOMAC score). This is
an analytical observational study with cross sectional design. Population in this study are
patient which is affected by knee osteoarthritis at Medical Rehabilitation Department RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang at the period of November 2018 which is fulfilling the
inclusion criteria. Sample was taken by consecutive sampling technique. Patient functional
capacity was figured by WOMAC score and radiologic classification of OA severity was
interpreted by Kellgren and Lawrence criteria. Correlation statistical analysis is using
Somer’s test. From 32 respondents showed that there is no significant correlation between
degree of OA severity and functional disability (p=0,097).

Keywords: Osteoarthritis, Functional disability, WOMAC, Kellgren and Lawrence

 1. Pendahuluan
Osteoroartritis (OA) adalah suatu
penyakit sendi yang umumnya dijumpai pada
kelompok usia dewasa tua dan sering dikenal
dengan istilah “keausan” sendi. Baru-baru ini
diketahui bahwa osteoartritis adalah penyakit
degeneratif yang dapat menyerang
keseluruhan sendi, termasuk kartilago, lapisan
sendi, ligamen, dan tulang (American College
of Rheumatology, 2017).
Menurut data World Health
Organization atau WHO (2013), Osteoartritis
menyumbang 50% dari total seluruh beban
penyakit di bidang muskuloskletal yang berarti
menjadi beban tertinggi dalam kelompok
penyakit muskuloskletal selain penyakit
reumatoid artritis dan osteoporosis. Sekitar
80% kasus osteoartritis yang terjadi akan
diikuti dengan keterbatasan gerak dan 25%
diantaranya tidak bisa melakukan aktifitas
sehari-hari.
Penilaian tingkat keparahan
osteoarthritis dapat dilihat melalui hasil
radiologi. Klasifikasi Kellgren and Lawrence
merupakan kriteria yang reliabel dan valid
digunakan untuk menentukan derajat
osteoartritis. Klasifikasi Kellgren and
Lawrence juga banyak digunakan untuk
membantu menegakan diagnosis dan studi
epidemiologi pada OA lutut serta diterima
oleh WHO sebagai suatu kriteria yang dapat
digunakan untuk menentukan tingkat
keparahan OA. Kriteria Kellgren and
Lawrence membagi derajat OA kedalam lima
kategori, yaitu kategori nol hingga kategori
empat. Kategori nol menandakan tidak
ditemukan gambaran osteoartritis (normal),
sementara kategori empat memberikan
gambaran osteoartritis derajat berat (Kohn,
Sassoon and Fernando, 2016).
Pada penelitian ini, disabilitas fungsional
dinilai menggunakan skor The Western
Ontario and McMaster Universities
Osteoarthritis index (WOMAC). Pasien yang
dievaluasi dengan kuesioner WOMAC akan
menjawab 24 pertanyaan yang terdiri dari lima
pertanyaan tentang nyeri, dua pertanyaan
tentang kekakuan, dan tujuh belas pertanyaan
tentang aktifitas fungsional yang dialami
dalam 48 jam terakhir. Pasien akan menjawab
menggunakan skala format 5-Likert. Skoring
dengan format likert dilakukan dengan cara
menjumlahkan hasil penilaian dari setiap
subskala kuesioner WOMAC. Menilai total
skor WOMAC didapatkan dengan cara jumlah
skor dari 24 pertanyaan dibagi 96 dan
dikalikan 100%. Semakin kecil angka yang
didapatkan mengindikasikan keluhan yang
dialami minimal atau tidak parah, sebaliknya
jika angka yang didapat semakin besar maka
hal ini mengindikasikan keluhan yang dialami
penderita semakin berat.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasional analitik
dengan desain potong lintang (cross
sectional). Penelitian ini menggunakan data
primer. Responden penelitian mengisi
kuesioner WOMAC dan menyerahkan hasil
radiologi sendi lutut yang mengalami
osteoartritis untuk melihat tingkat
keparahannya berdasarkan klasifikasi Kellgren
and Lawrence.
Populasi penelitian adalah pasien yang
menderita osteoartritis lutut di Instalasi
Rehabilitasi Medik RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang pada bulan November
2018. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik consecutive sampling.
Sampel penelitian yang telah memenuhi
kriteria inklusi terdapat sebanyak 32 orang.
Penelitian dilakukan pada bulan November
2018.
3. Hasil
Karakteristik Umum Responden Penelitian
berdasarkan usia, jenis kelamin, dan sendi
lutut yang terkena osteoartritis secara
radiologis.
Karakteristik responden penelitian di
Instalasi Rehabilitasi Medik RSMH
berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, dan
sendi lutut yang terkena osteoartritis secara
radiologis disajikan pada tabel 1. Dari 32
responden penelitian, terbanyak berada pada
kelompok usia ≥60 tahun (56,3%), diikuti
dengan kelompok usia 51-60 tahun (40,6%)
dan paling sedikit kelompok usia 41-50 tahun
(3,1%). Pada penelitian ini perempuan lebih
banyak menderita OA lutut (71,9%) daripada
laki-laki (28,1%). Berdasarkan sendi lutut
yang terkena OA yang dilihat dari hasil
radiologi, terdapat 22 pasien (68,8%)
mengalami OA pada kedua sendi lutut, 6
pasien (18,9%) mengalami OA hanya pada
sendi lutut sebelah kanan, dan 4 pasien
(12,5%) mengalami OA hanya pada sendi lutut
kiri.

Tabel 1. Karakteristik Umum Responden Penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, dan
sendi lutut yang terkena osteoartritis secara radiologis.
Usia n %
41-50 tahun 1 3,1
51-60 tahun 13 40,6
≥60 tahun 18 56,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 9 28,2
Perempuan 23 71,9
Sendi lutut yang terlibat OA secara radiologis
Kanan 6 18,9
Kiri 4 12,5
Bilateral 22 68,8

Distribusi Responden Penelitian Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan

Berdasarkan Skor WOMAC tingkat keparahan OA secara radiologis
Distribusi responden penelitian Tingkat keparahan OA n %
berdasarkan skor WOMAC dibagi kedalam Meragukan 6 18,8
tiga katagori, yaitu ringan, sedang, berat (lihat Minimal 11 34,4
Tabel 2). Dari 32 responden penelitian, 19 Sedang 14 43,8
(59,4%) diantaranya memiliki skor WOMAC Berat 1 3,1
Total 32 100
ringan, 12 responden (37,5%) memiliki skor
WOMAC sedang, dan 1 responden penelitian
(3,1%) memiliki skor WOMAC berat. Uji Korelasi Tingkat Keparahan OA Genu
secara Radiologi dengan Disabilitas
Tabel 2. Distribusi Responden Fungsional Menggunakan Skor WOMAC
Korelasi tingkat keparahan OA genu
Penelitian Berdasarkan Skor WOMAC
Skor WOMAC n %
secara radiologi dengan disabilitas fungsional
Ringan 19 59,4 menggunakan skor WOMAC dapat dilihat
Sedang 12 37,5 pada Tabel 4. Dari 32 responden penelitian,
Berat 1 3,1 terdapat 6 responden (18,8%) penelitian yang
Total 32 100 mengalami OA dengan derajat keparahan yang
meragukan, yang 4 (12,5%) diantaranya
Distribusi Responden Penelitian menderita disabilitas fungsional ringan dan 2
Berdasarkan Tingkat Keparahan OA responden (6,3%) menderita disabilitas
secara Radiologis fungsional sedang. Tidak ada responden
Distribusi responden berdasarkan tingkat penelitian dengan tingkat keparahan
keparahan OA secara radiologis dapat dilihat meragukan mengalami disabilitas fungsional
pada Tabel 3. Dari 32 responden penelitian, yang berat. Sementara itu, OA pada tingkat
terdapat 14 responden (43,8%) menderita OA keparahan definit dialami oleh 11 responden
derajat sedang, 11 responden (34,4%) (34,4%), yang 9 (28,1%) diantaranya
menderita OA derajat minimal, 6 responden menderita disabilitas fungsional ringan dan 2
(18,8%) menderita OA derajat meragukan, dan responden (6,3%) menderita disabilitas
1 responden (3,1%) mengalami OA derajat fungsional sedang. Tidak ada responden
berat. penelitian dengan tingkat keparahan
meragukan menderita disabilitas fungsional
 yang berat. Pada klasifikasi derajat OA
sedang, terdapat 14 responden penelitian
(43,8%) yang 5 diantarnya (15,6%) dengan
disabilitas fungsional ringan, 8 responden
(25,0%) menderita disabilitas fungsional
sedang, dan terdapat 1 responden (3,1%)
dengan disabilitas fungsional yang berat.
Terdapat 1 responden penelitian (3,1%)
dengan klasifikasi derajat OA yang berat
meskipun hasil skor WOMAC menyatakan
bahwa disabilitas fungsional yang dialami
responden tersebut masih dalam skala yang
ringan.
Nilai korelasi sebesar 0,233 menunjukan
korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang
lemah. Nilai p yang didapat dari uji korelasi
Somer’s adalah sebesar 0,097 (p>0.05). Hasil
ini menunjukan bahwa terdapat korelasi yang
tidak bermakna antara tingkat keparahan OA
genu secara radiologis dan disabilitas
fungsional.

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Tingkat Keparahan OA Genu secara Radiologi dengan Disabilitas
Fungsional Menggunakan Skor WOMAC
Disabilitas Fungsional (Skor Koefisien Nilai p
WOMAC) Korelasi (r)
Ringan Sedang Berat Total
Tingkat Meragukan 4 2 0 6
Keparahan OA (12,5%) (6,3%) (0,0%) (18,8%)
Genu (Kellgren Definit 9 2 0 11 .233 .097
& Lawrence) (28,1%) (6,3%) (0,0%) (34,4%)
Sedang 5 8 1 14
(15,6%) (25,0%) (3,1%) (43,8%)
1 0 0 1
Berat (3,1%) (0,0%) (0,0%) (3,1%)
Total 19 12 1 32
(59,4%) (37,5%) (3,1%) (100%)

4. Pembahasan jumlah yang lebih sedikit (Pereira, Ramos and

Karakteristik Umum Responden Penelitian
berdasarkan usia, jenis kelamin, dan sendi
lutut yang terkena osteoartritis secara
radiologis.
Dari hasil penelitian pada 32 pasien OA
lutut di Instalasi Rehabilitasi Medik RSMH
didapatkan pasien OA lutut terbanyak berada
pada kelompok usia ≥61 tahun (56,3%). Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Duybu Cubukcu (2012) yang mengatakan
bahwa risiko terkena OA akan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Seiring
dengan proses penuaan akan terjadi perubahan
morfologi kartilago akibat turunnya
kemampuan kondrosit untuk mempertahankan
dan memperbaiki jaringan. Kondrosit akan
mengalami penurunan aktifitas mitotik dan
sintesis, ditunjukan dengan adanya penurunan
respon terhadap anabolic growth factor dan
menyintesis proteoglikan dalam ukuran yang
lebih kecil-kecil dan tidak seragam serta
menyintesis protein-protein fungsional dalam
Branco, 2014).
Dari 32 responden penelitian, responden
perempuan terdapat sebanyak 23 orang
(71,9%). Hal ini menunjukkan bahwa
osteoartritis lebih banyak pada terjadi
perempuan dari pada laki-laki. Hasil tersebut
selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sowers et al. (2001) dan Cho et al. (2011)
yang mengatakan bahwa OA lutut banyak
terjadi pada wanita daripada laki-laki. Hal ini
diduga karena adanya pengaruh dari genetik,
gaya hidup, perbedaan status hormon, dan
ketidakseimbangan dalam pembentukan dan
pemecahan tulang antara pria dan wanita.
Namun, yang menjadi penyebab pasti dari hal
tersebut masih belum diketahui.
Sebagian besar pasien OA lutut
menderita OA pada kedua sendi lutut (68,8%).
Hanya 18,9% pasien menderita OA pada sendi
lutut kanan dan 12,5% pasien menderita OA
pada sendi lutut kiri. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ahmad,
Rahmawati dan Wardhana (2018). Dalam
penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
penderita OA genu bilateral lebih banyak dari
pada penderita OA genu unilateral. OA genu
bilateral biasanya berhubungan dengan berat
badan berlebih. Berat badan yang berlebih
meningkatkan pembebanan pada kedua sendi
lutut yang dapat menyebabkan kerusakan
kartilago pada kedua sendi tersebut. Sementara
itu, OA genu unilateral lebih sering terjadi
akibat truma pada salah satu sendi lutut.
Uji Korelasi Tingkat Keparahan OA Genu
secara Radiologi dengan Disabilitas
Fungsional Menggunakan Skor WOMAC
Uji korelasi tingkat keparahan OA genu
secara radiologis dengan disabilitas fungsional
yang dinilai menggunakan skor WOMAC
memiliki korelasi yang tidak bermakna.
Adanya keterbatasan fungsional pada
penderita OA genu tidak hanya dipengaruhi
oleh tingkat keparahan osteoartritis secara
radiologis. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Unver et al. (2009) dan
Cubukcu, Sarsan dan Alkan (2012) yang
menyatakan bahwa tingkat keparahan OA
genu secara radiologi memiliki korelasi yang
tidak bermakna terhadap disabilitas fungsional
penderita OA genu.
Keluhan yang paling memengaruhi
disabilitas fungsional pada penderita OA genu
adalah keluhan nyeri. Nyeri yang dialami
penderita OA tidak selalu sejalan dengan hasil
radiologi. Terdapat banyak faktor yang dapat
memengaruhi nyeri yang dialami penderita
OA, salah satunya adalah keadaan status
mental pasien. Pasien dengan status mental
depresif memiliki sensitivitas yang besar
terhadap rasa nyeri yang mereka rasakan,
sehingga mereka akan mengintepretasikan
nyeri yang mereka rasakan adalah nyeri hebat
sekalipun hasil radiologi menyatakan OA yang
mereka alami dalam derajat yang ringan
(Bedson and Croft, 2008).
Obesitas termasuk salah satu kondisi
yang dapat memengaruhi intensitas keluhan
nyeri yang dirasakan penderita OA. Menurut
Kertia (2012), kelebihan berat badan
berkorelasi positif terhadap beratnya nyeri
yang penderita OA rasakan. Obesitas berkaitan
secara langsung dengan peningkatan
pembebanan mekanik pada lutut dan panggul
yang dapat menyebabkan kerusakan kartilago
sendi (Hafez and Mohammed, 2014).
Penderita OA yang obes cenderung akan
mengalami nyeri yang lebih hebat daripada
penderita OA yang tidak obes.
Penyakit komorbid seperti hipertensi juga
dapat memperburuk keluhan nyeri yang
dirasakan penderita OA. Hipertensi adalah
gangguan pembuluh darah yang dapat
memengaruhi keluhan pada OA. Pada
hipertensi, pembuluh darah dapat menyempit
seiring waktu. Hal ini dapat menyebabkan
vaskularisasi ke daerah persendian menjadi
terganggu sehingga pasokan nutrisi ke daerah
tersebut juga akan berkurang. Keadaan ini
dapat menyebabkan keluhan klinis yang
dirasakan penderita OA semakin parah dan
mengganggu fungsionalitas mereka (Findlay,
2007).
Nyeri pada OA adalah suatu keadaan
kronik. Nyeri kronik yang terjadi pada
penderita OA bersifat fluktuatif dan dapat
terjadi eksaserbasi akut. Keluhan yang
dirasakan penderita OA terkadang akan terasa
ringan dan tidak menyebabkan gangguan
fungsionalitas mereka, namun sewaktu-waktu
keluhan tersebut dapat terjadi eksaserbasi
sehingga akan menimbulkan gangguan
terhadap fungsionalitas penderita OA.
Eksaserbasi akut dapat terjadi pada setiap
tingkat keparahan OA. Dalam penelitian
tersebut, penyebab yang dapat memicu
timbulnya fluktuasi dari keluhan yang
dirasakan belum sepenuhnya dimengerti
(Zhang et al., 2011).
Meskipun pada beberapa penelitian
ditemukan adanya korelasi yang tidak
bermakna antara tingkat keparahan OA genu
secara radiologi dan disabilitas fungsional, hal
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Gudbergsen et al. (2013). Dalam
penelitian tersebut dikatakan bahwa terdapat
korelasi yang bermakna antara tingkat
keparahan OA genu dan disabilitas fungsional.
Perbedaan ini mungkin dapat terjadi karena
pada penelitian yang dilakukan Gudbergsen et
al. (2013) menggunakan sampel yang cukup
banyak dan pemilihan sampel dilakukan
dengan sangat ketat. Dilakukan kontrol
sepenuhnya terhadap BMI, penyakit sistemik
lain, penggunaan analgesik dan kortikosteroid
pada responden yang akan ikut serta dalam
penelitian tersebut.

5. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
dari 32 responden, kelompok usia terbanyak
yang mengalami OA adalah ≥60 tahun
(56,3%). Perempuan lebih banyak mengalami
OA (71,9%) daripada pria. Dan sebagian besar
responden mengalami OA lutut bilateral
(68,8%).
Berdasarkan skor WOMAC, didapatkan
37,5% responden memiliki skor WOMAC
sedang, 29,4% responden memiliki skor
WOMAC ringan, dan hanya 3,1% responden
penelitian yang memiliki skor WOMAC berat.
Sebagian besar responden menderita OA
derajat sedang (43,8%) diikuti dengan OA
derajat minimal (34,4%) dan OA derajat
meragukan (18,8%). Hanya 3,1% responden
yang menderita OA derajat berat.
Dari hasil uji korelasi menggunakan
Somer’s didapatkan korelasi yang tidak
bermakna antara tingkat keparahan
osteoartritis genu secara radiologi (Kellgren
and Lawrence) dan disabilitas fungsional (skor
WOMAC) (p> 0,05).
6. Ucapan Terimakasih
Penulis ucapkan terimakasih kepada dr.
Nyimas Fatimah, Sp.KFR, mbak Mariana,
SKM, M.Kes, Dr. dr. Legiran, M.Kes, dan dr.
Mutiara Budi Azhar, SU, M.Med.Sc. yang
memberikan masukan, bantuan, kritik dan
saran agar penelitian ini menjadi lebih baik
lagi. Terimakasih pula untuk Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya dan semua
pihak yang membantu dalam upaya
terlaksananya penelitian ini.

Daftar Acuan