You are on page 1of 39

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot


dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan
benteng pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas
diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar
keringat. Organ-organ adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui
mempunyai nilai-nilai kosmetik. Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu,
nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan. Secara
mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis, dan lemak subkutan.
Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu
stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak tepat di bawah epidermis,
dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang tertanam
dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan
saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh.
Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi
dan invasi benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan
yang merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan
tempat penyimpanan energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis
yang lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya,
dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular.

1
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman
dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-
masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen
(penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara lain
dermatitis. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat
makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pada klien dengan
Dermatitis”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dermatitis?
2. Bagaimana anatomi fisiologi dermis?
3. Apa saja klasifikasi dermatitis
4. Apa saja etiologi dari dermatitis?
5. Bagaimanakah patofisiologi dermatitis?
6. Bagaimana manifestasi dermatitis?
7. Pemeriksaan diagnostic apa saja yang perlu dilakukan pada pasien
dermatitis?
8. Apa komplikasi dermatitis/
9. Bagaimana penatalaksanaannya?
10. Apa saja penkes yang diberikan pada pasien dermatitis?
11. Bagaimana asuhan keperawatan dermatitis?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampumemberikan asuhan keperawatanpada pasien
dermatitis
2. Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi kulit

2
b. Agar ,mahasiswa mampu memahami konsep teori dermatitis
c. Agar mahasiswamampu memahami konsep asuhan keperawatan pasien
dermatitis
d. Agar mahasiswa mampu membuat patofisiologi berhubungan dengan
penyimpangan KDM

3
BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR TEORI


A. Pengertian

Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( inflamasi pada kulit )


yang disertai dengan pengelupasan kulit ari ( Brunner dan Suddart, 2000 )
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema,
edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi Juanda,2005)
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor end1ogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa eritema, edema, papul, vesikel,
skuama dan keluhan gatal (Djuanda, Adhi, 2005).

4
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat
menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit.
Dermatitis tidak berbahaya, tetapi menyebabkan rasa tidak
nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis,
yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang
terdapat pada berbeda.

B. Anatomi Fisiologi Kulit

Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas. Sistem ini
terdiri atas kulit dan aksesorinya, termasuk rambut, kuku, kelenjar
(keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli
perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Fungsi dari sistem integumen sendiri adalah melindungi struktur
internal, mencegah masuknya kuman penyebab penyakit, mengatur suhu
tubuh, melakukan proses ekskresi melalui keringat, melindungi bahaya
sinar matahari, dan juga memproduksi vitamin D.
Berikut ini adalah bagian-bagian dari anatomi fisiologi sistem integumen.

5
1. Epidermis
Epidermis sering kita sebut sebagai kulit luar. Kulit luar ini jika
dikumpulkan akan menjadi organ terbesar dari tubuh. Luas permukaannya
sendiri adalah sekitar 18 meter persegi. Epidermis memiliki beberapa
lapisan yang mengandung empat jenis sel, yaitu :
a. Stratum korneum.
Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi),
gepeng, kering, tidak berinti, inti selnya sudah mati, dan megandung
zat keratin.
b. Stratum lusidum.
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-
sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi
jernih sekali dan tembus sinar.

6
Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak
kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pipa yang bening, batas-batas
sel sudah tidak begitu terlihat disebut stratum lusidum.
c. Stratum granulosum.
Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan
dengan inti ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali
atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi benda
asing, kuman dan bahan kimia masuk ke dalam tubuh.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum.
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat
mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. sel-selnya disebut spinosum
karena jika dilihat di bawah mikroskop, sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya polygonal/banyak sudut dari mempunyai tanduk (spina).
Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar.
Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak
bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan
pangkal telapak kaki.
Disebut akantosum sebab sel-selnya berduri. Ternyata spina
atau tanduk tersebut ada hubungan antara sel yang lain yang disebut
intercelulair bridges atau jembatan interselular.

e. Stratum Basal/Germinativum.
Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak dibagian
basal/basis, stratum germinativum menggantikan sel-sel yang di
atasnya dan merupakan sel-sel induk.

7
Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di
dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna.
Sel tersebut disusun seperti pagar pagar (palisade) dibagian
bawah sel tersebut terdapat suatu membran disebut membran basalis,
sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari
pada epidermis dengan dermis.

2. Dermis
Dermis adalah lapisan kulit yang berada di bawah epidermis.
Penyusun utama dari dermis adalah kolagen (protein penguat), serat
retikuler (serat protein yang berfungsi sebagai penyokong), dan serat
elastis (protein yang berperan dalam elastisitas kulit).
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan
epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah bawah
berbatasan dengan subkutis tapi batas ini tidak jelas hanya diambil
sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.

Dermis terdiri dari 2 lapisan :


a. Bagian atas, Pars Papilaris (stratum papilar).
b. Bagian bawah, Retikularis (stratum retikularis).
Batas antara pars papilaris dengan pars retikularis adalah bagian
bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars
retikularis terdiri dari serabut-serabut yaitu serabut kolagen, serabut
elastis, dan serabut retikulus.

8
Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai
tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan
kepada kulit, serabut elastic untuk memberikan kelenturan pada kulit, dan
retikulus terdapat terutama disekitar kelenjar dan folikel rambut dan
memberikan kekuatan pada alat tersebut.
Unsur sel dermis
Unsure utama sel dermis adalah fibroblast, makrofag, dan
terdapat sel lemak yang berkelompok. Disamping itu ada juga sel
jaringan ikat bercabang dan berpigmen pada lingkungan epidermis yang
banyak mengandung pigmen misalnya areola mammae dan sekitar anus.
Serat otot
Serat otot polos dijumpai di dalam dermis tersusun membentuk
berkas dihubungkan dengan folikel rambut (muskulus erector fili)
bertebaran diseluruh dermis dalam jumlah yang cukup banyak pada kulit,
puting susu, penis, skrotum dan sebagian perenium.
3. Hipodermis
Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan
bantalan antara lapisan kulit dengan struktur internal seperti otot dan
tulang. Terdapat pembuluh darah, saraf dan limfe dengan jaringan
penyambung yang terisi sel lemak. Jaringan lemak bekerja sebagai
penyekat panas dan menyediakan penyangga bagi lapisan kulit diatasnya.
Pembuluh darah kulit terdiri dari Subkutis terdiri dari kumpulan-
kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut-
serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan
intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini di sebut perikulus adiposus, yang tebalnya
tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan
perempuan tidak sama (berlainan).

9
Guna perikulus adiposus adalah sebagai Shok breker (pegas) bila
tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, Isolator panas atau
untuk mempertahankan suhu, penimbun kalori, dan tambahan untuk
kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru
terdapat otot.

Jaringan kulit.
Kulit disebut juga integument atau kutis yang tumbuh dari dua
macam jaringan yaitu jaringan epitel yang menumbuhkan lapisan
epidermis dan jaringan pengikat (penunjang) yang menumbuhkan
lapisan dermis (kulit dalam).

Kelenjar-kelenjar kulit
1. Kelenjar sebasea
Kelenjar ini berhubungan dengan folikel rambut yang
bermuara dalam sebuah folikel rambut. Kelenjar yang tidak
berhubungan dengan folikel rambut bermuara langsung ke permukaan
kulit seperti yang terdapat pada glans penis, labium minus, dan
kelenjar tarsalia pada kelopak mata.
Kelenjar ini terletak dalam dermis dan tidak terdapat pada kulit
telapak kaki dan tangan. Perkembangan dan pertumbuhan kelenjar
sebasea terutama terjadi selama pubertas di bawah control hormone,
sekresi sebum terjadi terus menerus dan bermanfaat untuk
pemeliharaan kesehatan kulit.

10
2. Kelenjar keringat
Kelenjar keringat adalah kelenjar tubular bergelung yang tidak
bercabang, terdapat pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas
bibir, glans penis dan gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak
terdapat pada telapak tangan dan kaki. Bagian sekretorisnya terletak di
dalam dermis atau hypodermis dan bergabung membentuk massa
tersendiri.
Duktusnya keluar menuju epidermis dan berjalan berkelok-
kelok menyatu dengan epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai
permukaan kulit. Tempat bermuaranya disebut pori keringat.
Terdapat 2 macam kelenjar keringat yaitu kelenjar keringat ekrin dan
apokrin.
a. Kelenjar keringat ekrin.
Tersebar diseluruh kulit tubuh, kecuali kulup penis bagian
dalam dan telinga luar, telapak tangan, telapak kaki dan dahi.
Badan kelenjar terdapat diantara perbatasan kulit ari (epidermis)
dan kulit dermis. Salurannya berkelok-kelok keluar dan berada
pada lapisan jangat yang berjalan lurus ke pori-pori keringat.
b. Kelenjar keringat apokrin.
Kelenjar keringat yang besar dan hanya dapat ditemukan
pada ketiak, kulit puting susu, kulit sekitar alat kelamin dan dubur.
Kelenjar ini terletak lebih dalam dan saluran keduanya berbelok-
belok kemudian lurus menuju epidermis dan bermuara pada folikel
rambut.

11
3. Kelenjar payudara (glandula mamae)
Glandula mamae termasuk kelenjar kulit karena berasal dari
lapisan ektodermal yang secara fungsional termasuk sistem
reproduksi. Kelenjar ini terletak di atas fasia pektoralis superfisilis
yang dihubungkan dengan perantaraan jaringan ikat longgar dan
jaringan lemak. Kelenjar ini melekat erat dengan kulit diatasnya.
Disekitar putting susu (papila mamae) terdapat reticulum kutis yang
tumbuh dengan baik dan dinamakan ligamentum suspensorium. Ke
dalam putting susu bermuara 15-20 duktuli laktiferus.

Disekitar papilla mamae terdapat areala mamae yang


mengandung kelenjar sebasea montgomeri (glandula areola mammae)
yang berfungsi untuk melindungi dan melicinkan putting susu pada
waktu bayi mengisap. Pada wanita yang tidak hamil dan tidak
menyusui, alveoli tampak kecil dan padat berisi sel-sel granular. Pada
waktu hamil, alveoli akan membesar dan sel-sel membesar.

Pigmentasi kulit.
Warna kulit ditentukan oleh faktor warna kulitnya sendiri.
Kandungan karoten (pigmen) darah pada pembuluh darah, dermis
memberikan warna kemerahan dan kandungan pigmen melanin
memberikan bayangan coklat.
Melanin terletak di dalam lapisan basal dan bagian bawah lapisan
taju yang dibuat oleh epidermis khusus yaitu melanosit yang bertebaran
diantara keratinosit lapis basal dan lapis taju dalam folikel rambut dan
jaringan ikat dermis. Perbedaan warna kulit disebabkan oleh karena
perbedaan jumlah dan ukuran melanosom di dalam keratinosit.

12
Pigmentasi kulit tergantung dari berbagai faktor yaitu keturunan,
hormone, dan lingkungan. Faktor genetic mempengaruhi ukuran satuan
melanin epidermis. Hormone pemacu malanosit MSH (melanosit
stimulating hormon) merangsang perpindahan melanosom ke dalam
cabang-cabang sitoplasma melanosit dan keratinosit. Faktor lingkungan
seperti ultraviolet meningkatkan kegiatan enzim melanosit serta
meningkatkan produksi melanin dan penimbunannya di dalam keratinosit
sehingga kulit menjadi coklat.

Pembuluh Darah
1. Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar.
Anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum
retikularis, dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap-tiap papilla
kori.
2. Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam.
Anyaman ini terdapat antar korium dan subkutis, anyaman ini
memberikan cabang-cabang pembuluh nadi kea lat-alat tambahan
yang terdapat di korium.
Dalam hal ini percabangan juga membentuk anyaman pembuluh
nadi yang terdapat pada lapisan subkutis. Cabang-cabang ini kemudian
akan menjadi pembuluh darah balik/vena yang juga akan membentuk
anyaman, yaitu anyaman pembuluh darah balik yang ke dalam.
Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali oleh karena
diperkirakan 1/5 dari darah yang beredar malalui kulit. Disamping itu
pembuluh darah pada kulit sangat cepat menyempit/melebar oleh
pengaruh atau rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyaeri dan
emosi, penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara reflek.

13
Saraf kulit
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal
dan permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saraf sensorik.
Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang
terdapat pada kulit, sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima
rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada kulit ujung-ujung,
saraf sensorik ini membentuk bermacam-macam kegiatan untuk
menerima rangsangan.
Ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan
sakit/nyeri banyak terdapat di epidermis, disini ujung-ujung sarafnya
mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu organ.

Fungsi Kulit
1. Fungsi Proteksi
Kulit mempunyai bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan
penunjang yang dapat melindungi tubuh dari gangguan : fisis/
mekanis (tekanan, gesekan, tarikan),kimiawi (iritan seperti lisol,
karbil, asam, alkali kuat), panas (radiasi, sengatan sinar UV), infeksi
luar (bakteri, jamur)
2. Fungsi Absorpsi
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan
absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah
antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.

14
3. Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl,
urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan
bantuan hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk
melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui
sebagai Vernix Caseosa.
4. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis.
Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas

Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin

Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan

Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan

Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan

5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)


Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah
sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh
saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum
sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi
terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na)
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri
dari butiran pigmen (melanosomes)

15
7. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan
pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah
bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi
gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf.
Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit
terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan
sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal
tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan

C. Klasifikasi Dermatitis .
1. Contact Dermatitis

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh


bahan/substansi yang menempel pada kulit. Dermatitis yang muncul
dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat
pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit
memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-

16
bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu
penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen,
sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet,
logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat
yang berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergik.
a. Dermaitis Kontak Iritan :
Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan
konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang
akan menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit menebal
disebut skin hardering.
b. Dermatitis Kontak Alergik :
Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi
hipersensitivitas. Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup
kemungkinan di daerah lain.
2. Neurodermatitis sirkumskripta
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan
kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi)
menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik.
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa
berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25
cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita
kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk
menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang
dari leher.

17
3. Dermatitis numularis
Adalah lesi yang berukuran sebesar uang logam tapi kadang-
kadang dapat melebar pada bagian tengah tetap aktif.
4. Stasis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik
vena(atau hipertensi vena) tungkai bawah. Yang muncul dengan
adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering
berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal.
Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan
kulit.
5. Atopic Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif,
disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan
anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam
serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis
alergik, atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal yang
kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya
dilipatan(fleksural).

D. Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri
dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.
Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. (Arief Mansjoer.1998
”Kapita selekta”)

18
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam,
basa), fisik (sinar matahari, suhu), mikroorganisme (bakteri , jamur).
b. Dalam ( endogen ) misalnya varises, peningkatan kadar Ig E.

E. Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat
kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi
maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit
atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui
membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen
inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan
diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan
prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh
darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system
kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel
mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF
akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler.
Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.
Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan
keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan
dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak
melalui fase sensitisasi.

19
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah.
Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada
hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling
rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya
kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada
terjadinya kerusakan tersebut.
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun
tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
1. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada
fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka,
oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka.
Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian
hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE
(Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan
protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten
protein.
Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan
berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte
Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks
Limfonodus regional dan terjadilah proses penyajian antigen kepada
molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3.
CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel
Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein
heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih
spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja.

20
Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel
T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition).
Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan
IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan
IL-2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga
terbentuk primed me mory T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh
tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila
kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia
berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit.
Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti
mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik.
2. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan
kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah
tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan
mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2.
Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan
INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1
(intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan
limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan
mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin
sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat.
Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema,
edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui
beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh
enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta
pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat

21
stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel
T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast
dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak
degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek
merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan
beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen
spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.

F. Manifestasi Klinis
1. Dermatitis kontak
a. Rasa Lesi kemerahan yang muncul pada bagian yang terjadi
kontak
b. Untuk dermatitis kontak alergi gejala akan muncul setelah 24 jam -
48 jam
c. Untuk dermatitis kontak iritan gejala terbagi dua menjadi aku dan
kronik. Saat akut terjadi perubahan warna kulit sampai kemerahan
sampai terasa perih dan lecet. Saat kronis gejala dimulai dengan
kulit yang mongering dan sedikit meradang yang akhirnya menjadi
menebal.
d. Pada kasus berat dapat terjadi bula pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar.
f. Dermatitis kontak iritan ,gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa
dibandingkan dengan tipe alergi.
2. Dermatitis atopic (DA)
Ada 3 fase klinis DA yaitu
a. DA infatil (2 bulan – 2 tahun)
Paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu
pada bulan kedua. Lesi mula mula tanpak di daerah muka(dahi dan

22
pipi)berupa eritema,papul-vesikel pecah karena garukan sehingga
lesi menjadi eksudat dan akhirnya terbentuk krusta. Lesi bias
meluas ke kepala dan leher ,pergelangan tangan dan tungkai.
Sebagian penderita sembuh setelah 2 tahun ,sebagian berlanjut ke
fase anak.
b. DA anak (2-10 tahun)
Dapat merupakan kelanjutan DA infatil atau timbul sendiri.
Lokasi lesi pada lipatan siku atau lutut, bagian fleksor pergelangan
tangan , kelopak mata dan leher. Ruam berupa papul likenifikasi,
sedikit squama ,erosi, hyperkeratosis dan kemungkinan infeksi
sekunder.
c. DA pada remaja dan dewasa
Pada remaja lokasi pada lipatan siku dan lutut, samping
leher, dahi,sekitar mata. Pada dewasa distribusi lesi kurang
karasteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan,
dapat berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah,
bersisik), vulva, putting susu. Lesi kering, menimbul papul datar,
cenderung berkonfluensi menjadi plak likenifikasi dan sedikit
squama.
3. Neurodermatitis sirkumskripta.
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan
bawah, paha atau mata kaki ,kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal hilang timbul . sering timbul pada saat santai atau
sedang tidur akan berkurang saat aktifitas. Rasa gatal yang digaruk
akan memperberat rasa gatal.
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisik
akibat garukan atau penggosokan dan sudah terjadi bertahun tahun.

23
4. Dermatitis numularis
a. Gatal yang sangat hebat sehingga bias mengganggu
b. Lesi akut dan papulovesikel (0,3-1cm),kemudian membesar
dengan cara berkonfluensiatau meluas kesamping. Membentuk
satu lesi seperti uang logam ,eritematosa ,sedikit edematosa dan
berbatas tegas.
c. Biasanya terdapat pada lengan, punggung tangan, badan dan
tungkai bawah.
5. Dermatitis statis
a. Bercak bercak berwarna merah yang bersisik.
b. Bintik bintik berwarna merah dan bersisik.
c. Borok atau bisul pada kulit.
d. Luka
e. Rasa gatal pada daerah yang terkena.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Percobaan asetikolin(suntikan IC dalam 1/5000)
2. Percoban histamine hostat disuntikan pada lesi.
3. Pemeriksaan darah
4. Pemeriksaan histopatologi urine

H. Komplikasi ( Ruseppo Hasan , 2005 : 239 : Marwali Harhap , 2000 ,


1. Abses :
Dermatitis yang tidak ditangani menyebabkan infeksi dimana akan
terjadi akumulasi purulen pada bagian dalam dermis atau jaringan
subcutan

24
2. Limfadenopati
Pada dermatitis terjadi reaksi peradangan dimana penyebaran kuman
secara hematogen masuk ke saluran limpa menyebabkan pembesaran
kelenjar limpa.
3. Furunkulosis
Dermatitis menyebabkan pembentukan pustule pada folikel rambut.
4. Konjungtivitis
Pada dermatitis aktopik anak biasanya menyerang pada kelopak mata.
Lesi yang timbul pada kelopak mata akan mengeluarkan nanah yang
akan masuk ke bola mata akan terjadi konjungtivitis.
5. Stomatitis
Dermatitis aktopik remaja dan dewasa sering berlokasi pada bibir
sehingga menyebabkan stomatitis
6. Bronkitis
Bakteri masuk ke salurn pernapasan dan menyebabkan iritasi pada
bronkus
I. Penatalaksanaan.
1. Dermatitis kontak
a. Hindari kontak dengan zat penyebab.
b. Pada tipe iritan: basuhlah bagian yang terken adengan air segera
mungkin.
c. Kalau lecet tangani seperti penangana luka bakar.
d. Obat antihistamin untuk mengurangi gatal.
e. Kortikosteroid sesuai tingkat keparahan.

25
2. Dermatitis atopic
a. Hindari allergen
b. Hidrasi kulit dengan pelembab antara lain hidrofilik krim 105
c. Kortikosteroid topical
d. Antihstamin
e. Antibiotic.
J. HE
1. Gunakan kosmetik hipoalergen.
2. Setelah mandi keringkan kulit dengan cara menepuk ,jangan
menggosok.
3. Jangan mandi terlalu lama karena akan membuat kulit menjadi kering.
4. Gunakan pelembab.
5. Hindari pemaparan dengan iritan.
6. Jangan menggaruk kulit yang luka

26
PATOFISIOLOGI BERHUBUNGAN DENGAN PENYIMPANGAN KDM

EKSOGEN ENDOGEN
Bahan kimia (detergen, oli,semen) Peningkatan kadar Ig Varises
Fisik (sinar marahari dan suhu ) E
Mikroorganisme (bakteri , jamur )
reaksi bendungan pembuluh
Merusak lapisan tanduk hipersensitifitas darah

Merusak komponen sel sel efektor reaksi hipersensitif


mengaktifkan lifokin
Mengaktifkan fospolipase gatal, kemerahan,
Pembebasan prostaglandin dan leukotrin perubahan struktur bengkak
kulit
Perubahan struktur kulit

Dermatitis
Merusak lapisan Reaksi Kelainan kulit dan Gatal
tanduk peradangan eritema
Mengaktifkan
Lesi kemerahan Gangguan RAS
Pelepasan pirogen integritas kulit
Merangsang dan endogen Sulit tidur
nosiceptor perubahan
Merangsang penampilan kulit Gangguan pola
Pelepasan hipotalamus tidur
histamine dan gangguan citra
bradikinin Peningkatan suhu diri
tubuh
Nyeri
dipersepsikan Hipertermia

Nyeri

27
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien.
2. Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
3. Riwayat Kesehatan:
a. Keluhan utama : gatal , nyeri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :Tanyakan sejak kapan pasien merasakan
keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dantindakan apa saja yang
dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :Apakah pasien dulu pernah menderita
penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya
d. Riwayat Penyakit Keluarga :Apakah ada keluarga yang pernah
menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
e. Riwayat Psikososial :Apakah pasien merasakan kecemasan yang
berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
f. Riwayat Pemakaian Obat :Apakah pasien pernah menggunakan obat-
obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan
(alergi) terhadap sesuatu obat.
4. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan (B1)
Tidak ada gangguan sistem pernafasan, bunyi nafas vesikuler, tidak ada
wheezing dan ronkhi, irama reguler.
b. Sistem kardiovaskuler (B2)
Tidak adaa gangguan sirkulasi darah irama jantung normal, tidak ada
takikardi dan nadi teraba normal.

28
c. Sistem persyarafan (B3)
Kesadaran composmentis, adanya nyeri tekan pada kulit yang
mengalami lesi.
d. Sistem perkemihan (B4)
BAK normal, warna kuning kekuning-kuningan, bau urine khas.
e. Sistem pencernaan (B5)
Mukosa lembab, nafsu makan baik, BAB normal.
f. Sistem muskuloskeletal dan integumen (B6)
Nyeri tekan pada bagian otot, otot yang mengalami lesi mengalami
penurunan fungsi otot akibat nyeri tekan, warna putih tidak ikterik tidak
ada cyanosis, kulit terlihat agak kering, integritas kulit ditemukan
luka bekas garukan seperti kemerahan timbul bula / pustulla
turgor

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya lesi kulit.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermatitis,
respon menggaruk.
3. Hipertermi b/d proses peradangan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
baik.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit.

29
C. Rencana Keperawatan.
1. Diagnosa 1 :
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi
inflamasi
Defenisi : suatu kondisi seseorang individu yang mengalami perubahan
dermis dan epidermis
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
2) Tidak ada luka/lesi pada kulit
3) Perfusi jaringan baik
4) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang
5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
Intervensi :
1) Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan
salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering
jika tanda dan gejala meningkat.
R: Dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan
krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah
penguapan air dari kulit.
2) Gunakan air hangat jangan panas.
R: Air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan
pruritus.

30
3) Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit
sensitive. Hindari mandi busa.
R : Sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin
dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan
keluhan.
4) Kolaborasi: oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2
atau tiga kali per hari.
R : Salep atau krim akan melembabkan kulit.

2. Diagnosa 2
Nyeri akut b/d agen injuri fisik
Definisi :
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan
Batasan karakteristik :
1) Laporan secara verbal atau non verbal.
2) Fakta dari observasi.
3) Posisi antalgic untuk menghindari nyeri.
4) Gerakan melindungi .
5) Tingkah laku berhati-hati.
6) Muka topeng.
7) Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai).
8) Terfokus pada diri sendiri
9) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

31
10) Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
11) Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
12) Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
13) Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
14) Perubahan dalam nafsu makan dan minum
15)
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5) Tanda vital dalam rentang normal

32
Intervensi
Pain Menegement :
1) Observasi ketidaknyamanan yang ditunjukkan pasien melalui bahasa
non verbal, khususnya untuk pasien yang tidak dapat berkomunikasi
secara efektif.
R: pedoman dalam perencanaan tindakan.
2) Kaji perasaan pasien tentang pengetahuan dan manfaat menegemen
nyeri.
R: pengetahuan pasien dapat memberikan gambaran perawat untuk
intervensi
3) Ajarkan tentang prinsip menegemen nyeri. .
R : meningkatkan managemen nyeri pasien
4) Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat anti nyeri.
R: mengurangi tingkat nyeri

3. Hipertermia b/d proses peradangan


Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal
Batasan Karakteristik:
1) Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
2) Serangan atau konvulsi (kejang)
3) Kulit kemerahan.
4) Pertambahan RR.
5) Takikardi
6) Saat disentuh tangan terasa hangat

33
Noc : termoregulation
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x60 menit pasien
menunjukan suhuntubuh dalam batas normal dengan criteria
 Suhu 36-370C.
 N dan RR dalam rentang normal.
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi
Fever treatment.
1) Monitor suhu sesering mungkin
R : Suhu diatas 390C menunjukan tanda tanda infeksi
2) Monitor turgor kulit, kelembaban membraan mukosa.
R : turgor jelek, mukosa kering menggambarkan dehidrasi
3) Kompres hangat pada lipatan paha dan axilla
R : panas bias berpindah melalui konduksI
4) Tingkatkan sirkulasi udara
R : memberikan kenyamaman
5) Tingkatkan pemasukan cairan
R : menggantikan cairan yang hilang

4. Diagnosa 4 :
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas

Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen


Faktor-faktor resiko :
1) Prosedur Infasif.
2) Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen.
3) Trauma.
4) Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan .
5) Agen farmasi (imunosupresan).

34
6) Malnutrisi.
7) Peningkatan paparan lingkungan patogen
8) Imonusupresi
9) Ketidakadekuatan imum buatan
10) Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia,
penekanan respon inflamasi)
11) Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
2) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3) Jumlah leukosit dalam batas normal
4) Menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi
1) Lakukan tekni aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan pada
pasien
R : mencegah infeksi silang
2) Ukur tanda vital tiap 4-6 jam
R : peningkatan suhu merupakan tanda tanda infeksi
3) Observasi adanya tanda-tanda infeksi
R : deteksi ini untuk intervensi

35
4) Batasi jumlah pengunjung
R : mengurangi penyebaran infeksi
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP
R : proein berperan dalam peningkatan imun
6) Kolaborasi dengan dokter dalam terapi obat antibiotic
R: antibiotic menurunkan infeksi

5. Gangguan pola tidur berhungan dengan pruritus


Defenisi : gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal
Batasan karakteristik :
1) Perubahan pola tidur normal.
2) Ketidakpuasan tidur.
3) Menyatakan sering terjaga.
4) Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
NOC:
 Sleep : exent and panten
Criteria hasil :
1) Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam perhari.
2) Pola tidur, kulaitas dalam batas normal.
3) Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
4) Mampu mengidentifikasikan hal hal yang meningkatkn tidur.
NIC :
1) Menjaga kulit agar selalu lembab
R : kulit kering mudah teriritasi sehingga memicu gatal
2) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
R : memberi efek segar setelah bangun
3) Fasilitasi untuk mempertahankan aktifitas sebelum tidur
R: aktifitas menyebabkan kelelehan

36
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman
R : lingkungan tenang meningkatkan pola tidur
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tidur.
R: meningkatkan kualitas tidur.

6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak


bagus.
Defenisi : konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu.
Batasan karakteristik ;
1) Perilaku mengenali tubuh individu.
2) Perilaku menghindari tubuh individu
3) Perilaku memantau tubuh individu.
4) Respon nonverbal terhadap perubahan actual pada tubuh
5) Respon nonverbal terhadap persepsiperubahan pada tubuh.
Noc :
 Body image.
 Self esteem.

Criteria hasil

1) Body image positif.


2) Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
3) Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh.
4) Mempertahankan interaksi social.

37
NIC :
1) Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan
merendahkan diri sendiri)
R : Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang
tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh
terhadap konsep diri.
2) Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
R: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan
reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
3) Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
R: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
4) Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
masalahnya.
R: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan
kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas
situasi, ketakutan merusak adaptasi klien .
5) Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias,
merapikan
R: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
6) Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
R : membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi

38
.

39

You might also like