You are on page 1of 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“MENGENAL DAN MENGATASI BABY BLUES”


Proposal ini untuk memenuhi Tugas penyuluhan pada praktek Maternitas

1. Ambarwati 16.10.029
2. Durrotul Lam’atis T. 16.10.034
3. Erni Heryanti 16.10.035
4. Uchi Aurina 16.10.025
5. Ferry Adiantono 16.10.038
6. Fikih Al Hafad A 16.10.037
7. Nurul Ahmad 16.10.019

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2019

0
PRE PLANNING SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
PENYULUHAN KESEHATAN
“MENGENAL DAN MENGATASI BABY BLUES”

A. Latar Belakang
Baby blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti
kemunculan kecemasan, labilitas perasaan pada ibu. Kontinum permasalahan
Kemunculan ini diperikirakan setelah 1 tahun atau secepatnya dalam 4
minggu setelah melahirkan. Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu
pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu ini. Diperikiran sekitar 50-70%
ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan postpartum
blues, walau demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena
proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.
Fenomena baby blues merupakan masalah kesehatan wanita yang terus
meningkat. Angka kejadian baby blues di Asia cukup tinggi dan sangat
bervariasi antara 26-85% (Fatma, 2012), sedangkan di Indonesia angka
kejadian postpartum blues antara 50-70% dari wanita pasca persalinan.
Di Indonesia masih belum banyak diketahui angka kejadian, mengingat
belum adanya lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus
tersebut. Menurut Ade (2011) di Indonesia angka kejadian postpartum blues
antara 50-70% dari wanita pasca persalinan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan maka diharapkan peserta penyuluhan
dapat mengenal dan memahami tentang cara mengatasi baby blues.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu dapat :
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan baby blues
b. Mengetahui gejala baby blues
c. Mengetahui cara penanganan baby blues

C. Pelaksanaan Kegiatan
Topik : Baby Blues
Tema : Mengenal dan mengatasi Baby Blues
1
Hari/ tanggal : Maret 2019
Waktu : 09.00 sampai selesai
Tempat : Ruang tunggu R. RIA Wava Husada Kepanjen
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Metode : Ceramah dan Tanya jawab.
Media : Leaflet
Materi : Terlampir
D. Setting Tempat :

Keterangan:
Moderator Peserta

Pemateri Fasilitator

Observer

E. Susunan Acara

Waktu Acara
09.00 – 09.05 Wib Pembukaan
09.05 – 09.20 Wib Penyajian Materi
09.20 – 09.30 Wib Diskusi / Tanya Jawab dan Evaluasi
09.30 – 09.35 Wib Penutup (Terminasi)

F. Pengorganisasian
1. Moderator
Tugas:
a. Membuka kegiatan penyuluhan
b. Memperkenalkan asal institusi dan memperkenalkan tim perawat

2
c. Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
d. Mengarahkan dan memimpin jalannya penyuluhan
e. Menetralisir keadaan jika terjadi masalah
2. Pemateri
Tugas:
a. Menjelaskan materi
b. Menjawab Pertanyaan
c. Mengevaluasi pemahaman peserta
3. Fasilitator
Tugas:
a. Mempersiapkan tempat penyuluhan
b. Mempersiapkan dan menyediakan alat dan media penyuluhan
c. Memfasilitasi kebutuhan saat penyuluhan berlangsung
d. Memberi motivasi dan dukungan pada peserta penyuluhan
4. Observer
Tugas
Mengamati jalannya penyuluhan

G. Tata Tertib
1. Peserta berkumpul 5 menit sebelum penyuluhan dimulai
2. Peserta bersedia mengikuti kegiatan penyuluhan
H. Evaluasi
1. Evaluasi Input
a. Tim berjumlah 10 orang yang terdiri atas 2 pemateri,1 moderator, 7
fasilitator, dan 1 orang observer.
b. Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik
c. Media berfungsi dengan baik
d. Tidak ada kesulitan untuk melakukan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Moderator membuka dengan baik penyuluhan
b. Pemateri menjelaskan materi dengan baik
c. Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien
d. 70% klien yang mengikuti penyuluhan dapat mengikuti dengan aktif
dari awal sampai selesai.
3. Evaluasi Output (Hasil)
Setelah mengadakan penyuluhan pada pasien dan keluarga
utamanya pada Pasangan Usia Subur, hasil yang diharapkan adalah
sebagai berikut :
a. Pasangan Usia Subur dan keluarga dapat mengikuti kegiatan
penyuluhan dengan aktif dari awal sampai selesai.
b. Pasangan Usia Subur dan keluarga dapat menyebutkan apa yang
dimaksud dengan baby blues
c. Pasangan Usia Subur dan keluarga dapat menyebutkan gejala baby

3
blues
d. Pasangan Usia Subur dan keluarga dapat menyebutkan cara
penanganan baby blues.

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )


PENYULUHAN KESEHATAN
“MENGENAL DAN MENGATASI BABY BLUES”

Topik : Mengenal dan Mengatasi baby blues


Hari/ tanggal : Maret 2019
Waktu : 09.00 - selesai
Tempat : Ruang tunggu R. RIA Wava Husada
Sasaran : Pasien dan keluarga
Materi : Terlampir
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan maka diharapkan peserta penyuluhan
dapat mengikuti dan memahami tentang cara mengatasi baby blues.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu dapat :
d. Mengetahui apa yang dimaksud dengan baby blues
e. Mengetahui gejala baby blues
f. Mengetahui cara penanganan baby blues
3. Strategi Pelaksanaan
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa :
1. Ceramah
2. Tanya jawab
4. Media
1. Leaflet
2. LCD

5. Materi Penyuluhan
Terlampir
4
6. Susunan Kegiatan :

KEGIATAN
NO TAHAP KEGIATAN PENYULUHAN WAKTU
SASARAN

1 Pendahuluan 1. Memberikan salam 3 menit Menjawab salam


(Pembukaan) terapeutik
2. Memperkenalkan diri Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan Memperhatikan
4. Kontrak waktu Memperhatikan

2 Pelaksanaan 1. Menyebutkan apa yang 15 menit Memperhatikan


(Penyajian) dimaksud dengan baby
blues.
2. Menyebutkan gejala baby
Memperhatikan
blues.
3. Menyebutkan cara
Memperhatikan
penanganan baby blues.

3 Evaluasi 1. Menanyakan kepada 5 menit Menjawab


peserta tentang materi pertanyaan
yang telah diberikan
2. Memberi reinforcement
kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan.

4 Terminasi 1. Mengucapkan terima 2 menit Mendengarkan


kasih atas peran serta
peserta Menjawab salam
2. Mengucapkan salam
penutup

5
7. Evaluasi :
1. Proses :
- Peserta mengikuti ceramah dan bertanya
- Peserta mengobservasi/mengikuti dengan saksama, demonstrasi
2. Akhir :
- Peserta dapat megikuti penyuluhan dari awal hingga akhir sebanyak
100 %
- Peseta dapat Menyebutkan apa yang dimaksud dengan baby blues.
- Peseta dapat Menyebutkan gejala baby blues.
- Peseta dapat Menyebutkan cara penanganan baby blues.

MATERI PENYULUHAN

6
1. Pengertian baby blues
Saryono dan Praman (2015) menyatakan bahwa baby blues syndrome
atau maternity blues atau postpartum blues diartikan sebagai suatu sindroma
gangguan afek (emosi) ringan yang sering tampak dalam minggu pertama
setelah persalinan dan ditandai dengan gejala gejala seperti reaksi depresi,
menangis, mudah tersinggung (irritabilitas), cemas, perasaan yang labil,
cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu
makan. Gejala gejala ini muncul setelah persalinan dan pada umunmya akan
menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun
pada beberapa kasus gejala-gejala tersebut bertahan dan baru menghilang
setelah beberapa hari, minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.
Sementara Fatimah (2016) menyatakan bahwa baby blues syndrome
merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan
kecemasan, labilitas perasaan, dan pada ibu. Kemunculan ini diperikirakan
setelah 1 tahun atau secepatnya dalam 4 minggu setelah melahirkan.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat
dianggap pemicu ini. Secara umum sebagaian besar wanita mengalami
gangguan emosional setelah melahirkan. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Paltiel (Koblinsky dkk, 2017), bahwa ada 3 golongan
gangguan psikis pascasalin yaitu postpartum blues atau sering disebut juga
sebagai maternity blues yaitu kesedihan pasca persalinan yang bersifat
sementara. Postpartum depression yaitu pasca persalinan yang berlangsung
sampai berminggu – minggu atau bulan dan kadang ada diantara mereka yang
tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminya merupakan penyakit.
Postpartum psychosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan jiwa yang
sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu kambuh
gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan.
Seorang wanita mempunyai reaksi emosi yang berbeda dalam
menghadapi masa hamil, persalinan, dan nifas. Gangguan emosional pasca
persalinan dibagi menjadi tiga, yaitu postpartum blues (maternity blues atau
baby blues), postpartum depression, dan postpartum psikosis.Baby blues
7
dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan yang tampak dalam
minggu pertama persalinan. Baby blues dapat terjadi sejak hari pertama pasca
persalinan atau fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga
sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu
pasca persalinan. Gejala baby blues yang paling wajar adalah perasaan sedih,
mudah lelah dan amat peka secara emosional. Baby blues merupakan
perasaan hipersensitif yang wajar terjadi pada ibu setelah melahirkan, tetapi
yang perlu diwaspadai, hal ini dapat bertambah serius dan bertahan lama yang
biasanya disebut dengan postpartum depression.

2. Penyebab Baby Blues


Menurut Munawaroh (2015) Beberapa faktor yang diduga sebagai
penyebab baby blues syndrome adalah faktor paritas, hormonal, umur, dan
latar belakang psikososial. Faktor paritas adalah riwayat obstetri dan
komplikasi yang meliputi riwayat hamil sampai melahirkan sebelumnya.
Faktor hormonal adalah kadar hormon progesteron yang naik dan estrogen
yang memrrun secara cepat setelah melahirkan. Faktor umur adalah umur saat
kehamilan dan melahirkan yang berkaitan dengan kesiapan mental untuk
menjadi seorang ibu. Faktor latar belakang psikososial meliputi tingkat
pendidikan, status perkawinan,kehamilan yang tidak diinginkan dan memadai
tidaknya dukungan sosial lingkungan (suami, keluarga dan teman). faktor lain
yang dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu
tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang
tua yang overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan
ketidakpuasaan dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah
emosional rentan terhadap gejala ini, kepribadian dan variabel sikap selama
masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal
berhubungan dengan munculnya gejala wijamti (2016).
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Llewellyn–Jones (2014),
karakteristik wanita yang berisiko mengalami postpartum adalah : wanita
yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari
keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan
8
dari suami atau orang–orang terdekatnya selama hamil dan setelah
melahirkan, wanita yang jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa
kehamilannya misalnya kurang komunikasi dan informasi, wanita yang
mengalami komplikasi selama kehamilan.
Pitt (Wijayanti. 2014), mengemukakan 4 faktor penyebeb postpartum sebagai
berikut :
a. Faktor konstitusional. Gangguan post partum berkaitan dengan status
paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai
bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan
sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita
primipara lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita
primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan
diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan
menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
b. Faktor fisik. Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya
gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor
fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting.
Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten
selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini
sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan
estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan
faktor penyebab yang sudah pasti.
c. Faktor psikologis. Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu”
pada akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak
bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel
(Regina dkk, 2014), mengindikasikan pentingnya cinta dalam
menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara
ibu dan anak.
d. Faktor sosial. Paykel (Regina dkk, 2014) mengemukakan bahwa
pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan pada ibu –
ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.

9
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab
postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang terjadi karena
adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan
karakteristik ibu.
Adapun Faktor resiko yang dapat mendukung terjadinya post
partum, antara lain :keadaan hormonal, dukungan social, emotional
relationship, komunikasi dan kedekatan, struktur keluarga, antropologi,
perkawinan, demografi, stressor psikososial, lingkungan

3. Tanda-tanda dan gejala baby blues


Menurut Retno (2013) merupakan gangguan yang betul–betul
dipertimbangkan sebagai psikopatologi yang paling sering mendahului bunuh
diri, sehingga tidak jarang berakhir dengan kematian. Gejala seringkali timbul
bersamaan dengan gejala kecemasan. Manifestasi dari kedua gangguan ini
lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum seperti : sukar tidur, merasa
bersalah, kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran mau bunuh diri.
Menurut Handoyo (2016) (dalam Granharm dkk, 2010), menyatakan
bahwa keluhan dan gejala postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat
pada kelainan lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan adalah pikiran –
pikiran ingin bunuh diri, waham–waham paranoid dan ancaman kekerasan
terhadap anak–anaknya.
baby blues mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain:
a. Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi –
mimpi yang menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat
mengakibatkan insomnia. Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu
gangguan lain yang mendasarinya seperti kecemasan dan atau gangguan
emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.
b. Phobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan
yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun
diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan
bedah Caesar sering merasakan kembali dan mengingat kelahiran yang
dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah Caesar akan merasakan emosi
10
yang bermacam–macam. Keadaan ini dimulai dengan perasaan syok dan
tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi. Wanita yang pernah
mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula
untuk kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap
peralatan peralatan operasi dan jarum. Kecemasan. Ketegangan, rasa
tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi
sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak
diketahuinya.
d. Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak
sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus
pulih kembali dari persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat
bayi, ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri
sebagai seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya
diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan tuntutan yang ekstensif akan
meningkatkan sensitivitas ibu (Retno, 2012).
e. Perubahan moo Enanda dan Purwanto (2014), menyatakan bahwa
postpartum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan,
sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan,
insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit
konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam
kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau
berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit
untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta
mengotori kain yang baru diganti. postpartum sering disertai gangguan
nafsu makan dan gangguan tidur, rendahnya harga diri dan kesulitan
untuk mempertahankan konsentrasi atau perhatian.
Kriteria diagnosis spesifik postpartum tidak dimasukkan di dalam
DSM-IV, dimana tidak terdapat informasi yang adekuat untuk membuat
diagnosis spesifik. Diagnosis dapat dibuat jika terjadi dalam hubungan
temporal dengan kelahiran anak dengan onset episode dalam 4 minggu
pasca persalinan.

11
Menurut Puspita (2013) gejala pascasalin ini memang lebih ringan
dibandingkan dengan psikosis pascasalin. Meskipun demikian, kelainan–
kelainan tersebut memiliki potensi untuk menimbulkan kesulitan atau
masalah bagi ibu yang mengalaminya Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa gejala–gejala postpartum antara lain adalah trauma
terhadap intervensi medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood,
gangguan nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan
orang lain, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya
sendiri atau keduanya.

4. Penanganan baby blues


Menurut Ekadiah (2018) dalam Erbanat (2010) Jika Anda baru saja
melahirkan dan tiba-tiba merasa sedih, blue, anxious, mudah tersinggung,
lelah luar biasa atau gejala-gejala lain dari postpartum depression, ingatlah
bahwa banyak para wanita lain yang juga mengalami hal yang sama. Anda
tidak gila atau berubah menjadi gila! Dan sebaiknya Anda memang jangan
pernah mempunyai pikiran demikian.
Dibawah ini ada beberapa solusi yang mungkin bisa membantu
mengatasi melewati postpartum blues tersebut:
1. Cari teman atau saudara yang bisa diajak curhat
2. Cari orang yang bisa membantu Anda untuk merawat bayi atau
mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Hal ini akan membantu Anda untuk
bisa beristirahat.
3. Luangkan waktu untuk melakukan sesuatu bagi diri Anda sendiri,
meskipun itu hanya berlangsung selama 15-20 menit/hari. Misalnya baca
buku, jalan-jalan sekitar kompleks perumahan, mandi spa atau
memanjakan diri di salon.
4. Setiap hari, luapkan emosi dan perasaan Anda. Ini adalah salah satu cara
untuk mengeluarkan semua perasaan dan rasa frustasi Anda
5. Kelahiran seorang bayi membawa banyak perubahan dan menjadi orangtua
memang bukan suatu perkara yang mudah.

12
6. Jujurlah pada diri Anda sendiri seberapa banyak yang bisa Anda lakukan
dan jangan pernah ragu untuk minta bantuan kepada orang lain saat Anda
membutuhkannya.
7. Mengajak istri jalan-jalan keluaruntuk menikmati udara segar
8. Ayah dan ibu saling membagi tugas dalam merawat bayi

13
DAFTAR PUSTAKA

Rasmun. 2004.”Stres, Koping dan Adaptasi teori dan pohon masalah


keperawatan”Jakarta:CV.Agung seto

Videbeck ,Sheila L.2008.”Buku Ajar Keperawatan Jiwa”Jakarta:EGC

www.bukankuyangbiasa.blogspot.com .”Postpartum”

www.revinaoctavianitadr.multyply.com.”Baby Blues danPost Partum”

www.psikomedia.com.”Depresi Postpartum”

Yosep,Iyus.2007.”Keperawatan Jiwa”Bandung :Revika Aditama

14

You might also like