You are on page 1of 14

PENGARUH PSIKOLOGIS POST PARTUM

KELOMPOK 2 :

KELAS : B

REZKY ADHAYANI 1714201110049

SALSA NOOR SABRINA 1714201110057

SITI AINIAH 1714201110058

SITI PATIMAH 1714201110059

TIARA 1714201110062

RAHMA INDAH ISLAMY 1714201110064


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

Pendahuluan ............................................................................................................ 1

A. Pengertian Post Partum .................................................................................... 3

B. Klasifikasi postpartum ..................................................................................... 3

C. Gangguan Psikologi Postpartum ...................................................................... 3

D. Klasifikasi Gangguan Psikologis Postpartum .................................................. 4

E. Etiologi............................................................................................................. 5

F. Perubahan Psiologis ......................................................................................... 5

G. Adaptasi psikologis postpartum ....................................................................... 6

Kesimpulan ............................................................................................................. 9

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 10

i
Pendahuluan

Persalinan merupakan proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita.


Berbagai reaksi ibu setelah melahirkan akan mempengaruhi sikap, perilaku dan
tingkat emosional. Tekanan psikologis setelah persalinan merupakan gejala
emosional dan perasaan dimana seseorang merasa murung, tidak bisa tidur,
pelelahan fisik yang berlebihan, dan tidak mengetahui apa yang bisa dilakukan
atas peranannya yang baru. Tekanan psikologis setelah persalinan mempunyai
beberapa gejala antara lain gejala fisik seperti tidak dapat tidur, tidur berlebihan,
tidak dapat berpikir jernih, merasa dikekang oleh suatu keadaan dan tidak dapat
keluar dirinya, serta merasa lelah dan gerak geriknya menjadi lamban. Emosi yang
positif dan hubungan kasih sayang akan memperlihatkan pengaruh orang tua
terhadap pemeliharaan anak (Gottlib,1992). Pengkajian pada ibu dari aspek
psikologis merupakan dasar persiapan ibu dalam peran barunya untuk
dilaksanakan. Secara teoritis seorang wanita setelah persalinan (post partum) pasti
mengalami gangguan psikologis (Maternal Blues), hal ini dipengaruhi oleh
perubahan hormonal yang dihasilkan (Bunarsa,1995). Menurut Holmes dan Rahe
yang diterjemahkan Satmoko (1995) mengembangkan daftar peristiwa disusun
menurut besarnya kesulitan dalam penyesuaian. Hal yang menarik tentang skala
perubahan hidup adalah skala ini menyatakan sekaligus peristiwa positif dan
negatif. Holmes (1970) berpendapat bahwa perubahan yang terlalu banyak positif
maupun negatif dapat membahayakan kesehatan1.

1
Kusyogo Cahyo,dkk.Hal 49.2008.

1
Proses persalinan adalah peristiwa besar dalam kehidupan individu yang
akan mempengaruhi perubahan peran. Peran dan ketegangan peran dikatakan
mempengaruhi perkembangan depresi terutama wanita (Stuart and
Sundeen,1978). Peran baru merupakan krisis yaitu gangguan internal yang
ditimbulkan oleh peristiwa yang menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada
diri seseorang. Krisis mempunyai keterbatasan waktu dan konflik yang berat dan
dapat merupakan periode peningkatan kerentanan, yang dapat menstimulasi
pertumbuhan personal. Kelahiran seorang anak akan menyebabkan timbulnya
suatu tantangan mendasar terhadap struktur interaksi keluarga. Bagi seorang ibu,
melahirkan bayi adalah suatu peristiwa yang sangat membahagiakan sekaligus
juga suatu peristiwa yang berat, penuh tantangan dan kecemasan. Sehingga dapat
dipahami bahwa mengapa hampir 70 persen ibu mengalami kesedihan atau
syndrome baby blues setelah melahirkan (Shinaga, 2006). Sebagian besar ibu
dapat segera pulih dan mencapai kestabilan, namun 13% diantaranya akan
mengalami depresi postpartum (Shinaga, 2006).

Ibu yang mengalami depresi postpartum, minat dan ketertarikan terhadap


bayi berkurang. Ibu juga tidak mampu merawat bayinya secara optimal dan tidak
bersemangat menyusui, sehingga kebersihan, kesehatan serta tumbuh kembang
bayi juga tidak optimal. Menurut Elvira, 2006 bayi yang tidak mendapat ASI dan
ditolak oleh orangtuanya serta adanya masalah dalam proses bonding attachment
biasanya dialami pada bayi dengan ibu depresi (Elvira, 2006)2.

2
Kusyogo Cahyo,dkk.Hal 49.2008.

2
A. Pengertian Post Partum

Postpartum adalah periode setelah bayi lahir sampai organ-organ


reproduksi kembali ke keadaan normal dengan waktu enam minggu (Lowdermik,
Perry, Bobak, 2005). Sedangkan Cunningham (2006) menyebutkan bahwa
pengertian postpartum adalah periode setelah kelahiran, mencakup enam minggu
berikutnya saat terjadi involusi uterus.

B. Klasifikasi postpartum

Periode postpartum (puerperium) dibagi menjadi tiga periode yaitu


pertama puerperium dini yaitu periode dimana ibu sudah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Kedua puerperium intermedial yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk kepulihan seluruh alat genetalia dengan waktu 6-8 minggu. Ketiga remote
puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
(Mochtar, 2002; Manuaba, 2007)3.

C. Gangguan Psikologi Postpartum

Depresi postpartum adalah keadaan emosi yang ditandai oleh episode


menangis ringan sesaat dan perasaan sedih selama 10 hari pertama setelah
melahirkan.

Psikosa postpartum adalah gangguan kepribadian derajat berat yang


mengurangi kemampuan fungsi tanggung jawab ibu. Gejala-gejala ini
diklasifikasikan sebagai psikosis manik depresi, psikologis postpartum,
skizofrenia, dan keadaan kebingungan toksik (toxic confusion).

3
Machmudah.Hal 118-120.2015

3
D. Klasifikasi Gangguan Psikologis Postpartum

1. Postpartum blues
Tipe ini paling banyak dari depresi postpartum adalah postpartum blues
yang merupakan suatu gangguan penyesuaian terhadap kehidupa baru
(kelahiran). Ibu mengalami depresi selama masa transisi tersebut kurang
dari 1-14 hari dengan puncak pada hari ke 5 (Beck, 1992)
2. Severe postpartum depression
Disebut juga affective neurotic depression. Terjadi dengan singkat setelah
kelahiran, tetapi mungkin tidak terdiagnosis untuk beberapa bulan
postpartum. Ibu akan mengalami pengalaman yang mendalam berupa
perasaan kehilangan dan kesedihan yang menetap, diikuti oleh kecemasan,
mudah tersinggung, gangguan tidur, kurang nafsu makan, dan perasaan
bersalah.
3. Women with borderline personalities
Ibu pada ambang gangguan emosi mempunyai beberapa gejala seperti di
atas, tetapi di tambah oleh perasaan putus asa, hampa, dan tak berguna.
Perasaa ini bisa saja timbul sebelum kehamilan, tapi menonjol pada saat
kelahiran.
4. Postpartum psychosis
Ibu dengan depresi psikotik kehilangan kontak dengan realita dan
mengalami delusi dan disorientasi. Umunya berhubungan dengan
kesehatan bayi.

4
E. Etiologi
Psikosa pospartum disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Faktor sosial kultural ( dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau
etnik )
2. Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi )
3. Faktor psikososial ( adanya stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat
mengalami depresi, penyakit mental, problem emosional dll )
4. Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan
orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
5. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
6. Kelemahan, gangguan tidur ( imsomnia ), ketakutan terhadap suatu
masalah, ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.

Disamping itu, disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau


masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut
mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa
Sedangkan penyebab depresi postpartum belum diketahui secara pasti, tetapi
kemungkinan merupakan kombinasi dari aspek biologis, psikososial, dan
stasituasional. Ini juga berhubungan dengan latar belakang depresi personal atau
keluarga, dukungan sosial yang rendah, serta masalah selama kehamilan dan
kelahiran4.

F. Perubahan Psikologis

Menurut Bahiyyatun,2009, adaptasi psikologis pada periode post partum


menyebabkan stres emosional terhadap ibu baru, bahkan menyulitkan bila terjadi
perubahan fisik yang hebat. Faktor- faktor yang mempengaruhi suksesnya masa
transisi ke masa menjadi orang tua pada masa post partum yaitu:

1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman

4
Mitayani.Hal 164. 2009

5
2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4. Pengaruh budaya
Satu atau dua hari post partum, ibu cendrung pasif dan tergantung. Ia
hanya menuruti nasehat, ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih
berfokus untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, masih menggebu
membicarakan pengalaman persalinan5.

G. Adaptasi psikologis postpartum

Ada tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orangtua, yaitu
fase dependen, fase dependen-interdependen dan fase interdependen (Bobak,
2005).

1. Fase dependen dimulai selama satu hari sampai dua hari pertama setelah
melahirkan, ketergantungan ibu terhadap orang lain sangat menonjol. Ibu
mengharap segala kebutuhannya dapat dipenuhi oranglain, ibu
memindahkan energy psikologisnya kepada anaknya. Rubin menyebut
fase ini sebagai fase taking in (Bobak, 2005). Periode ini adalah suatu
waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orangtua sangat suka
mengkomunikasikannya (periode pink). Mereka merasa perlu
menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran
dengan kata-kata. Kecemasan dan keasyikan terhadap peran barunya
sering mempersempit lapang persepsi ibu. Oleh karena itu, informasi yang
diberikan pada waktu ini mungkin perlu diulang. Pada fase ini ibu
memerlukan dukungan sosial dari suami, keluarga, teman maupun tenaga
5
Machmudah.Hal 120.2015

6
kesehatan. Jika pada fase ini ibu tidak mendapatkan dukungan, maka
periode pink ini akan menjadi periode blues pada fase berikutnya (fase
taking hold) (Bobak, 2005).
2. Fase dependen-mandiri, ibu membutuhkan perawatan dan penerimaan dari
oranglain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara
mendiri. Ibu berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh
kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi. Rubin
menjelaskan keadaan ini sebagai fase taking hold yang berlangsung kira-
kira 10 hari (Bobak, 2005). Dalam enam sampai delapan minggu setelah
melahirkan, kemampuan ibu untuk menguasai tugas-tugas sebagai
orangtua merupakan hal yang penting. Beberapa ibu sulit menyesuaikan
diri terhadap isolasi yang dialaminya karena ia harus merawat bayi. Ibu
yang memerlukan dukungan tambahan adalah ibu primipara yang belum
mempunyai pengalaman mengasuh bayi, ibu yang bekerja, ibu yang tidak
mempunyai cukup teman atau keluarga untuk berbagi, ibu yang berusia
remaja dan ibu yang tidak mempunyai suami.
3. Fase interdependen yaitu ketika ibu dan keluarga bergerak maju sebagai
system dengan para anggota saling berinteraksi. Fase ini merupakan fase
yang penuh stress bagi orangtua. Kesenangan dan kebutuhan sering terbagi
dalam masa ini. Ibu dan pasangan harus menyesuaikan perannya masing-
masing dalam mengasuh anak, mengatur rumah dan membina karier
(Bobak,2005).

Periode tersebut diuraikan oleh Rubin terjadi dalam tiga tahap:

1. Taking in
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu pada umumnya
pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan
tubuhnya
b. Ibu akan mengulang-ulang cerita pengalamannya waktu bersalin dan
melahirkan
c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur

7
d. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu
biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses
pengendalian kondisi ibu tidak normal.

2. Taking Hold
a. Pada hari ke 2-4 post partum, perhatian ibu terfokus pada pada
kemampuannya untuk menjadi orang tua yang sukses dan lebih
bertangguang jawab terhadap bayinya
b. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan merawat bayinya,
misalnya : menggendong, menyusui dan lain-lain. Ibu agak sensitif
dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut, sehingga
cenderung menerima nasihat bidan karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.

3. Letting Hold
a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap
waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga
b. Ibu mengambil tangguang jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus
beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung yang
menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan
berhubungan sosial. Pada periode ini umumnya terjadi depresi post
partum6.

6
Fatimah nuril alifah.Hal 11-12. 2016

8
Kesimpulan

Kelahiran seorang anak akan menyebabkan timbulnya suatu tantangan mendasar


terhadap struktur interaksi keluarga. Bagi seorang ibu, melahirkan bayi adalah
suatu peristiwa yang sangat membahagiakan sekaligus juga suatu peristiwa yang
berat, penuh tantangan dan kecemasan. Tekanan psikologis setelah persalinan
merupakan gejala emosional dan perasaan dimana seseorang merasa murung,
tidak bisa tidur, pelelahan fisik yang berlebihan, dan tidak mengetahui apa yang
bisa dilakukan atas peranannya yang baru.

9
Daftar Pustaka

Fatimah nuril alifah.2016. Hubungan Faktor Psikososial Terhadap Kejadian


Pospartom Blus Diruang Nifas RSUD dr.ABDOER RAHEM
SITUBONDO. Skripsi Universitas Airlangga Surabaya.

Machmudah.2015. Gangguan Psikologis Pada Ibu Pospartum ; Pospartom Blues.


Jurnal Keperawatan Maternitas . Volume 3, No. 2, November 2015; 118-
125.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Kusyogo Cahyo,dkk. 2008. Kajian Adaptasi Sosial Psikologis Pada Ibu Setelah
Melahirkan (Post Partum) Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Semarang.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 / No. 1, Januari 2008.

10
11

You might also like