You are on page 1of 3

Glomerulonefritis

1. Definisi
Glomerulonefritis adalah inflamasi glomerulus, yang mempengaruhi kemampuan ginjal
untuk menyaring urin.
Catatan : inflamasi dapat terjadi di mana pun di ginjal :
a. Glomerulus, tempat yang paling sering terjadi inflamasi
b. Tubulus
c. Jaringan interstisial sekitar
2. Etiologi
a. Penyebab paling sering adalah infeksi streptokokus yang biasanya di mulai dengan nyeri
tenggorokan ( strep ), berkembang menjadi nefritis dalam 7 hingga 12 hari.
Glomerulonefritis disebabkan oleh infeksi streptokokus yang biasanya dapat di
sembuhkan dengan terapi. Bentuk glomerulonefritis akut lainnya pada akhirnya
berkembang menjadi glomerulonefritis kronis.
b. Setelah infeksi dengan virus tertentu ( campak, gondongan, dan cacar air ), pasien dapat
mengalami glomerulonefritis.
3. Tanda dan gejala
a. Pasien mungkin tidak menunjukkan gejala jika perkembangan penyakit berlangsung
lambat.
b. Hematoria (darah didalam urin) dan proteniria (jumlah protein didalam urin yang
abnormal). Inflamasi merusak membran glomerulus, menyebabkan pembesaran lubang
memungkinkan darah dan protein bocor keluar.kerusakan akibat glomerulonefritis tidak
seberat nefrosis dan dapat diobati.
c. Adema pada tangan dan wajah akibat retensi natrium dan air dapat menyebabkan
kelebihan beban volume cairan. Pantau penambahan berat badan .
d. Malaise dan sakit kepala : malaise mungkin gejala anemia yang berhubungan dengan
penurunan produksi eritropoietin atau akibat retensi toksin.
e. Mual dan muntah dapat disebabkan oleh retensi toksin
f. Peningkatan tekanan darah berhubungan dengan kelebihan volume cairan . fungsi ginjal
terganggu, menyebabkan produksi urin menjadi tidak efektif.
g. Gejala kelebihan cairan mencakup :
 Dispnea (yang berhubungan dengan edema pulmunal)
 Pembesaran vena leher
 Edema periorbital
 Edema pada tangan , wajah, pergelangan kaki, dan kaki.
h. Urin gelap (berwarna seperti kopi atau kola) .
i. Fase oliguria yang dilanjutkan dengan fase diuretik .
j. Diuresis harus dimulai dalam satu hingga dua minggu setelah awitan , glomerulonefritis,
tetapi darah dan protein dapat tetap berada didalam urin selama berbulan-bulan.
k. Awitan diuresis mengindikasikan permulaan fase pemulihan.
4. Pemeriksaan
a. Urinalisis poaitif mengandung darah dan protein
b. Urine 24 jam untuk menentukan kebersihan kreatinin ( creatinine clearance).
Pemantanan bersihan kreatinin mennetukan laju filtrasi glomerulus ( glomerulus
filtration rate, GFR), yang mengindikasikan bagaimana ginjal berfungsi. GFR mungkin <50
mL/ menit.
c. Peningkatan BUN dan kreatinin serum berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal
d. Pemeriksaan pencitraan untuk melihat ginjal secara lebih dekat
 Ultrasonografi ginjal
 Rontgen ginjal, ureter, dan kandung kemih ( kidney, ureter, and bladder, KUB)
 Kedua studi mungkin akan menunjukkan pembersaran ginjal
e. Biopsi ginjal untuk menentukan kesehatan jaringan ginjal
f. Antistreptolisin, titer O : untuk memeriksa antibodi streptokokus dan menentukan
apakah terdapat infeksi baru-baru ini. Ingat, streptokokus dapat memicu
glomerulonefritis
g. Pemeriksaan untuku menentukan adanya gangguan autoimun (miss, ANA)
5. Intervensi dan rasional
a. Urea tidak diekskresi, sehingga BUN meningkat. Batasi protein dalam diet untuk
mencegah peningkatan BUN lebih lanjut.
b. Pembatasan natrium : natrium menyebabkan retensi cairan
c. Pantau asupan cairan untuk mengontrol edema
d. Pantau haluaran cairan untuk mencegah komplikasi akibat kelebihan volume cairan.
Ketika haluaran cairan berkurang, diuretik dapat diberikan untuk mencegah kelebihan
beban pada sirkulasi.
e. Pantau berat badan
f. Berikan diuretik untuk menstimulasi ekskresi kelebihan natrium dan air.
g. Obat pengikat posfat (amphojel) mengurangi posfor dalam darah dan meningkatkan
kalsium serum. Fosfor tidak di ekskresi jika fungsi ginjal terganggu
h. Terapi ulkus dekubitus dengan penyekat H2 atau inhibitor pompa proton (mis., zantac,
nexium)
i. Steroid menurunkan inflamasi glomerulus jika penyebabnya berhubungan dengan
autoimun
j. Terapi infeksi streptokokus ( jika penyebabnya adalah infeksi streptokokus)
k. Tirah baring mengurangi tuntutan kebutuhan metabolik dan merangsang diuresis. Posisi
terlentang meningkatkan perfusi ginjal dilanjutkan dengan produksi urine
l. Tingkatkan karbohidrat di dalam diet untuk energi dan mencegah agar tubuh tidak
memecah otot untuk mendapatkan protein , yang dapat memicu pelisutan otot
m. Ketika terjadi kerusakan permanen, seperti pada glomerulonefritis kronis, dialisis mulai
dilakukan. Transplantasi ginjal mungkin dipertimbangkan
n. Berikan albumin sesuai program
o. Berikan lasix sesuai program
 Minimal dua akses vena diperlukan untuk infus lasix dan albumin secara bersamaan
 Infus albumin menarik cairan kedalam ruang vaskular dari jaringan edema dan
furosemid merangsang deuresis untuk mengeluarkan kelebihan cairan setelah cairan
tersebut di tarik ke dalam ruang vaskular. Oleh sebab itu, jika HANYA di berikan
albumin, albumin akan menyebabkan kelelbihan volume cairan dan jika HANYA di
berikan lasix, akan terjadi syok karena pasien telah mengalami defisit volume cairan.
 Prioritaskan aktivitas dan beri jarak di setiap aktivitas untuk menghemat energi dan
mencegah kelelahan.
 Berikan perawatan kulit yang cermat dan sering ganti posisi karena jaringan edema
beresiko mengalami kerusakan.
 Berikan prednison untuk mengurangi respons inflamasi di dalam glomerulus dan di
harapkan dapat mengerutkan lubang tempat protein bocor keluar.
 Auskulatasi paru setiap 2 jam. Fase oliguria ( tidak mengekskresikan cairan )
menyebabkan kelebuhan volume cairan.
 Pantau perubahan irama :
 Terdapat resiko hiperkalemia selama fase oliguria. Tidak ada pengeluaran
urin berarti penurunan ekskresi kalium.
 Terdapat resiko hipokalemia selama fase diuretik. Peningkatan
pengeluaran kemih dapat memicu kehilangan kalium secara berlebihan.
 Pantau dan catat asupan dan pengeluaran cairan.
 Pantau dan catat berat badan setiap hari.
 Diet :
 Rendah natrium, karena peningkatan aldosteron menyebabkan rtensi narium
 Tingkatkan karbohidrat untuk mendukung kebutuhan energi. Hal ini
mencegah di gunakannya protein untuk memenuhi kebutuhan energi.

You might also like