You are on page 1of 32

MAKALAH KESELAMATAN BAHAN KIMIA

KAJIAN PAJANAN DI TEMPAT KERJA


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keselamatan Bahan Kimia
Dosen : Anissa, M.Si

Di Susun Oleh

Kelompok 1

Muhamad Cahya

Risma Triningsih

Whyna Ari Anelita

PSKM K3

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

2018 – 2019

JL. RAYA CILEGON KM. 06, KEC. SERANG


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “KAJIAN PAJANAN DI TEMPAT KERJA”

Makalah ini di susun dengan maksimal terlepas dari semua itu kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Serang, 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Definisi Pajanan di Tempat Kerja ............................................................................ 3
2.2 Kajian Pajanan di Tempat Kerja dan Program Higiene Industri.............................. 3
2.3 Strategi Sampling Pajanan dan Sampling di Tempat Kerja ..................................... 4
2.4 Monitoring Pajanan Pekerja ..................................................................................... 26
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 28
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Exposure assessment merupakan bagian dari evaluasi pajanan dan seringkali


melibatkan pengambilan sampel untuk menentukan tingkat pajanan pekerja.
Dalam proses evaluasi ini, terdapat beberapa permasalahan yang seringkali
timbul, antara lain :

1. Sampel tidak diambil selama keseluruhan periode pajanan atau


bebrapa kegiatan yang penting terlewatkan, sehingga tingkat pajanan
yang diukur menjadi lebih rendah (underestimate) atau sebaliknya
menjadi berlebihan (overestimate).
2. Jumlah sampel yang tidak cukup dan tidak mempertimbangkan
variabilitas pajanan sehingga keputusan yang diambil tidak cukup
valid.
3. Hasil dari sampling statik kemungkinan tidak dapat memberikan
estimasi yang tepat (true estimate) terhadap pajanan pekerja.
4. Pengambilan sampel udara (air sampling) hanya dapat mengevaluasi
pajanan terhadap jalur inhalasi, namun tidak mewakili pajanan dari
rute lainnya seperti absorpsi melalui kulit, dan melalui rute oral
(walaupun hal ini jarang terjadi). Dalam hal ini, diperlukan
pengukuran tambahan yaitu biological monitoring.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kajian pajanan di tempat kerja ?
2. Apa saja program higiene industri di tempat kerja ?
3. Bagaimana strategi kajian pajanan di tempat kerja ?
4. Bagaimana sampling dalam kajian pajanan di tempat kerja ?
5. Bagaimana monitoring pajanan pada pekerja ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kajian pajanan di tempat kerja
2. Untuk mengetahui program higiene industri di tempat kerja
3. Untuk mengetahui strategi kajian pajanan di tempat kerja
4. Untuk mengetahui sampling dalam kajian pajanan di tempat kerja
5. Untuk mengetahui monitoring pajanan pada pekerja

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pajanan di Tempat Kerja

Kajian pajanan di tempat kerja (exposure assessment) adalah penentuan atau


estimasi (secara kualitatif maupun kuantitatif) dari besaran, frekuensi, lama
pajanan, dan rute pejanan. Dalam definisi yang disebutkan pada Mulhausen &
Damiano (2003), exposure assesment di definisikan sebagai “Determination
or estimation (qualitative or quantitative) of the magnitude, frequency,
duration, and route of exposure”. Terdapat beberapa jenis kajian pajanan di
tempat kerja, dan pada dasarnya jenis-jenis kajian pajanan di tempat kerja
dapat di bagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Kajian kualitatif (qualitative assessment), meliputi :


a. Recognition
b. Preliminary survey
c. Walkhrough survey
2. Kajian semi-kuantitatif (semi-quantitative assessment): Mathematical
modeling
3. Kajian pajanan kuantitatif (quantitative assessment): workplace
monitoring

2.2 Kajian Pajanan di Tempat Kerja dan Program Higiene Industri

Kajian pajanan di tempat kerja merupakan bagian terpenting dalam program


higiene industri. Berdasarkan hasil dari kajian pajanan inilah program-
program higiene industri yang dapat dilaksanakan. Data dari kajian pajanan
merupakan data awal (baseline) untuk pengembangan program higiene
industri lainnya, sehingga kajian pajanan merupakan bagian terpenting
(merupakan jantung dari program-program higiene industri). Gambaran
secara keseluruhan kajian pajanan di tempat kerja disajikan pada gambar 3-1.

3
2.3 Strategi Sampling Pajanan dan Sampling di Tempat Kerja

Terdapat beberapa panduan dan sumber informasi pajanan di tempat kerja,


yaitu antara lain:

1. Di Inggris terdapat strategi berdasarkan British Health and Safety


Executive HSG 173
2. Di Amerika terdapat :
a. Strategi berdasarkan AIHA Guidance
b. Strategi berdasarkan NIOSH Occupational Exposure Sampling Strategy
c. Strategi berdasarkan NSC (Nasional Safety Council)
Pada bagian berikut ini akan dibahas masing-masing strategi sampling ini
secara detail.

2.3.1 British Health and Safety Executive HSG 173

Berdasarkan British Health and Safety Executive di dalam panduan untuk


strategi sampling HSG 173, pendekatan secara terstruktur yang dianjurkan
untuk melakukan kajian pajanan di tempat kerja terdiri dari tiga tahapan,
yaitu :

4
1. Evaluasi awal (initial evaluation)
2. Survei dasar (basic survey)
3. Survei lebih detail (detail survey)
Diagram alir untuk tahapan kajian pajanan berdasarkan British Health and
Safety Executive dalam panduan sampling HSG 173 di sajikan pada gambar
3-2. Evaluasi awal (initial evaluation) perlu dilakukan untuk :

1. Memperoleh semua informasi yang relevan mengenai penggunaan bahan


kimia, pola pekerja, dan lainnya.
2. Mengamati proses operasi, mencari sumber pajanan.
3. Melakukan pengukuran kualitatif, sebagai contoh pengukuran dengan
menggunakan smoke tubes atau dust lamp, atau uji semi-kuantitatif yang
menggunakan indicator tube.
Selanjutnya, pengumpulan data dan informasi yang cukup harus diperoleh
untuk menentukan apakah diperlukan pengukuran lebih lanjut atau tidak.

1. Evaluasi Awal
(Initial Evaluation)

2. Survei Dasar
(Basic Survey)

3. Survei Lebih Detail


(Detail Survei)

Gambar 3-2. Diagram alir strategi kajian pajanan berdasarkan British Health and
Safety Executive HSG 173.

5
Langkah awal ini sangat menentukan, apakah pengambilan sampel udara
(air sampling) benar-benar diperlukan atau tidak.

Setelah evaluasi awal selesai dilakukan dan jika diputuskan bahwa


diperlukan pengambilan sampel udara, dilakukan survei dasar (basic
survey). Hal ini biasanya melipatkan beberapa hal :

1. Pegambilan sampel personal (personal sampling) untuk kelompok resiko


tinggi yang teridentifikasi dan pajanan buruk atau “worst case”. Penilaian
secara profesional (professional judgement) diperlukan untuk
mengklasifikasikan pekerjaan kedalam kelompok-kelompok yang
mempunyai pola pajanan serupa,dan untuk menentukan kelompok mana
yang kemungkinan mempunyai pajanan paling tinggi.
2. Pengambilan sampel yang difokuskan pada penentuan level pajanan
tertinggi (peak exposure level). Namun, jika terdapat kesulitan untuk
menentukan asumsi tentang pajanan yang ada pada keseluruhan shift
(whole shift), maka survey yang lebih detail diperlukan.
3. Pada kondisi tertentu, perlunya dilakukan pengambilan sampel
background/sampel statik (static sampling), untuk mengevaluasi risiko
terhadap pekerja atau mengidentifikasi sumber utama pajanan.
4. Untuk mengevaluasi efektivitas sistem pengendalian sperti local
extraction system (sistem ekstraksi lokal) dan bentuk pengendalian
lainnya.
Setelah basic survey selesai dilaksanakan, dan jika hasilnya menunjukan
bahwa pajanan berada dibawah OEL (Occupational Exposure Limit) atau
Nilai Ambang Batas (NAB), dapat diasumsikan bahwa tidak terdapat
pajanan yang dapat berdampak buruk dan mempengaruhi kesehatan pekerja,
dan tidak diperlukan survei lebih detail. Jika dari hasil basic survey
diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa pajanan berada di atas OLL dan
adanya indikasi kondisi kemungkinan konsentrasinya melebihi OLL, maka
diperlukan survei yang lebih detail. Strategi yang terakhir ini juga terutama
diperlukan jika terdapat situasi pajanan yang kompleks. Umumnya untuk
melakukan survei yang detail ini akan diperlukan sampel yang cukup

6
sehingga memungkinkan hasilnya dapat dianalisis menggunakan statistik
untuk melakukan survei ini, diperlukan pengukuran yang lebih ekstensif,
pengukuran dilakukan pada berbagai kondisi, serta diperlukan peralatan
yang lebih canggih beberapa hal yang harus dilakukan antara lain adalah:

1. Pengambilan sampel personal (personal sampling) yang meliputi


keseluruhan shift (whole shift) harus dilakukan.
2. Jika memungkinkan, pengambilan sampel difokuskan guna memperoleh
beberapa sampel consecutive yang mencakup seluruh periode kerja
(working period).
3. Pengambilan sampel harus mencerminkan dan mencakup berbagai
variasi dalam pola kerja dan kondisi kerja yang dapat mempengaruhi
pajanan. Sebagai contoh, pengambilan sampe dilakukan pada shift yang
berbeda.
4. Jika pengambilan sampel kelompok (group sampling) dilakukan, dimana
pekerja dipisahkan dalam beberapa kelompok-kelompok, kemudian
dipilih secara acak sejumlah pekerja dari setiap kelompok, maka untuk
hal ini interpretasi hasilnya perlu dianalisis dengan baik untuk
memastikan bahwa telah dilakukan pengelompokan secara valid sebelum
kajian dibuat sebagai mewakili pajanan kelompok.

2.3.2 Panduan AIHA

Strategi kajian pajanan berdasarkan Paduan AIHA (AIHA Guidance) telah


bergeser kearah pendekatan menggunakan Comprehensive Exposure
Assessment daripada pendekatan sebelumnya yang tradisional yaitu
Compliance Monitoring. Compliance Monitoring atau monitoring yang
berbasis kepatuhan pada peraturan, difokuskan pada “maximum risk
employee” atau pekerja dengan risiko maksimum guna menentukan apakah
pajanan berada di bawah atau di atas nilai ambang batas. Comprehensive
Exposure Assessment atau kajian pajanan secara komprehensif mempunyai
pendekatan yang agak berbeda dimana pendekatan ini menekankan pada
karakterisasi seluruh pajanan yang mungkin terjadi pada setiap harinya.

7
Pergeseran paradigma ini disajikan pada Gambar 3-3. Data yang diperoleh
dari kajian pajanan secara komprehensif ini memberikan gambaran pajanan
secara lebih detail mengenai profil pajanan (termasuk variabilitas,rata-rata
pajanan) yang mencakup seluruh pekerja, hari kerja, dan bahan kimia yang
digunakan.data dari hasil kajian pajanan secara komprehensif ini dapat
digunakan untuk studi epidemiologi.

Strategi untuk kajian pajanan ditempat kerja berdasarkan Panduan AIHA


disajikan pada Gambar 3-5. Berdasarkan Panduan AIHA yang diadopsi oleh
Mulhausen dan Damiano (2003), strategi untuk melakukan kajian pajanan di
tempat kerja terdiri dari beberapa 7 elemen, yaitu :

1. Tahap mulai yang menentukan tujuan kajian pajanan


2. Karakterisasi dasar (basic characterization)
3. Tahapan kajian pajanan (exposure assessment), termasuk penentuan
apakah pajan dapat diterima, tidak pasti atau pajanan tidak dapat diterima
4. Pengumpulan data lebih lanjut
5. Pengendalian bahaya kesehatan (health hazard control)
6. Kajian ulang (reassessment)

Monitoring kepatuhan Kajian pajanan


terhadap peraturan komprehensif

Pajanan di atas atau di Karakterisasi seluruh


bawah nilai ambang batas pajanan untuk seluruh
pekerja pada seluruh hari
kerja

Gambar 3-3. Pergeseran paradigma strategi kajian pajanan dari monitoring


kepatuhan terhadap peraturan menjadi kajian pajanan komprehensif,(Sumber
Mulhaussen dan Damiano,2003

8
7. Komunikasi dan dokumentasi, namun elemen ini merupakan elemen
penting, yaitu mengomunikasikan hasil kajian pajanan, temuan yang
diperoleh, serta dokumentasi hasil tersebut.

Proses yang diterapkan pada strategi berdasarkan panduan AIHA ini


merupakan proses iteratif. Siklus dapat berulang sebanyak jumlah yang
diperlukan hingga dapat dicapai kesimpulan pajanan dengan tingkat
kepercayaan yang cukup.pada setiap tahapannya, penggunaan teknik dan
alat sampling yang diperlukan menjadi kompleks, terutama pada tahapan
exposure assesment atau kajian pajanan. Secara lebih detail untuk masing-
masing langkah guna menentukan profil pajanan disajikan pada gambar 3-5.

Monitoring kepatuhan
terhadap peraturan
(Compliance monitoring)

Apakah hasilnya di bawah


Tujuan kajian pajanan NAB (below OEL) ?
(exposure assesment goals)

Kajian pajanan komperhensif

(comprehensive exposure
assesment)

Data yang diperoleh dapat


digunakan untuk studi
epidemiologi

Gambar 3-5. Menentukan tujuan kajian pajanan (exposure assesment goals)

9
Langkah Pertama

Langkah pertama yaitu menemukan tujuan kajian pajanan. Pada tahapan ini
ditentukan apakah tujuan kalian yang akan digunakan adalah kajian pajanan
komprehensif atau monitoring untuk kepatuhan terhadap peraturan. Untuk
tujuan pajanan yang fokusnya berorientasi pada kepatuhan terhadap
peraturan, maka hasil yang diperoleh dibandingkan terhadap nilai ambang
batas (NAB) atau occupational exposure limit (OEL). Sedangkan kajian
pajanan secara komprehensif lebih berfokus pada detail kajian pajanan
ketika variabilitas pekerja, pola kerja, waktu kerja, dan pajanan rata-rata
pada hari yang berbeda juga turut dipertimbangkan. Data dari hasil kajian
komprehensif dapat diperlukan. Gambaran untuk pemilihan penetapan
tujuan kajian pajanan disajikan pada Gambar 3-4.

Langkah Kedua

Langkah selanjutnya dalam proses ini adalah dilakukan karakterisasi dasar


(basic characterization), dimana tahap ini adalah yang terpenting. Pada
tahap ini dilakukan pengumpulan informasi dan melakukan “walkthourgh
survey”. Informasi yang perlu diperoleh antara lain adalah :

10
1. Proses kerja, proses operasi dan kegiatan yang dilakukan .
2. Karakteristik pekerja dan pola kerja.
3. Bahan kimia yang terdapat di tempat kerja, sifat fisik dan kimianya,
kandungan berbahaya, jumlah yang digunakan.
4. Bagaimana dan kapan pekerja terpajan bahan kimia berbahaya.
5. Efek kesehatan yang mungkin timbul, mekanisme toksisitas, dan OEL
nya.
6. Jenis pengendalian yang diterapkan dan yang digunakan termasuk
pengendalian teknis (engineering control), pengendalian administratif
(administrative control), pengendalian prosedur kerja (work practice
control) dan alat pelindung diri.

Langkah Ketiga

Langkah ketiga setelah karakterisasi dasar selesai dilakukan penilaian


pajanan (exposure assessment). Beberapa tahapan yang penting antara lain
adalah:

1. Menetapkan kelompok pajanan serupa (similar exposure group (s)


[SEGs]).kelompok dengan pajanan serupa adalah sekelompok pekerja

11
dengan profil pajanan serupa. Untuk menentukan/mengelompokkan
pekerja dalam SEG ini, beberapa asumsi dasar yang digunakan adalah:
a. Kesamaan dalam melakukan tugas (task similarity)
b. Kesamaan frekuensi dalam melakukan tugas (similar task frequency)
c. Kesamaan material yang digunakan (similar materials)
d. Kesamaan proses pekerjaan (similar process)
e. Kesamaan dalam metode yang digunakan untuk bekerja
Untuk menentukan SEG perlu dilakukan observasi di tempat kerja,
pengkajian terhadap hasil survei sebelumnya, atau kombinasiu keduanya.

2. Menentukan profil pajanan pada setiap SEG. Penentuan profil pajanan


adalah mengestimasi intensitas pajanan dan bagaimana intensitas pajanan
ini bervariasi selama periode waktu untuk pekerja dalam kelompok SEG.
Untuk menentukan profil pajanan, dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan, antara lain:
a. Penilaian kualitatif berdasarkan observasi di tempat kerja,
b. Penilaian kualitatif yang didukung oleh exposure rating (simlified
modeling approaches). Skema penilaian diberikan dalam
panduanAIHA. Pendekatan lainnya seperti HSE’s COSHH Essentials
atau skema Control Banding lainnya dapat digunakan.
c. Pengukuran secara semi-kuantitatif atau pengambilan sampel area
(area sampling) atau sampling statik (static sampling).
d. Melakukan survei untuk mengukur pajanan pekerja. Hal ini
direkomendasikan terutama untuk lokasi kerja ketika pajanan melebihi
10% dari OEL.
e. Memperoleh data dan informasi dari literatur pada industri yang
serupa.
f. Modeling pajanan (exposure modeling).
g. Surrogate data, menilai pajanan pada satu agens berdasarkan pada
data yang diperoleh untuk zat-zat serupa lainnya.
Salah satu cara untuk menentukan exposure rating adalah menggunakan
Tabel 3-1. Tabel ini berguna untuk menentukan profil pajanan berada

12
sampai pada tingkat yang rendah (rating 1) atau pada kategori tinggi (rating
4).

Tabel 3-1. Penggunaan exposure rating dalam menentukan profil pajanan


(Sumber:Dinardi,2003).

kategori Deskripsi

4 >5% melampaui NAB/OEL (95 persentil di atas NAB/OEL)

3 >5% melampaui 0,5 x NAB (95 persentil antara 0,5 x NAB dan 1,0 NAB)

2 >5% melampaui 0,1 x NAB (95 persentil antara 0,1 NAB dan 0,5 NAB)

1 Sangat minimal untuk melampaui 0,1 x NAB (95 persentil <0,1 x NAB)

Kategorisasi yang digunakan pada tabel ini adalah berdasarkan estimasi


rata-rata aritmatik dari profil pajanan terhadap NAB/OEL.

3. Membandingkan profil pajanan dengan OEL dan menentukan apakah


pajanan dapat diterima. Ketika membandingkan profil pajanan dengan
OEL, ketidakpastian dari data perlu dipertimbangkan. Pajanan pada
pekerja dapat sangat bervariasi. Ketidakpastiaan data (data uncertainty)
akan sangat bergantung pada bagaimana sampel tersebut diperoleh, dan
berapa jumlah sampe yang diambil. Justifikasi profesional (professional
judgement) sangat diperlukan dalam hal ini untuk menentukan apakah
pajanan dapat diterima (acceptable), pajanan tidak diterima
(unaccpetable), atau kajian pajanan (exposur assessment) telah
selesai,namun kajian ulang tetap harus dijadwalkan kembali pada interval
yang tepat (bergantung pada penilaian profesional). Apabila hasil yang
diperoleh bahwa pajanan tidak dapat diterima, perlu dilakukan tindakan
pengendalian. Setelah tindakan pengendalian (control) ini diterapkan,
kajian ulang perlu dilakukan kembali untuk mengecek bahwa pajanan
sudah turun hingga ke level yang dapat diterima. Jika diperoleh hasil
bahwa pajanan tidak dapat dipastikan (uncertain), perlu dilakukan

13
pengumpulan data dan informasi lebih lanjut serta kembali melakukan
pengukuran yang lebih detail.
Langkah keempat

Langkah keempat adalah pengumpulan data lebih lanjut. Langkah ini di


perlukan jika profil pajanan tidak diketahuksecara pasti, tingkat pajanan
tidak dapat ditentukan serta pajanan dengan exposure ranting tinggi.
Pengumpulan data lebih lanjut dapat dilakukan antara lain melalui lima cara,
yaitu:

1. Monitoring pajanan (exposure monitoring). Jika pajanan tidak diketahui,


monitoring terhadap pekerja (personal worker exposure monitoring)
perlu dilakukan. Contohnya adalah melakukan pengukuran udara di
tempat kerja (environmental monitoring) maupun personal air sampling.

2. Eposure modeling. Teknik ini merupakan teknik untum memprediksi


secara matematis tingkat pajanan pekerja.

3. Biological monitoring. biological monitoring diperlukan untuk mengkaji


prof pajanan jika terdapat kondisi yang ada kemungkinan jalur pajanan
melalui kulit

4. Toxicological data generation. Jika toksisitas data untuk bahan kimia


yang digunakan tidak tersedia, akan sulit untuk membuat justifikasi
terhadap bahan tersebut, meskipun profil pajanan nya telah diperoleh
secara komprehensif. Dalam hal ini diperlukan ahli toksikologi untuk
mengetahui efek kesehatan.

5. Epidemiological data generafion. Studi epidemiologi ditunjukan untum


mengetahui hubungan antara pajanan dan dampak kesehatannya. Hasil
studi epidemiolohi ini sangag berguna untuk mengetahuk secara
komprehensif dan menambah data toksikologi sehingga dapat dilakukan
justifikasi lebih baik.

14
Pengumpulan data lebih 5 cara untuk memperoleh
lanjut diperlukan jika: data lebih lanjut:

 Profil pajanan tidak  Monitoring pajanan


diketahui  Exposure modeling
 Tingkat pajanan tidak  Biological monitoring
dapat ditentukan  Toxicological data
 Pajanan dengan generation
exposure rating tinggi.  Epidemiological data
generation

Langkah kelima

Pengendalian bahaya kesehatan (health hazard control). Pengendalian


diperlakukan untuk tingkat pajanan yang berbeda pada tingkat pajanan tidak
dapat diterima (unacceptable). Jika terdapat profil pajanan pada SEG yang
tidaj dapat di terima, maka hal ini merukan daftar prioritas untuk dilakukam
pengendalian.

Langkah keenam

Kajiam ulang (reassessment). Pengkajian ulang dipeelukan untuk


mengevalusi secara periodik hasil kajian pajanan, serta menentukan apakah
monitoring rutin diperluka untuk memastikan bahwa tingkat pajanan berada
pada level yang dapat diterima. Kajian ulang mempunyai beberapa tujuan,
antara lain :

1. Memvalidasi hasil justifikasi untuk pajanan yang dapat diterima.

2. Meyakinkan bahwa proses operasi tidak berjalan diluar kendali.

3. Prodil pajanan dan seg perlu diperbaharui.

Kajian ulang juga harus dikaitkan dengan program manajemen perubahan


(management of change) untuk membantu mengidentifikasi perubahan yang
terjadi pada proses produksi, material, ataupun perubahan pekerja yang

15
dapat memengaruhi atau memperburuk kondisi pajanan, kajian ulang ini
diperuntukan pada kondisi ketika terjadi perubahan, antara lain:

1. Peningkatan/penurunan laju produksk.

2. Peningkatan/penurunan energi yang digunakan untuk produksi.

3. Pekerja baru atau pekerja yang belum terlatih.

4. Perubahan NAB.

5. Ditemukan nya data toksisitas yang baru.

6. Perubahan material baik penggunaan bahan kimia baru maupun jika


terjadi perubahaan sifat fisik dan kimia

Langkah ketujuh

Komunikasi dan dokumentasi, walaupun elemen ini tidak terdapat pada


gambar 3-2, namun elemen ini merupakan elemen yang penting, yaiutu
mengomunikasikan hasil kajian pajanan, temuan yang diperoleh, serta
dokumentasi hasil tersebut. Seluruh hasil temuan dari kajian pajanan harus
didokumentasiman, kemudian hasil semua temuan ini juga harus
dikomunikasikan pada pekerja dalam kelompok SEG dan unit terkait
lainnya seperti pihak manajemen, perwakilan buruh, staf medis, stap teknik
serta unit lain yang terkait pada program proteksi kesehatan pekerja. Hal-hal
yang harus dicatat antara lain adalah:

1. Daftar SEG (list of SEGs).

2. Profil pajanan.

3. Justifikasi yang dibuat untuk tingkat pajanan yang dapat diterima.

4. Program dasar dan program monitoring rutin (baseline and routine


monitoring programs).

5. Pengendalian bahaya dan implementasinya.

16
2.3.3 NIOSH Occupational Exposure Sampling Strategy

NIOSH mengeluarkan manual untuk strategi sampling kajian pajanan di


tempat kerja yang berjudul Occupational Exposure Strategy Manual (Leidel
et al,1977). Pada manual ini disajikan secara detail mengenai strategi
sampling untuk kajian pajanan. Pada gambar 3-8 disajikan diagram alir
untuk strategi sampling untuk pengukuran kajian pada pekerja yang
direkomendasikam NIOSH.

Tahapan

Berdasarkan manual ini, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam
melakukan kajian pajanan, yaitu:

1. Survei material yang digunakan di tempat kerja (workplace material


survey). Tujuan utama dari survei ini adalah untuk memperoleh informasi
bahan kimia yang dapat berpotensi menimbulkan pajanan bagi pekerja,
serta bagaimana bahan ini digunakan. Tahap pertama yang dilakukan
adalah membuat tabel seluruh bahan kimia yang digunakan terhadap
lokasi kerja. Data ini juga diperoleh dari catatan bagian purchasing.
Selain itu , MSDS (Material Safety Data Sheet) atau Lembar Data
Keselamatan Bahan (LDKB) dari bahan kimia yang digunakan juga perlu
dikumpulkan.

2. Proses operasi sebagai sumber kontaminan. Proses operasi dapat


berpotensi menjadi sumber kontaminan. Beberapa contok proses operasi
yang berpotensi menghasilkan kintaminan kimia ke udara antara lain:

a. Proses yang dapat menghasilkan debu, seperti grinding, sanding,


sawing, pemotongan (cutting), penghancuran (crushing), screening,
penyaringan (sieving).

b. Semua proses yang melibatkan pembakaran.

c. Proses yang melibatkan peleburan logam, proses ini dapat melepaskan


fume logam dan oksida logam.

17
d. Semua proses penyemprotan cairan pelarut atau produk yang
mengandung pelaryt, seperti pencampuran material basah (wet
material), degreasing, penyemprotan cat ataupun aktivitas
pengeringan.

e. Proses-proses terhadap permukaa , sepertu: pickling, etching, dipping,


dan pembersihan (cleaning).

3. Observasi tempat kerja. Kunjungan ke tempat kerja sebaik nya dilakukan


agar dapar memberi informasi apakah pekerja terpajan oleh kontaminan
udara atau tidak. Observasi ke tempat kerja dapat dilakukan dengan
teknik yang disebut walkthrough survey. Observasi ke tempat kerja juga
dapat memberikan beberapa informasi, antara lain (Leidel at al., 1977):

a. Sumber-sumber kontaminan udara dapat diketahui dengan melihat dan


mendeteksi secara visual dapat diketahui adanya sumber kontaminan
udara, seperti : operasi yang menghasilkan debu, emisi asapa, tercium
bau hahan kimia tertentu, iritasi pada hidung atau mata juga
mengindikasikan ada nya pajanan gas atau uap tertentu. Keberadaan

18
debu yang terakumulasi pada lantai, meja, atau permukaan horizontal
lainnya.

b. Jarak/ lokasi pekerja dibandingkan dengan sumber kontaminan,


karena semakin dekat posisi pekerja terhadap kontaminan, semakin
tinggi kemungkinannya untuk terpajan.

c. Melihat air flow.

d. Mengamati prosedur dan metoda kerja dari pekerja.

e. Ada atau tidaknya ventilasi dan apakah vebtilasi bekerja dengan baik
atau tidak.

f. Kebiasaan pekerja (hygiene practice, apakah pekerja menggunakan


alat pelindung diri, dan bagaimana alat pelindung diri tersebut
digunakan).

g. Inspeksi terhadap tindakan pengendalian yang diterapkan seperti:

 loc exhaust, ventilation, administrative control, respirators, dan


jenis alat pelindung diri lainnya.

 kondisi dari ventilation ductwork (apakah terdapat lubang, adanya


tanda-tanda kerusakan/degredasi).

 apakah sistem ventilasi memberikan pengendalian yang cukup atau


tidak

 desaib,instalasi, atau pemeliharaan peralatan pengendalian.

h. Temperatur di tempat kerja. Semakin tinggi tenperatur maka


kecepatan penguapan pelarut dan bahan kimia cairan bertambah.

4. Komplain dan keluhan pada pekerja. Keluhan atau gelaja yang di alami
pekerja harus dipertimbangkan dalam menentukan kebutuhan kajian
pajanan. Dalam hal ini diperlukan juga bantuan dan konsultasi dengan
staf medis untuk memperoleh informaai yang lengkap.

19
5. Pelaporan. Laporan kajian pajanan terdiri dari:

a. Tanggal laporan

b. Nama dan nomor kartu identitas dari pekerja (mis., nomor kartu
pegawai, dan nomor KTP)

c. Operasi kerja yang dilakukan oleh pekerja saat pengukuran .

d. Lokasi kerja.

e. Jenis bahan kimia yang memajani pekerja.

f. Informaai, hasil observasi, dan estimasi yang mengindikasikan bahwa


pekerja yang bersangkutan terpajan bahan kimia.

g. NAB bahan kimia.

h. Komplain dan gejala yang diswbabkan oleh pajanan bahan kimia


tersebut

i. Tipe kontrol dan efektivitasnya.

j. Kisaran kondisi operasi pada saat dilakukan pengukuran.

k. Kesimpulan dan tindakan apa yang harus dilakukan.

2.3.4 Strategi Sampling

Strategi sampling berdasarkan manual ini, beberapa hal yang harus


dipertimbangkan berdasarkan konsep 5W 1H yaitu:

1. 1 bahan kimia apa (What) yang akan disampel?


2. pekerja yang mana (Whom) yang akan disampel?
3. dimana (Where) peralatan sampel diletakan?
4. berapa jumlah (How many) sampel yang harus diambil pada setiap
hari kerjanya untuk menentukan pajanan?
5. kapan (When) waktunya selama hari kerja harus diambil sempel ?
6. berapa banyaj hari kerja (Which work days) selama setahun harus
diambil sampelnya, dan kapan (When)?

20
Pada Occupational Exposure Sampling Manual ini juga dibahas secara
detail mengenai hal-hal berikut:

1. Penentuan pekerja yang akan disampel. Dasar dalam melakukan


penentuan/pemeliharaan pekerja yang akan disampling adalah
berdasarkan konsep "pekerja dengan kemungkinan pajanan terbesar".
Berdasarkan konsep ini, maka NIOSH merekomendasikan ada beberapa
jenis pendekatan yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Pemihan berdasarkan maximum risk employee. Maximum risk


employee adalah pekerna yang diasumsikan memiliki pajanan
tertinggi atau terbesar. Beberapa pertimbangan berikut dapat dijadikan
dasar untuk asumsi tersebut :

 Pekerja dengan jarak terdekat dengan sumber pajanan


 Mobilitas pekerja
 Pola pergerakan udara
 Kebiasaan/habit pekerja
b. Random sampling dari sekelompok pekerja yang memiliki risiko
homogen (homogeneous risk group). Pada kondisi ketika maximum
risk employee tidak dapat ditentukan, perlu dilakukan pengambilan
sampel berdasarkan random sampling untuk homogenous risk group
untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil, maka harus
terlebih jumlah pekerja dalam kelmpok homogenous risk group.
Pekerja yang diambil sebagai sampel diambil secara random.
c. Pemilihan sampel untuk periodik monitoring. Periodik monitoring
diperlukan jika diketahui konsentrasi pajanan berada pada atau diatas
NAB. Prosedur pemilihan sampel untuk periodik monitoring dapat
digunakan pendekatan maximum risk employee ataupun
menggunakan pendekatan random sampling untuk homogenous risk
group. Periodik monitoring ini diperlukan hingga dapat dipastikan
konsentrasi pajanan pekerja berada dibawah NAB.
2. Jenis sampel yang diambil meliputi personal, breathing zone, atau
general air sample. Pada dasarnya, NIOSH mengklasifikasikan jenis

21
sampel yang diambil menjadi tiga jenis, yaitu personal sample, breathing
zone sample, dan general air sample.
a. Personal sample. Pada personal sample, peralatan sampling dipasang
pada pekerja dan dikenakan secara kontinu oleh pekerja sepanjang
waktu istirahat.
b. Berathing zone sample. Pada breathing zone sample, peralatan
sampling dipasang di dekat saluran pernapasan, dan peralatan sampel
dibawa oleh pengambil sampel.
c. General air sample. Peralatan sampel ditempatkan pada lokasi tertentu
yang telah ditetapkan (fixed location) di lingkungan kerja. Jenis
sampel ini juga disebut sebagai “area sampling”.

Saat kini, dengan kemajuan teknologi, personal sampel dan breathing


zone dapat dilakukan sekaligus tanpa membutuhkan pengambil sampel
untuk selalu berada didekat pekerja, sehingga istilahnya menjadi
perosnal breathing zone. Artinya sampel perorangan yang diambil di
dekat saluran pernapasan pekerja. Alat sampel dibawa oleh pekerja
secara kontinu selama pekerja melakukan pekerjaan maupun waktu
istirahat hinggga selesai pengambilan sampel.

3. Strategi pengukuran pajanan (exposure measurement strategies). Untuk


menentukan berapa lama sampel dapat diambil ada beberapa alternatif,
yaitu :
a. Sampling waktu TWA berlangsung selama 8 jam, sedangkan sampling
untuk ceiling berlangsung selama 15 menit.
b. Pelaksanaan sampling ada beberapa metode berdasarkan periode
waktunya :
 Fuul period (selama 8 jam kerja untuk pengukuran TLV-TWA atau
15 menit untuk pengukuran ceiling)
 Partial period (kurang dari full periode sampling)
 Grab sampling (dilakukan sekitar 10 menit)
c. Berdasarkan jumlah smaplingnya :
 Single sample (sampel tunggal)

22
 Consecutive sample (sampel lebih dari satu)
4. Pencatatan hasil pengukuran. Merupakan bagian terpenting dalam evaluasi
pajanan.

2.3.5 National Safety Council

Pada buku Fundamental Industrial Hygiene yang diterbitkan oleh National


Safety Counci, dan ditulis oleh Elizabeth R. Gross, CIH dan Elise Pechter,
CIH (Bab 15) tahapan dan strategi sampling dibuat berdasarkan konsep 7W
dan 3H, yaitu :

1. Apa dan bagaimana sampling dilakukan (what and how to sample)


Apa yang harus dilakukan sampel ? Sampling harus representatif dan
mewakili seluruh kondisi di tempat kerja. Harus ditetapkan pula
kontaminan apa yang diukur dan diambil sampelnya, beberapa
pertimbangan yang diperlukan antara lain adalah :
a. Kuantitas dan metode apa yang akan digunakan
b. Dilakukan pada pekerja yang mengalami efek kesehatan buruk
c. Difokuskan pada kimiawi yang sangat toksik, volatil, karsiongen, dan
tertogen
d. Jika ada kemungkinan berada dalam bentuk campuran, maka
konsentrasinya harus diperoleh dalam bentuk campuran.
Berdasarkan instrumen yang digunakan untuk sampling, sampling dapat
dilakukan dengan dua cara :
a. Direct measurment adalah pengukuran kontaminan udara dengan
menggunakan direct reading measurment, sehingga tidak memerlukan
analisis laboraturium.
b. Indirect measurment adalah pengukuran kontaminan udara yang
memerlukan analisis laboraturium, tempat dilakukan sampling untuk
mengambil contoh udara yang kemudian diukur di laboraturium.
Contoh udara yang diambil harus mewakili keseluruhan tempat kerja
yang akan dievaluasi.

23
2. Di manakah sampling dilakukan (where to sample)
Pada dasarnya, pengambilan sampel dapat dilakukan pada beberapa
tempat, yaitu sampel perorangan (personal sample) dan area sample atau
general sampling. Personal sampling adalah salah satu metode dalam
melakukan evaluasi pajanan kontaminan udara terhadap pekerja. Personal
sampling merupakan metode pengumpulan contoh/smapel udara dimana
perlatannya dipakai oleh pekerja. Posisi peralatan ini sedekat mungkin
dengan breathing zone (area pernapasan) pekerja sehingga data yang
diperoleh dapat digambarkan perkiran terdekat konsentrasi kontaminan
yang terinhalasi. Gambar 3-1 menyajkan gambar perlatan personal
sampling yang digunakan pekerja (Gross dan Pechter, 2002).
Area sampling atau general sampling ditujukan untuk mengambil udara di
lingkungan kerja dan alatnya diletakan dilokasi kerja. Namun, general
sampling ini tidak dapat menggambarkan konsentrasi kontaminan yang
memjani pekerja sehingga, metode ini umunya digunakan untuk
menggambarkan pajanan lingkungan, mengindikasikan konsentrasi
flammable atau eksplosif untuk mencegah agar pekerja tidak memasuki
kawasan dengan konsentrasi bahan kimia yang tinggi. Confined space,
seperti sewer line dan reaction vessel adalah contoh tempat general/area
sampling diperlukan.
3. Siapa yang akan di sampling (whom to sample)
Pekerja yang dijadikan sebagai smapel terutama adalah pekerja dengan
risiko tertinggi (maximum risk employee), yaitu perkerja terdekat dengan
sumber penghasil kontaminan di udara. Namun, habit/kebiasaan pekerja
dalam bekerja juga dapat memberikan pengaruh yang signifikan. Seperti
contoh kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, minum, atau merokok.
Bila seorang terbiasa mencuci tangan mungkin dia individu ini yang
memiliki risiko pajanan tertinggi meskipun posisinya tidak dekat dengan
sumber pajanan. Juga cara bagaimana pekerja melakukan pekerjaannya
dapat mempengaruhi seberapa besar risiko pajanan terhadap pekerja.
4. Kapan sampling dilakukan (when to sample)

24
Kapan sampling dilakukan juga merupakan faktor penting. Bila pabrik
berada di lokasi yang perubahan temperaturnya terjadi sepanjang
perubahan musim, maka sampling di lakukan pada saat musim panas dan
musim dingin. Umumnya, saat musim panas pintu dan jendela akan dibuka
sehingga terjadi pengenceran konsentrasi bahan kimia. Bila digunakan
AC, konsentrasi kontaminan relatif akan sama sepanjang tahun.
Jika di pabrik tersebut jam kerjany lebih dari 1 shift, sampel harus diambil
pada masing-masing shift tersebut. Konsentrasi kontaminan maupun
pajanan mungkin akan berbeda pada shift yang berbeda. Umumnya,
kontaminan tidak dilepaskan ke lingkungan pada kecepatan yang
tetap/konstan sehingga konsentrasinya dapat berbeda-beda pada waktu
yang berbeda. Aliran udara di ruangan tersebut, variasi proses, perubahan
cara kerja operator, variasi dalam kecepatan emisi kontaminan, merupakan
faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan konsentrasi yang
kontinu selama shift kerja.
5. Berapa lama sampling dilakukan (how long to sample)
Berapa lama samplig dilakukan bergantung pada beberapa hal seperti
berapa liter volume udara yang perlu diambil, durasi sampling, dan tujuan
dilakukan nya pengukuran. Sampling untuk pengukuran nilai ambang
batas (NAB) atau threshold limit value-time weighted average (TLV-
TWA) dilakukan dalam waktu yang lebih lama daripada pengukuran nilai
pajanan tertinggi (ceiling value).
Sampling dapat dilakukan selama periode penuh 8 jam untuk pengukuran
TLV-TWA dan 15 menit untuk pengukuranTLv-Ceiling, periode sebagian
(partial perod), atau grab sampling (tidak lebih dari 10 menit).
6. Apa yang harus dicatat selama sampling (what to note during sampling)
Terdapat beberapa hal yang harus dicatat selama sampling, yaitu mengenai
:
1. Total waktu yang digunakan selama pengambilan sampel, berapa lama
sampling dilaksanakan
2. Laju air (flow rate) pompa awal dan akhir sampling
3. Lokasi tempat sampling dilaksanakan

25
4. Pekerja mana/siapa yang di monitor
5. Deskripsi proses yang di evaluasi
6. Engineering controls yang telah dilakukan
7. Apakah ada general/local exhaust
8. Apakah ada proses lain disekitar sampling area
9. Alat pelindung diri yang digunakan pekerjap
10. Bagaimana pekerja melaksanakan pekerjaaannya
7. Berapa banyak sampling yang harus diambil (how many sample to take)
Tidak ada ketepatan pasti berapa jumlah sampel yang diperlukan dalam
mengevaluasi pajanan terhadap pekerja. Jumlah sampel sangat tergantung
pada tujuan sampling. Pengukuran single sample bisa memperlihatkan
hasil yang tinggi atau rendah tergantung dari error-nya. Beberapa sampel
mungkin diperlukan untuk secara akurat memperlihatkan pajanan harian,
TWA dan short-term exposure pada pekerja yang mengerjakan banyak
tugas selama shift kerjanya. Direct-reading instrument dan peralatan
sampling lain diperlukan untuk mengumpulkan sampel dengan jumlah
yang cukup sehingga dapat mengukur secara akurat keberadaan
kontaminan udara sekecil apapun ( ppm atau mg/m3 ).
8. Kapan monitoring dihentikan (when to stop monitoring)
Monitoring dihentikan bila beberapa kali pengukuran menunjukan hasil
yang rendah dan berada di bawah Action Level (AL = ½ Permissible
Exposure Limit) (Leidel et al., 1977, Occupational Sampling Strategy
[NIOSH]).
9. Siapa pelaksana sampling (who should conduct sampling)
Sampling sebaiknya dilakukan oleh orang yang telah berpengalaman,
paling tidak 5 tahun pengalaman dalam bidang industrial hygiene, atau
oleh mereka yang telah terakreditasi dan memiliki sertifikasi dalam
industrial higiene.

2.4 Monitoring Pajanan Pekerja

Monitoring perlu dilakukan ditempat kerja, dengan tujuan antara lain :

1. Untuk mengevaluasi derajat pajanan terhadap pekerja

26
2. Untuk mendapatkan gembaran nilai pengukuran yang diperlukan dalam
rangka melakukan kontrol secara engineering dan mendapatkan desain
kontrol engineering yang tepat
3. Untuk melihat efek dari suatu perubahan proses
4. Alasan lain, seperti kontrol polusi udara, kontrol proses, dll
5. Alasan yang paling utama bagi seorang ahli K3 adalah dalam rangka
mengevaluasi pajanan terhadap pekerja.

Yang dimaksud dengan monitoring adalah program yang kontinu yang terdiri
atas obeservasi, pengukuran dan memutuskan, dalam rangka mengenali
bahaya kesehatan yang potensial dan memutuskan apakah proteksinya telah
cukup baik. Dalam monitoring diperlukan kepekaan/kepedulian (awarness)
adanya bahaya kesehatan potensial dan pengkajian (assesment) apakah metode
kontrol yang ditetapkan tepat. Monitoring tidak hanya memerlukan sampling
udara ketika pekerja terpajan setiap harinya, tetapi serangkaian tindakan yang
perlu dilakukan yang menhasilkan keputusan metode kontrol apa yang paling
baik dalam melindungi pekerja. Ada dua jenis monitoring yang biasa
digunakan dalam rangka surveilans kesehatan kerja :

1. Monitoring personal (personal monitoring). Monitoring personal adalah


pajanan kontaminan udara terhadap pekerja. Dalam monitoring personal,
alat ukur atau dosimeter diletakan sedekat mungkin dengan entry portal ke
dalam tubuh. Jika kontaminan udara yang akan dimonitor bersifat toksik
terhadap inhalasi, alat ukur diletakan sedekat mungkin dengan breathing
zone. Jika yang dimonitor adalah kebisingan, alat ukur diletakan dekat
dengan telinga.
2. Monitoring lingkungan (environmental monitoring). Monitoring
dilingkungan dilakukan untuk mengukur pajanan di tempat kerja. Alat
ukur diletakan tepat ketika pekerja biasanya bekerja (workstation).
Kemudian konsentrasi kontaminannya diukur.

27
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Exposure assessment merupakan bagian dari evaluasi pajanan dan seringkali


melibatkan pengambilan sampel untuk menentukan tingkat pajanan pekerja.
Dalam proses evaluasi ini, terdapat beberapa permasalahan yang seringkali
timbul, antara lain :

1. Sampel tidak diambil selama keseluruhan periode pajanan atau bebrapa


kegiatan yang penting terlewatkan, sehingga tingkat pajanan yang diukur
menjadi lebih rendah (underestimate) atau sebaliknya menjadi berlebihan
(overestimate).

2. Jumlah sampel yang tidak cukup dan tidak mempertimbangkan variabilitas


pajanan sehingga keputusan yang diambil tidak cukup valid.

3. Hasil dari sampling statik kemungkinan tidak dapat memberikan estimasi


yang tepat (true estimate) terhadap pajanan pekerja.

4. Pengambilan sampel udara (air sampling) hanya dapat mengevaluasi


pajanan terhadap jalur inhalasi, namun tidak mewakili pajanan dari rute
lainnya seperti absorpsi melalui kulit, dan melalui rute oral (walaupun hal
ini jarang terjadi). Dalam hal ini, diperlukan pengukuran tambahan yaitu
biological monitoring.

28
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Fatma. 2007. Bahaya Kimia : Sampling dalam Pengukuran Kontaminan


Kimia di Udara. Buku Kedokteran EGC.

29

You might also like