Professional Documents
Culture Documents
Di Susun Oleh
Kelompok 1
Muhamad Cahya
Risma Triningsih
PSKM K3
2018 – 2019
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “KAJIAN PAJANAN DI TEMPAT KERJA”
Makalah ini di susun dengan maksimal terlepas dari semua itu kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Serang, 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kajian pajanan di tempat kerja ?
2. Apa saja program higiene industri di tempat kerja ?
3. Bagaimana strategi kajian pajanan di tempat kerja ?
4. Bagaimana sampling dalam kajian pajanan di tempat kerja ?
5. Bagaimana monitoring pajanan pada pekerja ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kajian pajanan di tempat kerja
2. Untuk mengetahui program higiene industri di tempat kerja
3. Untuk mengetahui strategi kajian pajanan di tempat kerja
4. Untuk mengetahui sampling dalam kajian pajanan di tempat kerja
5. Untuk mengetahui monitoring pajanan pada pekerja
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Strategi Sampling Pajanan dan Sampling di Tempat Kerja
4
1. Evaluasi awal (initial evaluation)
2. Survei dasar (basic survey)
3. Survei lebih detail (detail survey)
Diagram alir untuk tahapan kajian pajanan berdasarkan British Health and
Safety Executive dalam panduan sampling HSG 173 di sajikan pada gambar
3-2. Evaluasi awal (initial evaluation) perlu dilakukan untuk :
1. Evaluasi Awal
(Initial Evaluation)
2. Survei Dasar
(Basic Survey)
Gambar 3-2. Diagram alir strategi kajian pajanan berdasarkan British Health and
Safety Executive HSG 173.
5
Langkah awal ini sangat menentukan, apakah pengambilan sampel udara
(air sampling) benar-benar diperlukan atau tidak.
6
sehingga memungkinkan hasilnya dapat dianalisis menggunakan statistik
untuk melakukan survei ini, diperlukan pengukuran yang lebih ekstensif,
pengukuran dilakukan pada berbagai kondisi, serta diperlukan peralatan
yang lebih canggih beberapa hal yang harus dilakukan antara lain adalah:
7
Pergeseran paradigma ini disajikan pada Gambar 3-3. Data yang diperoleh
dari kajian pajanan secara komprehensif ini memberikan gambaran pajanan
secara lebih detail mengenai profil pajanan (termasuk variabilitas,rata-rata
pajanan) yang mencakup seluruh pekerja, hari kerja, dan bahan kimia yang
digunakan.data dari hasil kajian pajanan secara komprehensif ini dapat
digunakan untuk studi epidemiologi.
8
7. Komunikasi dan dokumentasi, namun elemen ini merupakan elemen
penting, yaitu mengomunikasikan hasil kajian pajanan, temuan yang
diperoleh, serta dokumentasi hasil tersebut.
Monitoring kepatuhan
terhadap peraturan
(Compliance monitoring)
(comprehensive exposure
assesment)
9
Langkah Pertama
Langkah pertama yaitu menemukan tujuan kajian pajanan. Pada tahapan ini
ditentukan apakah tujuan kalian yang akan digunakan adalah kajian pajanan
komprehensif atau monitoring untuk kepatuhan terhadap peraturan. Untuk
tujuan pajanan yang fokusnya berorientasi pada kepatuhan terhadap
peraturan, maka hasil yang diperoleh dibandingkan terhadap nilai ambang
batas (NAB) atau occupational exposure limit (OEL). Sedangkan kajian
pajanan secara komprehensif lebih berfokus pada detail kajian pajanan
ketika variabilitas pekerja, pola kerja, waktu kerja, dan pajanan rata-rata
pada hari yang berbeda juga turut dipertimbangkan. Data dari hasil kajian
komprehensif dapat diperlukan. Gambaran untuk pemilihan penetapan
tujuan kajian pajanan disajikan pada Gambar 3-4.
Langkah Kedua
10
1. Proses kerja, proses operasi dan kegiatan yang dilakukan .
2. Karakteristik pekerja dan pola kerja.
3. Bahan kimia yang terdapat di tempat kerja, sifat fisik dan kimianya,
kandungan berbahaya, jumlah yang digunakan.
4. Bagaimana dan kapan pekerja terpajan bahan kimia berbahaya.
5. Efek kesehatan yang mungkin timbul, mekanisme toksisitas, dan OEL
nya.
6. Jenis pengendalian yang diterapkan dan yang digunakan termasuk
pengendalian teknis (engineering control), pengendalian administratif
(administrative control), pengendalian prosedur kerja (work practice
control) dan alat pelindung diri.
Langkah Ketiga
11
dengan profil pajanan serupa. Untuk menentukan/mengelompokkan
pekerja dalam SEG ini, beberapa asumsi dasar yang digunakan adalah:
a. Kesamaan dalam melakukan tugas (task similarity)
b. Kesamaan frekuensi dalam melakukan tugas (similar task frequency)
c. Kesamaan material yang digunakan (similar materials)
d. Kesamaan proses pekerjaan (similar process)
e. Kesamaan dalam metode yang digunakan untuk bekerja
Untuk menentukan SEG perlu dilakukan observasi di tempat kerja,
pengkajian terhadap hasil survei sebelumnya, atau kombinasiu keduanya.
12
sampai pada tingkat yang rendah (rating 1) atau pada kategori tinggi (rating
4).
kategori Deskripsi
3 >5% melampaui 0,5 x NAB (95 persentil antara 0,5 x NAB dan 1,0 NAB)
2 >5% melampaui 0,1 x NAB (95 persentil antara 0,1 NAB dan 0,5 NAB)
1 Sangat minimal untuk melampaui 0,1 x NAB (95 persentil <0,1 x NAB)
13
pengumpulan data dan informasi lebih lanjut serta kembali melakukan
pengukuran yang lebih detail.
Langkah keempat
14
Pengumpulan data lebih 5 cara untuk memperoleh
lanjut diperlukan jika: data lebih lanjut:
Langkah kelima
Langkah keenam
15
dapat memengaruhi atau memperburuk kondisi pajanan, kajian ulang ini
diperuntukan pada kondisi ketika terjadi perubahan, antara lain:
4. Perubahan NAB.
Langkah ketujuh
2. Profil pajanan.
16
2.3.3 NIOSH Occupational Exposure Sampling Strategy
Tahapan
Berdasarkan manual ini, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam
melakukan kajian pajanan, yaitu:
17
d. Semua proses penyemprotan cairan pelarut atau produk yang
mengandung pelaryt, seperti pencampuran material basah (wet
material), degreasing, penyemprotan cat ataupun aktivitas
pengeringan.
18
debu yang terakumulasi pada lantai, meja, atau permukaan horizontal
lainnya.
e. Ada atau tidaknya ventilasi dan apakah vebtilasi bekerja dengan baik
atau tidak.
4. Komplain dan keluhan pada pekerja. Keluhan atau gelaja yang di alami
pekerja harus dipertimbangkan dalam menentukan kebutuhan kajian
pajanan. Dalam hal ini diperlukan juga bantuan dan konsultasi dengan
staf medis untuk memperoleh informaai yang lengkap.
19
5. Pelaporan. Laporan kajian pajanan terdiri dari:
a. Tanggal laporan
b. Nama dan nomor kartu identitas dari pekerja (mis., nomor kartu
pegawai, dan nomor KTP)
d. Lokasi kerja.
20
Pada Occupational Exposure Sampling Manual ini juga dibahas secara
detail mengenai hal-hal berikut:
21
sampel yang diambil menjadi tiga jenis, yaitu personal sample, breathing
zone sample, dan general air sample.
a. Personal sample. Pada personal sample, peralatan sampling dipasang
pada pekerja dan dikenakan secara kontinu oleh pekerja sepanjang
waktu istirahat.
b. Berathing zone sample. Pada breathing zone sample, peralatan
sampling dipasang di dekat saluran pernapasan, dan peralatan sampel
dibawa oleh pengambil sampel.
c. General air sample. Peralatan sampel ditempatkan pada lokasi tertentu
yang telah ditetapkan (fixed location) di lingkungan kerja. Jenis
sampel ini juga disebut sebagai “area sampling”.
22
Consecutive sample (sampel lebih dari satu)
4. Pencatatan hasil pengukuran. Merupakan bagian terpenting dalam evaluasi
pajanan.
23
2. Di manakah sampling dilakukan (where to sample)
Pada dasarnya, pengambilan sampel dapat dilakukan pada beberapa
tempat, yaitu sampel perorangan (personal sample) dan area sample atau
general sampling. Personal sampling adalah salah satu metode dalam
melakukan evaluasi pajanan kontaminan udara terhadap pekerja. Personal
sampling merupakan metode pengumpulan contoh/smapel udara dimana
perlatannya dipakai oleh pekerja. Posisi peralatan ini sedekat mungkin
dengan breathing zone (area pernapasan) pekerja sehingga data yang
diperoleh dapat digambarkan perkiran terdekat konsentrasi kontaminan
yang terinhalasi. Gambar 3-1 menyajkan gambar perlatan personal
sampling yang digunakan pekerja (Gross dan Pechter, 2002).
Area sampling atau general sampling ditujukan untuk mengambil udara di
lingkungan kerja dan alatnya diletakan dilokasi kerja. Namun, general
sampling ini tidak dapat menggambarkan konsentrasi kontaminan yang
memjani pekerja sehingga, metode ini umunya digunakan untuk
menggambarkan pajanan lingkungan, mengindikasikan konsentrasi
flammable atau eksplosif untuk mencegah agar pekerja tidak memasuki
kawasan dengan konsentrasi bahan kimia yang tinggi. Confined space,
seperti sewer line dan reaction vessel adalah contoh tempat general/area
sampling diperlukan.
3. Siapa yang akan di sampling (whom to sample)
Pekerja yang dijadikan sebagai smapel terutama adalah pekerja dengan
risiko tertinggi (maximum risk employee), yaitu perkerja terdekat dengan
sumber penghasil kontaminan di udara. Namun, habit/kebiasaan pekerja
dalam bekerja juga dapat memberikan pengaruh yang signifikan. Seperti
contoh kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, minum, atau merokok.
Bila seorang terbiasa mencuci tangan mungkin dia individu ini yang
memiliki risiko pajanan tertinggi meskipun posisinya tidak dekat dengan
sumber pajanan. Juga cara bagaimana pekerja melakukan pekerjaannya
dapat mempengaruhi seberapa besar risiko pajanan terhadap pekerja.
4. Kapan sampling dilakukan (when to sample)
24
Kapan sampling dilakukan juga merupakan faktor penting. Bila pabrik
berada di lokasi yang perubahan temperaturnya terjadi sepanjang
perubahan musim, maka sampling di lakukan pada saat musim panas dan
musim dingin. Umumnya, saat musim panas pintu dan jendela akan dibuka
sehingga terjadi pengenceran konsentrasi bahan kimia. Bila digunakan
AC, konsentrasi kontaminan relatif akan sama sepanjang tahun.
Jika di pabrik tersebut jam kerjany lebih dari 1 shift, sampel harus diambil
pada masing-masing shift tersebut. Konsentrasi kontaminan maupun
pajanan mungkin akan berbeda pada shift yang berbeda. Umumnya,
kontaminan tidak dilepaskan ke lingkungan pada kecepatan yang
tetap/konstan sehingga konsentrasinya dapat berbeda-beda pada waktu
yang berbeda. Aliran udara di ruangan tersebut, variasi proses, perubahan
cara kerja operator, variasi dalam kecepatan emisi kontaminan, merupakan
faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan konsentrasi yang
kontinu selama shift kerja.
5. Berapa lama sampling dilakukan (how long to sample)
Berapa lama samplig dilakukan bergantung pada beberapa hal seperti
berapa liter volume udara yang perlu diambil, durasi sampling, dan tujuan
dilakukan nya pengukuran. Sampling untuk pengukuran nilai ambang
batas (NAB) atau threshold limit value-time weighted average (TLV-
TWA) dilakukan dalam waktu yang lebih lama daripada pengukuran nilai
pajanan tertinggi (ceiling value).
Sampling dapat dilakukan selama periode penuh 8 jam untuk pengukuran
TLV-TWA dan 15 menit untuk pengukuranTLv-Ceiling, periode sebagian
(partial perod), atau grab sampling (tidak lebih dari 10 menit).
6. Apa yang harus dicatat selama sampling (what to note during sampling)
Terdapat beberapa hal yang harus dicatat selama sampling, yaitu mengenai
:
1. Total waktu yang digunakan selama pengambilan sampel, berapa lama
sampling dilaksanakan
2. Laju air (flow rate) pompa awal dan akhir sampling
3. Lokasi tempat sampling dilaksanakan
25
4. Pekerja mana/siapa yang di monitor
5. Deskripsi proses yang di evaluasi
6. Engineering controls yang telah dilakukan
7. Apakah ada general/local exhaust
8. Apakah ada proses lain disekitar sampling area
9. Alat pelindung diri yang digunakan pekerjap
10. Bagaimana pekerja melaksanakan pekerjaaannya
7. Berapa banyak sampling yang harus diambil (how many sample to take)
Tidak ada ketepatan pasti berapa jumlah sampel yang diperlukan dalam
mengevaluasi pajanan terhadap pekerja. Jumlah sampel sangat tergantung
pada tujuan sampling. Pengukuran single sample bisa memperlihatkan
hasil yang tinggi atau rendah tergantung dari error-nya. Beberapa sampel
mungkin diperlukan untuk secara akurat memperlihatkan pajanan harian,
TWA dan short-term exposure pada pekerja yang mengerjakan banyak
tugas selama shift kerjanya. Direct-reading instrument dan peralatan
sampling lain diperlukan untuk mengumpulkan sampel dengan jumlah
yang cukup sehingga dapat mengukur secara akurat keberadaan
kontaminan udara sekecil apapun ( ppm atau mg/m3 ).
8. Kapan monitoring dihentikan (when to stop monitoring)
Monitoring dihentikan bila beberapa kali pengukuran menunjukan hasil
yang rendah dan berada di bawah Action Level (AL = ½ Permissible
Exposure Limit) (Leidel et al., 1977, Occupational Sampling Strategy
[NIOSH]).
9. Siapa pelaksana sampling (who should conduct sampling)
Sampling sebaiknya dilakukan oleh orang yang telah berpengalaman,
paling tidak 5 tahun pengalaman dalam bidang industrial hygiene, atau
oleh mereka yang telah terakreditasi dan memiliki sertifikasi dalam
industrial higiene.
26
2. Untuk mendapatkan gembaran nilai pengukuran yang diperlukan dalam
rangka melakukan kontrol secara engineering dan mendapatkan desain
kontrol engineering yang tepat
3. Untuk melihat efek dari suatu perubahan proses
4. Alasan lain, seperti kontrol polusi udara, kontrol proses, dll
5. Alasan yang paling utama bagi seorang ahli K3 adalah dalam rangka
mengevaluasi pajanan terhadap pekerja.
Yang dimaksud dengan monitoring adalah program yang kontinu yang terdiri
atas obeservasi, pengukuran dan memutuskan, dalam rangka mengenali
bahaya kesehatan yang potensial dan memutuskan apakah proteksinya telah
cukup baik. Dalam monitoring diperlukan kepekaan/kepedulian (awarness)
adanya bahaya kesehatan potensial dan pengkajian (assesment) apakah metode
kontrol yang ditetapkan tepat. Monitoring tidak hanya memerlukan sampling
udara ketika pekerja terpajan setiap harinya, tetapi serangkaian tindakan yang
perlu dilakukan yang menhasilkan keputusan metode kontrol apa yang paling
baik dalam melindungi pekerja. Ada dua jenis monitoring yang biasa
digunakan dalam rangka surveilans kesehatan kerja :
27
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
28
DAFTAR PUSTAKA
29