You are on page 1of 19

Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau chronic Obstructive Pulmonary

Disease (COPD)

May 30, 2015 by Lestari

PENGKAJIAN

Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh informasi
dan data yang akan digunakan sebagai dasar untuk menemukan masalah keperawatan dan
membuat rencana asuhan keperawatan pasien.

IDENTITAS KLIEN

Melliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat rumah, pendidikan terakhir, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, dan diagnosa medis.

1. Riwayat atau faktor penunjang :

o Merokok merupakan faktor penyebab utama.

o Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.

o Riwayat alergi pada keluarga

o Riwayat Asthma pada anak-anak.

2. Riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi :

o Stress emosional.

o Aktivitas fisik yang berlebihan.

o Polusi udara.

o Infeksi saluran nafas.

3. Pemeriksaan fisik :

 Penyakit Paru Obstruktif Kronik :

o Peningkatan dispnea.

o Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal,


mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).

o Penurunan bunyi nafas.

o Takipnea.
o Gejala yang menetap pada penyakit dasar: Asthma

o Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada seperti terikat.

o Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa stetoskop.

o Pernafasan cuping hidung.

o Ketakutan dan diaforesis. Ø Bronkhitis

o Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya terjadi
pada pagi hari.

o Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.

o Sesak nafas

 Bronkhitis (tahap lanjut)

o Penampilan sianosis

o Pembengkakan umum atau “blue bloaters” (disebabkan oleh edema asistemik yang
terjadi sebagai akibat dari kor pulmunal).

 Emphysema

o Penampilan fisik kurus dengan dada “barrel chest” (diameter thoraks anterior
posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi paru-paru).

o Fase ekspirasi memanjang.

 Emphysema (tahap lanjut)

o Hipoksemia dan hiperkapnia.

o Penampilan sebagai “pink puffers” – Jari-jari tabuh.

4) Pemeriksaan diagnostik

1. Kapasitas inspirasi menurun

2. Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma

3. FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru Obstruktif Kronik

4. FVC awal normal menurun pada bronchitis dan astma.

5. TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema).

 Analisa Gas Darah

o PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal asidosis,
alkalosis respiratorik ringan sekunder.
 Transfer gas (kapasitas difusi).

o Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas relatif baik.

o Pada emphysema : area permukaan gas menurun.

o Transfer gas (kapasitas difusi).menurun § Darah :

o Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.

o Jumlah darah merah meningkat – Eo dan total IgE serum meningkat.

o Analisa Gas Darah gagal nafas kronis.

o Pulse oksimetri SaO2 oksigenasi menurun.

o Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada corpulmunale.

 Sputum :

o Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi campuran.

o Kuman patogen >> :

 Streptococcus pneumoniae.

 Hemophylus influenzae.

 Moraxella catarrhalis.

 Radiologi :

o Thorax foto (AP dan lateral).

o Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Gejala :

 Keletihan, kelelahan, malaise,

 Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas

 Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi

 Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan Tanda :

 Keletihan

 Gelisah, insomnia
 Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

SIRKULASI

Gejala :

 Pembengkakan pada ekstremitas bawah Tanda :

 Peningkatan tekanan darah

 Peningkatan frekuensi jantung

 Distensi vena leher

 Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung

 Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameterAP dada)

 Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh dan sianosis perifer

 Pucat dapat menunjukkan anemia.

INTEGRITAS EGO

Gejala :

 Peningkatan factor resiko

 Perubahan pola hidup Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang

MAKANAN/CAIRAN

Gejala :

 Mual/muntah

 Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema) ketidakmampuan untuk makankarena distress


pernafasan

 penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan meninjukkan edema
(bronchitis) Tanda :

 Turgor kulit buruk

 Edema dependen

 Berkeringat

 Penurunan berat badan, penurunan massa otot (emfisema)

 Palpitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali (bronchitis)

HIGIENE
Gejala :

 Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari


Tanda :

 Kebersihan buruk, bau badan

PERNAFASAN

Gejala :

 Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada emfisema)
khususnya pada kerja; cuaca atau episode berulangnya sulit nafas (asma); rasa dada
tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas (asma) Batuk menetap dengan produksi sputum
setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun
sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (hijau, puith, atau kuning) dapat banyak sekali
(bronchitis kronis)

 Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap dini meskipun dapat
menjadi produktif (emfisema)

 Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasan dalam jangka
panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap (mis.asbes, debu batubara, rami katun, serbuk
gergaji)

 Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.

Tanda :

 Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjang dengan mendengkur,


nafas bibir (emfisema)

 Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan hidung.

 Dada: gerakan diafragma minimal.

 Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar, lembut atau
krekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas
(asma)

 Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara dengan emfisema); bunyi pekak
pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan, mukosa)

 Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.

 Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-abu keseluruhan; warna merah
(bronchitis kronis, “biru mengembung”). Pasien dengan emfisema sedang sering disebut
“pink puffer” karena warna kulit normal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi
pernafasan cepat.
 Tabuh pada jari-jari (emfisema)

KEAMANAN

Gejala :

 Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan

 Adanya/berulang infeksi

 Kemerahan/berkeringat (asma)

SEKSUALITAS

Gejala : penurunan libido

INTERAKSI SOSIAL

Gejala :

 Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung

 Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat

 Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik Tanda :

 Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena distress pernafasan

 Keterbatasan mobilitas fisik

 Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain.

pathway ppok
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagosa keperawatan yang mungkin muncul pada Penyakit Paru Obstruktif Menahun antara lain :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
ditandai dengan sesak

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragma ditandai


dengan gangguan ventilasi

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan ekspresi nyeri,
melaporkan nyeri secara verbal

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor


biologis ditandai dengan BB 20 % atau lebih dibawah normal

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen ditandai dengan klien menyatakan merasa letih dan lemah.

6. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, fungsi silia menurun/
statis sekret, kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi, terkontaminasi
oleh lingkungan, kurang infeksi tentang infeksi kuman.

Sebelumnya << Laporan Pendahuluan PPOK/COPD

Incoming search terms:

 pathway ppok

 laporan pendahuluan PPOK

 patway ppok

 woc ppok

 askep ppok pdf

 lp ppok pdf

 pathway bersihan jalan nafas tidak efektif


 laporan pendahuluan ppok pdf

 pathway bersihan jalan nafas

 pathway ppok pdf

Categories: ASKEP | Tags: artikel laporan pendahuluan ppok paru, askep ppok, cara laporan
pendahuluan ppok keperawatan, laporan pendahuluan ppok pdf, laporan pendahuluan ppok
terbaru, lp ppok, lp ppok pdf, pathway ppok | Leave a comment

Laporan Pendahuluan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD)

May 30, 2015 by Lestari

DEFINISI

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh
hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel
parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2003). Bronkitis kronik merupakan kelainan saluran napas yang ditandai oleh
batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut –
turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Sedangkan emfisema adalah suatu kelainan anatomis paru
yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding
alveoli

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh adanya
hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-perubahan patologi pada paru, dimana
hambatan aliran udara saluran nafas bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversibel dan
berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal dari paruparu terhadap gas atau partikel yang
berbahaya. (Hariman, 2010)

EPIDEMIOLOGI

Pada studi populasi selama 40 tahun, didapati bahwa hipersekresi mukus merupakan suatu gejala
yang paling sering terjadi pada PPOK, penelitian ini menunjukkan bahwa batuk kronis, sebagai
mekanisme pertahanan akan hipersekresi mukus di dapati sebanyak 15-53% pada pria paruh umur,
dengan prevalensi yang lebih rendah pada wanita sebanyak 8-22%.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan
meningkat sehingga sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya meningkat dari ke-12
menjadi ke-5 dan sebagai penyebab kematian tersering peringkatnya juga meningkat dari ke-6
menjadi ke-3. Pada 12 negara Asia Pasifik, WHO menyatakan angka prevalensi PPOK sedang-berat
pada usia 30 tahun keatas, dengan rerata sebesar 6,3%, dimana Hongkong dan Singapura dengan
angka prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar 6,7%.
Indonesia sendiri belumlah memiliki data pasti mengenai PPOK ini sendiri, hanya Survei Kesehatan
Rumah Tangga DepKes RI 1992 menyebutkan bahwa PPOK bersamasama dengan asma bronkhial
menduduki peringkat ke-6 dari penyebab kematian terbanyak di Indonesia.Tingkat morbiditas dan
mortalitas PPOK sendiri cukup tinggi di seluruh dunia. Hal ini di buktikan dengan besarnya kejadian
rawat inap, seperti di Amerika Serikat pada tahun 2000 terdapat 8 juta penderita PPOK rawat jalan
dan sebesar 1,5 juta kunjungan pada Unit Gawat Darurat dan 673.000 kejadian rawat inap. Angka
kematian sendiri juga semakin meningkat sejak tahun 1970, dimana pada tahun 2000, kematian
karena PPOK sebesar 59.936 pada priaberbanding dengan 59.118 pada wanita.

Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut :

 Kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70 %)

 Pertambahan penduduk

 Meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an menjadi 63 tahun
pada tahun 1990-an

 Industrialisasi

 Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan

 Fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia yang bertumpu di Puskesmas sampai di rumah


sakit pusat rujukan masih jauh dari fasilitas pelayanan untuk penyakit PPOK.

ETIOLOGI

Ada tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya COPD yaitu rokok, infeksi dan polusi, selain itu pula
berhubungan dengan faktor keturunan, alergi, umur serta predisposisi genetik, tetapi belum
diketahui dengan jelas apakah faktor-faktor tersebut berperan atau tidak.

1. Rokok >> Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya COPD. Secara fisiologis rokok berhubungan langsung dengan
hiperflasia kelenjar mukosa bronkusdanmetaplasia skuamulus epitel saluran pernapasan.
Juga dapat menyebabkanbronkokonstriksi akut. Menurut Crofton & Doouglas merokok
menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.

2. Infeksi >> Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita bronchitiskoronis
hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, sertamenyebabkan kerusakan paru
bertambah. Ekserbasi bronchitis kronisdiperkirakan paling sering diawali dengan infeksi
virus, yang kemudianmenyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri

3. Polusi >> Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis adalahzat pereduksi
seperti CO2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon,aldehid dan ozon. (Ilmu penyakit
dalam, 1996:755).

Ventilasi yang tidak memadai di alveoli karena adanya kelainan yang menambah kerja ventilasi yaitu
dengan penambahan tahanan jalan udara. Mekanisme terjadinya obstruksi. a. Intraluminer
Akibat infeksi dan iritasi yan menahun pada lumen bronkus, sebagian bronkus tertutup oleh secret
yang berlebihan.

Intramular

 Edema dan inflamasi (peradangan), sering terdapat pada bronkhitisdan asma.

 Hipertrofi dari kelenjar-kelenjar mukus,

 Kontraksi otot-otot polos bronkus dan bronkiolus seperti pada asma,

 Dinding bronkus menebal, akibatnya:

Ekstramular.

 Kelainan terjadi di luar saluran pernapasan. Destruksi dari jaringan paru mengakibatkan
hilangnya kontraksi radial dinding bronkus ditambahdengan hiperinflamasi jeringan paru
menyebabkan penyempitan salurannapas. (Kapita Selekta,1982:218)

MANIFESTASI KLINIS

tanda gejala yang umum muncul pada pasien dengan COPD atau PPOK adalah sebagai berikut:

 Batuk produktif, pada awalnya intermiten, dan kemudian terjadi hampir tiap hari seiring
waktu

 sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukupurulent sesak
sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernafas Batuk dan
ekspektorasi,dimana cenderung meningkat dan maksimal pada pagi hari

 Sesak nafas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan berkembangnya penyakit pada
keadaan yang berat, sesak nafas bahkan terjadi dengan aktivitas minimal dan bahkan pada
saat istirahat akibat semakin memburuknya abnormalitas pertukaran udara.

 Pada penyakit yang moderat hingga berat, pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan
penurunan suara nafas, ekspirasi yang memanjang, ronchi, dan hiperresonansi pada perkusi

 Anoreksia

 Penurunan berat badan dan kelemahan

 Takikardia, berkeringat

 Hipoksia

Semua penyakit pernapasan dikaraktaristikan oleh obstruksi koronis pada aliran udara. Penyebab
utama obstruksi bermacam-macam, misalnya:

 Inflamasi jalan napas

 Pelengketan mukosa
 Penyempitan lumen jalan napas

 Kerusakan jalan napas

 Takipnea

 Ortopnea (Doenges, 1999:152)

KLASIFIKASI

Klasifikasi PPOK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Asma bronkial: suatu penyakit yang ditandai dengan tanggapan reaksi yang meningkat dari
trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernafas yang disebabkan penyempitan menyeluruh dari saluran pernafasan.

2. Bronkitis kronik: gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mukus yang berlebihan
dalam bronkus dan dimanifestasikan dalam bentuk batuk kronis serta membentuk sputum
selama 3 bulan dalam setahun, minimal 2 tahun berturut-turut.

3. Emfisema: perubahan anatomi parenkim paru ditandai dengan pelebaran dinding alveolus,
duktus alveolar, dan destruksi dinding alveolar (Muttaqin, 2008).

PATOFISIOLOGI

Inhalasi asap rokok atau gas berbahaya lainnya mengaktifkan makrofag dan sel epitel untuk
melepaskan faktor kemotoktik yang merekrut lebih banyak makrofag dan neutrofil. Kemudian,
makrofag dan neutrofil ini melepaskan protease yang merusak ekemen struktur pada paru-paru.
Protease sebenarnya dapat diatasi dengan antiprotease endogen namun tidak berimbangnya
antiprotease terhadap dominasi aktivitas protease yang pada akhirnya akan menjadi predisposisi
terhadap perkembangan PPOK. Pembentukan spesies oksigen yang sangat reaktif seperti
superoxide, radikal bebas hydroxyl hydrogen peroxide telah diidentifikasi sebagai faktor yang
berkontribusi terhadap patogenesis karena substansi ini dapat meningkatkan penghancuran
antiprotease.

Inflamasi kronik mengakibatkan metaplasia pada dinding epitel bronkial, hipersekresi mukosa,
peningkatan masa otot halus, dan fibrosis. Terdapat pula disfungsi silier pada epitel, menyebabkan
terganggunya klirens produksi mukus yang berlebihan . Secara klinis, proses inilah yang
bermanifestasi sebagai bronkitis kronis, ditandai oleh batuk produktif kronis. Pada parenkim paru,
penghancuran elemen struktural yang dimediasi protease menyebabkan emfisema. Kerusakan sekat
alveolar menyebabkan berkurangnya elastisitas recoil pada paru dan kegagalan dinamika saluran
udara akibat rusaknya sokongan pada saluran udara kecil non- kartilago. Keseluruhan proses ini
mengakibatkan obstruksi paten pada saluran nafas dan timbulnya gejala patofisiologis lainnya yang
karakteristik untuk PPOK

Obstruksi saluran udara menghasilkan alveoli yang tidak terventilasi aatu kurang terventilasi; perfusi
berkelanjutan pada alveoli ini akan menyebabkan hypoksemia (PaO2 rendah) oleh ketidakcocokan
antara ventilasi dan aliran darah (V∕Q tidak sesuai ). Ventilasi dari alveoli yang tidak berperfusi atau
kurang berpefusi meningkatkan ruang buntu (Vd), menyebabkan pembuangan CO2 yang tidak
efisien. Hiperventilasi biasanya akan terjadi untuk mengkompensasi keadaan in, yang kemudian akan
meningkatkan kerja yang dibutuhkan untuk mengatasi resistensi saluran nafas yang telah meningkat,
pada akhirnya proses ini gagal, dan terjadilah retensi CO2 (hiperkapnia) pada beberapa pasien
dengan PPOK berat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan rutin

1) Faal paru

 Spirometri (VEP 1, VEP 1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)#

o Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ).


Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %. VEP1
merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan
memantau perjalanan penyakit. Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak
mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai
alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%

 Uji bronkodilator

o Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 – 20 menit
kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE <20%
nilai awal dan < 200 ml. Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil

 Darah rutin >> Misalnya pemeriksaan Hb, Ht, dan leukosit

 Radiologi >> Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain.
Pada emfisema terlihat gambaran : Hiperinflasi, Hiperlusen, Ruang retrosternal melebar,
Diafragma mendatar, Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop
appearance). Pada bronkitis kronik : Normal, corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 %
kasus

Pemeriksaan khusus (tidak rutin)

1) Faal paru

 Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF,
VR/KPT meningkat

 DLCO menurun pada emfisema

 Raw meningkat pada bronkitis kronik

 Sgaw meningkat

 Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %

2) Uji latih kardiopulmoner


 Sepeda statis (ergocycle)

 Jentera (treadmill)

3) Uji provokasi bronkus

 Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat
hipereaktiviti bronkus derajat ringan

4) Uji coba kortikosteroid

 Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau
metilprednisolon) sebanyak 30 – 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP1
pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat
kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid

5) Analisis gas darah

 Terutama untuk menilai: Gagal napas kronik stabil, Gagal napas akut pada gagal napas kronik

6) Radiologi

 CT – Scan resolusi tinggi

o Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang
tidak terdeteksi oleh foto toraks polos

 Scan ventilasi perfusi

o Mengetahui fungsi respirasi paru

PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN

Penatalaksanaan Umum PPOK

Pentalaksanaan PPOK secara umum meliputi :

1) edukasi

Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil. Edukasi pada
PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan
progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan
perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari pencetus
dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan dari asma.

Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah

1. Pengetahuan dasar tentang PPOK

2. Obat – obatan, manfaat dan efek sampingnya

3. Cara pencegahan perburukan penyakit


4. Menghindari pencetus (berhenti merokok)

5. Penyesuaian aktivitas

2) Obat- Obatan

Bronkodilator

 Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan
dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi,
nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan
pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang ( longacting ).
Macam – macam bronkodilator :

o Golongan antikolinergik >> Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping
sebagai bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).

o Golongan agonis beta-2 >> Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak,
peningkatan jumlah penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi.
Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek
panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak
dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi subkutan atau drip
untuk mengatasi eksaserbasi berat.

o Kombinasi antikolinergik dan agonis beta-2 >> Kombinasi kedua golongan obat ini
akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja
yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana dan
mempermudah penderita.

o Golongan xantin >> Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan
jangka panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau
puyer untuk mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk
mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan
kadar aminofilin darah.

Antiinflamasi

 Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi
menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk
inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu
terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.

Antibiotika

 Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :

o Lini I : amoksisilin, makrolid

o Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat sefalosporin kuinolon makrolid baru


o Perawatan di Rumah Sakit dapat dipilih : Amoksilin dan klavulanat, Sefalosporin
generasi II & III injeksi, Kuinolon per oral ditambah dengan yang anti pseudomonas,
Aminoglikose per injeksi, Kuinolon per injeksi, Sefalosporin generasi IV per injeksi

Antioksidan

 Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N – asetilsistein.


Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai
pemberian yang rutin

Mukolitik

 Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan
eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi
eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.

Antitusif

3) Terapi oksigen

Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan sel dan
jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ – organ lainnya.

Indikasi

 Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%

 Pao2 diantara 55 – 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan P
pullmonal, Ht >55% dan tanda – tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain

Macam terapi oksigen :

 Pemberian oksigen jangka panjang

 Pemberian oksigen pada waktu aktiviti

 Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak

 Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas

Terapi oksigen dapat dilaksanakan di rumah maupun di rumah sakit. Terapi oksigen di rumah
diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat dengan gagal napas kronik. Sedangkan di
rumah sakit oksigen diberikan pada PPOK eksaserbasi akut di unit gawat daruraat, ruang rawat
ataupun ICU. Pemberian oksigen untuk penderita PPOK yang dirawat di rumah dibedakan :

 Pemberian oksigen jangka panjang ( Long Term Oxygen Therapy = LTOT )

 Pemberian oksigen pada waktu aktiviti

 Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak


Terapi oksigen jangka panjang yang diberikan di rumah pada keadaan stabil terutama bila tidur atau
sedang aktiviti, lama pemberian 15 jam setiap hari, pemberian oksigen dengan nasal kanul 1 – 2
L/mnt. Terapi oksigen pada waktu tidur bertujuan mencegah hipoksemia yang sering terjadi bila
penderita tidur. Terapi oksigen pada waktu aktiviti bertujuan menghilangkan sesak napas dan
meningkatkan kemampuan aktiviti. Sebagai parameter digunakan analisis gas darah atau pulse
oksimetri. Pemberian oksigen harus mencapai saturasi oksigen di atas 90%. Pemilihan alat bantu ini
disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan kondisi analisis gas darah pada waktu tersebut.

5) Nutrisi

Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energy akibat
kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan
terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkolerasi
dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah. Malnutrisi dapat dievaluasi
dengan :

 Penurunan berat badan

 Kadar albumin darah

 Pengukuran kekuatan otot

 Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)

Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang agresis tidak akan mengatasi masalah,
karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan CO2 yang terjadi akibat
metabolisme karbohidrat. Diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk denagn kalori yang
dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnal feedings) dengan pipa
nasogaster. Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak rendah karbohidrat.
Kebutuhan protein seperti pada umumnya, protein dapat meningkatkan ventilasi semenit oxygen
comsumption dan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOK dengan
gagal napas kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan.

6) Rehabilitasi

Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualiti hidup
penderita PPOK. Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim
multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog. Program rehabilitiasi
terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihan pernapasan.

Penatalaksanaan PPOK Stabil

Tujuan penatalaksanaan pada keadaan stabil adalah untuk mempertahankan fungsi paru,
meningkatkan kualiti hidup, mencegah eksaserbas. Penatalaksanaan PPOK stabil dilaksanakan di
poliklinik sebagai evaluasi berkala atau dirumah untuk mempertahankan PPOK yang stabil dan
mencegah eksaserbasi. Penatalaksanaan di rumah ditujukan untuk mempertahankan PPOK yang
stabil. Beberapa hal yang harus diperhatikan selama di rumah, baik oleh pasien sendiri maupun oleh
keluarganya Penatalaksanaan di rumah meliputi :
 Penggunakan obat-obatan dengan tepat.

 Terapi oksigen

 Penggunaan mesin bantu napas dan pemeliharaannya. Beberapa penderita PPOK

 Rehabilitasi

 Evaluasi / monitor terutama ditujukan pada tanda eksaserbasi, efek samping obat.

 dan kecukupan dan efek samping penggunaan oksigen.

Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut

Penanganan eksaserbasi akut dapat dilaksanakan di rumah (untuk eksaserbasi yang ringan) atau di
rumah sakit (untuk eksaserbasi sedang dan berat) Penatalaksanaan eksaserbasi akut ringan
dilakukan dirumah oleh penderita yang telah diedukasi dengan cara :

 Menambahkan dosis bronkodilator atau dengan mengubah bentuk bronkodilator yang


digunakan dari bentuk inhaler, oral dengan bentuk nebulizer

 Menggunakan oksigen bila aktivitas dan selama tidur

 Menambahkan mukolitik

 Menambahkan ekspektoran

 Bila dalam 2 hari tidak ada perbaikan penderita harus segera ke dokter. Penatalaksanaan
eksaserbasi akut di rumah sakit dapat dilakukan secara rawat inap. Penanganan di ruang
rawat untuk eksaserbasi sedang dan berat (belum memerlukan ventilasi mekanik)

 Obat-obatan adekuat diberikan secara intravena dan nebulizer

 Terapi oksigen dengan dosis yang tepat, gunakan ventury mask

 Evaluasi ketat tanda-tanda gagal napas

 Segera pindah ke ICU bila ada indikasi penggunaan ventilasi mekanik

Terapi pembedahan

Operasi paru yang dapat dilakukan yaitu :

 Bulektomi

 Bedah reduksi volume paru (BRVP) / lung volume reduction surgey (LVRS) 3) Transplantasi
paru

Asuhan Keperawatan dg PPOK/COPD >> selanjutnya

Incoming search terms:


 lp ppok

 askep ppok nic noc

 Lp copd

 laporan pendahuluan ppok lengkap

 laporan pendahuluan COPD

 askep PPOK nanda nic noc

 manifestasi klinis ppok

 laporan ppok

 lp penyakit ppok

 lp ppok terbaru

Categories: Laporan Pendahuluan | Tags: artikel laporan pendahuluan ppok paru, askep ppok, cara
laporan pendahuluan ppok keperawatan, laporan pendahuluan ppok pdf, laporan pendahuluan ppok
terbaru, lp ppok, lp ppok pdf, pathway ppok, PPOK nanda nic noc | Leave a comment

March 2019

M T WT F S S

« Aug

1 2 3

4 5 6 7 8 9 10

11 12 13 14 15 16 17

18 19 20 21 22 23 24

25 26 27 28 29 30 31

Categories

o ASKEP

o Diagnosa (Triple N)

o Laporan Pendahuluan

o NANDA
o NIC

o NOC

o Serba Serbi Kesehatan

o Uncategorized

Recent Posts

o Diare

o Gangguan Citra Tubuh

o Kerusakan integritas Jaringan

o Kerusakan Integritas Kulit

o RISIKO CIDERA

You might also like