Professional Documents
Culture Documents
Diajukan oleh :
KAPINDRO BAGUS PRABOWO
J500140088
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
J500140088
Pembimbing Utama
NIK: 110.1642
Dekan FK UMS
NIK: 919
ii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi manapun. Tidak terdapat pula karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang tertulis dalam naskah
ini, kecuali telah disebutkan dalam daftar pustaka.
iii
MOTTO
iv
KATA PENGANTAR
v
membantu selama jalannya penelitian.
7. Teman dekat peneliti terutama Ardian Hendra Alfarizi, Fahmi
suhandinata, Dony Hermawan, Odi Purwaka jaya dan Lya Ermina
yang telah memberikan dukungan serta teman-teman Asclepius
2014, Grup Skill Lab B5, Grup Skripsweet dr. Supanji, Tim 13
Desa Konoha v.2.
8. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberi
dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna,
namun dengan sepenuh hati peneliti berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
ALAMAN PENGESAHAN
vi
DAFTAR ISI
vii
H. Definisi Variabel Operasional ........................................................ 17
I. Instrumen Penelitian ...................................................................... 18
J. Analisis Data.................................................................................. 18
K. Skema Penelitian ........................................................................... 20
L. Jadwal Penelitian ........................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 22
1
DAFTAR SINGKATAN
KMK : Kecil masa Kehamilan
IMT : Indeks Masa Tubuh
IUGR : Intra Uteri Growth Disease
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah
2
ABSTRAK
3
ABSTRACT
Ilham Paramasatya
Faculty of Medicine in Muhammadiyah Surakarta University
Aim: This study was conducted with the aim to analyze the relationship
between BMI, Parity, maternal age with LBW incidence
Method: This research uses Descriptive analytic research design with case-
control approach. The sample used were 97 respondents of postpartum
mother taken by simple random sampling technique. The data obtained are
secondary data taken from maternal medical record data in 2016
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hubungan
IMT umur ibu dan paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah
(BBLR).
a. Untuk masyarakat
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
informasi untuk mencegah berat badan lahir rendah.
b. Untuk isntitusi
Dapat memberikan informasi pada institusi tentang hubungan
IMT umur ibu dan paritas dengan kejadian BBRL
c. Untuk orang tua
Dapat memberikan informasi pada orang tua mengenai
pencegahan BBRL
d. Untuk peneliti lain
Dapat digunakan sebagai acuan dan informasi penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
9
C. Bayi Prematur
Bayi prematur umumnya lahir pada umur kehamilan 28-36
minggu. Biasanya bayi prematur disebabkan karena tidak mampunya
uterus menahan janin, adanya gangguan selama kehamilan, lepasnya
plasenta lebih cepat dari waktunya atau adanya rangsangan yang
memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum mencapai
kehamilan aterm (Kemenkes RI, 2011). Bayi prematur mempunyai
organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan
hidup di luar rahim. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ
tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang
baik. Kelompok ini lebih sering mendapatkan penyulit atau
komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang
kurang (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan umur kehamilan dan
masalah yang mungkin dihadapinya,maka Usher (1975) dalam
Prawirohardjo (2014) menggolongkan bayi prematur menjadi :
1. Bayi yang sangat prematur (extremely premature)
Masa kehamilan 24–30 minggu. Kelompok ini sangat sukar
bertahan hidup terutama apabilamasa kehamilannya < 27 minggu,
bayi dengan masa kehamilan 28-30 minggu mungkin bisa bertahan
hidup dengan perawatan sangat intensif dan bantuan alat-alat canggih
Prawirohardjo (2014).
2. Bayi yang derajat prematuritas sedang (moderately premature)
Masa kehamilan 31–36 minggu. Golongan ini mempunyai
prognosis yang lebih baik dibandingkan kelompok pertama dan
gejala sisa yang dihadapi juga lebih ringan dengan perawatan yang
intensif Prawirohardjo (2014).
3. Borderline premature
Masa kehamilan 37–38 minggu. Bayi ini sudah mempunyai
sifat-sifat bayi matur dan biasanya dirawat seperti bayi aterm tetapi
seringkali mengalami masalah sindrom gangguan pernafasan,
10
kepala relatif lebih besar, kulit terlihat tipis transparan, rambut lanugo
banyak, lemak kulit kurang, otot hipotonik–lemah, pernafasan tak
teratur dapat terjadi apnea (gagal nafas), frekuensi nafas sekitar 45
sampai 50 kali per menit, frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per
menit, paha terlihat abduksi, sendi lutut/kaki fleksi –lurus (Manuaba,
1998).
E. Karakteristik Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Bayi KMK bisa saja cukup bulan, kurang bulan atau malah
lebih bulan hanya saja berat badannya kurang dari 2500 gram. Tanda-
tanda bayi KMK adalah gerakannya cukup aktif dan tangisnya cukup
kuat, kulit keriput, lemak bawah kulit tipis, rajah telapak kaki lebih
dari 1/3 bagian, kuku lebih panjang, refleks mengisap cukup kuat.
Labia mayor sudah menutupi labia minor pada bayi perempuan dan
untuk bayi laki - laki testis sudah turun ke dalam skrotum.Terutama
bagi bayi yang cukup bulan dan lebih bulan (Kemenkes RI, 2015).
Bagi bayi yang kurang bulan pada perempuan jaringan payudara kecil,
puting kecil tapi bila sudah cukup bulan payudara dan puting sesuai
masa kehamilan (Kemenkes RI , 2015).
F. Faktor Yang Berhubungan dengan BBLR
Faktor - faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan
preterm atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah :
1. Faktor ibu
Faktor-faktor dari ibu seperti umur, jumlah paritas, gizi yang
kurang/malnutrisi, penyakit yang menyertai kehamilan (hipertensi,
jantung,gangguan pembuluh darah), trauma, kelelahan, ibu yang
perokok atau pengguna obat terlarang dan mengkonsumsi alkohol bisa
menyebabkan terjadinya kelahiran BBLR (Manuaba, 2012). Umur ibu
waktu hamil dan jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat
meyebabkan seorang ibu melahirkan BBLR yaitu usia < 16 tahun atau
> 36 tahun serta jarak < 1 tahun ( Kemenkes RI, 2015 ).
12
2. Faktor Kehamilan
Hidramnion bisa menyebabkan BBLR,Kehamilan ganda,
perdarahan antepartum dan komplikasi kehamilan seperti pre
eklampsi/eklampsia juga menyebabkan terjadinya BBLR. Hal ini
terjadi karena adanya gangguan sirkulasi yang mengakibatkan
kurangnya asupan nutrisi bagi janin (Kemenkes RI, 2015).
3. Faktor Janin
Faktor dari janin sendiri seperti adanya kecacatan/kelainan
bawaan dan infeksi dalam rahim juga bisa menyebabkan terjadinya
BBLR (Manuaba, 2012). Faktor–faktor lain yang belum diketahui
Sebagian kelahiran BBLR tidak diketahui penyebabnya ( Institute of
Medicine, 1985). Prawirohardjo (2014) menyatakan ada banyak faktor
yangmempengaruhi kelahiran prematur/BBLR, antara lain :
a. Faktor ibu seperti riwayat kelahiran prematur sebelumnya,
perdarahan antepartum, malnutrisi,kelainan uterus, hidramnion,
penyakit kronik, hipertensi, umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun,
jarak kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, dan lain-lain
(Prawiroharjo, 2014).
b. Faktor janin antara lain kecacatan, kehamilan kembar,
hidramnion,ketuban pecahdini, infeksi (Prawiroharjo, 2014).
c. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
d. Kebiasaan seperti pekerjaan yang melelahkan, merokok dan
minum-minuman keras. Memang banyak faktor yang berkaitan
dengan terjadinya BBLR, dan biasanya kejadian BBLR tidak
disebabkan oleh satu faktor tapi gabungan dari beberapa faktor
(Prawiroharjo, 2014).
Dari berbagai pendapat di atas akan diuraikan lebih rinci tentang
faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian BBL dari segi ibu, janin,
status ekonomi dan kebiasaan (Prawiroharjo,2014).
13
G. Faktor Ibu
1. Umur Ibu
Menurut Sitanggang et al. (2013), umur adalah lama waktu
hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Hamil dan melahirkan
mengelompokkan umur menjadi 2 yaitu umur yang aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahundan umur yang tidak
aman yaitu < 20 tahun dan > 30 tahun (Prawiroharjo, 2014).
Berdasarkan ciri-ciri setiap masa periode perencanaan keluarga usia
reproduksi menurut Saifudin (2006), terbagi 3 macam yaitu:
a. Masa menunda kesuburan (kehamilan) dibawah 20 tahun.
b. Masa mengatur kesuburan (menjarangkan kehamilan) 20-30 tahun.
c. Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi) diatas 30 tahun.
Umur ditinjau dari faktor resiko menurut Manuaba (2012), umur pada
ibu hamil dibagi menjadi:
a. Umur ibu kurang dari 20 tahun
b. Umur ibu lebih dari 35 tahun.
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada umur ibu
dibawah 20 tahun dan angka kejadian terendah pada umur ibu antara
26 - 35 tahun (Abdoerrahman,2002). Umur ibu juga mempengaruhi
kapasitas tropiknya, sehingga pada ibu dengan umur lebih cenderung
mempunyai bayi yang berat badannya lebih rendah. Pertumbuhan
linier (Tinggi Badan) selesai pada usia 16 – 18 tahun, baru diikuti
dengan pematangan pertumbuhan rongga panggul ( Departemen Gizi
FKM UI, 2010 ). Disebutkan bahwa resiko untuk melahirkan BBLR
naik sekitar dua kali lipat dalam 2 tahun setelah menarche. Disamping
itu akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri
yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan
hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995). Itulah
sebabnya ibu dengan usia remaja cenderung melahirkan BBLR
(Almatsier,dkk,2011). Penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi
14
K. Kerangka Teori
Berdasarkan penelusuran literatur diketahui bahwa banyak faktor
yang mempengaruhi terjadinya kelahiran BBLR baik dari ibu, faktor
kondisi kehamilan, faktor dari janin dan ada juga faktor lain yang belum
diketahui. .
Ibu hamil 18
Primipara Grandemultipara
<20 tahun IMT Ibu
>35 tahun Kurang
Belum memiliki
Kehamilan Berulang
pengalaman dalam
Alat reprodulsi belum Psikologis Ibu menghadapi Nutrisi Janin
Penurunan fungsi
berkembang optimal belum siap persalinan Terganggu
sel otot panggul
menerima anak
Kerusakan dinding pembuluh
Kunjungan ANC darah uterus
Mempersulit saat
Perhatian janin
persalinan
BBLR
Gambar 1.1 Kerangka Teori Hubungan antara IMT, Paritas, dan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR
19
L. Hipotesis
Terdapat hubungan antara indeks masa tubuh, paritas ibu dan
umur dengan kejadian Berat badan lahir rendah ( BBLR).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik
dengan menggunakan desain penelitian cross sectional
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Sukoharjo pada bulan November sampai Desember tahun 2017. Rumah
Sakit Umum Daerah Sukoharjo merupakan salah satu rumah sakit
terbesar di provinsi Jawa Tengah.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi target
Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan bayi
di rumah sakit umum daerah Sukoharjo .
2. Populasi aktual
Populasi aktual dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan bayi
dengan BBLR.
D. Sampel dan Teknik Sampel
Pada penelitian ini sampel yang akan menjadi fokus penelitian
adalah ibu hamil dengan BBLR. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Simple random sampling.
E. Estimasi Besar Sample
Besar sampel diperoleh dari jumlah seluruh sampel yang
diperoleh yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑧𝑎2 𝑃𝑄
𝑁=
𝑑2
Dengan keterangan :
n = Besar sample
Zα = Derivat baku dengan nilai α = 5% Sehingga Zα = 1.96
P = Proporsi kategori variable yang diteliti
20
21
Q = 1-P (50%)
𝑑2 = Presisi dengan besar 10 %
Dari perhitungan besar sampel tersebut maka besar sampel yang dibutuhkan
minimal 96
F. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi
a. Bayi dengan BBLR maupun tidak BBLR
b. Umur ibu saat melahirkan
c. Ibu dengan primipara ,multipara,maupun grandemultipara
d. IMT ibu saat melahirkan
2. Kriteria Eksklusi
a. Ibu dengan anemia
b. Ibu dengan preeklamsia/eklamsia
c. Ibu dengan plasenta previa
d. Ibu dengan solusio plasenta
e. Ibu dengan kehamilan ganda
G. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau independent variable merupakan variabel
yang mempengaruhi variabel terikat (Notoatmodjo, 2012). Variabel
bebas pada penelitian ini adalah IMT, umur dan paritas.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat atau dependent variable merupakan variabel
yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Notoatmodjo, 2012). Variabel
terikat pada penelitian ini adalah BBLR.
H. Definisi Variabel Operasional
1. Umur
Definisi : Jumlah lamannya kehidupan yang dihitung
berdasarkan tahun kelahiran sampai waktu terakhir.
Alat ukur : Rekam Medis
Skala : Numerik
22
2. Paritas
Definisi : Berapa kali ibu melahirkan lebih dari 500 gram,
hidup atau mati dan umur kehamilan lebih dari 24
minggu.
Alat ukur : Rekam Medis
Skala : Ordinal
3. Indeks Masa Tubuh ( IMT)
Definisi : Alat pengukuran yang berguna untuk mengukur
Obesitas
Alat Ukur : Berat badan x Tinggi bada
Skala : Rekam Medis
4. BBLR
Definisi : Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru
lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2500 gram (Kemenkes RI,2011).
Alat Ukur : Rekam Medis
Skala : Ordinal
I. Instrumen Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rekam medis yang
diambil di RSUD Sukoharjo
J. Analisis Data
1. Analisa Univariat
Menggambarkan karakteristik masing-masing variabel yang
diteliti dengan menggunakan distribusi frekuensi dan presentase
masing-masing variabel, dengan menggunakan rumus:
𝑓
P = 𝑛 × 100 %
Keterangan :
P = Persentase
f = Jumlah frekuensi
N = Jumlah sampel
23
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat untuk menguji hipotesis ada atau tidak ada
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, dengan
menggunakan uji statistik Chi-Square dengan Confident Interval (CI) <
95% dengan batas kemaknaan (α<0,05) dan diolah dengan SPSS.
Melalui perhitungan uji Chi-Square selanjutnya ditarik suatu
kesimpulan, bila P < α (P < 0,05) maka Ha diterima, yang menunjukkan
ada hubungan bermakna antara variabel independen dengan variabel
dependen. Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square adalah sebagai
berikut:
a. Bila pada tabel kontigency 2x2 dan dijumpai nilai e
(harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah
Fisher Exact Test.
b. Bila pada tabel kontigency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e
(harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah
Continuity Correction.
c. Bila pada tabel kontigency yang lebih dari 2x2 misalnya
tabel 3x2, 3x3, 3x4 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan
adalah Person Chi-Square.
d. Bila pada tabel kontigency 3x2 dan ada sel dengan nilai
frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan
merger sehingga menjadi tabel kontigency 2x2. Untuk
analisis studi case control adalah penentuan rasio odds (OR)
yakni odds pada kelompok kasus dibanding odds pada
kelompok kontrol. Odds adalah perbandingan antara peluang
terjadinya efek dibagi peluang tidak terjadinya efek. Nilai
RO=1 menunujukkan bahwa pajanan/variabel independen
bukan merupakan faktor resiko, nilai RO >1 menunjukkan
bahwa pajanan benar merupakan faktor resiko, dan nilai RO
<1 menunjukkan variabel tersebut merupakan faktor protektif
.
24
K. Skema Penelitian
Rekam Medis
Paritas IMT
Usia
Gambar Skema penelitian Hubungan antara Indeks Masa Tubuh, Paritas, dan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR
25
L. Jadwal Penelitian
Minggu ke-
Macam kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pembuatan dan
pembimbingan
proposal
Ujian proposal
Pengumpulan data
Pengukuran
Analisis data
Pembuatan laporan
23
2. Usia
Tabel 4.2 Distribusi Usia 1
BBLR Jumlah Persentase
19-25 21 21,6
26-30 4 4,1
31-40 72 74,2
Total 97 100%
24
4. IMT
Tabel 4.4 Distribusi Jenis IMT 1
Jenis IMT Jumlah Persentase
Rendah 66 68,0%
Normal 7 7,2%
Lebih 24 24,7%
Total 97 100%
Sumber : data Sekunder, 2016.
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa jumlah ibu
postpartum yang Memiliki IMT rendah berjumlah 66 orang dengan
prosentase 68,0%, IMT normal berjumlah 7 orang dengan prosentase
7,2 %, IMT lebih berjumlah 24 orang dengan prosentase 24,7
5. Analisis Data Hubungan Usia terhadap Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah.
Tabel 4.5 Analisis Bivariat Usia 1
Berat Badan Lahir
Rendah Total sig Exp(B)
Positif Negatif
Usia
21 0 21
19-25 tahun
21,6% 0% 21,6%
<0,001 9,188
4 0 4
26-35 tahun 4,1% 0% 4,1%
72 0 72
31-40 tahun
74,2 0% 74,2%
97 0 97
Total
100% 0% 100%
Sumber : data Sekunder , 2016.
Hubungan analisis hubungan antara umur dan BBLR di rumah
sakit umum Ir. Soekarno didapatkan hasil Ibu dengan usia 19-25
tahun yang mengalami BBLR sejumlah 21,6%,26-35 sejumlah
tahun 4,1 %, 31-40 tahun sejumlah 74,2%.
25
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa hasil uji Chi
Square diperoleh nilai p = <0,001 karena 0,001 < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur
ibu dengan kejadian BBLR dengan nilai EXP(B) = 9,188.
12 12
Grandemultipara 0%
12,4 12,4
97 0 97
Total
100% 0% 100%
Sumber : data sekunder, 2016.
Hubungan analisis hubungan antara umur dan BBLR di rumah
sakit umum Ir. Soekarno didapatkan hasil Ibu dengan primipara yang
mengalami BBLR sejumlah 65,9, mulripara sejumlah 22,7%,
Grandemultipara sejumlah 12,4 %.
Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa hasil uji Chi
Square diperoleh nilai p = <0,001 karena 0,001 < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara paritas
ibu dengan kejadian BBLR dengan nilai EXP(B) = 0,066.
7.
26
8. Analisis Data Hubungan IMT terhadap Kejadian BBLR
Tabel 4.7 Analisis Bivariat Jenis Persalinan1
BBLR
Total sig EXP(B)
Positif Negatif
IMT
66 0 66
Rendah
68,0% 0% 68,0%
0,002 5,494
7 0 7
Normal 7,2% 0% 7,2%
24 0 24
Lebih
24,7% 0% 24,7%
97 0 97
Total
100% 0% 100%
Sumber : data Sekunder, 2016.
Hubungan analisis hubungan antara IMT dan BBLR di rumah
sakit umum Ir. Soekarno didapatkan hasil Ibu dengan IMT rendah
yang mengalami BBLR sejumlah 68,0, IMT Normal sejumlah tahun
7,2 %, IMT Tinggi sejumlah 24,7%.
Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa hasil uji Chi Square
diperoleh nilai p = 0,002 karena 0,002 < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IMT
ibu dengan kejadian BBLR dengan nilai EXP(B) = 5,494
Pembahasan
1. Deskripsi Karakteristik Ibu Postpartum
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2017 di
Rumah sakit Ir. Soekarno Sukoharjo. Pada penelitian ini didapatkan
sampel 97 responden yang di ambil dari rekam medis. Setelah
dilakukan penelitian pada 97 responden didapatkan responden ibu
postpartum yang berada pada usia 19-25 tahun yang memiliki resiko
BBLR berjumlah 21 orang, Usia 26-30 berjumlah 4 orang, dan 31-40
berjumlah 72 orang. Berdasarkan distribusi paritas didapatkan data 97
responden , didapatkan ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan
27
memiliki riwayat primipara 63 orang, Multipara berjumlah 22, dan
grandemultipara berjumlah 12 orang.
Ditinjau dari distribusi usia, usia ibu postpartum yang paling
banyak diteliti pada penelitian ini adalah usia ibu pada rentang usia
31-40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang ada di daerah
Sukoharjo dan sekitarnya berada dalam usia kurang produktif ketika
ibu tersebut dalam kondisi hamil. Pada usia ini organ reproduksi
diperkirakan sudah mengalami kelemahan fungsi sehingga dapat
terdapat penyulit dalam persalinan.
28
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2015)
dengan p value (0,000) < 0,05 dan nilai OR yang bernilai 3,41 yang
menunjukkan bahwa usia ibu merupakan faktor paling kuat dalam
mempengaruhi kejadian BBLR.
Teori yang dikemukakan oleh Mansur (2008) menyatakan
kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada usia 31-40 tahun atau pada
usia sudah tidak produktif. Umur yang terlalu tua dimungkinkan sang
ibu akan memiliki risiko terjadinnya BBLR karena organ reproduksi
kehamilan mengalami penurunan fungsi salah satunnya pada otot
uterus. Menurut Prawirohardjo (2014) usia ibu yang aman untuk
kehamilan dan dilakukan persalinan adalah ibu yang beusia lebih dari
20 tahun dan kurang dari 30 tahun karena dianggap telah memiliki
kesiapan baik secara fisik, emosi, psikologi, sosial, maupun ekonomi.
3. Paritas
Ditinjau dari hasil analisis, paritas ibu postpartum memiliki
makna secara statistik karena memiliki p value (<0,001) > 0,05,
sehingga didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara usia
dengan kejadian BBLR. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fatmawati (2015) dengan p value (0,007) < 0,05 dan
nilai OR yang bernilai 1,94 yang menunjukkan bahwa paritas
memiliki hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi kejadian
BBLR.
Teori yang dikemukakan oleh Mansur (2008) menyatakan
kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu postpartum dengan
status primipara, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadinya baby
blues syndrome pada ibu postpartum dengan status multipara jika ibu
tersebut memiliki riwayat BBLR sebelumnya. Penelitian yang
dilakukan oleh Harini (2017) menyatakan bahwa ibu postpartum
dengan status multipara dapat menderita BBLR.
29
4. IMT
Ditinjau dari hasil analisis, jenis persalinan ibu postpartum
memiliki makna secara statistik karena memiliki p value (0,002) >
0,05 sehingga didapatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara jenis persalinan dengan kejadian BBLR. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Chairunnisa (2013) dengan p
value (0,024) < 0,05 yang menunjukkan bahwa IMT memiliki
hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi kejadian BBLR.
5. Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian Baby Blues Syndrome
Berdasarkan hasil analisis, usia memiliki pengaruh yang
signifikan dengan kejadian BBLR dengan p value <0,001 dan nilai
OR yang bernilai 9,188 yang menunjukkan ibu postpartum yang
berusia 31-40 tahun memiliki kemungkinan 9,188 kali menderita
BBLR dibandingkan dengan ibu postpartum yang berusia 21 – 30
tahun, paritas juga memiliki pengaruh yang signifikan dengan
kejadian BBLR dengan p value <0,001 dan nilai OR yang bernilai
0,066 yang menunjukkan ibu postpartum dengan riwayat primipara
memiliki kemungkinan 0,066 kali menderita BBLR. Sedangkan IMT
juga memiliki pengaruh yang signifikan dengan kejadian BBLR
dengan P value 0,002 dan nilai OR yang bernilai 5,494 yang menun
jukkan ibu postpartum dengan IMT yang rendah memiliki
kemungkinan 5,494 kali menderita BBLR.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2015)
terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR yaitu
dukungan sosial suami dengan p value 0,000 dan nilai OR yang
bernilai 2,44. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari
(2015) terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR
yaitu pendidikan dengan p value 0,017 dan nilai OR yang bernilai
2,625 dan pekerjaan dengan p value 0,018 dan nilai OR yang bernilai
3,684.
30
Dalam proses asuhan kebidanan, bidan dan tenaga kesehatan
yang terlibat dalam kehamilan dan persalinan ibu, diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan psikologis pada ibu hamil sebagai contoh
dukungan dari tenaga kesehatan. Sehingga tidak terdapat masalah
pada kondisi fisik maupun mental pada ibu pasca melahirkan
(Kemenkes, 2016).
Analisis Multivariat
Pada penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antar variabel
(bivariat) digunakan metode uji statistik chi square dengan syarat dan
ketentuan uji yang telah terpenuhi dan untuk mengetahui besar
pengaruh masing-masing variabel (multivariat) digunakan metode uji
regresi logistik.
Classification Tablea
Predicted
BBLR Percent
age
Observed Tidak BBLR Correct
Step 1 BBLR Tidak 16 7 69,6
BBLR 2 72 97,3
Overall Percentage 90,7
31
a.the cut value is ,500
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat
hubungan antara IMT, Paritas, Umur ibu dengan kejadian BBLR .
Usia terbanyak yang mengalami BBLR yaitu ada pada umur 31-40
tahun , Sementara paritas terbanyak yang mengalami BBLR yaitu
ada pada kelompok berisiko (primipara) dan IMT ibu yang beresiko
mengalami BBLR adalah IMT rendah.
B. Saran
1. Diharapkan penelitian selanjutnya menambah variabel penelitian
yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR seperti dukungan
sosial suami, pendidikan dan pekerjaan .
2. Mampu menentukan solusi untuk mencegah dan mengurangi
kejadian BBLR
DAFTAR PUSTAKA
Abu, S., 2010. Maternal Nutrition and Birth Outcome. Oxford Jurnal,
Volume 5, pp. 5-25.
24
BKKBN, 2015. Kesehatan RI 2014.
F, Feibi Almaria, 2015. Hubungan Usia Ibu Bersalin dengan Kejadian Bayi
Lahir Rendah di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. pp. 4-5.
Juaria, Henry, 2014. Hubungan antara umur dan paritsa dengan kejadian
berat badan lahir rendah Maret 2014. Volume 3, pp. 48-50.
Kemenkes RI, 2011. Modul Mamajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Untuk Bidan di Desa.
Pramono , M. S., 2013. Pola kejadian bayi berat lahir rendah di indonesia
dan faktor yang mempengaruhinya. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Prawiroharjo, S., 2010. Masalah janin dan bayi baru lahir. Jakarta: PT.Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
25
Rangga, Pamungkas S, 2015. Hubungan Usia ibu dan Paritas dengan
Tingkat Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Plered,Kecamatan Plered
Kabupaten Purwakarta Tahun 2014. pp. 991-992.
Restiana, Riska; Arif, Ahmad, 2013. Hubungan Umur dan Paritas dengan
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal Obstetrika, 1(1), pp. 22-17.
Rina, Kundre, 2015. Hubungan Usia ibu Bersalin Dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. Jurnal
Obsgyn, Volume 3, pp. 12-14.
Rini, S., 2015. Faktor Maternal Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2013).
Rochjati, P., 2011. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Jakarta: University
Press.
Saimin, J. & Sartika, D., 2008. BBLR Obstetri Patologi. Jakarta: Penerbit
buku EGC.
Salawati, L., 2012. Hubungan Usia,Paritas dan Pekerjaan Ibu Hamil dengan
Bayi Berat Lahir Rendah. JUrnal Kedokteran Syiah Kual, 12(3).
24
Thomson, A. M., 1982. Fetal Growth and Size at Birth. London: Academic
Press.
Tirta, A., 2013. Hubungan Paritas dan Usia Ibu Dengan Berat Bayi Lahir Di
Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung Tahun 2012. pp. 5-7.
WHO, 2012. WHA Global Nutrition Target 2025 : Low Birth Weight Policy
Brief Geneva. WHO penyunt. s.l.:s.n.
25