You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dan keuangan Islam (syariah)

semakin pesat, demikian juga dengan perbankan dan akuntansi syariah mulai

berkembang mengikuti perkembangan ekonomi dan keuangan syariah. Untuk

mengelola suatu entitas syariah diperlukan pencatatan transaksi dan laporan keuangan

yang disusun berdasarkan karakteristik syariah (Islami), sehingga diperlukan akuntansi

syariah. Prinsip yang paling utama yang menjadi pegangan dalam sistem akuntansi

Syariah adalah pertanggungjawaban atau akuntabilitas, keadilan, kebenaran, transparan,

berpijak pada nilai-nilai etika atau syariah dan moral serta kejujuran (amanah).

Aktivitas akuntansi akan selalu berhadapan pada masalah pengakuan,

pengukuran dan pelaporan, prinsip kebenaran akan menciptakan keadilan dalam

mengakui, mengukur dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi. Akuntansi syari’ah

memandang bahwa tujuan dasar dari akutansi yaitu memberikan informasi dan

akuntabilitas dianggap sebagai suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu sama

lainnya dan inilah yang menjadikan perbedaan besar dengan tujuan dasar akuntansi

konvensional.

Standar akuntansi syariah tersebut menjadi kunci sukses bank Islam dalam

melayani masyarakat di sekitarnya, sehingga seperti lazimnya, harus dapat menyajikan

informasi yang cukup, dapat dipercaya dan relevan bagi penggunanya, namun tetap

dalam konteks syariah Islam. Secara ringkas dapat dirumuskan prinsip umum akuntansi

syari’ah adalah keadilan, kebenaran dan pertanggungjawaban (Muhammad, 2015: 92).


Nilai keadilan, kebenaran dan pertanggungjawaban pencatatan transaksi dapat

terwujud apabila pelaporan akuntansi dilakukan dengan: benar; cepat; terang, jelas,

tegas dan informatif; menyeluruh; ditujukan kepada semua pihak; terperinci dan teliti;

tidak terdapat unsur manipulasi; dan dilakukan secara kontinu. Prinsip-prinsip tersebut

dapat diaplikasikan dalam kehidupan khususnya dunia bisnis, yaitu apa yang dilakukan

atau diperbuat oleh seseorang (pengusaha) harus melakukan perhitungan atau

pencatatan, yang semuanya itu akan dipergunakan sebagai bahan pertanggungjawaban.

Tujuannya adalah untuk menjaga keadilan dan kebenaran, artinya prinsip-prinsip

tersebut menekankan kepada kepentingan pertanggungjawaban agar pihak yang terlibat

dalam transaksi itu tidak dirugikan, tidak menimbulkan konflik dan bersifat adil. Oleh

karena itu, tekanan akuntansi Islam bukanlah pengambilan keputusan tetapi

pertanggungjawaban.

Namun saat ini para pengguna laporan keuangan (nasabah, karyawan,

pemerintah, masyarakat, manajemen) dihadapkan satu kondisi dimana laporan

keuangan bank syariah belum dapat melakukan analisa terhadap kinerja keuangan bank

syariah secara tepat, mengingat laporan keuangan bank syariah sebagaimana termuat

dalam PSAK No.59 Tahun 2002 dan telah diperbaharui pada PSAK No.101 Tahun

2007. Jika ditinjau secara seksama PSAK 101 akuntansi syariah sendiri bertujuan untuk

mengatur penyajian dan pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan umum (general

purpose financial statements) untuk entitas syariah, yang selanjutnya disebut “laporan

keuangan”, agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan entitas syariah

periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas syariah lain. Pengakuan,

pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam
PSAK terkait. Namun PSAK 101 akuntansi syariah tidak sepenuhnya sesuai dengan

karakteristik bank syariah karena hanya memuat sejumlah elemen laporan keuangan

sebagaimana elemen dalam laporan keuangan bank konvensional, ditambah dengan

beberapa laporan, seperti laporan perubahan dana investasi terikat, sumber penggunaan

dana zakat dan penggunaan dana qardhul hasan.

Secara implisit standar tersebut menggunakan konsep entity teory yang bila

dikaji secara mendalam sebetulnya banyak didasarkan pada nilai-nilai kapitalisme dan

utilitarianisme, dalam konsep kepemilikan badan usaha didirikan, digunakan dan

dimiliki secara mutlak berada pada pemilik modal (kapitalis). Tentu saja konsep seperti

ini tidak sejalan dengan syariah. Berbeda dengan syariah enterprise theory bahwa tujuan

laporan keuangan bisnis syariah tidak sebatas pada direct stakeholders saja melainkan

kepada indirect stakeholders. Hal ini untuk memenuhi tujuan dari akuntansi syariah

yaitu pemenuhan tanggung jawab manajemen secara vertikal (pihak-pihak yang terlibat

dan bekerja sama) dan horizontal (mendistribusikan nilai tambah secara adil kepada

pihak yang terlibat dalam menciptakan nilai tambah tersebut). Dengan penetapan tujuan

ini maka diharapkan tidak ada bias antara tujuan dan praktek akuntansi dengan tujuan

hidup kita sebagai hamba Allah. Sehingga dengan bentuk laporan pertanggungjawaban

tersebut, dapat menampilkan nilai yang sesungguhnya atau ketepatan dan keakuratan

nilai dari perusahaan serta kerjasama didalamnya. (Amrullah, 2014: 33).

Menurut akuntansi syariah idealis, digunakannya syariah enterprise theory

sebagai konsep dasar teoritis berdampak pada “kekhasan” pencatatan transaksi dan

akuntabilitas laporan. Pencatatan transaksi dan akuntabilitas laporan harus memiliki

keseimbangan akuntabilitas finansial sosial lingkungan dan materi batin spiritual,


memenuhi prinsip halal thoyib, dan bebas riba, serta menggunakan beberapa laporan

keuangan kuantitatif maupun kualitatif bersifat mandatory (Mulawarman, 2016: 6).

Syariah enterprise theory memiliki cakupan akuntabilitas yang lebih luas dibandingkan

dengan entity theory. Akuntabilitas yang dimaksud adalah akuntabilitas kepada Tuhan,

manusia, dan alam. Bentuk akuntabilitas semacam ini berfungsi sebagai tali pengikat

agar akuntansi syariah selalu terhubung dengan nilai-nilai yang dapat membangkitkan

kesadaran keTuhanan.

Konsekuensi dari diterimanya SET sebagai dasar dari pengembangan teori

akuntansi syariah adalah pengakuan income dalam bentuk nilai tambah (value added),

bukan income dalam pengertian laba (profit) sebagaimana yang diadopsi ET

(Triyuwono, 2016: 332). Dalam kaitannya dengan pemenuhan akuntanbilitas laporan

keuangan bank syariah, Baydoun dan Willet (Amrullah, 2014: 3), seorang pakar

akuntansi syariah merekomensikan laporan nilai tambah (Value Added Statement),

sebagai tambahan dalam laporan keuangan bank syariah. Laporan nilai tambah menurut

Baydoun dan Willet, merupakan laporan keuangan yang lebih menekankan prinsip full

disclosure dan didorong akan kesadaran moral dan etika karena prinsip full disclosure

merupakan cerminan kepekaan manajemen terhadap proses aktivitas bisnis terhadap

pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Kepekaan itu terwujud berupa penyajian

informasi akuntansi melalui distribusi pendapatan secara lebih adil. Adanya laporan

nilai tambah telah mengganti mainstream tujuan akuntansi dari decision making

bergeser kepada pertanggungjawaban sosial (Harahap, 2015: 56).

Kaitannya dengan pemenuhan akuntabilitas laporan keuangan bank syariah,

dengan belum dimasukkannya laporan nilai tambah (value added statement) sebagai
laporan keuangan tambahan dalam laporan keuangan bank syariah, maka dari itu perlu

di ketahui bagaimana pertanggungjawabannya kepada stakeholders. Karena laporan

laba rugi merupakan laporan yang lebih memperhatikan kepentingan direct stakeholders

(pemilik modal), berupa pencapaian profit yang maksimal, dengan mengesampingkan

kepentingan dari pihak lain (karyawan, masyarakat, sosial dan pemerintah), sehingga

profit yang diperoleh distribusinya hanya sebatas kepada direct stakeholders (pemilik

modal) saja. Sementara dengan adanya value added statement sebagai laporan keuangan

tambahan maka kemampuan bank syariah dalam menghasilkan profitabilitas dihitung

dengan juga memperhatikan kontribusi pihak lain seperti karyawan, masyarakat,

pemerintah dan lingkungan. Sehingga profit yang diperoleh dalam distribusinya tidak

hanya sebatas pada direct stakeholders saja melainkan juga kepada indirect

stakeholders (Amrullah, 2014: 27).

Berdasarkan dengan penetapan tujuan ini maka diharapkan tidak ada bias antara

tujuan dan praktek akuntansi dengan tujuan hidup kita sebagai hamba Allah SWT.

Sehingga dengan bentuk laporan pertanggungjawaban tersebut, dapat menampilkan

nilai yang sesungguhnya atau ketepatan dan keakuratan nilai dari perusahaan serta

kerjasama didalamnya. Oleh karena itu, pakar akuntansi syariah merekomendasikan

adanya penambahan Laporan Nilai Tambah (VAR), dalam laporan keuangan yang

diterbitkan oleh lembaga keuangan Islami untuk mengetahui kinerja keuangan lembaga

ekonomi syariah termasuk dalam hal ini adalah Bank Syariah, tidak cukup hanya

didasarkan pada Neraca dan Laporan Laba Rugi saja tetapi juga perlu didasarkan pada

Laporan Nilai Tambah, agar diketahui secara riil kinerja keuangan yang telah

dihasilkan.
Berdasarkan latarbelakang ini, peneliti ingin melakukan penelitian terhadap

kinerja keuangan bank syari’ah dengan menggunakan pendekatan nilai tambah.

Penelitian ini berjudul, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syari’ah

Menggunakan Pendekatan Laba Rugi (Income Statement) dan Nilai Tambah

(Value Added Statement)“ .

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah di jelaskan maka peneliti dapat

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Analisis terhadap kinerja keuangan bank syari’ah selama ini dilakukan hanya

didasarkan pada laporan neraca dan laporan laba rugi, belum menggunakan

laporan nilai tambah sebagaimana direkomendasikan oleh Baydoun dan Willet,

seorang pakar akuntansi syari’ah.

2. Analisis terhadap kinerja keuangan bank syari’ah yang hanya didasarkan pada

neraca dan laporan laba rugi belum belum memberikan informasi yang akurat

tentang seberapa besar rasio kinerja keuangan yang dihasilkan, karena profit

yang menjadi dasar penghitungan rasio kinerja keuangan masih

mengesampingkan kontribusi dari pihak lain (karyawan, masyarakat, sosial dan

pemerintah). Sehingga hasil analisis kinerja keuangan belum menunjukkan

kondisi yang riil.


3. Sementara itu dengan menggunakan laporan nilai tambah, hasil analisis kinerja

keuangan akan lebih riil karena profitabilitas yang dijadikan dasar pengukuran

rasio kinerja keuangan dihitung dengan memperhatikan kontribusi dari pihak

lain (karyawan, masyarakat, sosial dan pemerintah).

1.3 Batasan Masalah

Penggunakan pendekatan nilai tambah (Value Added Statement), penelitian ini

dimaksudkan ingin menganalisis kinerja keuangan bank syari’ah dengan

membandingkan antara hasil kinerja keuangan yang menggunakan pendekatan laba rugi

dan yang menggunakan pendekatan nilai tambah. Karena keterbatasan waktu dan biaya,

penelitian ini mengambil sempel pada laporan keuangan yang diterbitkan oleh PT. Bank

Syari’ah Mandiri (BSM), PT. Bank Muamalat Indonesi (BMI) dan PT. BRI Syariah.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat

dirumuskan permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimana kinerja keuangan Bank Syariah berdasarkan pendekatan laba rugi

(Income Statement Approach) dan pendekatan nilai tambah (Value Added

Approach) jika diukur menggunakan rasio ROA, ROE, LBAP, NPM, BOPO?

2. Bagaimana perbedaan kinerja keuangan Bank Syariah berdasarkan pendekatan laba

rugi (Income Statement Approach) dan pendekatan nilai tambah (Value Added

Approach) secara keseluruhan?


1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kinerja keuangan Bank Syariah berdasarkan pendekatan laba

rugi (Income Statement Approach) dan pendekatan nilai tambah (Value Added

Approach) jika diukur menggunakan rasio ROA, ROE, LBAP, NPM, BOPO.

2. Untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan Bank Syariah berdasarkan

pendekatan laba rugi (Income Statement Approach) dan pendekatan nilai tambah

(Value Added Approach) secara keseluruhan.

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau

kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis adalah penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

penulis khususnya mengenai analisis kinerja keuangan dengan menggunakan

pendekatan laba rugi dan pendekatan nilai tambah dan penelitian ini juga

diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan referensi yang dapat

dijadikan sebagai bahan informasi untuk mengetahui kinerja keuangan

perbankan syariah.

2. Manfaat Praktis adalah penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan kepada bank syariah, pemerintah, masyarakat dan pemakai informasi

lainnya tentang pentingnya menambahkan Laporan Nilai Tambah dalam elemen

laporan keuangan yang diterbitkan oleh bank syariah pada setiap periode.
Muhammad. 2015. “Akuntansi Syari’ah: Teori dan Praktik untuk Perbankan Syari’ah”.
Edisi 4. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Amrullah. 2014. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah


Menggunakan Pendekatan Income Statement (ISA) dan Value Added
Reporting (VAR)”. Skripsi Fakultas Ekonomi. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Mulawarman. 2016. Aji Dedi. “Menggagas Laporan Keuangan Syariah Berbasis Trilogi
Ma’isyah-Rizq-Maal”. Journal. Islamic Finance & Business Review:
Vol.4 No.01.

Harahap. 2015. “Akuntansi Sosial Ekonomi dan Akuntansi Islam”.LPFE Usakti. Jakarta.

You might also like