You are on page 1of 14

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun Oleh :

1. Selvi Okta Sherrina NIM 1830210135


2. Suci Indah Kenedi NIM 1830210139
3. Umi Lathifah NIM 1830210146

Dosen Pengampu :ELSA CINDRIA M,Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FALKUTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH
PALEMBANG
2018

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehdirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS”.
Makalah ini berisika tentang informasi tentang pengertian anak yang
bekebutuhan khusus,faktor penyebab anak berkebutuhan khusus,bentuk-bentuk layanan
anak berkebutuhan khusus.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu
krituik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.

Palembang, 18 November 2018

Penyusun

2
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar.............................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...................................................................................4
B. Rumusan masalah...............................................................................4
C. Tujuan masalah..................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian anak berkebutuhan khusus...................................................5
B. Faktor Penyebab anak berkebutuhan khusus..........................................9
C. Bentuk-bentuk layanan anak berkebutuhan khusus.................................10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..........................................................................................12
Daftar Pustaka......................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebagai makhluk beragama akan yakin bahwa anak berkebutuhan khusus lahir
ke dunia di samping sudah menjadi takdir Yang Maha Kuasa, tetapi sebagai manusia
yang berkecimpung di dunia keilmuan perlu mengkaji, dan mengidentifikasi mengapa
hal itu bisa terjadi. Karena di samping takdir bisa juga karena ada faktor-faktor tertentu
yang menjadi penyebabnya. Mengkaji penyebab anak mengalami kelainan, dan
ditambah dengan hasil-hasil riil penelitian keilmuan dilapangan, juga upaya-upaya yang
terus di lakukan oleh para pelaku pendidikan dan ahli medis, akan lebih mencermati
untuk mencari solusi menuju ke arah kesembuhan, atau setidaknya mengupayakan
optimalisasi perkembangannya agar mereka dapat hidup mandiri, dan termotivasi
untuk dalam mengembangkan kemampuannya sebagai anggota masyarakat yang
produktif.

B.Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud anak berkebutuhan khusus?
b. Apakah faktor penyebab anak berkebutuhan khusus?
c. Bagaimana bentuk – bentuk layanan untuk anak berkebutuhan khusus?

C.Tujuan Masalah

a.Dapat mengetahui pengertian Anak yang dengan kebutuhan khusus.

b.Dapat mengetahui faktor penyebab anak berkebutuhan khusus.

c.Dapat mengetahuibentuk-bentuk layanan anak berkebutuhan khusus.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan
(bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, mental-intelektual, social,
emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-
anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu,
tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak
memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan
kebutuhan khusus.
Anak – anak yang memiliki kebutuhan individual yang bersifat khas tersebut dalam
proses perkembangannya memerlukan adanya layanan pendidikan khusus. Dengan
demikian, ABK dapat diartikan sebagai anak yang memiliki kebutuhan individual yang
bersifat khas yang tidak bisa disamakan dengan anak normal pada umumnya sehingga
dalam perkembangannya diperlukan adanya layanan pendidikan khusus agar potensinya
dapat berkembang secara optimal.
1. Anak berkebutuhan khusus memiliki keragaman sifat, perilaku, karakteristik,dan
bentuknya,yaitu:
Kelompok ABK dilihat dari aspek kecerdasan (intelegensi). Dari aspek
kecerdasan, anak kelompok ini terdiri dari kelompok ABK berintelegensi di atas
rata-rata (supernormal) dan kelompok ABK yang berintelegensi di bawah rata-
rata (subnormal).
a. ABK supernormal meliputi:
1) Super cerdas/gifted (IQ>140).
2) Sangat cerdas/full bright (IQ 130-140).
3) Cerdas/rapid (IQ 120-130).
4) Atas normal (IQ110-120).

5
b. ABK subnormal (tunagrahita) meliputi:
1) Bawah rata-rata/dull normal (IQ 80-90)
2) Moron/ border line (IQ 70-80)1
3) Debil (IQ 60-70)
4) Imbisil (30-60)
5) Idiot (IQ<30)

2. Kelompok ABK dilihat dari aspek fisik/jasmani:


a. Tunanetra
Individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi
sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang
awas. Tunanetra dibagi menjadi dua yaitu:
1)Kurang awas (low vision), yaitu anak yang masih memiliki sisa
penglihatan sedemikian rupa sehingga masih dapat sedikit melihat atau
membedakan gelap dan terang.
2)Buta (blind), yaitu anak yang sudah tidak bisa atau tidak memiliki sisa
penglihatan sehingga tidak bida membedakan gelap dan terang
b. Tunarungu
Anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya
sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan
walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih
tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak tuna rungu dapat
dibagi,menjadi:

1
Efendi, Mohammad. 2000. PENGANTAR PSIKOPEDAGOGIK ANAK BERKELAINAN.
Jakarta: Bumi Aksara

6
a.Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB (slight
losses)
b. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30- 40 dB (mild
losses)c. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60
dB(moderate loses)
c.Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB (severe
lossses)
d.Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 75 dB keatas
(profoundly losses)[3]
3. Tunadaksa
Anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menatap pada alat gerak
(tulang,sendi,otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan
pendidikan khusus. Tunadaksa dibagi menjadi dua kategori yaitu:
a.Tunadaksa orthopedic(orthopedicallyhandicapped) yaitu mereka yang
mengalami kelainan kecacatan tertentu sehingga menyebabkan
terganggunya fungsi tubuh.
b. Tunadaaksa syaraf (neurologically handicapped) yaitu kelainan yang
terjadi pada anggota tubuh yang disebabkan gangguan pada urat syaraf.
c. Dengan Gangguan Emosi dan Perilaku (Tunalaras)
Anak tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam
penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma
yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada
umumnya,sehingga merugikan dirinya maupun orang lain.
d. kelompok ABK dilihat dari aspek atau jenis tertentu :
1. Autisme
Yaitu gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada
sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi
dan perilaku. Anak yang mengindap autis pada umumnya menunjukkan perilaku tidak
senang kontak mata dengan orang lain, kurang suka berteman, senang menyendiri dan
asyik dengan dirinya sendiri.

7
2. Hiperaktif
Istilah hiperaktif berasal dari kata hiper yang berarti kuat, tinggi, lebih, sedangkan kata
aktif berarti gerak atau aktifitas jasmani. Dengan demikian hiperaktif berarti anak yang
memiliki gerak jasmani yang lebih atau melebihi teman – teman seusianya. Bisa juga
dikatakan anak yang memiliki gejala – gejala perilaku yang melebihi kapasitas anak –
anak yang normal. Misalnya: tidak dapat duduk dengan waktu yang relatif cukup,
senang berpindah – pindah tempat duduk saat kegiatan belajar berlangsung.
3. Anak berkesulitan belajar
Anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus
(terutama dalam hal kemampuan membaca,menulis dan berhitung atau matematika),
diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena faktor
intelegensi (intelegensinya normal bahkan ada yang diatas normal), sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.2

B. FAKTOR PENYEBAB ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Anak berkebutuhan khusus selain sudah menjadi takdir juga karena adanya faktor –
faktor tertentu yang menjadi penyebabnya. Faktor – faktor penyebab itu menurut
kejadiannya dapat dibedakan menjadi tiga peristiwa yaitu:
1.Kejadian sebelum lahir (prenatal)
Faktor penyebab ketunaan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan
masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan. Ketunaan yang
terjadi pada ABK yang terjadi sebelum masa kelahiran dapat disebabkan antara lain
oleh hal- hal sebagai berikut:
a. Virus Liptospirosis (air kencing tikus), yang menyerang ibu yang sedang hamil. Jika
virus ini merembet pada janin yang sedang dikandungnya melalui placenta maka
ada kemungkinan anak mengalami kelainan.

2
Efendi, Mohammad. 2000. PENGANTAR PSIKOPEDAGOGIK ANAK BERKELAINAN.
Jakarta: Bumi Aksara

8
b.Virus maternal rubella (campak jerman, retrolanta fibroplasia (RLF) yang menyerang
pada ibu hamil dan jamin janin yang dikandungnya terdapat kemunngkinan akan timbul
kecacatan pada bayi yang lahir.

c.Keracunan darah (toxaenia) pada ibu- ibu yang sedang hamil sehingga janin tidak
dapat memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga saraf – saraf di otak mengalami
gangguan.

d.Faktor rhesus (Rh) anoxia prenatal, kekurangan oksigen pada calon bayi di kandungan
yang terjadi karena ada gangguan/infeksi pada placenta.

e.Penggunaan obat – obatan kontrasepsi yang salah pemakaiannya sehingga jiwanya


menjadi goncang, tertekan yang secara langsung dapat berimbas pada bayi dalam perut.

f. Percobaan abortus yang gagal, sehingga janin yang dikandungnya tidak dapat
berkembang secara wajar.

2.Kejadian pada saat kelahiran


Ketunaan yang terjadi pada saat kelahiran dapat disebabkan oleh beberapa faktor
berikut:
a. Proses kelahiran yang menggunakan tang verlossing (dengan bantuan tang). Cara ini
dapat menyebabkan brain injury (luka pada otak) sehingga pertumbuhan otak kurang
dapat berkembang secara optimal.
b. Proses kelahiran bayi yang terlalu lama sehingga mengakibatkan bayi kekurangan
zat asam/oksigen. Hal ini dapat menggangu pertumbuhan sel-sel di otak. Keadaan bayi
yang lahir dalam keadaan tercekik oleh ari –ari ibunya sehingga bayi tidak dapat secara
leluasa untuk bernafas yang pada akhirnya bisa menyebabkan gangguan pada otak.
c.Kelahiran bayi pada posisi sungsang sehingga bayi tidak dapat memperoleh oksigen
cukup yang akhirnya dapat mengganggu perkembangan sel di otak.

3. Kejadian setelah kelahiran


Ketunaan pada ABK dapat diperoleh setelah kelahiran pula karena faktor- faktor
penyebab seperti berikut ini:

9
a. Penyakit radang selaput otak(meningitis) dan radang otak(enchepalitis)sehingga
menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan sel-sel otak menjadi terganggu.
b.Terjadi incident(kecelakaan) yang melukai kepala dan menekan otak bagian dalam.
c. Stress berat dan gangguan kejiwaaan lainnya.
d. Penyakit panas tinggi dan kejang – kejang(stuip), radang telinga(otitis media),
malaria tropicana yang dapat berpengaruh terhadap kondisi badan.

C. BENTUK – BENTUK LAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


ABK memiliki tingkat kekhususan yang amat beragam, baik dari segi jenis, sifat,
kondisi maupun kebutuhannya, oleh karena itu layanan pendidikannya tidak dapat
dibuat tunggal atau seragam melainkan menyesuaikan diri dengan tingkat keberagaman
karakteristik dan kebutuhan anak. Dengan beragamnya model layanan pendidikan
tersebut, dapat lebih memudahkan anak – anak ABK dan orang tuanya untuk memilih
layanan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya.
Ada beberapa model atau bentuk pelayanan pendidikan bagi ABK yang ditawarkan
mulai dari yang model klasik sampai yang model terkini:
1.Model segregasi
Merupakan model layanan pendidikan yang sudah lama dikenal dan diterapkan
pada anak – anak berkebutuhan khusus di Indonesia. Model ini mencoba memberikan
layanan pendidikan secara khusus dan terpisah dari kelompok jenis anak
normal maupun anak berkebutuhan khusus lainnya. Dalam praktiknya, masing –
masing kelompok anak dengan jenis kekhususan yang sama dididik pada lembaga
pendidikan yang melayani sesuai dengan kekhususannya tersebut. Sebagai contoh: SLB
A, lembaga pendidikan untuk anak tunanetra, SLB B lembaga pendidikan umtuk anak
tunarungu, SLB C, lembaga pendidikan untuk anak tuna grahita, SLB D lembaga
pendidikan untuk anak tuna daksa, SLB E lembaga pendidikan untuk anak tuna laras
dan SLB G untuk tuna ganda.

10
2. Model kelas khusus
Sesuai dengan namanya, kelas khusus tidak berdiri sendiri seperti halnya sekolah
khusus(SLB), melainkan keberadaanya ada di sekolah umum atau reguler. Keberadaan
kelas khusus ini tidak bersifat permanen, melainkan didasarkan pada ada atau tidaknya
anak – anak yang memerlukan pendidikan atau pembelajaran khusus di sekolah
tersebut.

3.Model sekolah dasar luar biasa(SDLB)


SDLB keberadaannya mirip dengan SLB yaitu sekolah yang diperuntukkan dan untuk
menampung anak –anak berkebutuhan khusus usia sekolah dasar dari berbagai jenis dan
tingkat kekhususan yang dialaminya. Mereka belajar di kelas masing-masing yang
disesuaikan dengan jenis kekhususannya, akan tetapi mereka bersosialisasi secara
bersama-sama dalam satu naungan sekolah.

4.Model guru kunjung


Model guru kunjung dapat diterapkan untuk melayani pendidikan bagi ABK terutama
mereka yang ada atau bermukin di daerah terpencil, daerah perairan, daerah kepulauan
atau tempat – tempat yang sulit dijangkau oleh layanan pendidikan khusus yang telah
ada, misalnya SLB, SDLB, kelas khusus dan sebagainya. Di tempat tersebut dibentuk
sanggar atau kelompok – kelompok belajar tempat anak – anak memperoleh layanan
pendidikan.

5.Sekolah terpadu
Sekolah ini pada hakikatnya merupakan sekolah normal biasa yang telah ditetapkan
untuk menerima anak – anak yang berkebutuhan khusus. Mereka belajar bersama –
sama dengan anak- anak normal lainnya tanpa dipisah dinding tembok kelas. Dalam
pembelajaran di sekolah mereka diajar oleh guru – guru umum, sedangkan materi –
materi yang memiliki sifat kekhususan diberikan oleh guru pendamping yang telah
ditunjuk.

6.Pendidikan Inklusi (inclusive education)


Kata inklusi bermakna terbuka, yang berarti bahwa pendidikan yang bersifat terbuka
bagi siapa saja yang mau masuk sekolah baik dari kalangan anak normal maupun anak
berkebutuhan khusus. Demikian pula lingkungan pendidikan yang, termasuk ruang
kelas, toilet, halaman bermain, laboratorium dan lain – lain harus dimodifikasi dan
dapat diakses oleh semua anak, termasuk anak berkebutuhan kh

11
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan
(bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, mental-intelektual, social,
emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-
anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.Faktor
– faktor penyebab itu menurut kejadiannya dapat dibedakan menjadi tiga peristiwa yaitu
kejadian sebelum lahir (prenatal), kejadian pada saat kelahiran dan kejadian setelah
kelahiran.Model atau bentuk pelayanan pendidikan bagi ABK diantaranya adalah Model
segregasi, Model kelas khusus, model sekolah dasar luar biasa(SDLB), model guru
kunjung, sekolah terpadu, dan pendidikan Inklusi (inclusive education).

12
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Mohammad. 2000. PENGANTAR PSIKOPEDAGOGIK ANAK BERKELAINAN.


Jakarta: Bumi Aksara

Ilun Mualifah, Ahmad Fauzi, dkk. 2008. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK.


Surabaya: LAPIS

13
14

You might also like