You are on page 1of 7

2.

Faktor Penyebab Melakukan Aborsi

Adapun yang menjadi alasan seorang wanita memilih terminasi kehamilan atau

melakukan aborsi yaitu antara lain :

1. Faktor ekonomi

Telah cukup anak dan tidak mungkin dapat membesarkan seorang anak lagi.

Dimana dari pihak pasangan suami istri yang sudah tidak mau menambah anak

lagi karena kesulitan biaya hidup, namun tidak memasang kontrasepsi, atau dapat

juga karena kontrasepsi yang gagal. Atau ingin konsentrasi pada pekerjaan untuk

menunjang kehidupan dengan anaknya.

2. Faktor penyakit herediter

Janin ternyata telah terekspos oleh substansi teratogenik, di mana ternyata pada

ibu hamil yang sudah melakukan pemeriksaan kehamilan mendapat kenyataan

bahwa bayi yang dikandungnya cacat secara fisik, atau wanita yang hamil

menderita penyakit jantung yang berat (kronik), serta karena ingin mencegah

lahirnya bayi dengan cacat bawaan.

3. Faktor psikologis

Seseorang yang hamil diluar pernikahan, dimana pada para perempuan korban

pemerkosaan yang hamil harus menanggung akibatnya. Dapat juga menimpa para

perempuan korban hasil hubungan saudara sedarah (incest), atau anak-anak

perempuan oleh ayah kandung, ayah tiri ataupun anggota keluarga dalam lingkup

rumah tangganya. Atau ayah anak yang dikandungnya bukan suaminya. Dapat

juga karena ada masalah dengan suami.

4. Faktor usia
Dimana para pasangan muda-mudi yang masih muda yang masih belum dewasa &

matang secara psikologis karena pihak perempuannya terlanjur hamil, harus

membangun suatu keluarga yang prematur. Atau ayah anak yang dikandung

bukan pria/suami yang diidamkan untuk perkawinannya. Atau juga karena ingin

menyelesaikan pendidikan. Atau merasa trerlalu tua/muda untuk mempunyai

anak.

5. Faktor penyakit ibu

Dimana dalam perjalanan kehamilan ternyata berkembang menjadi pencetus,

seperti penyakit pre-eklampsia atau eklampsia yang mengancam nyawa ibu. Atau

sang ibu terinfeksi HIV.

6. Faktor lainnya

Seperti para pekerja seks komersial, pasangan yang belum menikah dengan

kehidupan seks bebas atau pasangan yang salah satu/keduanya sudah

bersuami/beristri (perselingkuhan) yang terlanjur hamil. atau gagal metode

kontrasepsi. Penyebab lain karena suami menginginkan aborsi.

Sumber : Adi Utarini. Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.
2005. Hlm. 45
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Aborsi

Meski demikian, secara kritis bisa ditarik generalisasai bahwa aborsi dilakukan

tidak hanya dikarenakan kehamilan di luar perkawinan (kehamilan pranikah,

dilakukan gadis), tetapi juga terjadi di dalam perkawinan, oleh perempuan yang

berstatus istri. Baik abortus dikarenakan kehamilan di luar perkawinan ataupun

dalam perkawinan keduanya memiliki beberapa alasan yang berbeda, dan

keduanya merupakan fenomena terselubung yang cenderung ditutupi oleh

pelakunya.43

Abortus provocatus berkembang sangat pesat dalam masyarakat Indonesia, hal ini

disebabkan banyaknya factor yang memaksa pelaku dalam masyarakat untuk

melakukan hal tersebut. Pelaku merasa tidak mempunyai pilihan lain yang lebih

baik selain melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan hukum dan moral yaitu

melakukan aborsi. Berikut ini disebutkan beberapa faktor yang mendorong pelaku

dalam melakukan tindakan abortus provocatus, yaitu:44

a. Kehamilan sebagai akibat hubungan kelamin di luar perkawinan.

SUMBER: Lilien Eka Chandra, Loc.Cit 43 Hartono Hadisaputro, Aborsi dan Perlindungan Hak Reproduksi
Perempuan, Makalah, Semarang, 30 Januari 2010, hlm. 2

(Yayah Chisbiyah, dkk, Kehamilan Yang Tidak Dikehendaki, PPPK-UGM, Yogyakarta, 1997, hlm. 47 )

Pergaulan bebas dikalangan anak muda menyisakan satu problem yang cukup

besar. Angka kehamilan di luar nikah meningakat tajam. Hal ini disebabkan

karena anak muda Indonesia belum begitu mengenal arti pergaulan bebas yang

aman, kesadaran yang amat rendah tentang kesehatan. Minimnya pengetahuan

tentang reproduksi dan kontrasepsi maupun hilangnya jati diri akibat terlalu

berhaluan bebas seperti negara-negara barat tanpa dasar yang kuat (sekedar

tiru-tiru saja). Hamil di luar nikah jelas merupakan suatu aib bagi wanita yang

bersangkutan, keluarganya maupun masyarakat pada umumnya. Masyarakat

tidak menghendaki kehadiran anak haram seperti itu di dunia. Akibat adanya
tekanan psikis yang diderita wanita hamil maupun keluarganya, membuat

mereka mengambil jalan pintas untuk menghilangkan sumber/penyebab aib

tadi, yakni dengan cara menggugurkan kandungan.

b. Alasan-alasan sosio ekonomis.

Kondisi masyarakat yang miskin (jasmani maupun rohani) biasanya

menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks. Karena terhimpit

kemiskinan itulah mereka tidak sempat memperhatikan hal-hal lain dalam

kehidupan mereka yang bersifat sekunder, kecuali kebutuhan utamanya

mencari nafkah. Banyak pasangan usia subur miskin kurang memperhatikan

masalah-masalah reproduksi. Mereka tidak menyadari kalau usia subur juga

menimbulkan problem lain tanpa alat-alat bukti kontrasepsi. Kehamilan yang

terjadi kemudian tidak diinginkan oleh pasangan yang bersangkutan dan

diusahakan untuk digugurkan dengan alasan mereka sudah tidak mampu lagi

membiayai seandainya anggota mereka bertambah banyak.

c. Alasan anak sudah cukup banyak.

Alasan ini sebenarnya berkaitan juga dengan sosio-ekonomi di atas. Terlalu

banyak anak sering kali memusingkan orang tua. Apalagi jika kondisi

ekonomi keluarga mereka pas-pasan. Ada kalanya jika terlanjur hamil mereka

sepakat untuk menggugurkan kandungannya dengan alasan sudah tidak

mampu mengurusi anak yang sedemikian banyaknya. Dari pada si anak yang

akan dilahirkan nanti terlantar dan hanya menyusahkan keluarga maupun

orang lain, lebih baik digugurkan saja.

d. Alasan belum mampu punya anak.

Banyak pasangan-pasangan muda yang tergesa-gesa menikah tanpa persiapan

terlebih dahulu. Akibatnya, hidup mereka pas-pasan, hidip menumpang

mertua, dsb. Padahal salah satu konsekuensi dari perkawinan adalah lahirnya

anak. Lahirnya anak tentu saja akan memperberat tanggung jawab orang tua

yang masih kerepotan mengurusinya hidupnya sendiri. Oleh karena itu,

mereka biasanya mengadakan kesepakatan untuk tidak mempunyai anak


terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu. Jika terlanjur hamil dan betul

betul tidak ada persiapan untuk menyambut kelahiran sang anak, mereka dapat

menempuh jalan pintas dengan cara menggugurkan kandungannya.

Harapannya, dengan hilangnya embrio/janin tersebut, dimasa-masa mendatang

mereka tak akan terbebani oleh kehadiran anak yang tentu saja membutuhkan

biaya yang tidak sedikit untuk merawatnya sampai besar dan menjadi orang.

e. Kehamilan akibat perkosaan.

Perkosaan adalah pemaksaan hubungan kelamin (persetubuhan) seorang pria

kepada seorang wanita. Konsekuensi logis dari adanya perkosaan adalah terjadinya kehamilan.
Kehamilan pada korban ini oleh seorang wanita korban

perkosaan yang bersangkutan maupun keluarganya jelas tidak diinginkan.

Pada kasus seperti ini, selain trauma pada perkosaan itu sendiri, korban

perkosaan juga mengalami trauma terhadap kehamilan yang tidak diinginkan.

Hal inilah yang menyebabkan si korban menolak keberadaan janin yang

tumbuh di rahimnya. Janin dianggap sebagai objek mati, yang pantas dibuang

karena membawa sial saja. Janin tidak diangap sebagai bakal manusia yang

mempunyai hak-hak hidup.

Pengguguran kandungan yang terjadi dewasa ini lebih banyak didasarkan pada

alasan sosiologis dibandingkan dengan alasan-alasan medis. Alasan-alasan

sosiologis ini dilarang dan termasuk perbuatan pidana yaitu abortus provokatus

kriminalis yang diancam hukuman pidana.

Apabila dijabarkan, ada beberapa alasan yang digunakan oleh wanita dalam

menggugurkan kandungannya baik legal maupun illegal yang disebabkan karena

tidak menginginkan untuk meneruskan kehamilan sampai melahirkan. Alasan

alasan tersebut sebagaimana tulisan Dewi Novita sebagai berikut:45

a. Alasan kesehatan, yaitu apabila ada indikasi vital yang terjadi pada masa

kehamilan, apabila diteruskan akan mengancam dan membahayakan jiwa si


Ibu dan indikasi medis non vital yang terjadi pada masa kehamilan dan

berdasar perkiraan dokter, apabila diteruskan akan memperburuk kesehatan

fisik dan psikologis ibu. Selain itu juga didasarkan pada alasan kesehatan janin

uyaitu untuk menghindari kemungkina melahirkan bayi cacat fisik maupun

SUMBER: Dewi Novita, Aborsi menurut Petugas Kesehatan, PPPK-UGM, Yogyakarta, 1997, hlm. 16-20.

mental, walaupun alasan ini belum bisa diterima sebagai dasar pertimbangan

medis.

b. Alasan sosial, tidak seluruhnya kehamilan perempuan merupakan kehamilan

yang dikehendaki, artinya ada kehamilan yang tidak dikehendaki dengan

alasan anak sudah banyak, hamil diluar nikah sebagai akibat pergaulan bebas,

hamil akibat perkosaan atau incest, perselingkuhan dan sebagainya.

Perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki berusaha agar

kehamilannya gugur baik melalui perantara medis (dokter) maupun abortir

gelap meskipun dengan resiko tinggi. Hasil penelitian tentang kehamilan yang

tidak dikehendaki didasarkan pada alasan-alasan melakukan aborsi dari alasan

yang terkuat sampai terlemah yaitu: ingin terus melanjutkan sekolah atau

kuliah, takut pada kemarahan orang tua, belum siap secara mental dan

ekonomi untuk menikah dan mempunyai anak , malu pada lingkungan sosial

bila ketahuan hamil sebelum menikah, tidak mencintai pacar yang

menghamili, hubungan seks terjadi karena iseng, tidak tahu status anak

nantinya karena kehamilan terjadi akibat perkosaan apalagi apabila pemerkosa

tidak dikenal.

c. Alasan ekonomi, peningkatan kesempatan kereja terutama bagi kaum

perempuan juga dianggap faktor yang akan mempengaruhi peningkatan

aborsi, perkembangan ekonomi menuju ekonomi industry melalui ekonomi

manufacur akan secara cepat meningkatkan jumlah perempuan muda diserap

sebagai tenaga kerja, juga mengikuti pendidikan lebih tinggi. Konsekuensinya

penundaan perkawinan terjadi, padahal secara biologis mereka sudah beranjak


pada masa seksual aktif. Hubungan seks di luar nikah akan meningkat, terutama karena dipicu oleh
sarana hioburan, media film yang menawarkan

kehidupan seks secara vulgar. Aborsi juga dianggap sebagai pilihan yang tepat

karena adanya kontrak kerja untuk tidak hamil selama dua tahun pertama kerja

dan apabila tidak aborsi resikonya adalah dipecat dari pekerjaan. Alasan

ketidaksiapan ekonomi juga seringkali menjadi pertimbangan bagi perempuan

berkeluarga yang tidak menghendaki kehamilannya untuk melakukan aborsi,

seperti kegagalan KB, pendapatan rendah yang tidak mencukupi untuk

menanggung biaya hidup.

d. Alasan keadaan darurat (memaksa), kehamilan akibat perkosaan. Kehamilan

yang terjadi sebagai akibat pemaksaan (perkosaan) hubungan kelamin

(persetubuhan) seorang laki-laki terhadap perempuan. Adapun alasan yang

terakhir ini, yaitu alasan keadaan darurat (memaksa) berupa kehamilan akibat

perkosaan sebagai alasan untuk melakukan aborsi adalah merupakan fokus

dan objek dalam penelitian ini, dan akan dianalisa lebih lanjut dalam bab hasil

penelitian dan pembahasan.

You might also like