You are on page 1of 34

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN

PSIKO SOSIAL DAN SPIRITUAL


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Gerontik

TIM DOSEN
Inggrid Dirgahayu, S.Kp., M.KM

Disusun:
Astiyani AK.1.16.007
Fahrul Hikmah Rinaldi AK.1.16.019
Ghina Nur Maulida AK.1.16.022
Lisna Widiyanti AK.1.16.031
M. Wisnu Suryaman AK.1.16.038
Sri Nuryanti AK.1.16.050
Tirta Budiman AK.1.16.051

Kelas A Tingkat III Semester VI, Kelompok 5

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI KENCANA BANDUNG
2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas
Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Psiko Sosial dan
Spiritual” yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Gerontik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa
kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang
penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia
yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan belajar dari suatu
kesalahan.
Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Psiko Sosial dan
Spiritual” mendapat ridho dari Allah SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin....

Bandung, Maret 2019

Tim Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II Tinjaun Teori 4


2.1 Konsep Komunikasi 4
2.2 Konsep Lansia 4
2.3 Konsep Komunikasi Pada Lansia 17
2.4 Asuhan Keperawatan Masalah Komunikasi Pada Lansia 35

BAB III Penutup 54


3.1 Kesimpulan 54
3.2 Saran 54

Daftar Pustaka 55

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat
dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun
masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling
berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya
serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang
penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya
sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah
“sehat sakit” atau kesehatan tersebut.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest
yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di
suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi
yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang
sama (Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959) keperawatan komunitas adalah bidang perawatan
khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat
secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial,
perbaikan l ingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang
lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana
hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

49
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu
sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini
bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada
kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan
kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan
keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran
serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif,
secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses
keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH
mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain
menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk
usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga,
masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas
lainnya bagi kesejahteraan lansia. #al ini karena pada usia lanjut individu akan
mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang
mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan
baik fisik maupun mental.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini yaitu:
1. Jelaskan Konsep Komunikasi!
2. Jelaskan Konsep Lansia!
3. Jelaskan Konsep Komunikasi Pada Lansia!
4. Jelaskan Asuhan Keperawatan Masalah Komunikasi Pada Lansia!

50
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan pada Makalah ini yaitu:
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Konsep Komunikasi
2. Untuk Mengetahui dan Memahami Konsep Lansia
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Konsep Komunikasi Pada Lansia
4. Untuk Mengetahui dan Memahami Asuhan Keperawatan Masalah Komunikasi
Pada Lansia

51
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lanjut Usia


2.2.1 Definisi Lanjut Usia
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan
dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu
ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia
(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua
yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Kelompok lanjut usia (LANSIA) adalah kelompok penduduk yang berusia 60
tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan
terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit
degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode
terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia
65 dan 75 Tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli
demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus
menigkat sampai abad selanjutnya. (Potter & Perry, 2005)
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis

52
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi,
penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber
daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia
pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45- 59 tahun, Usia lanjut
(elderly) adalah kelompok usia 60- 74 tahun, Usia lanjut (Old) adalah
kelompok usia 75- 90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) adalah kelompok
usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi
pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota
komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah
kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak
diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan
mereka.

2.2.2 Penggolongan Lansia


Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994)
menjadi tiga kelompok yakni:

53
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.

Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO)


mengelompokan usia lanjut menjadi empat macam meliputi:
1. Usia Pertengahan (Middle Age) Kelompok Usia 45 Samapai 59 Tahun
2. Usia Lanjut (Elderly) Kelompok Usia Antara 60 Samapai 70 Tahun
3. Usia Lanjut Usai (Old) Kelompok Usia Antara 75 Sampai 90 Tahun
4. Usia Tua (Veryold)Kelompk Usia Di Atas 90 Tahun

2.2.3 Teori Sosial Tentang Penuaan


1. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory)
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal- hal yang dihargai masyarakat.
Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa
Interaksi Sosial didasarkan atas hokum pertularan barang dan jasa,
sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa
kemampuan Lanjut Usia untuk terus menjalin interaksi social merupaka
kunci mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya untuk
melakukan tukar- menukar.
Menurut Dowd (1980), Interaksi di Antara Pribadi dan kelompok
merupakan Upaya untuk meraih keuntungan sebesar- besarnya dan
menekan kerugian sehingga sesedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul
akibat seseorang atau kelompok mendapatkan keuntungan lebih besar
dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya.
Pada Lanjut Usia, Kekuasaan dan Prestisenya berkurang yang
menyebabkan Interaksi Sosial mereka Kurang juga. Yang tersisa hanyalah
harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.

54
Pokok- pokok Social Exchange Theory adalah sebagai berikut:
1) Masyarakat sendiri atas actor-aktor social yang berupaya mencapai
tujuannya masing- masing
2) Dalam upaya tersebut terjadi Interaksi Sosial yang memerlukan biaya
dan Waktu
3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seseorang actor
mengeluarkan biaya
4) Actor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah
terjadinya kerugian
5) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

2. Teori Penarikan Diri (Disengagement Theory)


Teori ini merupakan teori social tentang penuaan yang paling
awal, dan pertama kali diperkenalkan oleh Cumming dan Henry (1961).
Kemiskinan yang diderita Lajut Usia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang Lansia secara perlahan- lahan menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga
mempersiapkan kondisi agar para Lanjut Usia Menarik Diri. Keadaan ini
mengakibatkan Interaksi Sosial Lanjut Usia menurun, baik secara kualitas
maupun Kuantitas.
Pada Lanjut Usia sekaligus terjadi Kehilangan Ganda (Triple Loss),
Yaitu:
a. Kehilangan Peran (Loss of Roles)
b. Hambatan Kontak Sosial (Restriction of Contacts and Relationship)
c. Berkurangnya Komitmen (Reduced Commitment to Social Mores and
Values)

Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses


penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan
dapat memusatkan diri kepada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri
menghadapi kematiannya.

55
Pokok- pokok Disengagement Theory adalah:
a) Pada Pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa pension.
Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang,
misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk
belajar dan menikah
b) Lanjut Usia dan Masyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena
Lanjut Usia dapat merasakan bahwa tekanan Sosial berkurang
sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas
c) Tiga aspek utama dalam teori ini adalah: (1) Proses menarik diri
terjadi sepanjang hidup, (2) Proses tak dapat dihindari, dan (3) Hal ini
diterima Lanjut Usia dan Masyarakat.

Teori ini mempengaruhi kebujakan negara terhadap Lanjut Usia,


antara lain di Amerika Serikat.

3. Teori Aktivitas (Activity Theory)


Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et
al. (1972) yang menyatakan, bahwa penuaan yang sukses tergantung dari
bagaimana seorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Adpaun kualitas aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas
aktivitas yang dilakukan. Dari satu segi aktivitas Lanjut Usia dapat
menurun, akan tetapi di lain segi dapat dikembangkan, misalnya Peran
baru Lanjut Usia sebagai:
1) Relawan
2) Kakek atau Nenek
3) Ketua Rukun Warga
4) Seorang Duda atau Janda, karena ditinggal wafat pasangan hidupnya

56
Dari pihak lanjut usia sendiri terdapat anggapan bahwa proses
penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha
untuk mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya.
Pokok- pokok Teori Aktivitas adalah:
1) Moral dan Kepuasan berkaitan dengan Interaksi social dan
keterlibatan sepenuhnya dari Lanjut Usia di Masyarakat
2) Kehilangan Peran akan menghilangkan kepuasan seorang lanjut usia.

Pencapaian teori aktivitas ini dalam penyusunan kebijakan terhadap


Lanjut Usia sangat Positif, Karena memungkinkan para Lanjut Usia
berintegrasi sepenuhnya di masyarakat.

4. Teori Kesinambungan (Continunity Tbeory)


Teori ini di anut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan
adanya kesinambungan dalam dalam siklus kehidupan lanjut usia, dengan
demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia. Dan hal ini dapat
terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tak
berubah, walaupun ia menjadi lanjut usia.
Menurut teori penarikan diri dari dan teori aktivitas, proses penuaan
merupakan suatu pergerakan dan peroses yang searah, akan tetapi pada
teori kesinambungan merupakan pergerakan dan peroses banyak arah,
tergantung dari bagimana penerimaan seseorang terhadap status
kehidupannya.
Kesulitan untuk menerapkan teori ini adalah, bahwa sulit
memperoleh gambaran umum tentang seseorang, karena kasus orang per
orang sangat berbeda.
Pokok-pokok dari continunity tbeory adalah sebagai berikut:
a Lanjut usia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif
dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya

57
di masa lalu. Dipilih peran apa yang harus din pertahankan atau
dihilangkan,
b Peran lanjut usia yang hilang tak perlu diganti.
c Lanjut usia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara
adaptasi.

5. Teori Perkembangan (Development Tbeory)


Teori ini menkankan pentingnya mempelajari apa yang telah
di alami oleh lanjut usia pada saat muda hingga dewasa, dengfan demikian
perlu di pahami teori frund, buhler, jung dan erikson.
Sigmund frund meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan
psikososial anak dan balita. Erikson (1930) membagi kehidupan menjadi
delapan fase dan lanjut usia perlu menemukan integritas diri melawan
keputusasaan (Ego Integrity Versus Despair) seperti berikut:

Ego integrity
a Lanjut usia menerima apa adanya.
b Merasakan hidup penuh arti.
c Lanjut usia yang bertanggung jawab dabn kehidupan yang berhasil.

Despair;
a Lanjut usia takut mati
b Penyesalan diri
c Merasakan kegentiran dan merasa terlambat untuk memperbaiki.

Havighurst dan duvall mengurraikan tujuh jenis tugas


perkembangan (developmental teks) selama hidup yang harus
dilaksanakan oleh lanjut usia, yaitu:
1. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis.
2. Penyesuaian terhadap pension dan penurunan pendapatan.
3. Menemukan makna kehidupan.

58
4. Mempertahankan pengaturan hidup memuaskan.
5. menemukan kepuasan dalam hidup keluarhga
6. penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.
7. Menerima dirinya sebagai sesorang lanjut usia.

Joan birchenall RN, Med, dan Mary E. streight RN (1973),


menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna
mengerti prubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupanya.
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua
merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lanjut usia terhadap
berbagai seseorang, yang dapatb positif maupun negatif, akan tetapi teori
tak menggariskan bagaimana cara mennjadi tua yang diinginkan atau ang
seharsnya.
Hal-hal yang kurang mendukung dalam penerapan teori ini:
a Pendekatan yang digunbakan abstrak
b Bila seseorang berbuat kesalahan pada pase sebelumnya, hal tersebut
tak dapat diperbaikinya dalam pase selanjutnya.
c Tak dapat dilakukan pengujuan secara empiris dan cara tak dapat
digeneralisasi.

Pokok-pokok dalam development theory adalah:


a) Masa tua merupakan saat lanjut usia merumuskan seluruh masa
kehidupan.
b) Masa tua merpakan masa penesuaian diri terhadap kenyataan sosial
yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau juga menjanda.
c) Lanjut usia harus menyesuaikan diri, akibat perannya yang berakhir
di dalam keluarga kehilanagan identitas dan hubungan sosialny
akibat pensiun, ditinggal mati oleh pasangannya dan teman-
temanya.

59
6. Teori Stratifikasi Usia (Age-Strafication Theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lanjut usia berdasarkan usia
kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan
kapasitas, peran, kewajiban serta hak mereka bedasarkan usia. Dua
elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan
prosesnya.
1) Struktur mencakup sebagi berikut:
a Bagaimanakah peran dan harapan menurut penggolongan usia
b Bagaimanakah penilaiaan strata oleh strata itu sendiri dan strata
lainya.
c Bagaimanakah terjadinya penyebaran peran dan kekuasaan yang
tak merata pada masing masing strata, yang didasarkan pada
pengalaman dan kebijakan lanjut usia.
2) Proses mencakup hal-hal berikut :
a Bagimanakah menyesuaikan keddukan seseorang dengan peran
yang ada
b Bagaimanakah cara mengatur transisi peran secara berurutan dan
terus menerus.

Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia adalah:


a) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
b) Pendapatnya transisi yang di alami oleh kelompok.
c) Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.

Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang


dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk
mempelajari sifat kelompok lanjut usia secara cohort serta bersifat makro.
Serta kelompok usia dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan
keterkaitannya dengan kelompok usia lainya

60
Kelemahannya, teori ini tak dapat dipergunakan untuk menilai
lanjut usia secara perorangan mengingat bahwa stratifikasi sanagat
komplek dan didamis , serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok
etnik. Setelah menelaah bermacam-macam teori penuaan yang berasal
dari berbagai disiplin ilmu, dalam praktek sering dijumpai kesulitan bila
diperlukan suat pandangan lintas disiplin, terlebih-lebih bila hendak
diterapkan di indonesia, mengingat bahwa kebanyakan teori berasal dari
amerika serikat, dan kadang-kadang di negara asia atau eropa.

2.2 Konsep Gangguan Psikologi Pada Lansia

2.3 Konsep Gangguan Psikososial Pada Lansia


2.3.1 Definisi Gangguan Psikososial
Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal
diri /cita-cita /harapan langsung menghasilkan perasaan berharga .Harga diri
dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri maupun dari orang
lain.Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan
diterima,dicintai,dihormati oleh orang lain,serta keberhasilan yang pernah
dicapai individu dalam hidupnya (Hidayat,2006). Isolasi adalah keadaan
dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau
keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam(Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi
atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan
dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak

61
ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain
(DepKes, 1998).
Dari segi kehidupan sosial cultural, interaksi sosial adalah merupakan
hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya
kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar
dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan
suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau
lingkungan disekitarnya.

2.3.2 Etiologi Gangguan Psikososial


Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri,
rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, percaya diri kurang, dan juga dapat mencederai diri
(Carpenito,L.J,1998:352)

2.3.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Psikososial


1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan
orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan dan merasa tertekan. Berbagai teori telah diajukan untuk
menjelaskan gangguan alam perasaan yang parah. Teori ini menunjukkan
rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam
kombinasi.
1) Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif
melalui riwayat keluarga atau keturunan.
2) Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi
karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.

62
3) Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu
dengan benda atau yang sangat berarti.
4) Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang
negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan
penilaian seseorang terhadap sesuatu
5) Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah kognitif
yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri
seseorang, dunia seseorang, dan masa depan seseorang.

2. Faktor Presifitasi
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor
psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga
menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari
lingkungan (Stuart and sundeen, 1995).

2.3.4 Tanda dan Gejala Gangguan Psikososial


1. Apatis, ekspresi, afek tumpul.
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari
orang lain.
3. Komunikasi kurang atau tidak ada.
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah – klien kurang mobilitasnya.
6. Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

2.3.5 Rentang Respon Sosial

63
1. Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu
cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2. Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
4. Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling tergantung
antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
5. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
6. Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan rasa
percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
7. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada
individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak
dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
8. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan
orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-
tanda cembru, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai dengan
humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang
dingin dan tanpa emosi.

64
2.3.6 Karakteristik Perilaku Gangguan Psikososial
1. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
2. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
3. Kemunduran secara fisik.
4. Tidur berlebihan.
5. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
6. Banyak tidur siang.
7. Kurang bergairah.
8. Tidak memperdulikan lingkungan.
9. Kegiatan menurun.
10. Immobilisasai.
11. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
12. Keinginan seksual menurun.

2.3.7 Permasalahan Pada Psikososial


Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian
kesejahteraan Lanjut Usia, antara lain sebagai berikut:
1. Permasalahan Umum
1) Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis
kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati,
berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara
fisik lebih mengarah pada bentuk kelurga kecil.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan
yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan
berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien, yang secara
tidak langsung merugikan kesejahteraan lanjut usia.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia dan masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus

65
bagi lanjut usia dengan berbagai bidang pelayanan pembinaan
kesejahteraan lanjut usia.
5) Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan
kesejateraan lanjut usia.

2. Permasalahan Khusus
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai
permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia
adalah sebagai berikut:
1) Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang
menyebabkan penuaan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka
lebih tergantung kepada pihak lain.
2) Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan
kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi
sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh
masyarakat lingkungan sekitarnya.
3) Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga
kerja muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah,
menyebabkan mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan
terpaksa menganggur.
4) Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga
diperlukan bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta
mempunyai penghasilan cukup.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan
masyarakat individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan
dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa
menjadi terlantar. Di samping itu terjadi pergeseran nilai budaya
tradisional, dimana norma yang dianut bahwa orang tua merupakan
bagian dari kehidupan keluarga yang tidak dapat dipisahkan dan
didasarkan kepada suatu ikatan kekerabatan yang kuat, dimana orang

66
tua dihormati serta dihargai, sehingga seseorang anak mempunyai
kewajiban untuk mengurus orang tuanya. Di pihak lain, dapat terjadi
sebagian generasi muda beranggapan bahwa para lanjut usia tidak perlu
lagi aktif dalam urusan hidup sehari-hari. Hal ini akan memperburuk
integrasi sosial para lanjut usia dengan masyrakatlingkungannya,
sehingga dapat terjadi kesenjangan antara-generasi tua dan muda.
Dengan demikian, sulit untuk mempertahankan dan melestarikan
budaya bangsa ini secara terus-menerus dari generasi ke generasi
selanjutnya.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak
lingkungan, polusi dan urbanisasi yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lanjut usia. Terkosentrasinya dan penyebaran pembangunan yang
belum merata menimbulkan ketimpangan antara penduduk lanjut usia di
kota dan di desa.

2.3.8 Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Gangguan Psikososial

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH


PSIKOSOSIAL:MENARIK DIRI

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan
alamat klien.
2. Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan
fungsi-fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam
keluarga.
3. Kultural
Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem
rujukan penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan

67
keperawatan, faktor-faktor kultural yang dihubungkan dengan penyakit
secara umum dan respons terhadap rasa sakit, kepercayaan mengenai
perawatan dan pengobatan.
4. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari ,
dependen.
5. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan ,harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi ,
kecelakaan dicerai suami ,putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena
sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan ,dituduh KKN, dipenjara tiba –
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
6. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
1) Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh ,
persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia
tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri

68
Ketidakpastian memandang diri , sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya:
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap
diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan
martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
c. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan
hubunga sosialdengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
d. Keyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah
(spritual)
7. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan denga orang lain , Adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.
8. Kebutuhan persiapan pulang.
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikan dan merapikan pakaian.
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah
e. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

69
9. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya
pada orang orang lain ( lebih sering menggunakan koping menarik diri)
10. Aspek Medik
1) Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor,therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola
respons baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan
dari pengkajian adalah sebagai berikut :
a) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
b) Isolasi sosial : menarik diri
c) Resiko perubahan sensori persepsi
d) Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan
pada orang lain
e) Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal
f) Intoleransi aktifitas.
g) Kekerasan resiko tinggi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/mengantisipasi
kegagalan pada peristiwa-peristiwa kehidupan.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan
sistem saraf; kehilangan memori; ketidakseimbangan tingkah laku adaptif
dan kemampuan memecahkan masalah.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.
4. Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem penghargaan pasien;
keyakinan kesehatan,nilai spiritual, pengaruh kultural.
C. Intervensi keperawatan
1. Intervensi Diagnosa 1:
a. Dorong pengungkapan perasaan, menerima apa yang dikatakannya.

70
Rasionalnya: membantu pasien/orang terdekat untuk memulai menerima
perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi/gaya
hidup.
b. Bantu pasien dengan menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan hal-hal
tersebut mungkin di perlukan untuk dilepaskan atau dirubah.
Rasionalnya: memberi kesempatan untuk mengidentifikasi kesalahan
konsep dan mulai melihat pilihan-pilihan; meningkatkan orientasi realita.
c. Berikan informasi dan penyerahan ke sumber-sumber komunitas.
Rasionalnya: memungkinkan pasien untuk berhubungan dengan grup yang
diminati dengan cara yang membantu dan perlengkapan pendukung,
pelayanan dan konseling.
2. Intervensi Diagnosa 2:
a. Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik
relaksasi keinginan untuk mengekspresikan perasaan.
Rasionalnya: jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil
dilakukan dimasa lampau, mungkin dapat digunakan sekarang untuk
mengatasi tegangan dan memelihara rasa kontrol individu.
b. Perbaiki kesalahan konsep yang mungkin dimiliki pasien
Rasionalnya: membantu mengidentifikasi dan membenarkan persepsi
realita dan memungkinkan dimulainya usaha pemecahan masalah.
3. Intervensi diagnosa 3:
a. Pahami rasa takut/ansietas
Rasionalnya: perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka
sehingga dapat mendiskusikan dan menghadapinya.
b. Kaji tingkat realita bahaya bagi pasien dan tingkat ansietas.
Rasionalnya: respon individu dapat bervariasi tergantung pada pola kultural
yang dipelajari. Persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat
memperbesar perasaan.
c. Dorong pasien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa
yang telah terjadi untuk mengantisipasi perasaan tidak tertolong dan
ansietas.

71
Rasionalnya: menyediakan petunjuk untuk membantu pasien dalam
mengembangkan kemampuan koping dan memperbaiki ekuilibrium.
a. Intervensi diagnosa 4:
Tentukan kepercayaan kultural, spiritual dan kesehatan.
Rasionalnya: memberikan wawasan mengenai pemikiran/faktor-faktor
yang berhubungan dengan situasi individu. Kepercayaan akan
meningkatkan persepsi pasien tentang situasi dan partisipasi dalam regimen
keperawatan.
b. Kaji sistem pendukung yang tersedia bagi pasien.
Rasionalnya: adanya keluarga/orang terdekat yang memperhatikan/peduli
dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan.
D. Evaluasi
1. Pasien mampu mengidentifikasi adanya kekuatan dan pandangan diri
sebagai orang yang mampu mengatasi masalahnya.
2. Pasien mampu menunjukkan kewaspadaan dari koping pribadi/kemampuan
memecahkan maslah.
3. Pasien mampu melakukan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas
ke tingkat yang dapat diatasi.
4. Pasien dapat menunjukkan pengetahuan yang akurat akan penyakit dan
pemahaman regimen pengobatan.

2.4 Konsep Gangguan Spiritual Pada Lansia

72
2.5 Mental State Examination (MMSE)

Pertanyaan Skor Skor


Maksimal Pasien
Orientasi
Sebutkan (tahun) (bulan) (tanggal) (hari) (musim/ 5 2
jam)?
Dimanakah kita sekarang (kamar) (wisma) (kota) 5 2
(provinsi) (negara)?
Registrasi
Sebutkan 3 objek benda: 1 detik utuk menyebutkan masing- 3 3
masing. Kemudian tanyakan kepada lansia setelah kita
menyebutkan 3 benda tersebut. Beri nilai 1 untuk masing-masing
jawaban yang benar. Ulangi sampai lansia dapat menyebutkan
semuanya. Hitung berapa kali lansia mencoba
menyebutkan.

Perhitungan
Menghitung kelipatan 7 sampai 5 kali, atau jika tidak mampu 5 2
dengan hitungan uang. Atau jika tidak bisa memakai angka minta
Residen menyebutkan
bacaan kebalik dari satu kata
Recall
Sebutkan kembali 3 benda yang disebutkan di 3 3
awal. Beri 1 poin untuk jawaban yg benar
Bahasa
Menyebutkan 2 benda yang ada di meja/sekitar 2 2
Buat/ulangi satu kalimat tidak boleh ada penghubung (jangan lebih 1 0
dari 5 kata).Contoh matahari terbit dari timur

73
Pertanyaan Skor Skor
Maksimal Pasien
Ikuti 3 Perintah “Ambil kertas di tangan mu, lipat 3 3
menjadi dua dan letakan diatas lantai”
Baca dan ikuti perintah: Tutup matamu 1 1
Tulis kalimat 1 0
Gambarkan kembali gambar berikut. (yang dinilai jumlah sisi 1 0
dan ada yang beririsan)

Total 18

Interpretasi hasil
Nilai < 23: Gangguan kognitif

Nilai 23-30 : Normal

74
Pengkajian Jatuh: Morse Fall Scale

Pengkajian Skala Nilai


Riwayat jatuh
Apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir? Tidak 0 0
Ya 25

Diagnosa sekunder
Apakah lansia memiliki lebih dari satu penyakit? Tidak 0 0
Ya 15
Alat bantu jalan
- Bed rest/ dibantu perawat 0
30
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda di 30
sekitar (kursi, lemari, meja)

Terapi intravena Tidak 0


Apakah saat ini lansia terpasang infus? 0
Ya 20

Gaya berjalan/ cara berpindah


- Normal/ bed rest/ immobile (tidak 0
dapat bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 0
10
- Gangguan/tidak normal (pincang/
20
diseret)
Status Mental
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0
Sendiri 15
- Lansia mengalami keterbatasan 15
daya ingat
Total Nilai 45

75
Nilai 0-24 : Tidak memiliki risiko jatuh Nilai 25-50 :
Risiko jatuh rendah Nilai >51 : Risiko jatuh tinggi

Geriatric Depression Scale

Beri tanda silang ( √ ) di Kolom yang telah diberikan Ya atau Tidak Ya Tidak

Apakah anda merasa puas dengan hidup anda? 0√ 1


Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan 1 0√
Apakah anda merasa hidup anda kosong/hampa? 1 0√
Apakah anda sering merasa bosan? 1√ 0
Apakah anda memiliki semangat yang tinggi setiap saat? 0√ 1
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada 1 0√
anda?
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup? 0√ 1
Apakah anda sering merasa tidak berdaya? 1 0√
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar 1√ 0
dan melakukan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan 1√ 0
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
Apakah anda berpikir bahwa hidup anda sekarang ini 0√ 1
menyenangkan?
Apakah anda merasa bahwa diri anda saat ini tidak 1 0√
Apakah anda merasa sangat bersemangat? 0 1√
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada 1 0√
Apakah anda merasa bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada 1 0√
anda?
Total 4

76
Nilai akhir 0 – 4: Tidak depresi
Nilai akhir 5 – 10 : Depresi ringan
Nilai akhir > 11 : Depresi berat

77
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Teknik komunikasi yang diterapkan oleh perawat pada lansia bisa melalui
pendekatan asertif, responsif, fokus, supportif, klarifikasi, sabar dan ikhlas.
Sedangkan untuk teknik pendekatan kepada klien lansia bisa melalui teknik
pendekatan fisik, pendekatan psikologis, pendekatan sosial, dan pendekatan
spiritual.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

78
DAFTAR PUSTAKA

Hardywinoto dan Tony Setiabudhi. 2005. Panduan Gerontologi Tinjauan dari


berbagai aspek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

79

You might also like