You are on page 1of 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/258242869

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT BERKELANJUTAN DI KABUPATEN CIAMIS

Article · May 2009

CITATION READS

1 2,473

1 author:

Eming Sudiana
Universitas Jenderal Soedirman
13 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pollination effectiveness of local honey bee on strawberry View project

All content following this page was uploaded by Eming Sudiana on 22 May 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT BERKELANJUTAN


DI KABUPATEN CIAMIS
Sustainable Social Forest Management in The Ciamis Regency

Eming Sudiana
Dosen Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Nuhfil Hanani AR
Dosen Jurusan SOSEK, FPUB
Bagyo Yanuwiadi
Dosen Jurusan Biologi, FMIPA UB
Soemarno
Dosen Jurusan Tanah, FPUB

ABSTRACT

The main challenge in the management of social forest is how to develope it to


get some contradictive goals simultaneously. The private forest has to produce woods and
food stuff to meet farmer daily needs, but on the other hands it has also to maintain land
quality to achieve sustainable forest production in term of food stuff, woods, water and
microclimate. The aims of this study are to know the influence of the private forest plant
pattern by Ciamis farmers on plant diversity, productivity, carbon sink, run off and erosion.
From this study, we hope to have a rommendation on the optimal management of private
forest. The results showed that plant pattern of the private forest has significant influence
on plant diversity, carbon sink, erosion and plant productivity. The private forest in Ciamis
Regency can be optimized by preparation of wood and crop density. The most suitable
private forest in Ciamis Regency is that with teak wood base. Private forest with teak
wood base developed in a 0.63 Ha land can minimize erosion and run off until 17.65
ton/year and 208.06 m3/month respectively, and produce woods of 2.08 m3/year and farmer
income of IDR 15,542,000/year and employ up to 254 people.

Keywords: sustainable, social forest, management

PENDAHULUAN mengalami erosi kesuburannya akan


menurun. Apabila erosi terus berlangsung
Hutan rakyat ialah hutan yang terdapat maka lahan menjadi kritis. Pada lahan
di atas tanah yang dibebani hak atas tanah kritis unsur hara yang dibutuhkan oleh
seperti hak milik, hak guna usaha dan hak tanaman menjadi tidak tersedia. Akibatnya
pakai (Undang undang RI No.41, 1999). pertumbuhan tanaman terhambat dan
Hutan rakyat dikembangkan pada tanah produksi tanaman rendah sehingga
darat/kering. Tanah darat sangat peka pendapatan petani pun menjadi rendah.
terhadap erosi. Apabila struktur dan Petani dengan pendapatan rendah sangat
komposisi tanaman tidak dikelola melalui sulit untuk dapat meningkatkan
pengaturan pola tanam yang baik yakni kesejahteraanya. Akibatnya, petani hutan
keanekaragaman dan kerapatannya sangat rakyat akan terus berada pada level di
rendah, serta tidak memiliki bawah garis kemiskinan. Keadaan tersebut
keanekaragaman strata ketinggian pohon banyak terjadi pada lahan hutan rakyat di
maka jika terjadi hujan akan terjadi Kabupaten Ciamis. Tanah kritis di
limpasan permukaan dan erosi. Tanah yang Kabupaten Ciamis mencapai 22.309 ha

543
AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

(Sukrianto, 2005) dengan sedimentasi ke Mengelola hutan rakyat ialah suatu


sungai Citanduy mencapai 5 juta m3/tahun bentuk pemanfaatan lahan yang optimal
(Yunus dan Dharmawan, 2005). Oleh pada suatu tapak (Andayani, 2003).
karena itu diperlukan suatu upaya Mengelola hutan rakyat merupakan
perubahan model pengelolaan lahan darat usahatani berbasis hutan dengan hasil
untuk menekan laju erosi dan limpasan berupa komoditas tanaman kehutanan
permukaan. (pepohonan/kayu) dan tanaman pertanian
Salah satu pola rehabilitasi lahan (semusim/non-kayu). Komoditas tanaman
secara vegetasi adalah dengan membangun pepohonan dan tanaman semusim
hutan rakyat. Melalui pembangunan hutan dipadukan baik secara serentak maupun
rakyat akan terjadi peningkatan rotasi. Perpaduan antara jenis tanaman
produktivitas lahan serta menunjang pepohonan dengan tanaman semusim
konservasi tanah dan air (Andayani, 1995). tertentu pada hutan rakyat akan
Namun kendalanya ialah rata-rata luas membentuk pola tanam yang khas. Pola
kepemilikan lahan hutan rakyat di tanam hutan rakyat akan membentuk tajuk
Kabupaten Ciamis relatif sempit yakni yang berlapis-lapis dengan tingkat
0,86 ha dengan kisaran antara 0,36 – 1,10 keragaman yang tinggi. Tajuk hutan rakyat
Ha (Yunus dan Dharmawan. 2005). Pada yang berlapis-lapis akan meningkatkan
lahan yang sempit tersebut petani harus efektivitas pemanfaatan energi matahari
mendapatkan bahan-bahan untuk serta penyerapan karbon untuk membentuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kendala biomasa dan bahan pangan. Disamping itu
lain yang dihadapi petani ialah rendahnya akan terjadi penahanan erosi secara efektif
tingkat pendidikan petani terutama dalam serta terjadi penyaringan unsur hara.
penguasaan teknologi budidaya hutan. Tingkat keragaman tanaman semusim
Pengetahuan yang dimiliki petani hutan dan pepohonan yang tinggi pada hutan
rakyat adalah hasil budaya turun temurun, rakyat memberikan berbagai keuntungan.
akibatnya pengelolaan lahan dilakukan Beragamnya tanaman pepohonan dapat
secara sederhana, baik dari segi pengaturan menjamin keberlanjutan panen kayu
pola tanam maupun teknologi konservasi karena umur daur yang berbeda
(Sudiana, 2006). menghasilkan masa tebang yang berbeda.
Atas dasar kendala-kendala tersebut di Sedangkan beragamanya tanaman semusim
atas, maka masalah utama dalam akan menjamin pasokan bahan-bahan
pengelolaan hutan rakyat ialah bagaimana kebutuhan sehari-hari (buah, sayur,
mengembangkan hutan rakyat pada lahan rempah-rempah dan bahan pangan
yang sempit guna mencapai berbagai lainnya). Disamping itu kegagalan panen
tujuan yang saling bertentangan secara dapat dihindarkan. Apabila terjadi
bersama-sama. Tujuan yang bertentangan serangan hama/penyakit terhadap satu
tersebut ialah di satu sisi hutan rakyat komoditas maka masih ada komoditas lain
harus menghasilkan bahan pangan untuk yang dapat diandalkan. Oleh karena itu,
memenuhi kebutuhan petani sehari-hari praktek-praktek pengelolaan hutan rakyat
dan sekaligus harus dapat memenuhi sudah selayaknya diubah kearah
kebutuhan kayu. Sedangkan di sisi lain pengelolaan yang berorientasi pada seluruh
petani harus memelihara kualitas lahan potensi sumber daya secara optimal
secara lestari guna menghasilkan bahan menuju ekosistem hutan rakyat lestari dan
pangan dan kayu secara berkelanjutan. berkelanjutan (sustainabel).
Dengan kata lain bagaimana mengelola Pengelolaan hutan rakyat lestari
hutan rakyat yang optimal dan diutamakan untuk pengembangan ekonomi
berkelanjutan yang layak secara ekonomi rakyat dengan memperhatikan aspek sosial,
dan lingkungan, serta dapat diterima secara budaya dan penyelamatan lingkungan.
sosial. Dengan kata lain, pengembangan hutan
rakyat lestari dan berkelanutan harus

544
AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

memperhatikan kelayakan ekologi / Atas dasar hal-hal tersebut di atas,


lingkungan, kelayakan pendapatan (eko- maka perlu dilakukan penelusuran ketiga
nomi) dan kelayakan sosial yang dapat manfaat hutan rakyat baik dari segi
menjamin kebutuhan antar generasi. ekonomi, sosial maupun lingkungan.
Kelayakan secara ekologi ialah mem- Apabila ketiga manfaat hutan rakyat
perhatikan berlangsungnya fungsi ekologi tersebut masih rendah maka perlu
dan bahkan fungsi lingkungan dari hutan dilakukan optimalisasi pengelolaan hutan
rakyat. Fungsi ekologi dan lingkungan rakyat guna meningkatkan ketiga manfaat
tersebut diantaranya ialah bahwa hutan tersebut sebagai solusi dalam mengelola
rakyat sebagai habitat tumbuhan dan hutan rakyat. Temuan diharapkan dari
hewan baik yang bermanfaat maupun yang penelitian ini adalah terumuskannya
belum dimanfaatkan oleh masyarakat harus rekomendasi optimalisasi pendayagunaan
tetap berjalan. Hutan menyediakan tempat sumberdaya lahan, tenaga kerja dan modal
berkembangnya keragaman tumbuhan dan untuk meningkatkan produktivitas lahan
hewan. Semakin tinggi tingkat keragaman hutan rakyat. Apabila hasil penelitian ini
hutan maka akan semakin memperkokoh diaplikasikan oleh masyarakat petani hutan
kestabilan hutan. Beragamnya tanaman rakyat, maka akan terbangun hutan rakyat
hutan rakyat akan mempertinggi yang berkelanjutan yang ditandai dengan
penyerapan karbon yang diakumulasikan tingginya pendapatan petani hutan rakyat
dalam biomassa, baik pada pepohonan, sebagai perolehan manfaat ekonomi,
tanaman semusim maupun pada tumbuhan rendahnya limpasan permukaan dan erosi
bawah. Di samping itu, hutan rakyat sebagai perolehan manfaat lingkungan,
berperan pula dalam mengendalikan erosi serta tingginya penyerapan tenaga kerja
dan aliran permukaan. Hutan rakyat harus sebagai perolehan manfaat sosial. Oleh
dapat menyerapkan air hujan lebih banyak karena itu, praktek-praktek pengelolaan
ke dalam tanah sehingga limpasan hutan rakyat sudah selayaknya diubah
permukaan dan erosi dapat dikurangi. kearah pengelolaan yang berorientasi pada
Dengan demikian ketersediaan air tanah seluruh potensi sumber daya secara
dan kesuburan tanah dapat terjaga dengan optimal menuju ekosistem hutan rakyat
baik serta resiko banjir pada musim hujan lestari dan berkelanjutan (sustainabel).
dan kekeringan pada musim kemarau dapat Berdasarkan latar belakang dan
dikurangi. perumusan masalah tersebut di atas maka
Kelayakan ekonomi dari hutan rakyat dapat diajukan permasalahan penelitian
ialah terjaganya manfaat ekonomi untuk sebagai berikut: (1) Apakah perbedaan
kesejahteraan masyarakat pengelolanya. pola tanam hutan rakyat berpengaruh
Hutan rakyat harus dapat menyediakan secara signifikan pada tingkat keragaman
beragam bahan (kayu dan non kayu) yang tanaman, produktivitas persatuan lahan,
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan karbon tersimpan, limpasan permukaan
harian, mingguan, bulanan dan bahkan dan erosi aktual; (2) Apakah terdapat
tahunan bagi masyarakat pengelolanya hubungan antara tingkat keragaman
baik untuk generasi masa kini maupun tanaman penyusun hutan rakyat dengan
generasi yang akan datang. Sedangkan produktivitas persatuan lahan, karbon
kelayakan sosial ialah bahwa hutan dapat tersimpan, limpasan permukaan dan erosi
memberikan manfaat sosial bagi aktual; (3) Sudah optimalkah hutan rakyat
masyarakat sekitar hutan berupa yang dikembangkan oleh petani di
penyediaan lapagan kerja. Banyak Kabupaten Ciamis ditinjau dari aspek
masyarakat sekitar hutan bergantung pada lingkungan, ekonomi dan sosial; (4) Pola
hutan sebagai buruh tani. Semakin baik hutan rakyat optimal seperti apakah yang
pengelolaan hutan rakyat maka akan dapat membentuk hutan rakyat
semakin tinggi pula manfaat sosialnya. berkelanjutan agar memberikan

545
AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

keuntungan yang maksimal baik secara matan), 2) SWP Ciamis (10 kecamatan), 3)
ekonomi, sosial, maupun lingkungan. SWP Rancah (5 kecamatan), 4) SWP
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Banjarsari (7 kecamatan), 5) SWP
Mengetahui pengaruh pola tanam hutan Pangandaran (3 kecamatan), dan 6) SWP
rakyat yang dikembangkan oleh petani di Cijulang (4 kecamatan). Wilayah yang
Kabupaten Ciamis terhadap tingkat digunakan untuk lokasi penelitian
keanekaragaman tanaman, produktivitas ditentukan secara purposive. Setiap SWP
persatuan lahan, karbon tersimpan, erosi hutan rakyat tersebut dipilih satu
dan limpasan permukaan; (2) Menganalisis kecamatan sebagai lokasi penelitian tingkat
hubungan antara tingkat keanekaragaman kecamatan atas dasar kecamatan tersebut
tanaman penyusun hutan rakyat dengan memiliki hutan rakyat terluas, kemudian
produktivitas persatuan lahan, karbon dengan pertimbangan yang sama, pada
tersimpan, limpasan permukaan dan erosi setiap kecamatan terpilih selanjutnya
aktual; (3) Menganalisis optimalisasi pola dipilih satu desa sebagai lokasi penelitian
hutan rakyat yang telah dikembangkan tingkat desa. Pada setiap desa sampel
oleh petani ditinjau dari aspek ekonomi, terpilih kemudian ditentukan hutan rakyat
sosial dan lingkungan; (5) Mendapatkan sebagai lokasi pengambilan sampel
pola hutan rakyat optimal yang dapat lapangan dan petani responden.
memberikan keberlanjutan manfaat Metode pengumpulan data yang
ekonomi, sosial dan lingkungan, mening- digunakan dalam penelitian ini ialah
katkan karbon tersimpan, serta mampu metode survey. Variabel yang diteliti
menekan laju erosi dan limpasan meliputi variabel lingkungan, ekonomi dan
permukaan. sosial. Variabel lingkungan terdiri atas
limpasan permukaan, erosi, dan
keanekaragaman tanaman penyusun hutan
rakyat. Variabel ekonomi terdiri atas
METODE PENELITIAN produktivitas tanaman tahunan dan
semusim serta pendapatan petani dari
Penelitian dilaksanakan pada saat komoditas tanaman pepohonan dan
musim hujan yaitu bulan November 2008 tanaman semusim. Sedangkan variabel
sampai Maret 2009. Penetapan waktu sosial yang diteliti adalah jumlah
penelitian tersebut didasarkan atas penyerapan tenaga kerja pertanian.
pertimbangan dalam upaya mendapatkan Erosi dan limpasan permukaan diukur
data limpasan permukaan dan erosi tanah. dalam plot erosi dengan jumlah peng-
Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan amatan sebanyak 10 kali kejadian hujan.
rakyat yang berada di wilayah administratif Limpasan permukaan untuk setiap kejadian
Pemerintah Kabupaten Ciamis. Wilayah hujan dihitung dengan persamaan seperti
Ciamis berada pada ketingian 0 - 2000 m yang pernah dilakukan oleh Junaidi (2003)
dpl, yang terbentang dari bagian utara, sebagai berikut:
tengah dan selatan. Wilayah utara
merupakan dataran tinggi berbukit, dengan Qplot = (100/C) x Vc
kemiringan lahan antara 15% - 40%.
Bagian tengah dan selatan ialah dataran dimana: Qplot = limpasan permukaan
rendah, sebagian kecil bergelombang plot (l); Vc = volume limpasan dalam
dengan kemiringan lahan 15–40 % dan run off kolektor (l); C = faktor kalibrasi
sebagian kecil lagi adalah pesisir relatif chinometer.
landai dengan kemiringan 0-15%.
Pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Sedangkan erosi dihitung menggu-
Ciamis dibagi ke dalam 6 (enam) Sub nakan persamaan berikut (Asdak, 2002):
Wilayah Pengembangan (SWP) yaitu 1)
SWP Kawali (yang terdiri atas 7 keca- Splot = Qplot x Cc

546
AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

dimana: Splot = berat sedimen dalam plot macam yakni disesuaikan dengan besarnya
(g); Qplot = limpasan permukaan dalam diameter batang tanaman. Pohon
plot (l); Cc = konsentrasi sedimen pada run berdiameter >20 cm diukur pada petak
off kolektor (g/l) besar ukuran 2000 m2. Di dalam petak
besar tersebut dibuat sub petak ukuran 200
Keanekaragaman tanaman, biomasa m2 untuk mengukur pohon berdiameter 5-
dan cadangan karbon tanaman penyusun 20 cm dan dibuat sub-sub petak ukuran
hutan rakyat diukur dengan metode 4m2 dan 0,25 m2 untuk mengukur tanaman
kuadrat. Kuadrat ditempatkan pada setiap semusim dan tumbuhan liar/herba.
pola tanam yang sedang diukur. Luas
kuadart yang digunakan terdiri atas empat

Data yang diambil dalam kuadrat Biomasa tanaman dihitung menggu-


terdiri atas jumlah jenis tanaman, jumlah nakan rumusan Ketterings (2001) sebagai
individu setiap jenis tanaman, diameter berikut:
batang setinggi dada, tinggi pohon dan
berat jenis kayu. Berdasarkan data tersebut 1. pohon bercabang : 0,11 p D2,62
kemudian dihitung indeks diversitas, berat 2. pohon tidak bercabang : л p H D2/40
kering biomassanya, dan cadangan karbon.
Diversitas (keanekaragaman) tanaman dimana: D = diameter pohon (cm); H =
penyusun hutan rakyat dihitung tinggi pohon (cm); p = berat jenis kayu
menggunakan indeks Shannon-Wiener (g/cm3).
(Smith, 1990), dengan rumusan sebagai
berikut: Sedangkan jumlah cadangan karbon
S diukur dari biomassa tanaman. Jumlah
H’ = - ∑ (pi) (log2pi) karbon tersimpan diestimasi dengan
i=1
menggunakan rumusan yang digunakan
Hairiah dan Rahayu (2007) sebagai
dimana : H’ = tingkat keanekaragaman berikut:
jenis; pi = ni/N; ni = jumlah individu jenis
ke i; N = total individu seluruh jenis. Berat kering biomassa (kg/ha) x 0,46

547
AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

dimana: 0,46 = kandungan karbon dalam hutan rakyat serta mencari solusi
biomassa tanaman. pengelolaan yang paling optimal.
Goal atau tujuan optimasi dalam
Data ekonomi dan sosial didapatkan penelitian terdiri atas 8 tujuan yaitu:
dengan cara wawancara dengan petani (1) meminimalkan erosi,
responden pemilik hutan rakyat. Jumlah (2) meminimalkan limpasan permukaan,
petani responden ditentukan dengan (3) meningkatkan produktivitas tanaman
rumusan Sugiarto, et al. (2003) sebagai tahunan/pepohonan,
berikut: (4) meningkatkan produktivitas tanaman
semusim,
(5) meningkatkan pendapatan patani dari
tanaman tahunan/pohon,
(6) meningkatkan pendapatan petani dari
tanaman semusim,
dimana : n = ukuran sampel; p = proporsi (7) meningkatkan karbon tersimpan, dan
duga; N= ukuran populasi; d = toleransi (8) meningkatkan penyerapan tenaga
penyimpangan; Z = sebaran normal. kerja pertanian.

Perhitungan ukuran sampel tersebut Oleh karena itu model operasional


menggunakan proporsi duga (p) 76%. Hal analisis Multiple Goal Programming yang
ini didasarkan atas perhitungan proporsi digunakan dalam penelitian ini dirumuskan
duga antara rumah tangga tani dengan sebagai berikut:
rumah tangga populasi, dimana rumah
tangga tani di Kabupaten Ciamis sebanyak Min = W1(d1++d1-) + W2(d2++d2-) +
76% dengan toleransi penyimpangan W3(d3++d3-) + W4(d4++d4-) + W5(d5++d5-) +
proporsi rumah tangga tani (d) sebesar W6(d6++d6-) + W7(d7++d7-) + W8(d8++d8-)
10%, sehingga proporsi rumah tangga tani 1
berkisar antara 66% - 86%. Nilai sebaran ΣWj-8(d8-8-+dj-8-)
J=i
normal (Z) sebesar 1,96 pada taraf
kepercayaan 95%.
Data ekonomi terdiri atas pro- dimana: W1 = Bobot meminimalkan erosi
duktivitas tanaman pepohonan dan sebagai tujuan ke 1; W2 = Bobot
tanaman semusim pada setiap pola tanam. meminimalkan limpasan permukaan
Sedangkan data sosial adalah jumlah sebagai tujuan ke 2; W3 = Bobot
tenaga kerja yang dapat diserap per tahun meningkatkan produktivitas tanaman
pada setiap pola tanam. tahunan sebagai tujuan ke 3; W4 = Bobot
Data dianalisis menggunakan sidik meningkatkan produktivitas tanaman
ragam (ANOVA), regresi dan Multiple semusim sebagai tujuan ke 4; W5 = Bobot
Goal Programming. Sidik ragam digu- meningkatkan pendapatan dari pepohonan
nakan untuk mengetahui pengaruh pola sebagai tujuan ke 5 ; W6 = Bobot
tanam terhadap erosi, limpasan permukaan, meningkatkan pendapatan dari tanaman
cadangan karbon, produktivitas tanaman semusim sebagai tujuan ke 6 ; W7 = Bobot
serta pendapatan petani. Analisis regresi meningkatkan cadangan karbon sebagai
untuk mengetahui hubungan antara tujuan ke 7 ; Wj-8 = Bobot meningkatkan
diversitas tanaman dengan variabel lain penyerapan tenaga kerja pertanian sebagai
yang diteliti seperti erosi, limpasan tujuan ke j-8 dimana j = 1,2,3,..n
permukaan, cadangan karbon, pro-
duktivitas tanaman dan pendapatan petani.
Goal programming digunakan untuk
menganalisis optimal tidaknya pengelolaan

548
AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

HASIL-HASIL PENELITIAN diversitas tanaman, cadangan karbon, erosi


serta produktivitas tanaman. Sedangkan
Pola Tanam Hutan Rakyat terhadap limpasan permukaan tidak
berbeda nyata (Tabel 1). Hasil analisis
Hasil penelitian mendapatkan 9 basis tersebut membuktikan bahwa dominansi
pola tanam yaitu pola tanam hutan rakyat suatu jenis tanaman pada suatu lahan,
berbasis tanaman sengon, mahoni, jati, secara ekologis akan memberikan
karet, tanaman serbaguna, tanaman pengaruh yang berbeda-beda terhadap
semusim, coklat, kapulaga dan kopi. Pola lingkungan sekitarnya. Telah banyak
tanam hutan rakyat di Kabupaten Ciamis dibuktikan bahwa dominasi suatu jenis
sebagai klimaks dari hasil pengelolaan oleh vegetasi akan memberikan iklim mikro dan
petani lebih mengarah kepada keseim- keadaan tanah yang berbeda. Demikian
bangan antara sistem kebun dengan sistem pula terhadap faktor lingkungan lainnya
hutan. Hal tersebut tampak dari jenis seperti daya menahan air hujan maupun
tanaman yang dominan. Jenis tanaman erosi. Keadaan ini tampaknya terjadi pula
yang dominan adalah tanaman kehutanan pada hutan rakyat di Kabupaten Ciamis.
dan perkebunan. Meskipun demikian
didapatkan juga pola tanam yang mengarah Berdasarkan nilai erosi yang
pada sistem agroforestri namun ciri khas diperbolehkan (ETol), hanya didapatkan 3
hutan tatap menonjol yakni masih pola tanam yang optimal, yaitu pola tanam
banyaknya tanaman kehutanan dan atau berbasis tanaman jati, mahoni dan tanaman
tanaman MPTS. Petani banyak menanam serbaguna (MPTS) dengan nilai erosi
tanaman pepohonan pada lahan tanaman masing-masing 17,675, 20,161 dan 25,168
pokok perkebunan maupun tanaman ton/ha/tahun. Sedangkan pola tanam
semusim dengan tujuan memberikan lainnya masih lebih tinggi dari erosi yang
naungan pada tanaman pokoknya dari terik diperbolehkan. Limpasan permukaan pada
matahari. umumnya masih tinggi. Limpasan
Tumbuhan bawah (tanaman liar) pada permukaan tertinggi terdapat pada pola
setiap pola tanam secara visual cenderung tanam tanaman semusim dan karet
berbeda. Tumbuhan bawah yang paling (1191,383 dan 1163,453 m3/bulan), dan
rapat terdapat pada pola tanam berbasis terendah pada pola tanam jati (208,0626
jati, kemudian diikuti oleh pola tanam m3/bulan).
MPTS dan pola tanam berbasis kapulaga.
Sedangkan yang paling jarang terdapat Produktivitas hutan rakyat di
pada pola tanam berbasis coklat, karet dan kabupaten Ciamis berada pada kisaran
sengon. Jarangnya tumbuhan bawah pada yang mendekati target produktivitas hutan
pola tanam berbasis coklat, karet dan sekunder pada umumnya kecuali pada pola
sengon disebabkan petani lebih memilih tanam jati yakni masih jauh dari target
model pengelolaan perkebunan. Petani produktivitas hutan sekunder (2,17
lebih menganggap bahwa tumbuhan bawah m3/ha/th dibanding target 8,40 m3/ha/th).
ialah gulma yang dapat mengganggu Demikian juga dengan cadangan karbon
pertumbuhan tanaman pokok melalui (21,1199 Mg/ha sampai 98,0281 Mg/ha).
kompetisi nutrisi, sehingga petani Angka cadangan karbon tersebut masih
melakukan penyiangan dengan harapan jauh lebih rendah bila dibanding dengan
tidak terjadi kompetisi nutrisi/unsur hara hutan alami (254 Mg/ha) maupun hutan
antara tanaman pokok dengan tumbuhan sekunder (176 Mg/ha). Data tersebut
bawah. menunjukkan bahwa hutan rakyat di
Analisis varian (ANOVA), menunjuk- kabupaten Ciamis masih perlu
kan bahwa pola tanam yang dikembangkan dikembangkan lagi.
oleh petani berpengaruh nyata terhadap

549
AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

Tabel 1. Pengaruh pola tanam hutan rakyat terhadap diversitas tanaman, produktivitas
persatuan lahan, limpasan permukaan, erosi dan cadangan karbon *)

Pola Tanam Diversita Produktivita Produktivitas Limpasan Erosi Cadangan


s Total s Tan. Tan. Permukaan (ton/ha/tahun) Karbon
Tahunan Semusim (m3/ha/bulan) (Mg/ha)
(m3/ha/thun) (kg/ha/tahun) **)
1,64c 13,31 b Tidak
Sengon dibudidaya 480,9019 35,877378ab 33,1407ab
e b
1,85 15,31 Tidak
Mahoni dibudidaya 874,8098 20,161088a 46,9151ab
c a
Jati 1,65 2,76 733,09a 208,0626 17,674626a 98,0281b
Karet 1,07a 11,82 b 1571,30a 1163,453 30,090626 a
39,5712ab
MPTS 2,17f 13,57 b 3.129,88a 897,8116 25,168 a
83,4249ab
e b b
Tan. Semusim 1,86 11,10 14.345,64 1191,383 65,754688 b
21,1199a
e b a
Coklat 1,95 13,79 175,39 1075,719 37,728002ab 32,1187ab
Kapulaga 1,68d 15,64 b 345,30a 712,6084 32,768002 ab
20,4914a
b b a
Kopi 1,29 12,89 346,56 822,2782 32,549378 ab
45,0737ab
*) Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata
**) Pengaruh pola tanam terhadap limpasan permukaan tidak berbeda nyata

Diversitas Tanaman Penyusun Sehingga keberlanjutan manfaat ekonomi,


Hutan Rakyat sosial dan lingkungannya perlu
dikhawatirkan. Apabila kodisi dan
Diversitas (keanekaragaman) tum- teknologi pengelolaan hutan rakyat seperti
buhan memiliki korelasi yang cukup keadaan sekarang maka diprediksi akan
berarti dengan produktivitas tanaman terjadi penambahan deviasi (d+) erosi dan
tahunan dan limpasan permukaan. Di- limpasan permukaan sebesar 15 kali lipat
versitas tumbuhan mampu menjelaskan dari erosi yang diperbolehkan. Sedangkan
ragam produktivitas tanaman tahunan penambahan deviasi (d+) produktivitas dan
sebesar 53,10%, sedangkan terhadap pendapatan petani hanya terjadi pada
ragam limpasan permukaan sebesar tanaman mahoni, pisang, aren, dukuh dan
82,70%. Walaupun nilainya relatif masih petai. Produktivitas tanaman lain tidak
rendah, diversitas tumbuhan berkontribusi terjadi kenaikan akan tetapi sebaliknya
pula terhadap peningkatan prduktivitas yakni terjadi penurunan deviasi (d-) dari
tanaman semusim, penurunan erosi dan target yang ditetapkan. Artinya,
cadanga karbon, masing-masing sebesar peningkatan sebagaian kecil produktivitas
21,34%, 17,31% dan 16,70%. Gambaran tidak diimbangi dengan terjadinya
kontribusi diversitas tumbuhan terhadap kenaikan erosi dan limpasan permukaan
variabel lain tampak pada gambar sebagai serta penurunan produktivitas dan
berikut. pendapatan dari tanaman lain. Untuk
meningkatkan produktivitas tanaman
Optimasi Hutan Rakyat Eksisting mahoni, pisang, aren, dukuh dan petai
Hasil analisis optimasi berdasarkan masing-masing sebesar 11,79 m3/tahun,
kondisi eksisting dapat digeneralisasi 1.323,89 kg/tahun, 1.123,15 kg/tahun,
bahwa hutan rakyat yang dikembangkan di 259,98 kg/tahun, dan 252,48 kg/tahun
kabupaten Ciamis belum sesuai dengan harus dihadapkan dengan resiko terjadinya
tujuan lingkungan, ekonomi dan sosial. peningkatan erosi dan limpasan permukaan

550
AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

masing-masing sebesar 461,52 pula oleh terjadinya penurunan pendapatan


ton/ha/tahun dan 15.696,98 m3/ha/bulan. petani, meskipun tampaknya terjadi
Disamping itu, beresiko terhadap kenaikan penyerapan tenaga kerja
penurunan produktivitas tanaman jati pertanian sebesar 36,64 HOK/tahun dan
sebesar 3,34 m3/tahun, coklat 244,78 kenaikan cadangan karbon sebesar 626,01
kg/tahun, kapulaga 931,60 kg/tahun dan Mg/ha.
kopi 700,29 kg/tahun. Kemudian diikuti

Atas dasar hal tersebut, maka hutan dipertahankan. Tanah subur dengan air
rakyat di Kabupaten Ciamis perlu yang cukup tersedia pada lahan hutan
dilakukan upaya-upaya perbaikan rakyat akan terbangun ekosistem hutan
pengelolaan. Upaya tersebut tentunya yang rakyat yang sehat yang sekaligus dapat
mengarah pada pencapaian tujuan utama meningkatkan produktivitas serta
pengelolaan hutan rakyat yaitu untuk meningkatkan pendapatan petani pengelola
menekan seminimal mungkin erosi dan hutan rakyat. Dengan kata lain, apabila
limpasan permukaan, baru kemudian tujuan lingkungan (menurunkan erosi dan
meningkatkan tujuan ekonomi dan sosial. debit limpasan permukaan) dapat dicapai
Sebab dengan langkah tersebut, maka maka tujuan ekonomi (meningkatkan
kesuburan tanah dan ketersediaan air dapat produktivitas dan pendapatan petani) dan

551
AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

bahkan sosial pun (meningkatkan penye- kerapatan tanaman dengan mempri-


rapan tenaga kerja) dapat dicapai pula. oritaskan meminimalkan erosi dan lim-
pasan permukaan serta dibatasi oleh
Solusi Optimal Pengelolaan Hutan kendala keterbatasan modal dan luas lahan
Rakyat yang dimiliki petani. Hasil analisis melalui
Atas dasar hasil analisis optimasi pada skenario perbaikan kerapatan tanaman
kondisi eksisting tersebut di atas, maka penyusun hutan rakyat serta dengan tujuan
diperlukan upaya optimasi dengan memprioritaskan menurunkan erosi dan
memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki limpasan permukaan, menunjukkan bahwa
petani. Solusi optimasi yang diusulkan pengelolaan yang optimal di Kabupaten
dalam penelitian ini ialah dengan cara Ciamis dapat dicapai (Tabel 2).
penyusunan skenario melalui perbaikan

Tabel 2. Solusi optimal pengelolaan hutan rakyat melalui perbaikan kerapatan tanaman

Jenis Tanaman Jumlah Tanaman Pepohonan (pohon/ha) Hasil Optimasi dr Tujuan


Eksisting Eksisting Eksisting Erosi Limpasan
Pola Tanam Sengon Optimal Optimal
1 Sengon 499,470 249,531 749,001
2 Mahoni 52,410 124,766 177,176
3 Jati 124,170 83,177 207,347
Pola Tanam Mahoni Optimal Optimal
1 Mahoni 165,000 283,490 448,49
2 Jati 50,000 41,609 91,609
3 Manglid 12,00 10,059 22,059
Pola Tanam Jati Optimal Optimal
1 Sengon 293,00 216,433 509,433
2 Jati 232,00 513,001 745,001
3 Pisang 293,00 102,973 395,973
Pola Tanam Karet Optimal Belum
1 Karet 833,840 226,690 1060,53 Optimal
2 Aren 21,910 21,317 43,227
3 Mahoni 96,380 93,770 190,15
Pola Tanam MPTS Optimal Optimal
1 Dukuh 152,180 67,800 219,980
2 Duren 26,290 89,106 115,396
3 Kelapa 61,00 27,177 88,177
Pola Tanam Semusim Optimal Optimal
1 Pisang 35,640 167,872 203,512
2 Dukuh 10,880 50,362 61,242
3 Petai 7,620 83,936 91,556
Pola Tanam Coklat Optimal Optimal
1 Coklat 313,263 80,761 394,024
2 Sengon 231,387 86,041 317,428
3 Petai 17,318 24,170 41,488
Berbasis Kapulaga Optimal Belum
1 Sengon 324,250 208,199 532,449 Optimal
Berbasis Kopi Optimal Belum
1 Kopi 274,400 238,539 512,939 Optimal
2 Sengon 19,100 16,726 512,939

552
AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

Melalui perbaikan kerapatan tanaman, 7. Pola tanam hutan rakyat berbasis


hutan rakyat dapat dikelola secara optimal berbasis coklat
pada lahan seluas 0,3357 sampai 1,00 ha. 8. Pola tanam hutan rakyat berbasis
Hutan rakyat seluas tersebut apabila kapulaga
dikelola secara optimal, dapat menurunkan 9. Pola tanam hutan rakyat berbasis
erosi dan debit limpasan permukaan kopi.
sampai pada tingkat minimal, yakni
masing-masing sebesar 43,67789 ton/ha Pola tanam hutan rakyat berpengaruh
dan 791,383 m3/ha. Produktivitas tanaman nyata terhadap variabel lingkungan
pepohonan dan tanaman semusim dapat seperti diversitas total tanaman, ca-
dicapai masing-masing antara 1,037401 – dangan karbon, erosi, serta pro-
10,9813 m3/tahun dan 290 kg – duktivitas tanaman pepohonan mau-
2236246,49 kg/tahun. Pendapatan petani pun tanaman semusim. Sedangkan
dari tanaman pepohonan dan tanaman terhadap limpasan permukaan tidak
semusim dapat dicapai masing-masing berbeda nyata. Diversitas total
antara Rp. 474.010 – Rp 8845084 dan Rp tertinggi terdapat pada pola tanam
217.500,00 – Rp 28.781.107,25 (Tabel 2). MPTS yakni sebesar 2,17 sedangkan
yang paling rendah pada pola tanam
berbasis Karet (1,07). Produktivitas
KESIMPULAN DAN SARAN hutan rakyat di kabupaten Ciamis
berada pada kisaran yang mendekati
Kesimpulan target produktivitas hutan sekunder
pada umumnya. Produktivitas tanaman
1. Rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh pepohonan tertinggi berada pada pola
petani untuk pengembangan hutan tanam berbasis mahoni. Produktivitas
rakyat di Kabupaten Ciamis adalah tanaman semusim tertinggi terdapat
0,82 ha dengan kisaran antara 0,36 ha pada pola tanam berbasis tanaman
sampai 1,10 ha. Petani dengan luas semusim.
lahan sempit cenderung mengelolanya 3. Antara diversitas tanaman dengan
ke arah pola tanam hutan rakyat produktivitas memiliki korelasi yang
monokultur sedangkan pada lahan luas erat dengan bentuk persamaan regresi
cenderung dikelola dengan model LogY1 = 1,059+0,485X1-0,405X2
campuran seperti pola tanam berbasis +0,001X3. Diversitas tanaman
tanaman semusim dan tanaman ser- memiliki regresi yang kuat pula
baguna (MPTS) ataupun perkebunan dengan limpasan permukaan dengan
campuran seperti pola tanam karet, model persamaan LogY3 = 3,009 +
coklat, kapulaga dan kopi. 0,450X1-0,516X2+0,001X3. Hutan
2. Di Kabupaten Ciamis dapatkan 9 jenis rakyat memiliki potensi yang cukup
pola tanam hutan rakyat yaitu: besar dalam menyerap karbon dan
1. Pola tanam hutan rakyat berbasis menyimpannya sebagai cadangan
sengon karbon dalam bentuk biomassa.
2. Pola tanam hutan rakyat berbasis Cadangan karbon hutan rakyat di
mahoni kabupaten Ciamis berkisar antara
3. Pola tanam hutan rakyat berbasis 21,1199 Mg/ha pada pola tanam
jati berbasis tanaman semusim sampai
4. Pola tanam hutan rakyat berbasis 98,0281 Mg/ha pada pola tanam jati.
karet 4. Hutan rakyat yang dikembangkan
5. Pola tanam hutan rakyat berbasis oleh petani responden di kabupaten
tanaman MPTS Ciamis pada kondisi eksisting belum
6. Pola tanam hutan rakyat berbasis sesuai dengan tujuan lingkungan, serta
berbasis tanaman semusim hanya mampu meningkatkan

553
AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

pendapatan petani dari tanaman serta mampu mempertahankan


mahoni, jati dan pisang. Rata-rata produktivitas, pendapatan petani,
limpasan permukaan dan erosi masih cadangan karbon serta penyerapatan
di atas nilai limpasan ideal dan erosi tenaga kerja dengan nilai minimal
yang diperbolehkan. Limpasan sama dengan kondisi eksisting.
permukaan berkisar antara 208,06 7. Pengelolaan hutan rakyat pola tanam
sampai 1.191,38 m3/ha/bulan. Erosi berbasis tanaman jati adalah pola
aktual antara 17,67 sampai 65,75 tanam yang paling optimal dibanding
ton/ha/th. Hanya didapatkan tiga jenis pola tanam lainnya serta paling layak
pola tanam yang telah sesuai dengan dilihat dari tujuan menekan erosi dan
kaidah erosi dan limpasan permukaan, limpasan permukaan, meningkatkan
yaitu pola tanam berbasis tanaman jati, produktivitas, pendapatan dan
pola tanam berbasis mahoni dan pola penyerapan tenaga kerja.
tanam berbasis tanaman serbaguna
(MPTS). Nilai erosi pada ketiga pola Saran – saran
tanam tersebut masing-masing sebesar
17,674626 m3, 20,161088 m3 dan Pengelolaan hutan rakyat perlu mem-
25,1680 m3. Penyerapan tenaga kerja pertimbangkan keberlanjutan kesuburan
masih rendah dibanding dengan tanah. Oleh karena itu diperlukan upaya
jumlah tenaga kerja yang tersedia. konservasi untuk menjaga tanah agar
5. Pengelolaan hutan rakyat di kabupaten terhindar dari erosi dan limpasan per-
Ciamis apabila dilanjutkan dengan mukaan. Perbaikan teknologi yang menuju
teknologi yang ada sekarang (kondisi pada upaya konservasi perlu diterpkan
eksisting), akan terjadi penambahan dengan baik, karena lahan yang terhindar
deviasi (d+) erosi dan limpasan dari erosi dan limpasan permukaan dapat
permukaan sebesar 15 kali lipat dari menjamin keberlangsungan usaha hutan
erosi yang diperbolehkan serta akan rakyat.
menurunkan produktivitas dan Diversitas dan kerapatan tanaman
pendapatan petani dari jenis tanaman pepohonan serta tanaman pendukung hutan
sengon, karet, coklat, kapulaga dan rakyat baik tanaman semusim maupun
kopi. Peningkatan deviasi (d+) tumbuhan bawah perlu dikelola dengan
produktivitas dan pendapatan petani baik, karena mampu melindungi tanah dari
hanya terjadi pada tanaman mahoni, erosi dan limpasan permukaan. Guna
pisang, aren, dukuh dan petai. menghindari persepsi negatif masyarakat
Peningkatan produktivitas dan tentang efek tumbuhan bawah yang
pendapatan petani, tidak seimbang dianggap gulma oleh petani terhadap
dengan prediksi timbulnya kerugian tanaman pokok, maka perlu dilakukan
akibat peningkatan erosi dan limpasan penelitian tentang pengganti tumbuhan
permukaan. bawah oleh tanaman yang memiliki
6. Pengelolaan hutan rakyat di habitus, fenologi dan fungsi ekologis
Kabupaten Ciamis dapat dioptimasi seperti tumbuhan bawah. Penelitian
melalui skenario tersebut dapat diarahkan pada kemampuan
perbaikan/penambahan kerapatan bertahan dibawah naungan, namun dapat
tanaman utama maupun menghasilkan manfaat langsung bagi
pendukungnya. Melalui skenario petani.
perbaikan kerapatan tanaman Hasil optimalisasi hutan rakyat tidak
pengelolaan hutan rakyat di akan bermanfaat secara nyata di lapangan
Kabupaten Ciamis mampu menekan apabila seluruh stakeholders terutama
erosi dan limpasan permukaan sampai petani dan pemerintah daerah tidak
di bawah nilai erosi dan limpasan melaksanakan dan mempraktekan
permukaan yang diperbolehkan/ideal rekomendasi dan solusi optimal yang

554
AGRITEK VOL. 17 NO. 3 MEI 2009 ISSN. 0852-5426

diusulkan. Oleh karena itu diperlukan from Biomass. 3rd E.C. Conference.
upaya dari pemerintah daerah untuk terus Elsevier Applied Science
memotivasi dan mentransfer teknologi Publishers. London. p: 323-329.
mengelola hutan rakyat guna mengasilkan Sudiana, E. 2006. Identifikasi Kelompok
hutan rakyat yang layak dari segi Tani Dalam Kegiatan Rehabilitasi
lingkungan, ekonomi dan sosial menuju Hutan dan Lahan di Kabupaten
pada pengelolaan yang berkelanjutan. Ciamis. Prosiding Dialog
Stakeholders: Rehabilitation of
Degraded Forest Land Involving
Local Communities In West Java
DAFTAR PUSTAKA Indonesia. Dinas Kehutanan
Kabupaten Ciamis. Proyek ITTO
Andayani. 1995. Hutan Rakyat dan PD.271/04.REV.3(F).
Peranannya dalam Pembangunan Sugiarto, D. Siagia, L.T. Sunaryanto dan
Daerah. Majalah Kehutanan D.S. Oetomo. 2003. Teknik
Indonesia. No.6.p: 32-46. Sampling. Penerbit PT Gramedia.
Andayani. 2003. Strategi Peningkatan Jakarta.
Efisiensi Usaha Perhutanan Rakyat. Sukrianto, T. 2005. Kebijakan
Jurnal Hutan Rakyat, Vol. V(1). p: Pembangunan Hutan Rakyat dan
17-29. Hutan Kemasyarakatan di
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Kabupaten Ciamis. Prosiding
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Seminar Optimalisasi Peran Litbang
Gajah Mada University Press. dalam Mendukung Ragam
Yogjakarta. Pemanfaatan Hutan Rakyat.
Hairiah, K dan S. Rahayu. 2007. Tasikmalaya, 6 Desember 2005.
Pengukuran Karbon Tersimpan di p:8-21.
Berbagai Macam Penggunaan Yunus, L. dan A. H. Dharmawan. 2005.
Lahan. World Agroforestry Centre. Kerusakan Hulu Daerah Aliran
ICRAF Southeast Asia Regional Sungai Citanduy dan Akibatnya di
Office. Bogor. Hiir. Studi Penilaian Ekonomi di
Junaidi, M.F. 2003. Upaya Konservasi Sub DAS Citanduy Hulu Jawa Barat
Tanah Dan Air di Hutan Jati: dan Sub DAS Segara Anakan Jawa
Pengukuran dan Aplikasi Model Tengah. Pusat Studi Pembangunan
untuk Pengelolaan Limpasan IPB Bekerjasama dengan
Permukaan dan Erosi pada Skala Partnership for Governance Reform
Plot di Daerah Aliran Waduk in Indonesia_UNDP. Project
(DAW) Gondang. Tesis. Program Working Paper Series No. 5: pp 66.
Pascasarjana Universitas Brawijaya.
Malang.
Ketterings, Q.M., R. Coe, M. Van
Noordwijk and C. Palm. 2001.
Reducing Uncertainty in the Use of
Allometric Biomass Equations for
Predicting Above Ground Tree
Biomass in Mixed Scondary
Forests. Forest Ecology end
Management. 146:199-209.
Smith, W.H. and J.R. Frank. 1985.
Comparative Biomass Yields of
Energy Crops. In W. Palm, J.
Combs and D.O. Hall (eds). Energy

555

View publication stats

You might also like