Professional Documents
Culture Documents
1. Pendahuluan
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama)
dan menular. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering
menyerang orang-orang yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang
bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan
bersama penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak memiliki ventilasi
memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit TBC.
Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya informasi
berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat penyakit ini
memiliki prevalensi yang besar. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di
dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih
dari 140 ribu lainnya meninggal.
2. Pengertian
3. Etiologi
Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra
violet, dengan ukuran panjang 1-4 /u (mott, atipyeal) Mycobakterium tuberculosis
Varian m dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis
kompleks adalah:
asian
Varian african I
Varian asfrican II
Mycobakterium bovis
Mycobacterium cansasli
Mycobacterium avium
Mycobacterium intra celulase
Mycobacterium scrofulaceum
4. Klasifikasi
For ad, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak tidak
pernah, tes tuberculin negatif.Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi
tidak tebukti adanya infeksi, disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin
negatif.
kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit
Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit
Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus
baru dengan batuk TB berat.
Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal dengan
sputum BTA positf.
Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru
yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam
kategori I.
Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.
5. Patofisiologi
6. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik.
1.Gejala Demam tidak sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
7.Komplikasi
7. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Laboratorium
b. Radiologi
Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat
termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih
berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak
pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronchus atau kerusakan paru karena TB.
Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan
pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio
lusen dipinggir paru atau pleura).
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu:
kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
8. Pencegahan
Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak
masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati
sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi
penularan.
Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan
kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan
hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana
sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan
dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol
atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja
serta menenangkan pikiran.
9. Penatalaksanaan
a.Farmakologi
Aktivitas bakterisid
Aktivitas sterilisasi
Risiko tinggi infeksi Setelah diberikan tindakan a. Review patologi a. Membantu pasien
penyebaran / keperawatan tidak terjadi penyakit fase aktif/tidak agar mau mengerti
aktivitas ulang penyebaran/ aktivitas ulang infeksi, aktif, penyebaran infeksi menerima terapi ya
infeksi berhubungan dengan kriteria hasil: melalui bronkus pada diberikan untuk
dengan pertahanan jaringan sekitarnya atau mencegah komplika
Mengidentifikasi intervensi
primer tidak aliran darah atau sistem Orang-orang yang
untuk
adekuat, fungsi silia limfe dan resiko infeksi beresiko perlu prog
mencegah/menurunkan
menurun/ statis melalui batuk, bersin, terapi obat untuk
resiko penyebaran infeksi.
sekret, malnutrisi, meludah, tertawa., mencegah penyebar
Menunjukkan/melakukan
terkontaminasi oleh ciuman atau infeksi. c. Kebiasa
perubahan pola hidup untuk
lingkungan, kurang menyanyi.b. untuk mencegah
meningkatkan lingkungan
informasi tentang Identifikasi orang-orang terjadinya penulara
yang. aman.
infeksi kuman. yang beresiko terkena infeksi.
infeksi seperti anggota d. Mengurangi risil
-
keluarga, teman, orang penyebaran infeksi.
dalam satu e. Febris merupaka
perkumpulan. c. indikasi terjadinya
Anjurkan pasien infeksi.
menutup mulut dan f. Pengetahuan tent
membuang dahak di faktor-faktor ini
tempat penampungan membantu pasien u
yang tertutup jika batuk. mengubah gaya hid
d. Gunakan masker dan
setiap melakukan menghindari/mengu
tindakan. keadaan yang lebih
e. Monitor temperatur. buruk.
f. Identifikasi individu g. Periode menular
yang berisiko tinggi dapat terjadi hanya
untuk terinfeksi ulang hari setelah permul
Tuberkulosis paru, kemoterapi jika sud
seperti: alkoholisme, terjadi kavitas, resi
malnutrisi, operasi penyebaran infeksi
bypass intestinal, berlanjut sampai 3
menggunakan obat bulan.
penekan imun/ h. INH adalah obat
kortikosteroid, adanya pilihan bagi penyak
diabetes melitus, kanker. Tuberkulosis prime
g. Tekankan untuk dikombinasikan den
tidak menghentikan obat-obat lainnya.
terapi yang dijalani. Pengobatan jangka
Kolaborasi: pendek INH dan
h. Pemberian terapi Rifampisin selama 9
INH, etambutol, bulan dan Etambuto
Rifampisin. untuk 2 bulan perta
i. Pemberian terapi i. Obat-obat sekund
Pyrazinamid diberikan jika obat-
(PZA)/Aldinamide, para- primer sudah resist
amino salisik (PAS), j. Untuk mengawas
sikloserin, streptomisin. keefektifan obat dan
j. Monitor sputum efeknya serta respo
BTA. pasien terhadap ter
14. Evaluasi
Dx 1:Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:
Mempertahankan jalan napas pasien.
Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.