You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan


atau homeostatis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
mempengaruhi fungsi fisiologis. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang
mengandung partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk
hidup. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuataan
negatif (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk
fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi neuromuskular,
elektrolit memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh
manusia. Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai
dengan tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang
berbeda dengan usia dewasa. Bayi mempunyai tingkat metabolisme air lebih
tinggi mengingat permukaan tubuh yang relatif luas dan persentase air lebih tinggi
dibandingkan dengan orang dewasa. Agar fungsi sel dapat berlangsung normal,
komposisi cairan ini harus relatif konstan.
Keseimbangan yang dinamis atau homeostasis dari air, elektrolit, dan
keseimbangan asam basa dalam tubuh dipelihara melalui mekanisme faal
kompleks yang melibatkan banyak sistem tubuh lain. Gangguan volume cairan
dalah suatu keadaan ketika individu beresiko mengalami penurunan, peningkatan,
atau perpindahan cepat dari satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan
intraseluler. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko
mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial.

1
1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Mengetahui definisi, fungsi dan kebutuhan air dan elektrolit
2. Mengetahui keseimbangan cairan intraseluler, cairan interstisial dan cairan
intervaskuler
3. Mengetahui komposisi elektrolit dalam tubuh dan pengaturan asam basa
4. Mengetahui akibat ketidakseimbangan air dan elektrolit

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit
masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Cairan tubuh menempati kompartemen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian
dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada
di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma
darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan
interstisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel
di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar
sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

3
2.2 Fungsi

Komponen yang paling besar dalam tubuh manusia adalah air yang
mempunyai fungsi sangat besar. Fungsi cairan antara lain :
1. Transportasi: nutrien, partikel kimiawi, partikel darah, dan energi.
2. Pengatur suhu cairan.
3. Pembentuk struktur tubuh.
Kekurangan cairan tubuh dapat menyebabkan kematian sel. Sementara
unit dasar fungsional tubuh adalah sel. Sel sel ini lah yang membentuk struktur
tubuh. Dengan demikian, keberlangsungan proses pembentukan atau perbaikan
jaringan tubuh tidak terlepas dai peranan cairan tubuh.
4. Memfasilitasi reaksi kimia dalam tubuh, misalnya metabolisme tubuh.

2.3 Kebutuhan

2.3.1 Kebutuhan Cairan Tubuh


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari
total berat badan tubuh. Sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara
keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi baru
lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita
dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan.
Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak dalam
tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih
sedikit dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih
banyak dibanding pada pria.
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan:
No. Umur / BB (Kg) Kebutuhan cairan (mL/24 jam)
1. 3 hari/ 3 kg 250-300
2. 1 tahun/ 9,5 kg 1150-1300
3. 2 tahun/ 11,8 kg 1350-1500
4. 6 tahun/ 20 kg 1800-2000
5. 10 tahun/ 28,7 kg 2000-2500

4
6. 14 tahun/ 45 kg 2200-2700
7. 18 tahun/ 54 kg 2200-2700
2.3.2 Kebutuhan Elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung
oksigen, nutrien dan sisa metabolisme, seperti karbondioksida yang semuanya
disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk
ion elektrolit. Contohnya, NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan
elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang
bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut kation.
Contoh kation yaitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium.
Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat. Komposisi elektrolit
dalam plasma adalah:
Natrium: 135-145 mEq/lt, Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt,
Magnesium: 1,5-2,5 mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd
an Fosfat: 2,5-4,5 mEq/lt.
Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh
atau milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen tersebut merupakan kombinasi
kekuatan zat kimia atau kation dan anion dalam molekul.

2.4 Keseimbangan Cairan


Cairan dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul di dalam satu tempat saja,
melainkan didistribusi ke dalam dua ruangan utama yakni cairan intraseluler dan
cara ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang terdapat didalam sel dengan jumlah
sekitar 40% dari berat badan dan merupakan bagiab dari protoplasma. Pada
intraseluler ini terjadi proses metabolisme.
Cairan ekstraseluler adalah cairan yang terdapat diluar sel dengan jumlah
sekitar 20% dari berat badan dan berperan dalam memberi bahan makanan bag sel
dan mengeluarkan sampah sisa metabolisme.
Cairan ekstraseluler ini terbagi dua yaitu cairan interstitial dan cairan
intravaskuler. Cairan interstitial adalah cairan yang terdapat pada celah antar sel
atau disebut cairan jaringan, berjumlah sekitar 15% dari berat badan. Pada

5
umumnya, cairan interstitial berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadi gesekan
pada saat dua jaringan tersebut bergerak. Cairan intravaskuler yaitu cairan yang
terdapat di dalam pembuluh darah dan merupakan plasma berjumlah sekitar 5%
dari berat badan.
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan
pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan.
Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal
dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran
cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 – 1.500 ml/hari, feses 100 ml,
paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.
Prinsip Dasar Keseimbangan Cairan:
1. Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan
interseluler dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain kecuali beberapa
menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
2. Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat
terlarut karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler atau intraseluler tetapi
konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi dari kompartemen
ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek berbagai kondisi
cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler dan
osmolaritas cairan intraseluler.
2.4.1 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
A. Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan
ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan
memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting
untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
1) Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan
output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka
harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh.
Hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara
tubuh dengan lingkungan luarnya.

6
2) Memperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan
air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama
dengan keluarannya.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
a) Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
b) Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
B. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut)
dalam suatu larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi
solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air
lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih
rendah).
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan
melalui:
1) Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan
osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan
keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus
menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mosm). Dinding
tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di
bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini
menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik. Dinding
tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif
memindahkan nacl keluar tubulus.
Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan
yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik.
Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung
pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus
koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung
pada ada tidaknya vasopresis (ADH).

7
2) Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mosm) akan merangsang
osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di
duktus koligen. Ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu
terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.
Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa
recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi
sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap
dipertahankan.
C. Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf
mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui
baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan
volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem
endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan
cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan
volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan
eksresi volume natrium dan air.
2.4.2 Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

8
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh, misalnya :
1. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
3. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
f. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g. Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

9
h. Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan
darah selama pembedahan.
2.4.3 Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen
kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.
Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang
terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh.
Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn
cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal
(urine), ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira
1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari
sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan
oksidasi selama proses metabolisme.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun
kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum
sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
b. Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
1) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output
urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang
dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam

10
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2) IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 ml per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
3) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer
melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis
pada kulit.
4) Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorpsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

2.5 Komposisi Elektrolit dalam Tubuh

2.5.1 Komposisi Cairan Tubuh


Pada orang dewasa kira-kira 40 % berat badannya atau 2/3 dari TBW-nya
berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 %
dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 %
cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
Persentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan
tergantung beberapa hal antara lain : umur, kondisi lemak tubuh, sex.
Perhatikan uraian berikut ini :
1. Bayi (baru lahir) 75 %
2. Dewasa :
a. Pria (20-40 tahun) 60 %
b. Wanita (20-40 tahun) 50 %
3. Usia Lanjut 45-50 %

11
2.5.2 Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan
dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon
dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium
(Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-),
bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap
bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-
muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.
Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intraseluler maupun
pada plasma terinci dalam tabel di bawah ini :
Plasma Interstitial
1. Kation :
Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca++), Magnesium (Mg ++)
2. Anion :
Klorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3-), Fosfat (HPO42-), Sulfat (SO42-),
Protein
2.5.3 Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan
nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel
yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua
substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

12
 Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
a) Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan
cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang
lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan
partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi
ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
b) Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang
sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi
tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan
menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel
dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut,
maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat
terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
c) Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi
oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan
tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang
mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
d) Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi
secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang

13
konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP)
untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut
menembus membran kapiler dan sel, yaitu :
A) Permeabilitas membran kapiler dan sel
B) Konsenterasi
C) Potensial listrik
D) Perbedaan tekanan.

2.6 Pengaturan Asam Basa

Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa.


Keseimbang-an asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam
keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa
dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada
seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di
ginjal).
Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat,
fosfat dan protein. Sistem buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat
(NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3) dan asam karbonat (H2CO3).
Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru-paru melalui
pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat meningkatkan
pH hingga kondisi standar (normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai
O2 seimbang dengan kebutuhan O2. Pembuangan melalui paru harus simbang
dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat
mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.
Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan
ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolism memperkecil
konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran
CO2 juga meningkat dan hal ini menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam
cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus efeknya akan
mempengaruhi pH cairan ekstrasel. Peningkatan pCO2 menurunkan pH,
sebaliknya pCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan

14
mengubah konsentrasi ion H+. sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat
mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah
dan konsentrasi ion H+ yang itnggi disebut asidosis, sebaliknya pH yang tinggi
dan konsentrasi ion H+ yang rendah disebut alkalosis.
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan
konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH
darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35.Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan
jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis.
Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H
secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber,
yaitu:
• Pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat
• Katabolisme zat organik
• Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolism
lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi
melepaskan ion H.
2.6.1 Jenis Asam Dan Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan
asidosis dapat disebabkan oleh henti jantung dan koma diabetika. Contoh cairan
alkali adalah natrium (sodium) laktat dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan
garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan, sehingga
mengurangi keasaman (asidosis). ion H+ diperoleh dari asam karbonat (H2CO3),
yang mana terurai menjadi HCO3- (bikarbonat) dan H+. Selain system
pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan asam-basa yang sangat
kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hidrogen dan membentuk ion bikarbonat
dengan pH darah normal. Jika pH plasma turun dan menjadi lebih asam, ion
hidrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk kembali.

15
2.7 Akibat Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit

Dalam keadaan normal, cairan tubuh berada dalam keseimbangan. Oleh


karena suatu sebab, keseimbangan cairan tubuh dapat mengalami gangguan.
Gangguan keseimbangan cairan tubuh ada 2 yaitu :
1. Edema (hipervolemik)
Edema adalah penimbunan cairan berlebihan diantara sel-sel tubuh atau di
dalam berbagai rongga tubuh (Robins dan Kumar 1995). Edema dapat terjadi
secara lokal maupun umum. Edema lokal disebut juga edema pitting sedangkan
edema umum disebut edema anasarka. Edema diakibatkan oleh peningkatan
tenaga yang memindahkan cairan dari intravaskuler. Besarnya tekanan hidrostatik
dan tekanan osmotik di dalam dan di luar vaskuler. Besarnya tekanan hidrostatik
pada ujung arteriola sekitar 35 mmHg, sedangkan pada ujung venula sekitar 12-15
mmHg. Tekanan osmotik koloid plasma besar 20-25 mmHg.
Tekanan hidrostatik kapiler dipengaruhi oleh besarnya tekanan dari
jantung dan jumlah cairan di intravaskuler, sedangkan tekanan osmotik koloid
ditentukan oleh albumin. Tekanan hidrostatik bersifat mendorong cairan keluar
melintasi membran kapiler. Sifat tekanan osmotik koloid adalah menarik air dari
luar.
Tekanan hidrostatik intravaskuler dan tekanan osmotik koloid interstitial
cenderung menggerakkan cairan keluar melalui dinding kapiler, sedangkan
tekanan hidrostatik interstitial dan tekanan osmotik koloid intravaskuler
cenderung menggerakkan cairan masuk ke dalam. Pada kondisi normal, tekanan
hidrostatik di kapiler terus menerus cenderung memaksa cairan dan zat terlarut di
dalamnya keluar mlalui pori-pori kapiler masuk ke dalam ruang interstitial. Tetapi
sebaliknya, tekanan osmotik koloid cenderung menyebabkan gerakan cairan
dengan osmosis dari ruang interstitial ke dalam darah. Tekanan osmotik koloid
inilah yang mencegah keluarnya volume secara terus-menerus dari darah ke dalam
ruanginterstitial.
Edema akan terjadi apabila tekanan hidrostatik intravaskuler meningkat,
tekanan osmotik koloid plasma menurun dan ganguan aliran limfe. Ketiga
keadaan tersebut merupakan penyebab primer edema yang bukan disebabkan oleh
reaksi radang. Meningkatkan tekanan hidrostatik cenderung memaksa cairan

16
masuk ke dalam ruang interstitial. Penyebab peningkatan tersebut di antaranya
adalah kegagalan jantung, penurunan, penurunan perfusi ginjal, aliran darah yang
lambat karena ada sumbatan.
Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma disebabkan menurunnya
kadar albumin plasma. Penurunan kadar albumin plasma diakibatkan oleh
kehilangan albumin serum yang berlebihan atau pengurangan sintesis albumin
serum.
2.Dehidrasi(hipovolemik)
Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan
yang merupakan akibat kehilangan air abnormal (Ramali dan pamoentjak 1996).
Menurut guyton (1995), dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua pangkalan
cairan tubuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dehidrasi merupakan
keadan kehilangan cairan tubuh. Terdapat banyak sebab kehilangan cairan tubuh
dan kandungan elektrolit di antaranya kehilangan melalui kulit seperti diaforesis
dan luka bakar, kehilangan cairan tubuh melalui saluran pencernaan seperti
muntah, diare, drainase dari gastrik intestinal, kehilangan cairan tubuh melalui
saluran perkemihan seperti krarena diuresis osmotik dan diabetes insipidus.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Cairan dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul di dalam satu tempat saja,
melainkan didistribusi ke dalam dua ruangan utama yakni cairan intraseluler dan
cara ekstraseluler. Cairan dan elektrolit dalam tubuh selalu bergerak diantara
ketiga tempat caiaran tersebut yaitu intraseluler, interstitial, dan intravakuler.
Pergerakan cairan dan elektrolit harus dipertahankan dalam keadaan seimbang.
Fungsi cairan dalam tubuh manusia, antara lain: sebagai alat transportasi nutrien,
elektrolit dan sisa metabolisme, sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah,
dan komponen tubuh yang lainnya, sebagai pengatur suhu tubuh dan lingkungan
seluler. Dalam keadaan normal, cairan tubuh berada dalam keseimbangan. Oleh
karena suatu sebab, keseimbangan cairan tubuh dapat mengalami gangguan
seperti edema dan dehidrasi.

3.2 Saran

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan


atau homeostatis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
mempengaruhi fungsi fisiologis. Sehingga jagalah kebutuhan cairan dalam tubuh
anda dengan baik agar mekanisme kerja tubuh terjaga dengan baik. Tubuh
manusia ibarat suatu jaringan listrik yang begitu kompleks, didalamnya terdapat
beberapa pembangkit lokal seperti jantung, otak dan ginjal serta sel-sel otot.
Untuk bisa mengalirkan listrik ini diperlukan ion-ion yang akan mengantarkan
perintah dari pembangkit ke sel-sel otot, ion-ion ini disebut sebagai elektrolit.

18

You might also like