You are on page 1of 12

Tugas Kepaniteraan Departemen Kedokteran Gigi Anak

Disusun untuk memenuhi prasyarat Kelulusan Kepaniteraan Departemen


Kedokteran Gigi Anak

Penguji: 1. drg. Sri Kuswandari, M.S., Sp.KGA (K), Ph.D


2. Dr. drg. Rinaldi B.U., M.S., Sp. KGA (K)

Disusun oleh :
Puteri Aulia Rizqi Kanina (13/352844/KG/09638)

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
Tipe-tipe anestesi

1. Anestesi topical
 Anestetikum yang diaplikasikan pada membrane mukosa yang utuh. Larutan ini akan
mengalir melewati epidermis dan menganestesi ujung-ujung syaraf.
2. Anestesi infiltrasi
 Metode ini mendeposit bahan anestesi ke sekitar filament syaraf.
3. Anestesi intraligamen
 Bahan anestesi akan mencapai syaraf pada pulpa gigi melalui tulang spongiosa
dengan cara perforasi alamiah pada dinding soket.
4. Anestesi blok
 Daerah deposit melalui konduksi blok pada batang saraf yang mensuplai daerah
tersebut.

Macam bahan anestesi

Golongan Ester Golongan Amide


- Prokain - Prilokain
- Tetrakain - Lidokain
- Cocain - Bupivakain

Mekanisme kerja anestesi topikal

Anestesi topikal digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat insersi


jarum ke membran mukosa. Interaksi operator dengan anak untuk mengalihkan perhatian
anak dan meningkatkan sugestibilitas anak terhadap kecemasan dapat mengurangi
kekurangan dari anestesi topikal. Anastesi topikal efektif pada permukaan jaringan
(kedalaman 2-3 mm). Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa
minimal 2 menit, agar obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada
pemakaian anastesi topikal adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang
cukup bagi bahan anastesi topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum. Bahan
anestesi topikal menghambat pengiriman impuls ke ujung saraf bebas dengan
menghasilkan blockade gerbang sodium sehingga terjadi penurunan sensasi rasa sakit.
Bahan anestesi akan melekat pada reseptor yang ada didekat gerbang sodium pada
membrane sel, lalu mengurangi permeabilitas ion sodium sehingga dapat menghambat
konduksi impuls. Ion sodium yang seharusnya berikatan dengan reseptor pada membrane
sel untuk meningkatkan permeabilitas dan membuka gerbang ion sodium akan
berkompetisi dengan bahan anestesi untuk berikatan dengan reseptor membrane sel.
Setelah bahan anestesi berikatan dengan reseptor, maka terjadi penurunan permeabilitas
membrane sel sehingga menghasilkan blockade gerbang sodium yang mengakibatkan
terjadinya penurunan konduksi sodium dan rasio depolarisasi. Selanjutnya akan terjadi
kegagalan dalam mencapai potensial ambang batas/ threshold yang mengakibatkan
kegagalam dalam potensial aksi. Keadaan ini menyebabkan terhambatnya pengiriman
impuls dan sensasi rasa sakit tidak terjadi.

Mekanisme kerja anestesi lokal

- Anestetik lokal mencegah pembentukan dari konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya
terutama di membran sel.
- Potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat permeabilitas membran
terhadap ion natrium (Na+﴿ akibat depolarisasi ringan pada membran. Proses ini yang
dihambat oleh anestetik local. Hal ini terjadi akibat adanya interaksi langsung antara zat
anestetik lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan voltase muatan
listrik. Semakin bertambahnya efek anestesi lokal dalam saraf, maka ambang rangsang
membran akan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan potensial aksi
menurun, konduksi impuls melambat dan faktor pengaman konduksi saraf juga
berkurang. Faktor- faktor ini mengakibatkan penurunan menjalarnya potensial aksi dan
dengan demikian mengakibatkan kegagalan fungsi saraf.
- Anestetik lokal juga menghambat permeabilitas membran bagi K+ dan Na+ dalan keadaan
istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak perubahan pada potensial
istirahat.
- Potensial berbagai zat anestetik lokal sejajar dengan kemampuannya untuk meninggikan
tegangan permukaan selaput lipid monomolecular. Anestetik lokal meninggikan tegangan
permukaan lapisan lipid yang merupakan membran sel saraf, dengan demikian menutup
pori dalam membran sehingga menghambat gerak ion melalui membran. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya penuruan permeabilitas membran dalam keadaan istirahat
sehingga akan membatasi peningkatan permeabilitas Na+. Mekanisme kerja utama obat
anestetik lokal adalah dengan bergabung pada reseptor spesifik yang ada pada kanal Na,
sehingga mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut, dan menganggu
pertukaran ion Ca2+ dan Na+ . Hal ini akan mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui
membran.

Macam-macam Pemeriksaan

1. Total care
 Melakukan pemeriksaan umum berupa vital sign dan sistemik.
 Melakukan pemeriksaan khusus termasuk ekstraoral dan intraoral.
2. Comprehensive care
 Dilakukan perawatan secara menyeluruh pada kondisi fisik (tidak termasuk rohani﴿
sesuai kebutuhan pasien.
3. Holistic care
 Satu system perawatan komprehensif/total yang mempertimbangkan fisik, emosional,
sosio-ekonomi dan kebutuhan spiritual pasien. Termasuk rohani dan jiwa.
4. Multidiscipline care
 Perawatan multidisipliner terjadi ketika para profesional dari berbagai disiplin dengan
keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang berbeda namun saling melengkapi
bekerja sama untuk memberikan layanan kesehatan komprehensif yang bertujuan
memberikan hasil terbaik bagi kebutuhan fisik dan psikososial pasien.
 Terdapat project manager/team leader untuk menuntun di setiap proses.
 Masalah pasien akan dibagi dan dirawat secara parallel, dengan tiap disiplin
bertanggungjawab pada keahlian masing-masing.
5. Interprofessional care
 Praktek klinis
 Berbagai disiplin terlibat dalam mencapai satu tujuan yang sama
 Penyedia layanan kesehatan komprehensif untuk pasien oleh beberapa keahlian yang
bekerjasama untuk memberi perawatan kepada pasien
 Spesifisitas keahlian bertumpang tindih berdasarkan kebutuhan dari perawatan
6. Integrative care
 Merupakan sebuah konsep yang menyatukan input, delivery, manejemen, dan
pengorganisasian layanan yang berkaitan dengan diagnosis, perawatan, rehabilitasi,
dan promosi kesehatan.

Hubungan Perawatan Gigi dengan Tumbuh Kembang Anak

A. Perawatan Endodontik
 Mempertahankan ruang dan panjang lengkung gigi, karena penting untuk mastikasi
dan juga bagi erupsi gigi pengganti serta menjaga dimensi vertical muka anak.
 Perlu dilakukan rontgen dulu untuk melihat apa sudah waktunya erupsi gigi
permanen. Melalui hasil rontgen, dapat dilihat resorpsi akar gigi desidui dan panjang
akar gigi permanen akan erupsi apa sudah mencapai 1/3 hingga 2/3 panjangnya.
 Membersihkan syaraf dan juga jaringan infeksi/inflamasi dengan baik dan
membentuk saluran akar dengan baik agar tidak terjadi infeksi lagi dan supaya bahan
pengisi akar dapat masuk sepenuhnya ke dalam saluran akar secara hermetis.
 Pada tahap obturasi, tidak boleh terjadi overfilling, ini agar tidak menggangu erupsi
gigi permanen dan bahan pengisi obturasi harus bisa resorpsi bersama akar gigi
desidui. Perlu dilakukan control tumpatan permanen.
 Pengambil rontgen tidak boleh terlalu sering dalam seminggu, ini adalah untuk
mengurangi efek paparan radiasi terhadap tumbuh kembang anak.
 Gigi yang telah dirawat dapat berfungsi semula seperti biasa untuk makan, berbicara
dan estetika yang baik.
 Anak tidak terasa malu sama teman-temannya sehingga kesehatan mental baik dan
juga mendapatkan nutrisi dengan baik.
 Tumbuh kembang fisik baik  berat badan dan tinggi badan normal.
 Tumbuh kembang motorik baik.
 Tumbuh kembang kognitif baik karena anak lebih percaya diri dan bermain sama
teman-teman.
B. Pencabutan Gigi
 Pencabutan dilakukan hanya bila perlu (gigi goyah, sisa akar, perawatan dengan
tumpatan tidak memadai, adanya infeksi﴿.
 Pencabutan gigi susu perlu diperhatikan sekiranya ada benih gigi pengganti, karena
kalau didapati agenese, gigi susu dipertahankan. Menjaga proses mastikasi, fonasi,
dan estetika.
 Tidak boleh menakut-nakuti anak untuk pencabutan gigi karena ini akan membuat
mereka takut mencabutkan giginya walaupun kondisinya memerlukan perawatan
pencabutan. Perasaan takut akan tertanam sehingga ke depan seiring membesar
mereka akan takut ke dokter gigi untuk perawatan dan ini bisa berdampak pada
tumbuh kembang mereka.
 Pada proses anestesi, dipastikan daerah yang mau dideponir dioleskan betadine
terlebih dahul bagi mencegah terjadinya infeksi ke luka bekas suntikan yang dapat
menggangu sel-sel rahang. Penyuntikan dilakukan dengan benar agar tidak melukai
pembuluh darah dan syaraf yang dapat menggangu perkembangan anak.
 Selama proses pencabutan harus hati-hati agar tidak terjadi fraktur rahang yang dapat
mengubah dimensi vertical anak sehingga menggangu tumbuh kembang wajah.
 Sekiranya ada sisa akar atau ditemukan infeksi, perlu dilakukan pencabutan karena
infeksi tersebut dapat menyebar ke bagian tubuh lain sehingga dapat beresiko
mendapat penyakit lain.
 Gigi yang berlobang atau sakit anak membuat anak kurang makan sehingga asupan
nutrisi berkurang dan menggangu pertumbuhan anak.
 Tidak boleh dilakukan pencabutan gigi susu sebelum waktunya karena dapat
menggangu erupsi gigi pengganti sehingga dapat terjadi gigi berjejal yang dapat
mengurangi estetika dan kepercayaan diri anak.
C. Mahkota Jaket
 Perawatan mahkota jaket dilakukan untuk mencegah adanya premature loss yang
akan mengakibatkan lengkung rahang dapat menyempit.
 Karies yang meluas pada gigi dapat mengakibatkan perubahan fungsi mastikasi,
fonasi dan estetik pada anak.
 Preparasi untuk menghilangkan karies pada gigi dan membuat retensi seminimal
mungkin dilakukan jangan sampai mengenai jaringan pulpa atau perforasi karena
dapat mengganggu vitalitas gigi decidui yang akan mengganggu gigi pengganti
selanjutnya.
 Membuat model malam crown dengan mencetak rahang atas dan bawah anak, dalam
pembuatan model malam crown harus pas pada gigi anak tidak ada traumatik oklusi
karena dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi pengganti dan
rahang anak.
 Saat pengepasan mahkota diperiksa kembali apakah ada traumatik oklusi, retensi dan
stabilisasi crown harus baik. Retensi dan stabilisasi sangat penting terutama untuk
tumbuh kembang anak, agar gigi pengganti dapat terjaga dengan baik dan
pertumbuhan rahang tidak terganggu, anak dapat mengunyah dengan baik serta
fonasi anak juga jelas.
 Satu minggu kemudian dilakukan kontrol apakah ada trauma jaringan lunak disekitar
restorasi crown, traumatik oklusi, retensi dan stabilisasi. Apabila gigi antagonis anak
belum erupsi sempurna maka perlu dilakukan kontrol 2 minggu atau 1 bulan
setelahnya sampai gigi antagonis erupsi sempurna agar nampak kondisi tumbuh
kembang anak dan crown berfungsi dengan baik pada proses tumbuh kembang anak.

Tahapan Perkembangan Gigi

 Gigi desidui rahang atas

Incisivus Incisivus Kaninus Molar Molar kedua


sentralis lateralis pertama
Evidence of 3 - 4 bulan 4,5 bulan 5,5 bulan i.u. 5 bulan i.u. 6 bulan i.u.
calcification i.u. i.u.
Enamel complete 4 bulan 5 bulan 9 bulan 6 bulan 10 – 12 bulan
Eruption 7,5 bulan 8 bulan 16 – 20 bulan 12 – 16 bulan 20 – 30 bulan
Root complete 1,5 – 2 1,5 – 2 2,5 – 3 tahun 2 – 2,5 tahun 3 tahun
tahun tahun

 Gigi desidui rahang bawah

Incisivus Incisivus Kaninus Molar Molar kedua


sentralis lateralis pertama
Evidence of 4,5 bulan 4,5 bulan 5 bulan i.u. 5 bulan i.u. 6 bulan i.u.
calcification i.u. i.u.
Enamel complete 4 bulan 4,5 bulan 9 bulan 6 bulan 10 – 12 bulan
Eruption 6,5 bulan 7 bulan 16 – 20 bulan 12 – 16 bulan 20 – 30 bulan
Root complete 1,5 – 2 1,5 – 2 2,5 – 3 tahun 2,5 – 3 tahun 3 tahun
tahun tahun
 Gigi permanen rahang atas
Incisiv Incisiv Kanin Premol Premol Molar Mol Mol
us us us ar ar perta ar ar
sentrali laterali pertam kedua ma kedu ketig
s s a a a
Evidence 3- 4 10 – 12 4 – 5 1,5 2 tahun Saat 3 7
of bulan bulan bulan tahun lahir tahu tahu
calcificati n n
on
Enamel 4 – 5 4 – 5 6 – 7 5 – 6 6 – 7 4 7 – 8 12 –
complete tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahu 16
n tahu
n
Eruption 7 – 8 8 – 9 11 - 10 – 11 10 – 12 6 – 7 11 – 17 –
tahun tahun 12 tahun tahun tahun 13 22
tahun tahu tahu
n n
Root 10 11 13 – 12 – 13 12 – 14 9 – 10 14 – 18 –
complete tahun tahun 15 tahun tahun tahun 16 25
tahun tahu tahu
n n

 Gigi permanen rahang bawah


Incisiv Incisiv Kanin Premol Premol Molar
Mol Mol
us us us ar ar perta
ar ar
sentrali laterali pertam kedua ma
ketig kedu
s s a a a
Evidence 3- 4 3 – 4
4 2 tahun
2,5 Saat 8 - 2-3
of bulan bulan
bulan tahun lahir 10 tahu
calcificati tahu n
on n
Enamel 4 – 5 4 – 5 7 5 – 6 6 – 7 3 7 – 8 12 –
complete tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahu 16
n tahu
n
Eruption 6 – 7 7 – 8 9 - 10 10 – 12 11 – 12 6 11 – 17 –
tahun tahun tahun tahun tahun tahun 13 21
tahu tahu
n n
Root 9 tahun 10 13 12 – 13 13 – 14 9 – 10 14 – 18 –
complete tahun tahun tahun tahun tahun 15 25
tahu tahu
n n
Proses pertumbuhan gigi permanen

Proses pertumbuhan gigi permanen meliputi pertumbuhan, kalsifiaksi, erupsi, atrisi,


resorpsi akar dan exfoliasi. Tahap pertumbuhan gigi memiliki 4 tahap yakni,

 Inisiasi (bud stage) merupakan awal terbentuknya benih gigi dari epitel mulut.
Sel-sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat dari
pada sel sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di regio bukal
lengkung gigi dan meluas sampai seluruh bagian maksila dan mandibula. Inisiasi
pada gigi permanen pengganti (insisivus) terjadi pada 5 bulan pertama kehamilan
dan pada gigi permanen pengganti (premolar) terjadi 10 bulan setelah kelahiran.
Inisiasi pada gigi permanen bukan pengganti (molar 1 dan molar 2) terjadi pada 4
bulan kehamilan dan pada molar 3 setelah umur 5 tahun.
 Proliferasi (cap stage) merupakan lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada
lapisan dalam mengalami proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk
papila gigi yang kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel
mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan
fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi sementum, membran
periodontal, dan tulang alveolar.
 Histodiferensiasi (bell stage) pada stage ini sel-sel epitel email dalam (inner email
epithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas
yang akan berdiferensiasi menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari papila gigi
menjadi odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.
 Morfodiferensiasi adalah fase membentuk gigi yang tersusun sedemikian rupa
dan dipersiapkan untuk menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses
ini terjadi sebelum deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila
epitel email bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel
email dan odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan
terbentuk. Dentinoenamel junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak
sebagai pola pembentuk setiap macam gigi. Terdapat deposit email dan matriks
dentin pada daerah tempat sel-sel ameloblas dan odontoblas yang akan
menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan ukurannya.
 Aposisi Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan
sementum. Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah
tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25%-30%.

Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap mineralisasi pengerasan matriks yang menyebabkan
pengendapan garam-garam kalsium anorganik. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks
yang sebelumnya telah mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke
bagian lainnya dengan penambahan lapis demi lapis. Gangguan pada tahap ini dapat
menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti Hipokalsifikasi. Tahap ini tidak sama
pada setiap individu, dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan sehingga mempengaruhi
pola kalsifikasi, bentuk mahkota dan komposisi mineralisasi.

Tahap erupsi gigi merupakan proses dimulainya pembentukan melalui beberapa tahap
sampai gigi muncul ke rongga mulut. Ada dua fase yang penting dalam proses erupsi gigi,
yaitu erupsi aktif dan pasif.

 Erupsi aktif adalah pergerakan gigi yang didominasi oleh gerakan ke arah
vertikal, sejak mahkota gigi bergerak dari tempat pembentukannya di dalam
rahang sampai mencapai oklusi fungsional dalam rongga mulut.
 Erupsi pasif adalah pergerakan gusi ke arah apeks yang menyebabkan mahkota
klinis bertambah panjang dan akar klinis bertambah pendek sebagai akibat
adanya perubahan pada perlekatan epitel di daerah apikal.

` Erupsi gigi permanen pada umumnya terjadi antara usia 5 sampai 13 tahun kecuali
gigi permanen molar tiga (erupsi antara 17 sampai 21 tahun), juga seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan pubertas. Faktor-faktor yang mempengaruhi erupsi gigi
yakni proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini masih dianggap sebagai suatu
keadaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2
tahun. Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh faktor yaitu:

 Faktor Genetik yang memiliki pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan
erupsi gigi yaitu sekitar 78%, termasuk proses kalsifikasi.
 Jenis Kelamin pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat
dibandingkan anak laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan. Waktu
erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding dengan anak laki-laki disebabkan
faktor hormon yaitu estrogen yang memainkan peranan dalam pertumbuhan dan
perkembangan sewaktu anak perempuan mencapai pubertas.
 Ras memiliki pengaruh pada waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika
dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan
Amerika Indian. Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk
dalam ras yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi
yang terlalu besar.
 Faktor lingkungan tidak banyak mempengaruhi pola erupsi seperti tingkat sosial
ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorang. Anak dengan
tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat
dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah. Keterlambatan waktu erupsi
gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan
kelenjar endokrin. Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah
jarak gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, persistensi gigi desidui, adanya gigi
berlebih, trauma terhadap benih gigi, mukosa gusi yang menebal, ankilosis pada akar
gigi, dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya. Faktor penyakit angguan pada
erupsi gigi desidui dan gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti
Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism,
beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, M.T., Novitasari, A., Setiawan, M.R., 2015, Buku Ajar Kedokteran Keluarga, FK
UMS, Semarang.

Avery, J.K., 2011, Oral Development and Histology 3rd Ed, Theme, New York.

Malamed S.F., 2004, Handbook of Local Anesthesia, 5th Ed., Elsevier Mosby, Philadephia.

Suhendriyah S., Adriana S., Archadian N., 2009, Bahan Ajar Anatomi Gigi, FKG UGM,
Yogyakarta.

You might also like