You are on page 1of 45

1.

PENGERTIAN MANAJEMEN

Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur beberapa hal secara
baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan agar hal hal yang diatur berjalan
seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut ini akan diuraikan
beberapa

pengertian manajemen secara umum dari beberapa ahli.Manajemen adalah proses


untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (Gillies,1989). Menurut Siagian
(1999), manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan
dalam rangka mencapai tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada
tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah
suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan
dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Selanjutnya Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni
tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari beberapa
pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah proses yang dinamis,
yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan perkembangan. Manajemen
merupakan proses mengorganisir sumber-sumber untuk mencapai tujuan dimana
arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi.
Bila Anda sudah memahami, mari kita pelajari tentang manajemen keperawatan
berikut ini. Bacalah dengan baik dan pahamilah isinya. Diskusikan dengan teman Anda
jika Anda mengalami kesulitan untuk memahami materi yang disajikan. Manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Gillies, 1989).
Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan pelayanan
dan asuhan keperawatan dapat tercapai. Siapa yang diatur? Untuk apa? Apa tujuan
pengaturan? Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat
menerapkan manajemen keperawatan dalam bentuk manajemen asuhan
keperawatan.
Sebelum Anda mempelajari perbedaan manajemen pelayanan keperawatan dan
manajemen asuhan keperawatan, Anda perlu memahami lebih dulu prinsip-prinsip
yang mendasari manajemen keperawatan.

. Kerangka konsep

Metode survei kepuasan konsumen/pasien menggunakan konsep tangible, reliability,


responsiveness, assurance dan empathy dibangun dari dua faktor utama yaitu
persepsi konsumen atas layanan yang nyata mereka terimadengan layanan yang
diharapkan. Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan,maka layanan keperawatan
dapat dikatakan bermutu sedangkan jika kenyataan kurang dari yang diharapkan,
maka layanan keperawatan dikatakan tidak bermutu. Apabila kenyataan sama
dengan harapan, maka layanan keperawatan disebut memuaskan (Parasuraman, et
al., 1998 dalam Lupiyoadi, 2001).

Sumber :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39161/Chapter%20lll-
VI.pdf?sequence=3&isAllowed=y

Filososfi keperawatan

PENGERTIAN FILOSOFI KEPERAWATAN

1. Definisi filosofi keperawatan


Filosofi keperawatan merupakan kerangka dasar yang harus dimiliki oleh
seorang perawat sebagai pedoman untuk berpikir, mengambil keputusan
dan bertindak/berperilaku dalam melaksanakan praktek keperawatan
pada klien dalam rentang sehat-sakit. Nilai-nilai yang mendasari
konsepkeperawatan diantaranya:

1 Knsep tentang manusia

2) Konsep tentang kesehatan

3) Konsep tentang lingkungan


4) Konsep tentang keperawatan

2. Pendapat para pakar keperawatan tentang filosofi keperawatan

Beberapa pendapat diantaranya:

a. Jean Watson

(Caring) Caring adalah suatu ilmu pengetahuan yang mencakup suatu hal
berperikemanusiaan,orientasi ilmu pengetahuan manusia ke proseskepedulian
pada manusia, peristiwa, dan pengalaman.Ilmu pengetahuan caring meliputi seni
dan umat manusia sepertihalnya ilmu pengetahuan. Perilaku caring meliputi
mendengarkan penuh perhatian, penghiburan,kejujuran, kesabaran, tanggung
jawab, menyediakan informasi sehingga pasien dapat membuat suatu keputusan

b. RoyRoy

Memiliki delapan falsafah, empat berdasarkan falsafah prinsip humanisme dan


empat berdasarkan prinsip falsafah veritivity.

Falsafah humanisme/ kemanusiaan “mengenali manusia dan sisi subyektif manusia


dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan rasamenghargai”. Ia
berpendapat bahwa seorang individu saling berbagidalam kemampuan untuk
berpikir kreatif, bertingkahlaku untuk mencapaitujuan tertentu bukan sekedar
memenuhi hukum aksi-reaksi, memilikiholism intrinsik, berjuang untuk
mempertahankan integritas danmemahami kebutuhan untuk memiliki hubungan
dengan orang lain.

Veritivity, berarti kebenaran, yang bermaksud mengungkapkan keyakinan Roy


bahwa ada hal yang benar. Ia mendefinisikan veritivity sebagai “prinsip alamiah
manusia yang mempertegas tujuan umum keberadaan manusia”. Empat falsafah
yang berdasarkan prinsip veritivity adalah sebagai berikuti, . Individu dipandang
dalam konteks tujuan eksistensi manusia, gabungan dari beberapa tujuan
peradaban manusia, aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan-kebaikan umum, nilai
dan arti kehidupan

Sumber:https://iftitahunnabilah.wordpress.com/2013/03/11/filosofi-keperawatan-
4/

Tujuan Pelayanan Keperawatan

Tujuan Umum

Asuhan keperawatan terselenggara secara manusiawi dan profesional dalam


suasana penuh kasih, dengan cara mengkaji, mendiagnosa, merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi sesuai dengan standar asuhan keperawatan.

Tujuan Khusus

1. Asuhan keperawatan terselenggara secara manusiawi, profesional, holistik, dan


komprehensif.

2. Pasien menjadi pusat layanan dan mendapat pelayanan yang cepat, tepat, aman,
dan nyaman dengan penuh kasih tanpa dibedakan suku bangsa, agama, status
sosial, dan jenis kelamin.

3. Pasien mendapatkan hak-haknya dalam asuhan keperawatan dengan melibatkan


pasien selama proses keperawatan.

4. Tercapainya derajat kesehatan pasien yang optimal dengan komunikasi dan


kerjasama yang baik antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain.

5. Terciptanya budaya dan iklim kerja yang memungkinkan perawat


mengembangkan kemampuan profesional dan kepribadian.

6. Budaya menghargai kehidupan senantiasa berkembang seiring dengan


perkembangan ilmu dan teknologi serta tuntutan masyarakat.
7. Trciptanya lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman untuk menunjang derajat
kesehatan yang optimal.

Sumber : https://www.pantirapih.or.id/index.php/profil/tujuan-pelayanan-
keperawatan

B. PRINSIP-PRINSIP YANG MENDASARI MANAJEMEN KEPERAWATAN

Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :

1. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan karena melalui


fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan,
pemecahan masalah yang afektif dan terencana.

2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.


Manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.

3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan berbagai


situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkat manajerial.

4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian


manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini
dan ingini . Kepuasan pasien merupakan point utama dari seluruh tujuan
keperawatan.

5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai


dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.

6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi


proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana
yang telah diorganisasikan.

7. Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi staf untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.

8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang


efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan
arah dan pengertian diantara bawahan.

9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya mempersiapkan


perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih tinggi ataupun upaya manajer
untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.

10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi


penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan
menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan
dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
RUANG lingkup manajemen keperawatan terdiri dari: Manajemen operasional/
menajemen layanan dan manajemen asuhan keperawatan.

1. Manajemen Layanan/Operasional Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola


oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan menajerial dan setiap tingkatan
dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kompetensi yang relevan. Tingkat
manajerial tersebut yaitu : Agar mencapai hasil yang baik, ada beberapa faktor yang
perlu dimiliki oleh orangorang yang memimpin dalam tiap level manajerial tersebut.
Faktor-faktor tersebut adalah : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan
kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin, dan kemampuan
melaksanakan fungsi manajemen maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
Manajemen operasional/ menajemen layanan dan manajemen asuhan keperawatan.

1. Manajemen Layanan/Operasional

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri
dari tiga tingkatan menajerial dan setiap tingkatan dipimpin oleh seseorang yang
mempunyai kompetensi yang relevan. Tingkat manajerial tersebut yaitu :
Agar mencapai hasil yang baik, ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh
orangorang yang memimpin dalam tiap level manajerial tersebut. Faktor-faktor
tersebut adalah : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan
kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin, dan kemampuan
melaksanakan fungsi manajemen

Puncak

Menengah

Bawah

2. Manajemen asuhan keperawatan

Manajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yg menggunakan


konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti : perencanaan, pengorganisasan,
implementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan keperawatan ini
menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini melekat pada diri
seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menggunakan
proses keperawatan untuk tujuan asuhan keperawatan pasien. Proses Keperawatan
merupakan proses pemecahan masalah yg menekankan pada

- Puncak
- Menenah
- Bawah

pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai yang dibutuhkan pasien.


Proses keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu : pengkajian, penentuan diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi. Selanjutnya mari
Anda pahami tentang tujuan manajemen keperawatan Manajemen
Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan

2. Manajemen asuhan keperawatan Manajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu


proses keperawatan yg menggunakan konsep-konsep manajemen di dalamnya
seperti : perencanaan, pengorganisasan, implementasi, pengendalian dan evaluasi.
Manajemen asuhan keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses
keperawatan dan hal ini melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam
melaksanakan tugasnya harus menggunakan proses keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan pasien. Proses Keperawatan merupakan proses
pemecahan masalah yg menekankan pada pengambilan keputusan tentang
keterlibatan perawat sesuai yang dibutuhkan pasien. Proses keperawatan terdiri dari
5 tahapan yaitu : pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi.

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Manajemen-dan-Kepemimpinan-dalam-Keperawatan-
Komprehensif.pdF

MANAJEMEMN KEPERAWATAN MASA KINI DAN MASA YANG AKAN DATANG

PERAN PERAWAT MASA KINI

Kecenderungan Keperawatan di Masa yang Akan Datang

Bila dilihat dari prospek perawatan kesehatan masyarakat di masa yang datang
cenderung semakin berkembang dan dibutuhkan dalam sistem pelayanan kesehatan
pemerintah. Oleh karena perawatan kesehatan masyarakat merupakan sub sistem
dari keperawatan khususnya dan system kesehatan pada umumnya. Sekaitan dengan
itu pula peranan perawatan kesehatan masyarakat sangat diperlukan
keikutsertaannya dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang terjadi dimasa
kini dan yang akan datang, karena selalu mengikuti perubahan yang terjadi dalam
masyarakat secara keseluruhan.
Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari perubahan masyarakat secara
keseluruhan yang meliputi:

Pertambahan penduduk yang begitu cepat (population) dan perubahan-perubahan


dalam gambaran penduduk, diantaranya perubahan-perubahan dalam komposisi
umur, penyebarannya, dan kepadatan penduduk di kota-kota besar.

Perubahan pola penyakit (transisi penyakit), yaitu perubahan dari penyakit menular
ke penyakit-penyakit degenerative seperti jantung, kanker, strok, depresi mental dan
kecemasan, peningkatan kecelakaan, alkhohilisme, dan penyalahgunaan narkotika.

Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social yang cepat dengan


disertai perubahan-perubahan sikap, nilai, gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-
kelompok masyarakat baru, masalah-masalah individu, keluarga, antar individu dan
masyarakat.

Meningkatnya pengetahuan masyarakat (penerima pelayana) serta meningkatnya


harapan terhadap mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan, perubahan konsep
kesehatan dari kebebasan penyakit menjadi kondisi individu yang memiliki
kemampuan hidup sehat dan mempunyai daya produktivitas tinggi.

Meningkatnya ilmu pengetahuan ilmiah, biomedis, dan teknologi medis.


Keperawatan membawa perbaikan metoda untuk mengatasi penyakit

Berkembangnya team kesehatan dan meningkatnya keahlian tenaga kesehatan dan


keperawatan dan munculnya berbagai katagori tenaga kesehatan yang baru.

Pola pelayanan kesehatan yang baru untuk menunjang pencapai kesehatan bagi
semua orang pada tahun 2000

Kurangnya tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab/wewenang


kepada perawat dan tenaga kesehatan lainnya
Masyarakat menjadi patner kerja yang akatif dalam pelayanan kesehatan
masyarakat. Banyak pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di luar rumah sakit,
missal rehabilitasi, mental health dan sebagiannya.

Dilihat dari berbagai perubahan tersebut, peranan yang dapat dilakukan oleh perawat
kesehtan semakin besar melalui intervensi perawatan kesehatan masyarakat
diberbagai tingkat pelayanan dalam mengatasi masalah kesehatan/keperawatan
karena kelalaian, ketidaktahuan dan kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Dengan demikian peranan perawat kesehatan masyarakat untuk masa-
masa kini dan yang akan datang semakin penting dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat.

Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai dengan
perubahan-perubahan yang cepat disegala bidang, menuju kepada keadaan yang
lebih baik. Di bidang kesehatan tuntutan reformasi total muncul karena masih adanya
ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan,
kurangnya kemandirian dalam pembangunan bangsa dan derajat kesehatan
masyarakat yang masih tertinggal di bandingkan dengan negara tetangga. Reformasi
bidang kesehatan juga diperlukan karena adanya lima fenomena utama yang
mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu
perubahan pada dinamika kependudukan, temuan substansial IPTEK
kesehatan/kedokteran, tantangan global, perubahan lingkungan dan demokrasi
disegala bidang.
Berdasarkan pemahaman terhadap situasi dan adanya perubahan pemahaman
terhadap konsep sehat sakit, serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dan
informasi tentang determinan kesehatan bersifat multifaktoral, telah mendorong
pembangunan kesehatan nasional ke arah paradigma baru, yaitu paradigma sehat.

Paradigma sehat yang diartikan disini adalah pemikiran dasar sehat, berorientasi pada
peningkatan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada
orang sakit, sehingga kebijakan akan lebih ditekankan pada upaya promotif dan
preventif dengan maksud melindungi dan meningkatkan orang sehat menjadi lebih
sehat dan roduktif serta tidak jatuh sakit. Disisi lain, dipandang dari segi ekonomi,
melakukan investasi dan intervensi pada orang sehat atau pada orang yang tidak sakit
akan lebih cost effective dari pada intervensi terhadap orang sakit. Pada masa
mendatang, perlu diupayakan agar semua masyarakat selalu berwawasan kesehatan,
motto-nya akan menjadi “Pembangunan Berwawasan Kesehatan”.

Trend Keperawatan di Masa Depan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk bidang


kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap
pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan
mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan
melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan keperawatan


dari pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka kepada
pelayanan profesional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan dan
spesialisasi dalam pelayanan keperawatan.
Fokus peran dan fungsi perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada peran
aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif.

Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu profesionalisme
keperawatan. Proses ini meliputi pembenahan pelayanan keperawatan dan
mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan, pengembangan dan penataan
pendidikan keperawatan dan juga antisipasi organisasi profesi (PPNI).

Pengembangan dan Penataan Pendidikan Keperawatan

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang


profesional, telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya dalam
berbagai bidang, terutama penataan sistem pendidikan keperawatan. Oleh karena itu
profesi keperawatan dengan landasan yang kokoh perlu memperhatikan wawasan
keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka konsep pendidikan.

Wawasan Keilmuan

Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan 1999,


merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini dapat
dilihat dengan adanya:

Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu: Pendidikan Agama, Pancasila, Kewiraan dan Etika
Umum)
Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi dan Biokimia,
Mikrobiologi dan Parasitologi, Farmakologi, Ilmu Gizi dan Patologi.

Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan II, Etika Keperawatan,
Komunikasi Dalam Keperawatan, KMB I, II, III, IV dan V, Keperawatan Anak I dan II,
Keperawatan Maternitas I dan II, Keperawatan Jiwa I dan II, Keperawatan Komunitas
I, II dan III, Keperawatan Keluarga, Keperawatan gawat Darurat, Keperawatan
Gerontik, Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Keperawatan Profesional
dan Pengantar Riset Keperawatan.

Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan, yaitu dengan


berlakunya kurikulum Ners pada tahun 1998.

Sementara itu di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) telah


dibuka S2 Keperawatan untuk Studi Manajemen Keperawatan, Keperawatan
Maternitas dan Keperawatan Komunitas. Dan selanjutnya akan dibuka Studi S2
Keperwatan Jiwa dan Keperawatan Medikal Bedah.

Dapat disimpulkan bahwa saat ini perkembangan keperawatan diarahkan kepada


profesionalisme dengan spesialisasi bidang keperawatan.

Orientasi Pendidikan

Pendidikan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada pengembangan


pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar baik kelas, laboratorium dan
lapangan tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memanfaatkan segala sumber yang memungkinkan penguasaan iptek. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan keperawatan dan persaingan global.

Kerangka Konsep
Berpikir ilmiah, pembinaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif mandiri,
pendidikan dilingkungan masyarakat serta penguasaan iptek keperawatan merupakan
karakteristik dari pendidikan profesional keperawatan.

Perkembangan Pelayanan Keperawatan

Perubahan sifat pelayanan dari fokasional menjadi profesional dengan fokus asuhan
keperawatan dengan peran preventif dan promotif tanpa melupakan peran kuratif
dan rehabilitatif harus didukung dengan peningkatan sumber daya manusia di bidang
keperawatan. Sehingga pada pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan dapat
terjadinya pelayanan yang efisien, efektif serta berkualitas.

Selanjutnya, saat ini juga telah berkembang berbagai model prakti keperawatan
profesional, seperti:

Praktik keperawatan di rumah sakit fasilitas kesehatan

Praktik keperawatan di rumah (home care)

Praktik keperawatan berkelompok (nursing home = klinik bersama, dan

Praktik keperawatan perorangan, yaitu melalui keputusan Kepmenkes No. 647


tahun 2000, yang kemudian di revisi menjadi Kepmenkes No. 1239 tahun 2001
tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan.

KONSEP PELAYANAN KEPERAWATAN HOME CARE

keperawatan pada usia lanjut

PROSES CARING DALAM KEPERAWATAN

pengertian visi,misi tujuan keperawatan


Tujuan keperawatan.
Beberapa tujuan keperawatan yaitu :
1) Menurut Handerson.
a. Untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan
kesehatan. (Marriner Tomey,1994).
b. Membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya
secepat mungkin.
2) Menurut Roger.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah
kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak
mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan.
3) Menurut Orem.
Perawat membantu klien mencapai perawatan diri secara total.
Sumber:
http://kuliahkeperawatan9.blogspot.com/2015/06/pengertian-
keperawatan-dan-tujuan_30.html

misi keperawatan

VISI KEPERAWATAN

 Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan

Kerangka dasar maanjemen keperawatan adalah manajemen partisipatif yang


berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri atas manusia, perawat atau
keperawatan, kesehatan dan lingkungan.

SKEMA :

Manusia

perawat
Tenaga kesehatan

lingkungan

Manusia, dalam manajemen partisipatif adalah individu, keluarga atau masyarakat


yang diberikan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan tugas keperawatan yang
terorganisasi, terarah, terkoordinasi dan terintegrasi dalam rentang kendali yang
ditetapkan.

Perawat atau keperawatan adalah tenaga keperawatan baik tingkat manajerial


puncak, menengah, maupun bawah, dan para pelaksana keperawatan yang berada
dalam rentang komunikasi untuk bekerja sama memberikan pelayanan keperawatan
sesuai dengan standar keperawatan.

Aspek kesehatan merupakan kisaran hasil keperawatan yang berorientasi pada


beberapa dimensi pelayanan terhadap individu, keluarga, dan masyarakat melalui
upaya mencegah, mempertahankan, meningkatkan dan memulihkan. Aspek
lingkungan merupakan area kewenangan dan tanggung jawab keperawatan baik
selama pasien berada dalam institusi pelayanan maupun persiapan menjelang pulang.

( Potter dan Perry.2005 )

Sumber:flowerfour-anggur.blogspot.com/2011/11/konsep-dasar-menejemen-
keperawatan-i.html

komponen sistem

input dalam proses manajemen keperawatan antara lain, berupa inormasi,


personel , peralatan dan fasilitas.proses pada umumnya merupakan kelompok
manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi samapai keperawatan
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
perencanaan,pengorganisasian,pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan.

Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf,serta kegiatan penelitian untuk mentidaklanjuti hhasil
atau keluaran. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan annggaran yang proporsional , evaluasii
penampilan kerja perawat , pembuatan prosedur yang sesuai standar da
akreditasi . selain itu, mekanisme umpan balik(feedbackmehanism) dapat
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan , dan survey kendali
mutu , serta penampilan kerja perawat.

Sumber: lowerfour-anggur.blogspot.com/2011/11/konsep-dasar-menejemen-
keperawatan-i.html

Peran Manajemen Keperawatan

Perawat profesional diharapkan dapat menjadi manajer dan leader yang efektif
dalam keperawatan. Hal-hal yang harus dilakukan yang terkait perannya sebagai
Manajer Keperawatan adalah kompetensi yang harus dimilikinya agar menjadi
seorang leader yang efektif :

1) Kepemimpinan

a. Berkomunikasi tentang organisasi, kegiatan organisasi dan pelaksanaan perubaha


Pemimpin harus dapat berkomunikasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan serta
perubahan-perubahannya kepada anak buahnya.

b. Mendelegasikan tugas dan menerima tanggung jawab

Apabila hendak mendelegasikan tugas maka berikanlah kepada orang yang tepat
serta dapat bertanggung jawab atas kesalahan yang akan terjadi nantinya.
c. Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif

Pemimpin mampu menciptakan organisasi yang efektif dan kondusif.

d. Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif

Dalam memimpin harus efektif agar anak buah dapat memahami akan maksud dan
tujuan pemimpin.

e. Melibatkan staf dalam pengembangan organisasi

Pemimpin janganlah bekerja sendiri, melainkan libatkan staf untuk pengembangan


organisasi ke arah yang lebih baik.

f. Fleksibilitas dalam pelaksanaan peraturan

Peraturan baiklah dibuat flexibel, dimana ada kebijakan-kebijakan yang akan


diambil bila terjadi konflik.

2) Pengambilan keputusan dan perencanaan

a. Cepat tanggap terhadap perubahan yang tidak diharapkan

Tanggap bila terjadi perubahan-perubahan yang tidak diharapkan terjadi.

b. Mengantisipasi perencanaan perubahan anggaran

Antisipasi terhadap anggaran, apabila terjadi perunbahan yang tiba-tiba

3) Hubungan / Komunikasi

a. Empati, mendengar dan tanggap pernyataan staf

Mau mendengar pernyataan yang staf berikan demi kemajuan organisasi.

b. Menciptakan situasi kondusif dalam komunikasi

Dalam komunikasi harus ciptakan suasana yang kondusif jangan terjadi kericuhan.
4) Anggaran

a. Mengontrol budget

Mampu mengontrol budget secara bijaksana.

b. Menginterpretasi penggunaan anggaran sesuai kebutuhan

Interpretasi anggaran sesuai kebutuhan jangan berlebihan ataupun kekurangan.

5) Negosiasi

a. Mengidentifikasi dan mengelola konflik

Dapat mengelola konflik apabila terjadi secara bijaksana.

b. Melakukan negosiasi dengan baik terhadap staf, kelompok, dan organisasi lain

Dapat melakukan negosiasi dengan staf, kelompok dan organisasi lain dengan baik.

Sumber : https://riskakalay.weebly.com/article-3/peran-manajemen-keperawatan
TEORI MOTIVASI

a. Teori Motivasi Maslow

Teori Maslow Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996), membagi


kebutuhan manusia sebagai berikut:

1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang
merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum, perumahan,
oksigen, tidur dan sebagainya.

2. Kebutuhan Rasa Aman

Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang
kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi
keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan
kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi
bekerja.

3. Kebutuhan Sosial

Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan
muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi
yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan
kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi
bersama dan sebagainya.

4. Kebutuhan Penghargaan

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi
seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja
seseorang.

5. Kebutuhan Aktualisasi diri


Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi.
Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya
dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi
yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan
potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang
yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang
menantang kemampuan dan keahliannya.

Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa memenuhi kebutuhan yang


lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang
lebih tinggi (perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih
dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti perwujudan diri mulai
mengembalikan perilaku seseorang. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini
bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang
memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi
tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila
suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi
utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun
kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya
intensitasnya yang lebih kecil.

Sumber: http://skripsi-manajemen.blogspot.com/2011/02/teori-motivasi-maslow-
mcclelland.html

TEORI MANAJEMEN

Pengertian manajemen menurut Handoko (1997: 8) menjelaskan bahwa: Manajemen


adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Ulber Silala) hi (2002:
4)mengungkapkan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
pengisian staf, pemimpinan dan pengontrolan untuk optimasi penggunaan sumber-
sumber dan pelaksanaan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasional secara
efektif dan secara efisien.

Sumber : http://eprints.uny.ac.id/8428/3/bab%202%20-07518241018.pdf

Peran manejer dalam menciptakan motivasi

MOTIVASI

Suatu keadaan yang merupakan energi pembangkit tenaga rangsangan atau


penggerakan yang mengarah tingkah laku menuju tujuan.

Belajar dari Pengalaman Orang Sukses

• Dibalik kesuksesan pria hebat ada wanita hebat

• Dibalik kesuksesan agen/pegawai, ada motivator handal

• Motivator terbaik MEMAMPUKAN ORANG LAIN menolong dirinya sendiri

MEWUJUDKAN SUASANA MOTIVASI YANG POSITIP

• Bawahan merasa dihargai keberadaan dan eksistensinya

• Pemimpin bersikap terbuka, hangat dan ramah

• Adanya rasa dan perilaku saling menghormati (merasa didengar)

• Adanya upaya saling memenuhi harapan-2

• Adanya lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan

TINDAKAN YANG DAPAT MENIMBULKAN DEMOTIVASI

• Membuat bawahan merasa dihakimi, dinilai

• Memanipulasi atau memutarbalikkan fakta

• Membuat instruksi yang tidak jelas

• Membuat bawahan merasa kurang dihargai


• Menciptakan komunikasi yang kurang baik (kaku, percakapan menjemukan,
tidak ada tatap muka)

PENDEKATAN YANG KOMUNIKATIF

• Memberikan perhatian terhadap perbedaan yang timbul

• Menciptakan tolok ukur kinerja yang jelas

• Memberikan penghargaan, materi atau non materi kepada yang menunjukkan


kinerja baik

• Memberikan pertanyaan yang menantang

Sumber : http://fren-store.blogspot.com/2013/11/peran-manajer-dalam-memotivasi-
bawahan.html

Peran mentor sebagai instrumen meningkatkan motivasi kerja

Self Motivation untuk Manajer

Universitas Sumatera Utara Motivasi diri sendiri dari manajer merupakan variabel
yang menentukan motivasi pada semua tingkatan, khususnya kepuasan kerja bagi
staf, sehingga menimbulkan keinginan untuk tetap bertahan pada institusi tersebut.
Sikap yang positif, bersemangat, produktif dan melaksanakan kegiatan dengan baik
merupakan faktor utama yang harus dimiliki oleh manajer. Terjadinya burn-out salah
satunya disebabkan oleh sikap manajer yang kurang positif. Oleh karena itu secara
kontinyu manajer selalu memantau tingkat motivasinya dan menjadikan motivasinya
sebagai panutan bagi staf. Hal penting yang harus dilaksanakan oleh manajer
keperawatan adalah perawatan diri. Untuk mempertahankan self care ini ada
beberapa strategi Summers, 1994, yaitu: 3.3.1 Mencari masukan dari kelompok
pendukung yang memungkinkan manajer untuk selalu memperhatikan dan
mendengarkan keinginan staf 3.3.2 Mempertahankan diet dan aktifitas 3.3.3 Mencari
aktifitas yang membantu manajer untuk dapat merasa santai 3.3.4 Memisahkan
urusan pekerjaan dan kehidupan dirumah 3.3.5 Menurunkan harapan yang terlalu
tinggi dari diri sendiri dan orang lain 3.3.6 Mengenali keterbatasankelemahan diri
sendiri Universitas Sumatera Utara 3.3.7 Menyadari bahwa bukan hanya dirinya
sendiri yang dapat menyelesaikan semua pekerjaan, tetapi berusaha dan belajar
untuk menghargai kemampuan staf 3.3.8 Berani mengatakan tidak kalau memang
merasa tidak dapat melaksanakan 3.3.9 Bersantai, tertawa dan berkumpul dengan
teman-temannya

https://text-id.123dok.com/document/dzxw83dqr-self-motivation-untuk-manajer-
faktor-yang-mempengaruhi-kinerja-dan-kepuasan-kerja-keinginan-akan-adanya-
peningkatan.html

Penanampilan dan

Aspek-aspek kepuasan kerja

Lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu:

Pekerjaan itu sendiri (Work It self). Setiap pekerjaan memerlukan suatu


keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu
pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.

Atasan (Supervisior). Atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan


bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan
sekaligus atasannya.

Teman sekerja (Workers). Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan


antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun
yang berbeda jenis pekerjaannya.

Promosi (Promotion). Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya


kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.

Gaji/Upah (Pay). Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang


dianggap layak atau tidak.
Aspek-aspek lain yang terdapat dalam kepuasan kerja

Kerja yang secara mental menantang.

Kebanyakan Karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka


kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan
menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka
mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan
yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak
menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang
sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan.

Ganjaran yang pantas.

Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka
persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah
yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan
standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. tidak
semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih
kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang
kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang
mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan
kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah
persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan
praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena
itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam
cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari
pekerjaan mereka.

Kondisi kerja yang mendukung.

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun
untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan
lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan.
Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak
esktrem (terlalu banyak atau sedikit).

Rekan kerja yang mendukung.

Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud
dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan
sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan
dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga
merupakan determinan utama dari kepuasan.

Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan.

Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun)
dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka
mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari
pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil
pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih
besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.

Dimensi kepuasan kerja

Menurut Smith, Kendall, dan Hullin terdapat lima dimensi pada kepuasan kerja, yaitu

Pimpinan yang adil, yakni sikap pimpinan yang tidak membedakan karyawan.
Pimpinan yang mengerti kebutuhan karyawan dan mau menjalin hubungan baik,
serta mampu menjadi contoh yang baik dalam hal disiplin.

Pekerjaan itu sendiri, yaitu meliputi beban kerja secara keseluruhan, variasi tugas,
maupun pekerjaan yang memungkinkan adanya interaksi sosial.

Keberhasilan penyelesaian tugas sebagai strategi meningkatkan kepuasan kerja


. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa yang


tidakingin mereka lakukan dan menyukainya (Truman dalam Gillies, 1996).
Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan mempengaruhi orang lain
untuk melaksanakansesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya
(Sullivan & Decleur, 1989). Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk
mempengaruhi anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang
ditentukan (Baily, Lancoster & Lancoster, 1989). Kepemimpinan adalah sebuah
hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk
mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara
pihak-pihak tersebut (Gillies, 1996). Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1993: 26).
"Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok
orangorang tertentu, biasanya melalui 'human relations' dan motivasi yang tepat,
sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja sama dan membanting tulang
memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi". Dari
beberapa pengertian kepemimpinan tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa

ada kata kunci yang bisa kita ambil dari pengertian di atas yaitu kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain sebagai pengikutnya Rumusan komponen
yang ada dalam kepemimpinan ada empat aspek, yaitu:

1) Leader
2) Pengikut
3) Tujuan
4) Situasi dan komunikasi
Sumber : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Manajemen-dan-Kepemimpinan-dalam-
Keperawatan-Komprehensif.pdf
Gaya gaya kepemimpinan
A. Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan
melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan
kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh
faktor manajer, factor karyawan dan factor situasi. Jika pemimpin memandang
bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan
pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan
mempunyai pengalaman yang lebih baik dan mengunginkan partisipasi, maka
pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.
B. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
1. Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah
terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman.
Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).

2. Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi
bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan
membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan
dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan
masih melakukan pengawasan yang ketat.

3. Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar.
Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan
kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah
dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
4. Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
memnggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi
dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.

C. Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y


Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human
Side Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam
suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu sebagai
Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak
menyukai pekaryaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab,
cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin.
Sebaliknya Teori Y mengasumsian bahwa, bawahan itu senang bekerja, bisa
menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu
berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan
menjadi empat macam yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan
serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari
pelaksanaan Teori X.
2. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya
kepemimpinan dictator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan
berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan.
Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.

3. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada dasarnya
sesuai dengan Teori Y.
4. Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan
diserahkan pada bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)
Sumber : https://nursing-academy.blogspot.com/2011/09/gaya-gaya-
kepemimpinan-dalam.html
Faktor yang mempengaruhi Kepemimpinan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN
Pemimpin memiliki tugas menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan
keinginan kelompok.
Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang dapat dicapai.
Selanjutnya, pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa yang
menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.
Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin
memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu
kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan,
membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-
perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang
pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan tugas dan
kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya
sebagai seorang pemimpin.
Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan
merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam
mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang
telah ditetapkan.
Menurut Hadari (2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam
kepemimpinan adalah
1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin
(leader).
2. Adanya orang lain yang dipimpin
3. Adanya kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan
mempengaruhi dan pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di
dalam organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Davis menyimpulkan ada


empat faktor yang mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
• Kecerdasan : seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan yang
melebihi para anggotanya • Kematangan dan keluasan sosial(Social manutary
and breadth) : seorang pemimpin biasanya memiliki emosi yang stabil,
matang, memiliki aktivitas dan pandangan yang ckup matang
• Motivasi dalam dan dorongan prestasi(Inner motivation and achievement
drives) : dalam diri seorang pemimpin harus mempunyai motivasi dan
dorongan untuk mencapai suatu tujuan
• Hubungan manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali dan menghargai
para anggotanya Menurut Greece, di dalam suatu organisasi, hubungan antara
bawahan dengan pimpinan bersifat saling mempengaruhi.

Faktor Faktor Dalam Kepemimpinan :

1. Pemimpin
Dalam kaitannya dengan Kepemimpinan, Pemimpin memang merupakan
faktor esensial dari Proses Kepemimpinan itu sendiri. Serta Pemimpin itu
memang harus mengerti apa yang harus dia tahu dan apa yang harus dia
perbuat, atau istilah lainnya The Right Man on The Right Place.
2. Pengikut (Followers)
Adalah salah satu faktor kepemimpinan yang membuat Faktor pertama itu
ada. Karena tanpa adanya Pengikut, otomatis Pemimpin pun tak ada. Oleh
karena itu Faktor Kepemimpinan dalam Pengikut ini lebih cenderung
pengertian akan apa saja yang Followers inginkan sehingga sebuah satuan
fungsi manajemen bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Serta
ada pula yang mengatakan kalau berbeda Pemimpin maka berbeda pula gaya
kepemimpinannya. Oleh karena itu Pengikut disini memang harus
menyesuaikannya dengan cepat.
3. Komunikasi
Salah satu hal yang menjembatani antara Pemimpin dan Pengikut adalah
proses Komunikasi itu sendiri. Dengan adanya komunikasi. Hubungan kerja
antara dua belah pihak baik atasan maupun bawahan dapat sinergis dan
berjalan sesuai dengan apa yang telah dirancangkan sebelumnya.
4. Situasi
Dalam sebuah situasi tertentu, terkadang kita diharusnkan untuk bertindak
secara cepat dan refleks untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu
kondusifitas situasi antara Atasan dan Bawahan memang harus saling
dikuatkan agara selalu terjadi kondisi situasi yang nyaman dan kondusif.
Sumber : http://erlanggaba.blogspot.com/2013/06/faktor-yang-
mempengaruhi-kepemimpinan.html
Karakter pemimpin yang baik
Seorang professor bernama Richard Wiseman di University of Hertfordshire
mengatakan bahwa karisma merupakan 50% bawaan dari lahir dan 50%
latihan.
Perhatikan lima kualitas di bawah ini yang dimiliki oleh seorang pemimpin
yang baik:

1. Percaya diri
Pemimpin memiliki kemampuan untuk menarik publik. Sadarkah kamu bahwa
ketertarikan tersebut dampak dari kepercayaan diri mereka yang tinggi?
Pemimpin yang berkarisma nyaman dengan diri mereka sendiri dan juga
optimis. Tetap berpikir positif dalam keadaan negatif adalah bukti
kepemimpinan.
Jika kamu ingin menjadi pemimpin yang kuat, tingkatkan kepercayaan dirimu.
Dengan begitu, orang-orang akan mengikutimu.
2. Kreativitas
Seorang pemimpin berkarisma selalu berpikir out of the box. Ketika orang-
orang lain melihat dorongan sebagai sesuatu yang beresiko, para pemimpin
tersebut lah yang memimpin dan berinovasi. Seorang pemimpin melihat
sebuah masalah menjadi kesempatan. Dalam bisnis, kreativitas tersebut
mampu menjadi transformasi dan dapat menginspirasi orang lain.
Simon Sinek mengatakan bahwa jika kamu mampu menginspirasi orang lain
untuk bermimpi lebih besar, belajar lebih banyak, bekerja lebih sering, dan
menjadi seseorang yang lebih baik, maka kamu adalah seorang pemimpin.
3. Visi
Seorang pemimpin menghargai sebuah inovasi, mereka fokus terhadap masa
depan dan cara untuk meningkatkannya. Mereka memiliki mimpi dan arah
yang mampu memotivasi maupun menginspirais orang lain.

Dalam bukunya berjudul “Start with Why: How Great Leaders Inspire Everyone
to Take Action”, Sinek menuliskan bahwa kepemimpinan membutuhkan 2 hal:
visi untuk dunia yang belum ada dan kemampuan untuk
mengomunikasikannya.
4. Kebulatan tekad
Untuk menjadikan visinya menjadi nyata, para pemimpin menuliskan tujuan
spesifik dan bekerja untuk mencapainya dengan mendorong tim,
mengembangkan strategi, dan bekerja keras.
Seorang pemimpin fokus terhadap hasil dan mencapai yang mereka inginkan.
Apakah kamu berkomitmen pada tujuanmu?
5. Komunikasi
Ketika pemimpi berbicara, mereka berkomunikasi dengan rasa percaya diri
dan karisma yang membuat orang lain memperhatikan. Selain berkomunikasi
dengan baik, mereka juga sadar akan bahasa tubuhnya. Postur yang baik dan
tatapan mata yang tajam, membuat mereka diperhatikan lebih dalam. Apapun
situasinya, mereka mengartikulasi tujuan dan visinya dengan baik
Sumber: https://medium.com/@sevaspace/5-karakteristik-pemimpin-yang-
baik-169fd955e8

III.

TEORI PERUBAHAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

Teori Redin

Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan seorang manajer
sebelum melakukan perubahan, yaitu :

1. Ada perubahan yang akan dilakukan

2. Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat

3. Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan

4. Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya

Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :

1. Diagnosis

2. Penetapan objektif bersama

3. Penekanan kelompok
4. Informasi maksimal

5. Diskusi tentang pelaksanaan

6. Penggunaan upacara ritual

Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi orang –orang yang akan
terlibat atau terpengaruh dengan perubahan. Sehingga diharapkan merekamampu
mengontrol perubahan tersebut.

2. Teori Lewin

Lewin mengatakan ada tiga tahap dalam sebuah perubahan, yaitu :

1. Tahap Unfreezing

Masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam ystem. Tugas


perawat pada tahap ini adalah mengidentifikasi masalah dan memilih jalan keluar
yang terbaik.

2. Tahap Moving

Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan mencari dukungan
dari orang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah.

3. Tahap Refreezing

Setelah memiliki dukungan dan ystemtive pemecahan masalah perubahan


diintegrasikan dan distabilkan sebagai bagian dari ystem nilai yang dianut. Tugas
perawat sebagai agen berubah berusaha mengatasi orang-orang yang masih
menghambat perubahan.

Sumber: http://vyzasyifa.blogspot.com/2012/01/teori-perubahan-dalam-
manajemen.html
STRATEGI DALAM PERUBAHAN

Dalam perubahan dibutuhkan cara yang tepat agar tujuan dalam perubahan dan
tercapai secara tepat, efektif dan efisien, untuk itu dibutuhkan strategi khusus
dalamperubahan diantaranya:

1. Strategi Rasional Empirik

Strategi ini didasarkan karena manusia sebagai komponen dalam perubahan memiliki
sifat rasional untuk kepentingan diri dalam berperilaku. Untuk mengadakan suatu
perubahan strategi rasional dan empirik yang didasarkan dari hasil penemuan atau
riset untuk diaplikasikan dalam perubahan manusia yang memiliki sifat rasional akan
menggunakan rasionalnya dalam menerima sebuah perubahan. Langkah dalam
perubahan atau kegiatan yang diinginkan dalam strategi rasional empirik ini dapat
melalui penelitian atau adanyadesiminasi melalui pendidikan secara umum sehingga
melalui desiminasi akan diketahui secara rasional bahwa perubahan yang akan
dilakukan benar-benar sesuai dengan rasional. Strategi ini juga dilakukan pada
penempatan sasaran yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki
sehingga semua perubahan akan menjadi efektif dan efisien, selain itu juga
menggunakan sistem analisis dalam pemecahan masalah yang ada.

2. Strategi Redukatif normative

Strategi ini dilaksanakan berdasarkan standar norma yang ada di masyarakat.


Perubahan yang akan dilaksanakan melihat nilai-nilai normatif yang ada di
masyarakat sehingga tidak akan menimbulkan permasalahan baru di masyarakat.
Standar norma yang ada di masyarakat ini di dukung dengan sikap dan sistem nilai
individu yang ada di masyarakat. Pendekatan ini dilaksanakan dengan mengadakan
intervensi secara langsung dalam penerapan teori-teori yang ada.Strategi ini
dilaksanakan dengan cara melibatkan individu, kelompok atau masyarakat dan proses
penyusunan rancangan untuk perubahan. Pelaku dalam perubahan harus memiliki
kemampuan dalam berkolaborasi dengan masyarakat. Kemampuan ilmu perilaku
harus dimiliki dalam pembaharu.
3. Strategi Paksaan- Kekuatan

Dikatakan strategi paksaan-kekuatan karena adanya penggunaan kekuatan atau


kekuasaan yang dilaksanakan secara paksa dengan menggunakan kekuatan moral dan
kekuatan politik.Strategi ini dapat dilaksanakan dalam perubahan sistem kenegaraan,
penerapan sistem pendidikan dan lain-lain.

MACCAM MACAM PROSES PERUBAHAN

Macam-macam Proses Berubah

1. Perubahan ditinjau dari sifatnya, yaitu:

a. Perubahan spontan (Samson, 1971)

1) Perubahan sebagai respon terhadap kejadian alamiah dan terkontrol/alamiah.

2) Perubahan yang terjadi tidak diramalkan atau diprediksi sebelumnya.

3) Perkembangan,yaitu perubahan yang berbentuk kemajuan / peningkatan /


penambahan yang terjadi pada individu, kelompok dan organisasi.

4) Perubahan yang direncakan yaitu sebagai upaya yang bertujuan untuk mencapai
tingkat yang lebih baik.

b. Perubahan ditinjau dari keterlibatan:

1) Melalui penyedian informasi yang cukup.

2) Adanya sikap positif terhadap perubahn sesuatu atau inovasi.

3) Timbulnya komitmen diri untuk berubah.

c. Perubahan ditinjau dari sifat pengelolaan:

1) Menurut Duncan (1978)

a) Perubahan berencana.

(1) Menyesuaikan kegiatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.


(2) Adanya titik mula yang jelas dan dipersiapkan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.

(3) Adanya persiapan yang matang.

b) Perubahan acak/kacau.

(1) Tidak ada titik awal perubahan.

(2) Tidak ada upaya mempersiapkan kegiatan-kegiatan untuk tercapainya tujuan

2) HORSEY dan BLANCARD (1977)

a) Partisipatif

Yaitu individu/klien diikutkan dalam proses perubahan tersebut. Misalnya ketika


bidan membangkitkan motivasi klien.

b) Paksaan

Yaitu perubahan yang total menggunakan kekuatan misalnya instruksi dari atasan.

Agen Perubahan (Agent of Change) adalah individu atau seseorang yang bertugas
mempengaruhi target / sasaran perubahan agar mereka mengambil keputusan sesuai
dengan arah yang dikehendakinya. Agen Perubahan menghubungkan antara sumber
perubahan (Inovasi, Kebijakan Publik dll) dengan sistem masyarakat yang menjadi
target perubahan.

Sumber: https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-agen-perubahan-change-
agents/6278/2

RENCANA BAGI PERUBAHAN

Menurut Kron dalam Kozier (1998) untuk merencanakan dan


mengimplementasikan perubahan disarankan 7 (tujuh) pertanyaan yang harus
dijawab.

1. Apa ?
Apa masalah yang spesifik dan perubahan apa yang direncanakan

2. Mengapa ?

Mengapa perubahan tersebut diperlukan ? Apakah situasi yang baru akan lebih

baik ? Apa yang dirubah ? Apa yang di dapat ?

3. Siapa ?

Siapa yang akan terlibat dan siapa yang menjadi sasaran / target perubahan ?

4. Bagaimana ?

Bagaimana perubahan tersebut dilaksanakan ?

5. Kapan ?

Rencanakan waktu perencanaan dan pelaksanannya

6. Dimana ?

Dimana perubahan tersebut akan dilaksanakan ?

7. Mungkinkah ?

Mungkinkah perubahan tersebut dapat dilaksanakan ? Apakah sumber-sumber

yang ada mendukung atau menolak ?

TAKTIK PERUBAHAN

Proses Perubahan.

1. Mencairkan: melibatkan penghancuran cara normal orang yang melakukan


sesuatu-mmemutuskan pola,kebiasaan,dan rutinitas sehingga orang siap untuk
menerima alternatifbaru(hersey, Blanchard) atau mengurangi kekuatan untuk
mengurangi status quo, menciptakan kebutuhan akan perubahan, meminimalisasi
tantangan terhadap perubahan seperti memberikan masalah proaktif.

Contoh :Refresing,kegiatan_kegiatan baru.

2. Memindahkan: mengembangkan perilaku, nilai dan sikap yang baru.

3. Membekukan kembali:akan terjadi jika prilaku baru sudah menjadi bagian dari
kepribadian seseorang.dengan cara memperkuat, mengevaluasi, dan membuat
modifikasi konstruktif.

IV

TEORI KEPEMIMPINAN MANAJEMEN DI RUANG RAWAT

KONSEP KEPEMIMPINAN MANAJEMEN DI RUANG RAWAT

PRINSIP KEPEMIMPINAN MANAJEMEN DI RUANG RAWAT

v.

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses
dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut (Hoffart & Woods, 1996). Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995)
mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang
umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer.
Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu
mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian
asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi

2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.

3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.

4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.

5. Kepuasan kinerja perawat.

Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP) Menurut Grant & Massey
(1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan
profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam
menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:

1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional Model fungsional


dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan
utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis
intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan
orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan)
tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).

2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus Setiap perawat ditugaskan


untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode
ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung
jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).

3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer


Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada
metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi
dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat
rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas ,
kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse) Metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Metode tim merupakan suatu
metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi
dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu
asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim
harus berdasarkan konsep berikut:

a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik


kepemimpinan.
b. . Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
c. . Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga
professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu
(Nursalam, 2002):
1) Kelebihan
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
2) Kelemahan : Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit
untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Sumber : http://nursingbegin.com/konsep-model-asuhan-keperawatan-
profesional/
DAFTAR PUSTAKA
Monica, elaine L.la. 1998. Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan.
Jakarta : EGC
http://agung.blog.stisitelkom.ac.id/files/2011/11/Konsep_Manajemen_Perub
ahan_dan_Tantangan_dan_Transformasi_Perguruan_Tinggi_menghadapi_Glo
balisasi.pdf
Hidayat, Aziz Alimul A.2007, Edisi 2.Pengantar konsep dasar
keperawatan.Penerbit:Salemba medika.Surabaya.
A. Aziz Alimul Hidayat. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 3, Jakarta, Selemba
Medika, 2008.
Nursalam (2001), Proses dan Dokumentasi keperawatan konsep dan praktek,
salemba medika, Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/31812180/Konsep-Perubahan-Dalam-
Keperawatan (Di akses pada tanggal 1 April 2014 Pukul 10.00 WIB).
www.jevuska.com/.../ekologi+perubahan+dalam+keperawatan.html (Di akses
pada tanggal 1 April 2014 Pukul 10.00 WIB).
P.D, Nabila. (2015). Sikap Kerja dan Kepuasan Kerja diakses pada tanggal 19
Januari pada pukul : 15.30 melalui
https://nabilapd.wordpress.com/2015/12/21/sikap-kerja-kepuasan-kerja/
pada tanggal

You might also like