Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Pembimbing:
Disusun oleh :
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian FamilyMedicine Fakultas Kedokteran Unsyiah
di UPTD Puskesmas Jeulingke
Kota Banda Aceh
Disahkan Oleh :
Banda Aceh, Maret 2017
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
FK UNSYIAH
drg. Juwairiyah Nasution, M.kes
Nip. 19690729 199803 2 007
Saya menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa tulisan ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Penulis
LAMPIRAN I
PROMOSI KESEHATAN
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN DIFTERI
DI POSYANDU ALUE NAGA BANDA ACEH
I. PENDAHULUAN
Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan
oleh karena toxin dari bakteri yang ditandai dengan pembentukan pseudomembran
pada kulit dan atau mukosa dan penyebarannya melalui udara yang tercemar oleh
carier atau penderita yang akan sembuh dan dapat juga melalui batuk dan bersin
penderita. Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium Diphteriae, dimana
manusia merupakan salah satu reservoir dari bakteri ini.
Infeksi biasanya terdapat pada faring, laring, hidung dan kadang pada
kulit, konjungtiva, genitalia dan telinga. Infeksi ini menyebabkan gejala-gejala
lokal dan sistemik, efek sistemik terutama karena eksotoksin yang dikeluarkan
oleh mikroorganisme pada tempat infeksi. Masa inkubasi kuman ini antara 2-5
hari.
V. PESERTA KEGIATAN
Kegiatan ini diikuti oleh pasien dan keluarga pasien yang datang ke
Posyandu Alue Naga.
VI. METODE PENYULUHAN
b. Penyampaian Materi
Materi disampaikan dengan menggunakan alat bantu penyajian berupa
leaflet. Dan disela materi penyaji memberikan kesempatan bertanya jika ada
materi yang tidak dimengerti.
c. Penutup
Setelah penyampaian materi, penyaji memberikan kesempatan peserta untuk
bertanya.
1. Pengertian Difteri
Difteri adalah suatu penyakit infeksi bakteri akut yang yang disebabkan
oleh Corynebacterium diphtheria terutama menyerang tonsil, faring, hidung dan
bahkan bisa menyerang selaput lendir. Timbulnya lesi yang khas akibat pelepasan
cytotoxin spesifik oleh bakteri tersebut. Lesi tampak sebagai suatu membrane
asimetrik keabu-abuan yang dikelilingi dengan daerah inflamasi. Pada kasus-
kasus yang berat dapat dijumpai edema pada leher dengan pembentukan
membrane pada trakea secara ekstensif sehingga dapat menyebabkan obstruksi
jalan napas.
2. Faktor Resiko
Faktor Host
Menurut teori Achmadi, faktor host pada timbulnya suatu penyakit sangat
luas. Hubungan interaktif antara faktor penyebab, faktor lingkungan penduduk
berikut perilakunya dapat diukur dalam konsep yang diukur sebagai perilaku
pemajanan. Faktor host yang mempengaruhi kejadian penyakit pada umumnya
adalah umur, jenis kelamin, status imunisasi, status gizi dan staus sosial ekonomi,
juga perilaku..
Faktor Kebiasaan
Faktor Lingkungan
Difteri dapat terjadi masa periode inkubasi yang pendek yabitu sekitar2 -4
hari dengan jangka antara 1-5 hari. Gambaran klinis tergantung dari lokasi
anatomi yang dikenal beberapa tipe difteri antara lain adalah:
1. Nasal difteri
2. Fonsilar facial difteri
3. Faringeal difteri
4. Laryngeal atau laringotrakeal difteri
5. Nonrespiratori difterie
Difteri dapat menyerang lebih dari satu lokasi anatomi dalam sekali serangan.
Masalah pernapasan. Sel-sel yang mati akibat toksin yang diproduksi bakteri
difteri akan membentuk membran abu-abu yang dapat menghambat pernapasan.
Partikel-partikel membran juga dapat luruh dan masuk ke paru-paru. Hal ini
berpotensi memicu reaksi peradangan pada paru-paru sehingga fungsinya akan
menurun secara drastis dan menyebabkan gagal napas.
Difteri hipertoksik. Komplikasi ini adalah bentuk difteria yang sangat parah.
Selain gejala yang sama dengan difteri biasa, difteri hipertoksik akan memicu
pendarahan yang parah dan gagal ginjal.
1. Apa yang harus dilakukan jika ada anak saya yang menderita gejala
seperti yang dijelaskan diatas?
Jawab:
Segera bawa anak atau keluarga yang menderita keluhan diatas ke
pusat pelayanan kesehatan untuk diagnosis dan tatalaksana oleh
petugas kesehatan setempat.
IX. PENUTUP