You are on page 1of 14

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

UPTD PUSKESMAS JEULINGKE


PERIODE 6 MARET– 18 MARET 2017

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Klinik


di SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Disusun oleh :

Herma Vania Meliza


Ipak Ranto
Rudiyanto
Sri Yulia Rizki
Sari Yanti

Pembimbing:

drg. Juwairiyah Nasution, M.Kes


dr. Ariefa Evildha Rahim
dr. Astimarningsih

SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2017
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


UPTD PUSKESMAS JEULINGKE
PERIODE 6 MARET– 18 MARET 2017

Disusun oleh :

Herma Vania Meliza


Ipak Ranto
Rudiyanto
Sri Yulia Rizki
Sari Yanti

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian FamilyMedicine Fakultas Kedokteran Unsyiah
di UPTD Puskesmas Jeulingke
Kota Banda Aceh

Disahkan Oleh :
Banda Aceh, Maret 2017

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Ariefa Evildha Rahim dr.Astimarningsih


Nip. 19840906 201103 2 001 Nip. 19831005 201412 2 001

Mengetahui

Kepala UPTD Puskesmas Jeulingke


Kepala Bagian FamilyMedicine

FK UNSYIAH
drg. Juwairiyah Nasution, M.kes
Nip. 19690729 199803 2 007

Kepala Bagian Family Medicine

Rina Suryani Oktari, S.Kep., M.Si


NIP. 19831012 201404 2 001
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas


berkah dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Unsyiah di Puskesmas Jeulingke Periode 6 Maret– 18 Maret 2017.

Penyusunan laporan ini berdasarkan data-data yang ada, bimbingan dan


hasil pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Jeulingke selama mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Unsyiah.

Terima kasih yang sebesar-besarnyasaya sampaikan kepada Kepala


Puskesmas Jeulingke drg. Juwairiyah Nasution, M.Kesdan dokter pembimbing
saya dr. Ariefa Evildha Rahim dan dr. Astimarningsih beserta seluruh staf yang
telah banyak membimbing saya mulai pelaksanaan tugas hingga pembuatan
laporan ini, juga kepada teman-teman dokter muda yang telah turut memberikan
kontribusinya berupa ide, semangat dan dukungan moral, tak lupa pula kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga semua tugas dapat dilaksanakan
dengan baik.

Saya menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa tulisan ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Banda Aceh, Maret 2016

Penulis
LAMPIRAN I

PROMOSI KESEHATAN
LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN DIFTERI
DI POSYANDU ALUE NAGA BANDA ACEH

I. PENDAHULUAN

Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan
oleh karena toxin dari bakteri yang ditandai dengan pembentukan pseudomembran
pada kulit dan atau mukosa dan penyebarannya melalui udara yang tercemar oleh
carier atau penderita yang akan sembuh dan dapat juga melalui batuk dan bersin
penderita. Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium Diphteriae, dimana
manusia merupakan salah satu reservoir dari bakteri ini.

Infeksi biasanya terdapat pada faring, laring, hidung dan kadang pada
kulit, konjungtiva, genitalia dan telinga. Infeksi ini menyebabkan gejala-gejala
lokal dan sistemik, efek sistemik terutama karena eksotoksin yang dikeluarkan
oleh mikroorganisme pada tempat infeksi. Masa inkubasi kuman ini antara 2-5
hari.

Difteri merupakan penyakit yang harus didiagnosa dan diterapi denagn


segera. Bayi baru lahir biasanya membawa antibody secara pasif dari ibunya yang
biasanya akan hilang pada usia 6 bulan. Oleh karena itu bayi-bayi diwajibkan di
vaksinasi, yang mana vaksinasi ini telah terbukti mengurangi insidensi penyakit
tersebut.

Di Indonesia Difteri banyak terdapat di daerah berpenduduk padat dan


keadaan lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah serta angka
kematian cukup tinggi, 50% penderita difteri meninggal dengan gagal jantung.
Kejadian luar biasa ini dapat terjadi terutama pada golongan umur rentan yaitu
bayi dan anak. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting karena
berperan dalam menunjang kesehatan kita.

Dalam penanganan Difteri, peran serta masyarakat dalam sistem


kewaspadaan dini dan mencegah penularan harus dilakukan dengan baik, terpadu,
dan berkesinambungan guna menekan angka kejadian Difteri. Berdasarkan hal
tersebut, maka kami tertarik untuk memberikan penyuluhan tentang Difteri
kepada masyarakat mengingat pentingnya peran masyarakat dalam menekan
angka kejadian dan penularan Difteri.

II. NAMA KEGIATAN

Penyuluhan tentang Difteri.

III. TUJUAN KEGIATAN

1. Menjelaskan tentang latar belakang dan definisi Difteri


2. Menjelaskan tentang gejala dan tanda dari penyakit Difteri
3. Mejelaskan tentang pencegahan dan penaggulangan Difteri
4. Menjelaskan bagaimana memberikan penanganan pada penyakit Difteri

IV. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN

Penyuluhan kesehatan ini dilakukan pada tanggal :

Hari/Tanggal : Selasa/ 14 Maret 2017


Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat :Posyandu Alue Naga Banda Aceh
Topik : Difteri

V. PESERTA KEGIATAN

Kegiatan ini diikuti oleh pasien dan keluarga pasien yang datang ke
Posyandu Alue Naga.
VI. METODE PENYULUHAN

Adapun metode penyuluhan yang dilakukan yaitu dengan cara komunikasi


langsung kepada warga yang berada ditempat saat dilakukan penyuluhan dengan
materi penyuluhan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan memberi
kesempatan interaksi tanya jawab sesudah materi penyuluhan selesai disampaikan.
Metode kegiatan penyuluhan dibagi dalam 3 tahap yaitu :

a. Tahap pengenalan dan penggalian pengetahuan peserta


Setelah memberi salam dan perkenalan pemateri terlebih dahulu
menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi
disampaikan.

b. Penyampaian Materi
Materi disampaikan dengan menggunakan alat bantu penyajian berupa
leaflet. Dan disela materi penyaji memberikan kesempatan bertanya jika ada
materi yang tidak dimengerti.

c. Penutup
Setelah penyampaian materi, penyaji memberikan kesempatan peserta untuk
bertanya.

VII. MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Difteri

Difteri adalah suatu penyakit infeksi bakteri akut yang yang disebabkan
oleh Corynebacterium diphtheria terutama menyerang tonsil, faring, hidung dan
bahkan bisa menyerang selaput lendir. Timbulnya lesi yang khas akibat pelepasan
cytotoxin spesifik oleh bakteri tersebut. Lesi tampak sebagai suatu membrane
asimetrik keabu-abuan yang dikelilingi dengan daerah inflamasi. Pada kasus-
kasus yang berat dapat dijumpai edema pada leher dengan pembentukan
membrane pada trakea secara ekstensif sehingga dapat menyebabkan obstruksi
jalan napas.

2. Faktor Resiko

Penyebab suatu penyakit merupakan unsur yang keberadaannya jika terus


menerus terjadi kontak dengan manusia rentan dalam keadaan memungkinkan
akan menimbulkan suatu penyakit. Penyakit difteri merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae. Beberapa karakteristik
bakteri ini antara lain :

 Bakteri akan menghasilkan toksin bila bakteri terinfeksi oleh Coryne


Bacteriophage yang mengandung informasi genetik toksin. Bakteri ini
merupakan bakteri fakultatif anaerob, dan akan tumbuh optimal pada suasana
aerob.
 Corynebacterium diphtheriae tahan terhadap cahaya, pengeringan dan
pembekuan.
 Pada pseudomembran bisa bertahan hidup selama 14 hari, pada suhu 58oC
bisa bertahan selama 10 menit sedangkan pada air mendidih hanya tahan 1
menit. Bakteri ini akan mati jika kontak dengan desinfektan.
 Menurut sebuah hasi penelitian, corynebacterium diphtheriae dapat bertahan
hidup di lingkungan dalam keadaan kering pada tekstil, kaca, dan di pasir dan
debu untuk jangka waktu hingga 7 bulan.

Secara epidemiologis, diketahui bahwa sumber penyakit difteri atau


disebut juga reservoir adalah manusia (baik penderita maupun karier). Menurut
data di negara endemis difteri 3%-5% individu sehat mengandung bakteri difteri
di tenggorokan mereka. Sementara cara penularan penyakit difteri melalui cara
penularan tidak langsung, antara lain merupakan salah satu jenis airborne
diseaase, bakteri terpercik terbawa dalam droplet ketika penderita atau karier
bersin, batuk atau berbicara. Sedangkan cara lain dapat terbawa beberapa
peralatan, seperti ketika droplet terbawa saluran pemanas atau pendingin ruangan
dalam gedung atau disebarkan melalui kipas angin ke seluruh bangunan atau
kompleks bangunan.

 Faktor Host

Menurut teori Achmadi, faktor host pada timbulnya suatu penyakit sangat
luas. Hubungan interaktif antara faktor penyebab, faktor lingkungan penduduk
berikut perilakunya dapat diukur dalam konsep yang diukur sebagai perilaku
pemajanan. Faktor host yang mempengaruhi kejadian penyakit pada umumnya
adalah umur, jenis kelamin, status imunisasi, status gizi dan staus sosial ekonomi,
juga perilaku..

 Faktor Kebiasaan

Kebiasaan yang dilakukan sehari-hari yang dapat mempengaruhi


terjadinya penularan atau penyebaran penyakit difteri adalah sebagai berikut :
tidak menutup mulut bila batuk atau bersin sehingga mempermudah penularan
penyakit pada orang lain, membuang ludah/dahak tidak pada tempatnya, tidak
membuka jendela, mencuci alat makan dengan bersih, memakai alat makan
bergantian.

 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian difteri antara lain


meliputi tingkat kepadatan hunian rumah, sanitasi rumah, serta faktor
pencahayaan dan ventilasi. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
munculnya penyakit seperti kita ketahui ada lingkungan fisik biologi, social dan
ekonomi. Faktor lingkungan fisik yang meliputi kondisi geografi, udara, musim
dan cuaca sangat mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap jenis penyakit
tertentu. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan seseorang dalam adapatasi dengan
lingkungannya tersebut.
3. Tanda dan gejala

Adanya penyakit difteri akan memberikan beberapa gejala. Untuk difteri


pernafasan, gejala yang dapat terjadi di anataranya adalah sakit tenggorokan,
demam ringan, meningkatnya irama jantung, obstruksi tenggorokan, leher
bengkat, membesarnya kelenjar getah bening, kesulitan menelan, kelelahan,
kesulitan bernafas, demam tinggi, gagal jantung, aritmia, membran kelabu yang
menutupi tonsil dan kelumpuhan otot. Sedangkan untuk difteri kulit, akan
memberikan gejala seperti Lesi pada bagian kulit yang terinfeksi, kulit ruam
merah, bengkak dan nyeri

Difteri dapat terjadi masa periode inkubasi yang pendek yabitu sekitar2 -4
hari dengan jangka antara 1-5 hari. Gambaran klinis tergantung dari lokasi
anatomi yang dikenal beberapa tipe difteri antara lain adalah:

1. Nasal difteri
2. Fonsilar facial difteri
3. Faringeal difteri
4. Laryngeal atau laringotrakeal difteri
5. Nonrespiratori difterie

Difteri dapat menyerang lebih dari satu lokasi anatomi dalam sekali serangan.

4. Risiko Komplikasi Difteri

Pengobatan difteri harus segera dilakukan untuk mencegah penyebaran


sekaligus komplikasi yang serius, terutama pada penderita anak-anak.
Diperkirakan 1 dari 5 penderita balita dan lansia di atas 40 tahun meninggal dunia
akibat komplikasi difteri. Jika tidak diobati dengan cepat dan tepat, toksin dari
bakteri difteri dapat memicu beberapa komplikasi yang berpotensi mengancam
jiwa. Beberapa di antaranya meliputi:

 Masalah pernapasan. Sel-sel yang mati akibat toksin yang diproduksi bakteri
difteri akan membentuk membran abu-abu yang dapat menghambat pernapasan.
Partikel-partikel membran juga dapat luruh dan masuk ke paru-paru. Hal ini
berpotensi memicu reaksi peradangan pada paru-paru sehingga fungsinya akan
menurun secara drastis dan menyebabkan gagal napas.

 Kerusakan jantung. Selain paru-paru, toksin difteri berpotensi masuk ke jantung


dan menyebabkan peradangan otot jantung atau miokarditis. Komplikasi ini dapat
menyebabkan masalah, seperti detak jantung yang tidak teratur, gagal jantung, dan
kematian mendadak.

 Kerusakan saraf. Toksin dapat menyebabkan penderita mengalami masalah sulit


menelan, masalah saluran kemih, paralisis atau kelumpuhan pada diafragma, serta
pembengkakan saraf tangan dan kaki. Paralisis ini akan membuat pasien tidak bisa
bernapas sehingga membutuhkan alat bantu pernapasan atau respirator. Paralisis
diagfragma dapat terjadi secara tiba-tiba pada awal muncul gejala atau
berminggu-minggu setelah infeksi sembuh. Karena itu, penderita difteri anak-anak
yang mengalami komplikasi umumnya dianjurkan untuk tetap di rumah sakit
hingga 1,5 bulan.

 Difteri hipertoksik. Komplikasi ini adalah bentuk difteria yang sangat parah.
Selain gejala yang sama dengan difteri biasa, difteri hipertoksik akan memicu
pendarahan yang parah dan gagal ginjal.

5. Pencegahan Difteri dengan Vaksinasi

Langkah pencegahan paling efektif untuk penyakit ini adalah dengan


vaksin. Pencegahan difteri tergabung dalam vaksin DPT. Vaksin ini meliputi
difteri, tetanus, dan pertusis atau batuk rejan. Vaksin DPT termasuk dalam 5
imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin ini dilakukan 5
kali pada saat anak berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, satu setengah tahun, dan
lima tahun.
Vaksinasi tersebut umumnya dapat melindungi anak terhadap difteri
seumur hidup. Namun bagi mereka yang belum menerima vaksin ini saat bayi,
terdapat vaksin sejenis yang bernama Tdap yang bisa diberikan pada usia 12
tahun. Penderita difteri yang sudah sembuh juga disarankan untuk menerima
vaksin karena tetap memiliki risiko untuk kembali tertular penyakit yang sama.

VIII. TANYA JAWAB

1. Apa yang harus dilakukan jika ada anak saya yang menderita gejala
seperti yang dijelaskan diatas?
Jawab:
Segera bawa anak atau keluarga yang menderita keluhan diatas ke
pusat pelayanan kesehatan untuk diagnosis dan tatalaksana oleh
petugas kesehatan setempat.

IX. PENUTUP

Difteri merupakan infeksi yang sangat menular yang dapat memberikan


berbagai macam komplikasi dan dapat menyebabkan kematian dalam jangka
waktu yang sangat singkat. Pengenalan tanda dan gejala secara cepat serta
pencegahan dengan melakukan imunisasi merupakan langkah yang harus
ditempuh untuk melakukan pencegahan penularan p[enyakit ini semakin meluas.
X. DOKUMENTASI

You might also like