You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berbicara mengenai status air, Jika memandang air bersih sebagai kebutuhan mendasar
setiap manusia di muka bumi ini, maka air dapat dipandang sebagai hak asasi. Yaitu hak yang
mutlak dimiliki oleh setiap manusia tanpa terkecuali. Dan hal ini telah dideklarasikan oleh PBB
dalam sidang umum yang dilaksanakan pada akhir bulan Juli 2010 yang menghasilkan keputusan
122 negara menyatakan mendukung pernyataan air sebagai hak asasi manusia dan 41 negara
menyatakan abstain. Indonesia pun menjadi salah satu negara yang mendukung pernyataan
deklarasi ini.

Jika memang air bersih dipandang sebagai hak asasi, konsekuensinya adalah air tidak
boleh diperjualbelikan. Pemerintah dalam hal ini berkewajiban menyediakan dan
mendistribusikan air bersih secara gratis. Adapun biaya distribusi dan pemrosesan air dapat
diambil dari pajak masyarakat. Dan itupun dengan catatan, pemerintah tidak mengambil
keuntungan dari pajak masyarakat dalam hal pendistribusian dan pemrosesan air bersih. Tetapi
pada kenyataannya di Indonesia, air dialirkan pemerintah melalui perusahaan air minum
(PAM/PDAM) ke rumah kita dengan cara langganan dan membayar. Kita diharuskan membayar
sesuai jumlah air yang kita pergunakan. Dan ini bertentangan dengan pandangan air bersih
sebagai hak asasi. Lain halnya jika kita memandang air bersih sebagai hak guna, maka air di sini
adalah barang ekonomi. Air bersih di sini dapat diperjualbelikan, dan hanya orang-orang kayalah
yang dapat memiliki air bersih. Orang-orang miskin yang tidak memiliki uang tidak dapat
memilikinya.

Air menjadi barang yang langka bagi orang miskin. Apakah hal ini adil bagi mereka
yang tidak memiliki uang? Di Indonesia praktek seperti ini banyak dilakukan. Padahal jika
mengacu pada UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat”,dalam pasal tersebut disebutkan bahwa air di sini bukanlah milik
perorangan, tetapi milik negara yang dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Perlakuan air bersih sebagai hak guna jelas-jelas melanggar hal ketentuan ini.
Dari sini, kita perlu memikirkan bagaimana seharusnya air bersih itu dipandang sebagai
kebutuhan dasar setiap manusia. Perlu adanya kajian lebih lanjut untuk menentukan status air
bersih itu dan bagaimana manajemen air seharusnya dilakukan agar keseimbangan dan keadilan
air bagi masyarakat dapat terpenuhi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian air bersih, air minum, dan air zam-zam?


2. Bagaimana pengklasifikasian air?
3. Bagaimana teknik water treatment yang benar?
4. Apa kriteria air yang bersih dan layak minum?
5. Bagaimana cara manajemen sumber daya air bersih dan air minum untuk mengatasi
kekurangan air?

C. TUJUAN

1. Dapat mengetahui pengertian air minum, air bersih, dan air zam-zam
2. Dapat mengetahui klasifikasi air
3. Dapat mengetahui teknik water treatment yang benar
4. Dapat mengetahui kriteria air yang bersih dan layak minum
5. Dapat mengetahiu cara manajemen sumber daya air bersih dan air minum untuk
mengatasi kekurangan air?
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian air bersih, air minum dan air zam-zam

Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia dan harus bebas dari
kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat mencemari air
bersih tersebut. Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap mahluk hidup dan kebersihan air
adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan (Dwijosaputro, 1981).Menurut Peraturan
Menteri Kesehata RI Nomor : 41 6/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan
kualitas air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat¬Syarat dan Pengawasan


Kualitas Air bersih, Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan
dan langsung dapat diminum.Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis
dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen
dalam Negeri Republik Indonesia, Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Zamzam (Arab: ‫ زمزم‬berarti banyak, melimpah-ruah) adalah air yang dianggap sebagai air suci
oleh umat Islam. Zamzam merupakan sumur mata air yang terletak di kawasan Masjidil Haram,
sebelah tenggara Kabah, berkedalaman 42 meter. Banyak peziarah yang melakukan ibadah Haji
dan Umrah yang berkunjung ke sumur Zamzam, dan sebagian membawa pulang air Zamzam
sebagai oleh-oleh.

2. Klasifikasi Air

Klasifikasi Air menurut pemakainnya:

 1. Drinking water

Air untuk keperluan air minum dgn persyaratan sbb :


*Tidakberasa, berbau & berwarna

*Bebas mikroorganisme patogen yg sering dijumpai di air, spt : E. Coli, Salmonella,


Mycobacteri

* Mengandung mineral dgn jumlah sesuai dgn kadarny

 2. Demineralized water

Aqua demineralisata yaitu air bebas mineral baik ion positif yg berasal dari logam (Fe, Mg dll),
kesadahan (Ca, Mg dll) maupun ion negatif yg berasal dari udara (HCO3-, CO3-, NO3-), gas
halogen (Cl-,Br-, I-, F-), belerang (HSO3-, SO4-) dll. DMW juga memenuhi persyaratan
mikroorganisme sama seperti pada air minum.

 3. Purified water

Air murni yang dihasilkan melalui serangkaian proses pendahuluan utk menghilangkan bau, rasa,
warna, kesadahan, ion positif dan negatif dgn menggunakan water softener, mixed bed, R.O /
Reverse Osmose System dan Sinar UV/Ultraviolet. Kualifikasi PW harus memenuhi persyaratan
European Pharmacopeia&USP 28 dan harus di recycle terus menerus selama 24 jam nonstop

 4. Highly Purified Water (H.P.W)

Air murni yg dihasilkan dgn sarana seperti diatas kecuali mixed bed diganti E.D.I(Electro
Deionization System) shg kadar logam berat&nitrat dapat ditekan rendah.

E.D.I = Pengikat ion-ion dlm air dgn menggunakan elektroda yg diberi arus listrik. Kualifikasi
H.P.W harus memenuhi persyaratan European Pharmacopeia&USP 28 dan harus di recycle terus
menerus selama 24 jam nonstop

 5. Water For Injection (W.F.I)

Air untuk injeksi dihasilkan dgn sarana seperti pd produksi H.P.W hanya pd fase terakhir
dilakukan pemanasan dlm tangki tertutup untuk mensterilkan air yg dihasilkan & selama
distribusi dlm pipa. Kualifikasi W. F. I harus memenuhi persyaratan European
Pharmacopeia&USP 28 dan harus di recycle terus menerus selama 24 jam nonstop.
 6. Pyrogen Free Water for Injection

Air untuk injeksi yang bebas pirogen dihasilkan dari air baku : P.W (Purified Water) atau H. P. W
(Highly Purified Water) yang didestilasi 2 kali (bidestialtion). Kualifikasi PFWFI harus
memenuhi persyaratan European Pharmacopeia&USP 28 dan harus di recycle terus menerus
selama 24 jam nonstop.

Pembagian Peruntukan Kualitas Air

Kriteria kualitas air merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menilai mutu ataukualitas suatu
badan atau sumber air yang dituangkan dalam bentuk (standar) baku mutuair. Baku mutu air ini
merupakan batas kadar yang diperbolehkan bagi suatu zat atau bahan pencemar terdapat dalam
air sesuai dengan peruntukkanBerdasarkan PP no. 82 tahun 2001 Klasifikasi mutu air ditetapkan
menjadi 4(empat) kelas:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan, air tawar, peternakan ,air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yangmempersyaratkan air
yang sama dengan kegunaan tersebut;
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,pertanaman danatau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaantersebut;d. Kelas
empat, air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk mengairi,pertanaman
danatau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaantersebut.

3. Indikator Air Bersih

 Syarat fisik, antara lain:

a. Air harus bersih dan tidak keruh

b. Tidak berwarna apapun


c. Tidak berasa apapun

d. Tidak berbau apaun

e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)

f. Tidak meninggalkan endapan

 Syarat kimiawi, antara lain:

a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun

b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan

c. Cukup yodium

d. pH air antara 6,5 – 9,2

 Syarat mikrobiologi, antara lain:

Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen
penyebab penyakit.

Seperti kita ketahui jika standar mutu air sudah diatas standar atau sesuai dengan standar tersebut
maka yang terjadi adalah akan menentukan besar kecilnya investasi dalam pengadaan air bersih
tersebut, baik instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga
semakin jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih.
Dalam penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak mengutip
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan
air harus memenuhi kuantitas dan kualitas, yaitu:

a. Aman dan higienis.

b. Baik dan layak minum.

c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.


d. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat

Parameter yang ada digunakan untuk metode dalam proses perlakuan, operasi dan biaya.
Parameter air yang penting ialah parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis yaitu sebagai
berikut:

 Parameter Air Bersih secara Fisika

1. Kekeruhan

2. Warna

3. Rasa & bau

4. Endapan

5. Temperatur

 Parameter Air Bersih secara Kimia

1. Organik, antara lain: karbohidrat, minyak/ lemak/gemuk, pestisida, fenol, protein, deterjen, dll.

2. Anorganik, antara lain: kesadahan, klorida, logam berat, nitrogen, pH, fosfor,belerang, bahan-
bahan beracun.

3. Gas-gas, antara lain: hidrogen sulfida, metan, oksigen.

 Parameter Air Bersih secara Biologi

1. Bakteri

2. Binatang

3. Tumbuh-tumbuhan
4. Protista

5. Virus

 Parameter Air Bersih secara Radiologi

1. Konduktivitas atau daya hantar

2. Pesistivitas

3. PTT atau TDS (Kemampuan air bersih untuk menghantarkan arus listrik)

4. Teknik Water treatment

Sistem pengelolaan air ini dikenal dengan istilah Water Treatment. Ada beberapa tahap
pengelolaan air yang harus dilakukan sehingga air tersebut bisa dikatakan layak untuk dipakai.
Namun, tidak semua tahap ini diterapkan oleh masing-masing pengelola air, tergantung dari
qualitas sumber airnya.

Sebagai contoh, jika sumber airnya berasal dari dalam tanah (ground water), sistem pengelolaan
airnya akan lebih sederhana dari pada yang sumber airnya berasal dari sumber air permukaan,
seperti air sungai, danau atau laut. Karena air yang berasal dari dalam tanah telah melalui
penyaringan secara alami oleh struktur tanah itu sendiri dan tidak terkontak langsung dengan
udara bebas yang mengandung banyak zat-zat pencemaran air.

Berbeda halnya dengan sumber air permukaan yang mudah sekali tercemar. Namun demikian air
yang berasal dari dalam tanahpun akan jadi tercemar juga jika sistem penampungan dan
penyalurannya tidak bagus.

Secara umum proses pengolahan air dibagi dalam 3 unit, yaitu:


1. Unit Penampungan Awal (Intake)

Unit ini dikenal dengan istilah unit Sadap Air (Intake). Unit ini berfungsi sebagai tempat
penampungan air dari sumber airnya. Selain itu unit ini dilengkapi dengan Bar Sceen yang
berfungsi sebagai penyaring awal dari benda-benda yang ikut tergenang dalam air seperti sampah
daun, kayu dan benda2 lainnya.

2. Unit Pengolahan (Water Treatment)

Pada unit ini, air dari unit penampungan awal diproses melalui beberapa tahapan:

a. Tahap Koagulasi (Coagulation)

Pada tahap ini, air yang berasal dari penampungan awal diproses dengan menambahkan zat
kimiaTawas (alum) atau zat sejenis seperti zat garam besi (Salts Iron) atau dengan menggunakan
sistem pengadukan cepat (Rapid Mixing). Air yang kotor atau keruh umumnya karena
mengandung berbagai partikel koloid yang tidak terpengaruh gaya gravitasi sehingga tidak bisa
mengendap dengan sendirinya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghancurkan partikel
koloid (yang menyebabkan air keruh) tadi sehingga terbentuk partikel-partikel kecil namun
masih sulit untuk mengendap dengan sendirinya.

b. Tahap Flokulasi (Flocculation)

Proses Flokulasi adalah proses penyisihan kekeruhan air dengan cara penggumpalan partikel
untuk dijadikan partikel yang lebih besar (partikel Flok). Pada tahap ini, partikel-partikel kecil
yang terkandung dalam air digumpalkan menjadi partikel-partikel yang berukuran lebih besar
(Flok) sehingga dapat mengendap dengan sendirinya (karena gravitasi) pada proses berikutnya.
Di proses Flokulasi ini dilakukan dengan cara pengadukan lambat (Slow Mixing).

c. Tahap Pengendapan (Sedimentation)

Pada tahap ini partikel-patikel flok tersebut mengendap secara alami di dasar penampungan
karena massa jenisnya lebih besar dari unsur air. Kemudian air di alirkan masuk ke tahap
penyaringan di Unit Filtrasi.

d. Tahap Penyaringan (Filtration)


Pada tahap ini air disaring melewati media penyaring yang disusun dari bahan-bahan biasanya
berupa pasir dan kerikil silica. Proses ini ditujukan untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut
dan tak terlarut.

Secara umum setelah melalui proses penyaringan ini air langsung masuk ke unit
Penampungan Akhir. Namun untuk meningkatkan qualitas air kadang diperlukan proses
tambahan, seperti:

- Proses Pertukaran Ion (Ion Exchange)

Proses pertukaran ion bertujuan untuk menghilangkan zat pencemar anorganik yang tidak dapat
dihilangkan oleh proses filtrasi atau sedimentasi. Proses pertukaran ion juga digunakan untuk
menghilangkan arsenik, kromium, kelebihan fluorida, nitrat, radium, dan uranium.

- Proses Penyerapan (Absorption)

Proses ini bertujuan untuk menyerap / menghilangkan zar pencemar organik, senyawa penyebab
rasa, bau dan warna. Biasanya dengan membubuhkan bubuk karbon aktif ke dalam air tersebut.

- Proses Disinfeksi (Disinfection)

Sebelum masuk ke unit Penampungan Akhir, air melalui Proses Disinfeksi dahulu. Yaitu proses
pembubuhan bahan kimia Chlorine yang bertujuan untuk membunuh bakteri atau
mikroorganisme berbahaya yang terkandung di dalam air tersebut.

3. Unit Penampung Akhir (Reservoir)

Setelah masuk ke tahap ini berarti air sudah siap untuk didistribusikan ke masyarakat.
5. Manajemen Air

A. PENGERTIAN MANAJEMEN AIR

Manajemen air adalah usaha-usaha menjaga dan mengatur air yang ada di muka bumi ini agar
dapat terjaga keberadaannya dan dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Beberapa tahun
terakhir, manajemen air menjadi satu isu yang banyak dibahas di berbagai belahan dunia
termasuk di negara Indonesia sendiri.

Secara umum, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara yang memiliki sumberdaya air
berlimpah. Berbagai laporan mengenai kondisi neraca air Indonesia menunjukkan
bahwaIndonesia masih mengalami surplus air. Meskipun demikian, terdapat beberapa pulau
diIndonesia yang telah mengalami defisit air. Untuk memenuhi kebutuhan air tawar bersih,
secara konvensional masyarakat mendapatkan air dari air sungai, air danau atau mata air. Akan
tetapi, jumlah air tawar bersih yang tersedia dari sumber-sumber ini semakin lama semakin
berkurang akibat adanya deforestasi, pencemaran air, dan meningkatnya populasi manusia.

Semakin berkurangnya jumlah air di permukaan yang dapat digunakan dibandingkan dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap air tawar bersih terutama dari kalangan
industri memaksa dilakukannya pencarian terhadap sumber air tawar bersih yang lain, yaitu
dengan melakukan pengeboran sumur untuk mengambil air tanah. Pengambilan air tanah ini di
satu sisi menguntungkan manusia karena masalah kebutuhan air tawar bersih dapat teratasi. Akan
tetapi seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia dan bertambahnya industri-industri
yang membutuhkan air sebagai bahan baku produksi membuat pengambilan air tanah semakin
kerap terjadi dengan jumlah pengambilan air yang semakin banyak. Hal ini membuat cadangan
air tanah yang ada semakin menipis.

Dari kenyataan-kenyataan tersebut, maka diperlukanlah adanya manajemen terhadap air yang
ada agar ketersediaan air dan kebutuhan terhadapnya dapat seimbang. Dengan seimbangnya
ketersediaan air dan kebutuhan air, maka kekhawatiran terhadap sulitnya air di masa depan dapat
dihilangkan.

B. BENTUK MANAJEMEN AIR

Bentuk manajemen air yang dapat diterapkan di Indonesia antara lain adalah menetapkan
regulasi terhadap penggunaan air. Dalam hal ini, pemerintah telah mengeluarkan Undang-
Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air. Selain itu, bentuk lain dari manajemen air
adalah menerapkan diversifikasi sumber air tawar bersih.

Salah satu bentuk diversifikasi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air tawar yang
bersih adalah dengan melakukan rain harvesting atau penadahan air hujan. Dengan menadahkan
air hujan dan menyimpannya di suatu kolam penyimpanan, daerah yang mengalami defisit
neraca air maupun daerah-daerah yang kesulitan air tawar bersih dapat memenuhi kebutuhannya
terhadap air tawar bersih.
Di Indonesia, manajemen air kurang mendapat perhatian dari pemerintah pada khususnya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya. Pemerintah dan masyarakat cenderung tak acuh dengan
manajemen air di Indonesia. Hal ini tercermin salah satunya dari perilaku masyarakat yang
membuang sampah ke aliran sungai. Bahkan beberapa industri liar membuang limbah
produksinya ke dalam sungai. Hal ini bukan saja mengotori dan mencemari air sungai, tetapi
juga membuat jumlah air tawar bersih yang dapat diperoleh dari sungai semakin berkurang.
Selain itu, cerminan akan kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah Indonesia adalah dari
menjamurnya sumur-sumur bor di Indonesia. Menjamurnya sumur bor ini sampai sekarang
belumlah ditindak tegas pemerintah. Entah ada unsur politik atau murni karena kurangnya
kesadaran pemerintah. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan terjadi ketidakseimbangan antara
airtanah yang masuk ke dalam tanah dari daerah resapan dengan air tanah yang dikuras di daerah
limpasan yang ada di perkotaan.

Jika saja menjamurnya sumur bor diiringi dengan perluasan dan pelestarian daerah resapan di
daerah Bandung bagian utara, mungkin jumlah air di dalam tanah dapat diseimbangkan antara air
yang masuk dan air yang keluar. Tetapi, yang terjadi saat ini adalah daerah resapan di Indonesia
semakin sempit dengan dibangunnya gedung-gedung, perumahan, dan pembukaan
sawah/perkebunan. Hal ini justru memperparah airtanah yang ada di Indonesia. Semakin lama
semakin sedikit jumlahnya.

Untuk memanajemen air di Indonesia, diperlukan penyadaran kepada pemerintah dan


masyarakat Indonesia secara umum. Penyadaran ini perlu agar keseimbangan antara air yang
masuk dan air yang keluar dapat terjaga dengan baik. Penyadaran ini dapat dilakukan dari diri
kita sendiri dengan memberi contoh kepada keluarga kita, teman kita, ataupun tetangga kita.
Selain penyadaran, perlu adanya pemberian contoh kepada pemerintah dan masyarakat akan
manajemen air yang baik. Seperti telah disebutkan di atas bahwa salah satu bentuk manajemen
air adalah dengan melakukan diversifikasi air. Di sini, pemberian contoh dapat dilakukan dengan
membangun gedung-gedung dengan instalasi tadah hujan di atapnya. Air dari atap ini dialirkan
ke sebuah tangki besar di bawah tanah untuk menampung air hujan. Air hujan ini kemudian
dapat dijadikan sebagai sumber air bersih yang murah dan ramah lingkungan serta tidak
mengganggu keseimbangan air sungai maupun airtanah.
D. MASALAH PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Secara umum masalah pengelolaan sumberdaya air dapat dilihat dari kelemahan
mempertahankan sasaran manfaat pengelolaan sumberdaya air dalam hal pengendalian banjir
dan penyediaan air baku bagi kegiatan domestik, municipal, dan industri.

Masalah pengendalian banjir sebagai bagian dari upaya pengelolaan pengelolaan sumberdaya air,
sering mendapatkan hambatan karena adanya pemukiman padat di sepanjang sungai yang
cenderung mengakibatkan terhambatnya aliran sungai karena banyaknya sampah domestik yang
dibuang ke badan sungai sehingga mengakibatkan berkurangnya daya tampung sungai untuk
mengalirkan air yang datang akibat curah hujan yang tinggi di daerah hulu.

Pada sisi lain penyediaan air baku yang dibutuhkan bagi kegiatan rumah tangga, perkotaan dan
industri sering mendapatkan gangguan secara kuantitas – dalam arti terjadinya penurunan debit
air baku akibat terjadinya pembukaan lahan-lahan baru bagi pemukiman baru di daerah hulu
yang berakibat pada pengurangan luas catchment area sebagai sumber penyedia air baku.
Disamping itu, secara kualitas penyediaan air baku sering tidak memenuhi standar karena adanya
pencemaran air sungai oleh limbah rumah tangga, perkotaan, dan industri.

Dengan diberlakukannya Undang-undang 22/1999 tentang Otonomi Daerah, masalah


pengelolaan sumberdaya air ini menjadi lebih kompleks mengingat Satuan Wilayah Sungai
(SWS) atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS) secara teknis tidak dibatasi oleh batas-batas
administratif tetapi oleh batas-batas fungsional, sehingga dengan demikian masalah koordinasi
antar daerah otonom yang berada dalam satu SWS atau DPS menjadi sangat penting dalam
pengelolaan sumberdaya air.

Perubahan peran Pemerintah dari institusi penyedia jasa (service provider) menjadi institusi
pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha (enabler) agar memiliki kemampuan dalam
menyediakan kebutuhan air dan menunjang kegiatan usahanya secara mandiri dan berkelanjutan,
sehingga perlu adanya upaya-upaya pemberdayaan masyarakat pengguna air untuk mengelola
dan melestarikan potensi-potensi sumber daya air.
Pengelolaan sumberdaya air menghadapi berbagai persoalan yang berhubungan berbagai macam
penggunaan dari berbagai macam sektor (pertanian, perikanan, industri, perkotaan, tenaga listrik,
perhubungan, pariwisata, dan lain-lain) baik yang berada di hulu maupun di hilir cenderung
semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini telah banyak menimbulkan
dispute antar sektor maupun antar wilayah, yang pada dasarnya merupakan cerminan dari adanya
conflict of interests yang tajam serta tidak berjalannya fungsi koordinasi yang baik.

Memperhatikan adanya ketidakseimbangan jumlah ketersediaan air diatas, maka jumlah


ketersediaan air dan besarnya kebutuhan akan air perlu dikelola sedemikian rupa sehingga
pemanfaatannya memenuhi kriteria keterpaduan secara fungsional ruang, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan. Untuk itu, dibutuhkan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan
sumberdaya air yang memadai untuk mencapai pengelolaan sumberdaya air secara berkelanjutan
berdasarkan strategi pemanfaatan ruang yang banyak ditentukan oleh karakteristik sumber daya
air.

Menurut Bisri (2009) beberapa faktor yang berkaitan dengan permasalahan sumber daya air di
Indonesia, antara lain adalah :

a. Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan dalam perspektif ruang dan


waktu.Indonesia yang terletak di darah tropis merupakan negara kelima terbesar di dunia dalam
hal ketersediaan air. Namun, secara alamiah Indonesia menghadapi kendala dalam memenuhi
kebutuhan air karena distribusi yang tidak merata baik secara spasial maupun waktu, sehingga air
yang dapat disediakan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan, baik dalam perspektif jumlah
maupun mutu. Ketersediaan air yang sangat melimpah pada musim hujan, yang selain
menimbulkan manfaat, pada saat yang sama juga menimbulkan potensi bahaya kemanusiaan
berupa banjir. Sedangkan pada musim kemarau, kelangkaan air telah pula menimbulkan potensi
bahaya kemanusiaan lainnya berupa kekeringan yang berkepanjangan.

b. Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumberdaya air, baik air
permukaan maupun ait tanah.Kerusakan lingkungan yang semakin luas akibat kerusakan hutan
secara signifikan telah menyebabkan penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS)
dalam menahan dan menyimpan air.

c. Menurunnya kemampuan penyediaan air


Berkembangnya daerah permukiman dan industri telah menurunkan area resapan air dan
mengancam kapasitas lingkungan dalam menyediakan air. Pada sisi lain, kapasitas infrastruktur
penampang air seperti waduk dan bendungan makin menurun sebagai akibat meningkatnya
sedimentasi, sehingga menurunkan keandalan penyediaan air untuk irigasi maupun air baku.

d. Meningkatnya potensi konflik air

Meningkatnya persaingan penggunaan air dan penurunan efisiensi penggunaan air salah satunya
disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat, jumlah
kebutuhan air baku bagi rumah tangga, permukiman, pertanian maupun industri juga semakin
meningkat.

e. Kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi

Belum atau tidak berfungsinya jaringan irigasi disebabkan antara lain oleh belum lengkapnya
sistem jaringan, ketidaktersediaan air, belum siapnya lahan sawah, ketidaksiapan petani
penggarap atau terjadinya mutasi lahan. Selain itu, pada jaringan irigasi yang berfungsi juga
mengalami kerusakan terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas operasi dan pemeliharaan.

f. Makin meluasnya abrasi pantai

Perubahan lingkungan dan abrasi pantai mengancam keberadaan air di daerah sekitar pantai.
Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antar instansi dan antar daerah otonom telah
menimbulkan pola pengelolaan sumberdaya air yang tidak efisien.

g. Rendahnya kualitas pengelolaan data dan sistem informasi.

Pengelolaan sumberdaya air belum di dukung oleh basis data dan sistem informasi yang
memadai. Kualitas datadan informasi yang dimiliki belum memenuhi standar yang ditetapkan
dan tersedia pada saat diperlukan.

h. Kerusakan prasarana sumberdaya air

Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan berada di pertemuan beberapa lempeng
daratan dunia mempunyai kerentanan terhadap banjir. Banjir, gempa, tsunami, tanah longsor dan
bencana lainnya hampir setiap tahun selalu terjadi.
E. KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

Konsep dasar konservasi air adalah jangan membang-buang sumber daya air. Pada awalnya
konservasi air diartikan sebagai menyimpan air dan menggunakannya untuk keperluan yang
produktif di kemudian hari. Konsep ini disebut konservasi segi suplai. Perkembangan
selanjutnya konservasi lebih mengarah kepada pengurangan dan pengefisienan penggunaan air
dan dikenal sebagai konservasi sisi kebutuhan.

Konservasi air yang baik merupakan gabungan dari kedua konsep tersebut, yaitu menyimpan air
dikala berlebihan dan menggunakannya sesedikit mungkin untuk keprluan tertentu yang
produktif. Sehingga konservasi air domestik berarti menggunakan air sesedikit mungkin untuk
mandi, mencuci, menggelontor toilet, dan penggunaan-penggunaan rumah tangga lainnya.
Konservasi air industri berarti pemakaian air sesedikit mungkin untuk menghasilkan suatu
produk. Konservasi air pertanian pada dasarnya berarti penggunaan air sesdikit mungkin untuk
menghasilkan hasil pertanian yang sebanyak-banyaknya.

Konservasi air dapat dilakukan dengan cara :

1). Meningkatkan pemanfaatan air permukaan dan air tanah,

2). Meningkatkan efisiensi air irigasi dan

3). Menjaga kualitas air sesuai dengan peruntukannya.

You might also like