Professional Documents
Culture Documents
5. KOMPLIKASI
Sindrom kompartemen jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera,
akan menimbulkan berbagai komplikasi antara lain :
a. Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen
b. Kontraktur volkan, merupakan kesrusakan otot yang disebabkan oleh
terlambat penanganan sindrom kompartemen sehingga timbul
deformitas pada tangan, jari, dan pergelangan tangan karena adanya
trauma pada lengan bawah.
c. Trauma vascular
d. Gagal ginjal akut
e. Sepsis
f. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
6. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi
defisit fungsi neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah
lokal, melalui bedah dekompresi. Walaupun fasciotomi disepakati sebagai
terapi yang terbaik, namun beberapa hal, seperti timing, masih
diperdebatkan. Semua ahli bedah setuju bahwa adanya disfungsi
neuromuskular adalah indikasi mutlak untuk melakukan fasciotomi.
Penanganan kompartemen secara umum meliputi :
a. Terapi Medikal/Non Bedah
Pemilihan terapi ini adalah jika diagnosa kompartemen masih dalam
bentuk dugaan sementara. Berbagai bentuk terapi ini meliputi :
1) Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan keting
giankompartemenyang minimal, elevasi dihindari karena dapat me
nurunkan aliran darahdan akan lebih memperberat iskemia
2) Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan
pembalut kontraiksi dilepas.
3) Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat mengha
mbat perkembangan sindroma kompartemen
4) Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah
5) Pada peningkatan isi kompartemen, diuretic dan pemakaian manitol
dapat mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi
edema seluler, dengan memproduksi kembali energy seluler yang
normal dan mereduksi selotot yang melalui kemampuan dari
radikal bebas
b. Terapi Bedah Fasciotomi
Dilakukan jika tekanan intrakompartemen mencapai >30 mmHg.
Tujuan dilakukan tindakan ini adalah menurunkan tekanan dengan
memperbaiki perfusi otot. Jika tekanannya <30 mm Hg maka tungkai
cukup diobservasi dengan cermat dan diperiksa lagi pada jam-jam
berikutnya. Kalau keadaan tungkai membaik, evaluasi terus dilakukan
hingga fase berbahaya terlewati. Akan tetapi jika memburuk maka
segera lakukan fasciotomi. Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan
perfusi adalah 6 jam. Terdapat dua teknik dalam fasciotomi yaitu teknik
insisi tunggal dan insisi ganda. Insisi ganda pada tungkai bawah paling
sering digunakan karena lebih aman dan lebih efektif, sedangkan insisi
tunggal membutuhkan diseksi yang lebih luas dan resiko kerusakan
arteri dan vena peroneal.
https://www.scribd.com/doc/305748106/SOP-Pemasangan-Bidai