Professional Documents
Culture Documents
( Pinjaman Diberikan )
Koperasi Simpan Pinjam
I . TUJUAN PEMBELAJARAN.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM.
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta ketrampilan peserta dalam hal “
Penyaluran Dana “, sehingga mampu melaksanakan pemberian pinjaman dengan baik dan
aman.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS.
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, diharapkan peserta dapat :
1. Menjelaskan persyaratan pinjaman
2. Menjelaskan jenis pinjaman dan pengembangannya
3. Menjelaskan prosedur pemberian pinjaman
4. Menganalisa Pinjaman
5. Merencanakan kas / likuiditas usaha simpan pinjam
6. Menetapkan plafond, jangka waktu dan sistem pengembalian
7. menggagas penerapan pemberian pinjaman dan aturannya
1
Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, memberikan persyaratan kepada calon
peminjam sebagai berikut :
a. anggota dan calon anggota bertempat tinggal diwilayah pelayanan KSP/USP Koperasi;
b. mempunyai usaha/penghasilan tetap;
c. mempunyai simpanan aktif;
d. tidak memiliki tunggakan hutang dengan KSP/USP Koperasi maupun pihak lain;
e. tidak pernah melakukan tindak pidana;
f. memiliki moral yang baik;
g. mengikuti program pembinaan pra penyaluran pinjaman.
1. Pengertian Pinjaman
Yang dimaksud pinjaman adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, dan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara KSP/USP dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah “
imbalan “
2. Pemberian Pinjaman
Pemberian pinjaman atau penyaluran dana merupakan salah satu kegiatan usaha yang
mendominasi pengalokasian dana yang dimiliki KSP / USP.
Oleh karena itu pemberian pinjaman merupakan sumber utama dari pendapatan usaha
simpan pijam, yang berupa pendapatan jasa ( bunga ). Dalam pemberian pinjaman KSP /
USP harus berhati – hati, agar resiko yang dihadapi dapat seminim mungkin.
3. Pengembangan Produk Pinjaman
Mengingat bahwa pemberian pinjaman ( penyluran dana ) adalah sunber dari prndapatan,
maka pengelola usaha simpan harus mampu membuat berbagai jenis produk pinjaman
yang sesuai dengan kebutuhan para anggota dan calon anggota.
Secara garis besar jenis produk pinjaman terdiri dari :
a. Pinjaman Konsumtif
Yaitu pinjaman untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif, misalnya :
Pinjaman untuk pembelian Elektroni [ TV, radio, VCD ]
Pinjaman untuk pembelian meubel ( meja, kursi, almari dll )
b. Pinjaman Produktif
Yaitu pijaman untuk membiayai kebutuhan usaha, sehingga dapat memperlancar /
memperbesar kegiatan produksi atau memperbesar omset penjualan. Selanjutnya
secara lebih rinci pinjaman produktif dibedakan menjadi 2 , yaitu :
Pinjaman Produksi.
Adalah pinjaman untuk membiayai kegiatan usaha pembuatan barang [
pabrikan ] atau produksi barang pertanian, perikanan, peternakan dan lain
sebagainya.
Pinjaman Komersial.
2
Adalah pinjaman untuk membiayai usaha perdagangan [ kredit bakul / mlijo ],
kredit candak kulak dan lain sebagainya
3
dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen perdagangan
yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.
3. Dilihat dari Segi Jaminan
Maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu
barang atau surat-surat berharga minimal senilai pinjaman yang diberikan. Jenis pinjaman
dilihat dari segi jaminan ini adalah sebagai berikut :
a. Pinjaman dengan Janiman
Merupakan pinjaman yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut
dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya, setiap pinjaman yang
dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon peminjam.
b. Pinjaman tanpa Jaminan
Yaitu pinjaman yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Pinjaman jenis ini
diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si calon peminjam
selama berhubungan dengan KSP yang bersangkutan.
4. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
Setiap sector usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pemberian
fasilitas pinjamanpun berbeda pula. Jenis pinjaman jika dilihat dari sektor usaha sebagai
berikut :
a. Pinjaman Pertanian, merupakan pinjaman yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau
pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka
panjang.
b. Pinjaman peternakan, dalam hal ini pinjaman diberikan untuk jangka waktu yang relatif
pendek misalnya peternakan ayam dan untuk pinjaman jangka panjang seperti kambing
atau sapi.
c. Pinjaman Industri, yaitu pinjamant untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri
kecil, menengah atau besar.
d. Pinjaman Pertambangan, yaotu jenis pinjaman untuk usaha tambang yang dibiayainya,
biasanya dalam jangka panjang. Seperti tambang emas, minyak, atau timah.
e. Pinjaman Pendidikan, merupakan pinjaman yang diberikan untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang
belajar.
f. Pinjaman Profesi, diberikan kepada kalangan profesional seperti, dosen, dokter atau
pengacara.
g. Pinjaman Perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian
perumahan.
h. Dan sektor sektor usaha lainnya
4
D. Prosedur Pemberian Pinjaman
a. Pengertian
Yang dimaksud dengan prosedur pemberian pinjaman Adalah rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan didalam mengelola permohonan pinjaman dari saat permohonan diterima, sampai
dengan pencairan dana.
Dengan demikian fungsi dari prosedur pemberian pinjaman adalah :
Memberi pelayanan yang lebih baik kepada anggota.
Mengusahakan pemberian pinjaman dalam waktu relative singkat sehingga dana
yang diperlukan dapat diberikan pada sa’at yang diperlukan.
Mengeliminir permasalahan yang mungkin timbul dalam pelayanan
pemberian pinjaman.
b. Prosedur Pemberian Pinjaman
Untuk dapat memperoleh pinjaman, anggota [ calon peminjam ] harus mengikuti prosedur
seperti berikut :
1].Permohonan Pinjaman.
2].Evaluasi / analisa Pinjaman.
3].Keputusan Pinjaman.
4].Perjanjian Pinjaman.
5].Pencairan Pinjaman
Rangkaian kegiatan dalam prosedur pemberian pinjaman hendaknya dapat diselesaikan
dalam target waktu yang relative cepat, sejak pengajuan pinjaman sampai pencairan
[misalnya : 7 hari}
5
menilai sampai sejauh mana kredit tersebut diperlukan oleh calon peminjam dan
menilai kondisi serta kemampuan melunasi pinjamannya.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam mengevaluasi pinjaman adalah :
Melakukan interview pada calon peminjam.
Melaksanakan penelitian.
Melakukan peninjauan ketempat usaha .
■). Secara lengkap tujuan interview / Tanya jawab adalah untuk :
Mengetahui sejauh mana calon peminjam menguasai kegiatan usahanya .
Meneliti kemvali kebenaran data / informasi yang disampaikan oleh calon
peminjam [ sebagaimana yang diuraikan dalam formulir permohonan pinjaman ]
Mengenal kebih dekat tentang : pribadi , sifat, serta watak dari calon
peminjam.
Mengetahui hal-hal lain dari calon peminjam seperti latar belakang
kehidupan, pendidikan dan pengalaman usaha.
Hal – hal negatip yang diperkirakan akan menyebabkan kemacetan dalam
pengembalian pinjaman , antara lain :
Diragukan kemampuan menjalankan usahanya.
Memiliki tunggakan yang cukup besar pada pihak lain.
Dikuatirkan adanya penyalah gunaan kredit.
Terlibat dalam sengketa ./ perkara.
Memperdagangkan barang – barang terlarang.
■). Peninjauan lapangan [ ke tempat usaha ].
Hal ini dilakukan apabila sifat , jenis usaha calon peminjam ini benar – benar
memerlukan untuk ditinjau guna melihat sampai sejauh mana perkembangannya.
Dalam peninjauan secara langsung dilapangan ini, hal- hal yang perlu
diperhatikan antara lain :
1]. Kedudukan / Tempat pendirian Usaha .
- Legalitas kepemilikan, Per izinan, Faktor keamaman
2]. Kondisi Usaha.
- Tingkat kelancaran usaha, Pangsa Pasar,
3]. Fasiitas pendukung.
- Sumber Daya yang dimiliki [ tenaga Kerja, Sumber Air ]
4]. Penilaian terhadap barang barang jaminan yang tercantum dalam surat
pernyataan dari calon peminjam
- Surat Bukti Kepemilikan. dari barang yang dijaminkan.
- Keberadaan barang barang yang dijaminkan.
- Kondisi barang barang yang dijadikan jaminan.
Selajutnya evaluasi / analisa terhadap pinjaman dapat dilakukan dengan kajian 5 C
, antara lain sebagai berikut :
6
a). Character ( Watak ).
Adalah sifat / watak dan kejujuran dari pemohon pinjaman, apakah pemohon pinjaman
dapat dijamin mempunyai itikad baik untuk melunasi pinjaman atau tidak. Tujuannya
adalah memberikan keyakinan kepada KSP/USP bahwa sifat/watak dari orang-orang
yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari
latar belakang calon peminjam, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun
yang bersifat pribadi, seperti : cara hidup/ gaya hidup yang dianutnya, keadaan
keluarga, hobi dan sosial standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai
”kemauan” calon peminjam membayar kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik
akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara. Oleh karena itu
pengelola USP harus dapat mengamati / menganalisa kehidupan pribadi pemohon
pinjaman. Sedangkan hal – hal yang negatif dari charakter calon peminjam yang dapat
menghambat kelancaran pelunasan pinjaman diantaranya ialah : apakah ia suka judi,
royal, kehidupan pribadi, pernah tersangkut perkara pidana / perdata, pernah
menunggak atau mempunyai istri lebih dari satu dan sebagainya.
b). Capasty / Capability ( Kemampuan ).
Hal ini untuk melihat kemampuan calon peminjam dalam membayar kredit yang
dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari
laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan
kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang, semakin
besar kemampuannya untuk membayar kredit. Sehingga di harapkan usaha pemohon
dapat berjalan dengan baik, mendapatkan laba sebagai jaminan dalam pengembalian
pinjamannya.
c). Capital ( Modal ).
Pemohon diharapkan memiliki modal sendiri (kekayaan bersih), sebagai modal awal
usahanya. Dalam dunia perbankan biasanya lembaga ini tidak akan bersedia untuk
membiayai suatu usaha 100% artinya setiap calon peminjam yang mengajukan
permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal
sendiri. Dengan kata lain capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber
pembiayaan yang dimiliki anggota terhadap usaha yang akan dibiayai oleh KSP,
sedangkan pinjaman berfungsi sebagai modal tambahan.
Dengan adanya kewajiban ini diharapkan, rasa memiliki, rasa tanggung jawab ada
terhadap usahanya.
d). Collateral ( Jaminan )
Merupakan jaminan yang diberikan calon peminjam baik yang bersifat fisik maupun
non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga
harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi sesuatu masalah, jaminan yang
dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai
pelindung KSP/USP dari resiko kerugian. Dengan kata lain, sejauh mana jaminan
tersebut dapat diperhitungkan nilai jualnya.
7
Sehingga, Jaminan ini bisa berarti pula kekayaan yang dapat diikat sebagai guna
kepastian pengembaliannya sesuai dengan jangka waktu jika peminjam tidak melewati
pinjamannya.
e). Condition of Economy ( Kondisi Ekonomi ).
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di
masa yang akan datangsesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi perekonomian
yang kurang stabil, sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan,
terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek
usaha tersebut di masa yang akan datang. Yang perlu dianalisis adalah kondisi
ekonomi saat ini (realisasi) pinjaman sampai dengan jatuh tempo pinjaman
Sementara itu, penilaian dengan menggunakan rumus 7 P kredit adalah sebagai
berikut :
1. Personality
Yaitu menilai calon peminjam segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari
maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan
tindakan lain dalam menghadapi suatu masalah. Personality hampir sama dengan
character dari 5C
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan calon peminjam kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya sehingga kreditur
dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang
berbeda pula. Kredit untuk pengusaha lemah sangat berbeda dengan kredir untuk
pengusaha yang kuat modalnya, baik dari segi jumlah, bunga dan persyaratan lainnya.
3. Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan calon peminjam dalam mengambil kredit, termasuk
jenis kredit yang diinginkan. Tujuan pengambilan kredit bisa bermacam-macam apakah
untuk tujuan konsumtif, produktif atau perdagangan.
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha calon peminjam di masa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya. Hal ini penting mengungat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa
mempunyai prospek, bukan hanya KSP/USP yang rugi, tetapi juga peminjam.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara calon peminjam mengembalikan kredit yang telah
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang
diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan peminjam, akan semakin baik
sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan calon peminjam dalam mencari laba.
8
7. Protection
Rangkaian dari kegiatan mengevaluasi pemohon pinjaman merupakan proses
terakhir sebelum keputusan atas permohonan pinjaman ini ditetapkan
1 ). Keputusan Pinjaman.
Setiap permohonan pinjaman diputuskan oleh manajer SP dari Koperasi yang
memperoleh delegasi /. Wewnang dari Pengurus Koperasi. Keputusan pinjaman
berdasarkan evaluasi / analisa pinjaman dan saran dari bagian analisa .
Manajer Simpan Pinjam didalam mengambil keputusan mempergunakan bahan
pertimbangan sebagai berikut :
Hasil dari evaluasi terhadap permohonan pinjaman, yang dilakukan oleh bagian
analisa.
Informasi lain yang diperoleh dari sumber lain sepanjang menyangkut calon
peminjam.
Ketentuan – ketentuan yang dinyatakan pada lembaran evaluasi adalah seperti
berikut :
Jumlah pinjaman yang disetujui.
Jangka waktu pinjaman.
Penggunaan pinjaman.
Besarnya jasa / bunga pinjaman.
Tanggal jatuh tempo dan Janinan pinjaman.
Pada setiap keputusan yang diambil harus ada tanda tangan Manajer Siumpan
Pinjam Koperasi.
9
- Peminjam harus menandatangani kwitansi dalam rangkap 2 [dua] sebagai tanda
terima uang pinjaman tersebut. Kwitansi Asli tanda terima uang pinjaman disimpan
Kasir dan copynya bagi peminjam.
- Pinjaman ini diberikan secara tunai [ cash] pada anggota peminjam dan tidak
dibenarkan dalam bentuk lain.
- Bilamana memungkinkan [ untuk pinjaman dalam jumlah besar ] bisa diusahakan
pencairan secara bertahap. Pencairan berikutnya dengan memperhatikan realisasi
penggunaan dari pencairan sebelumnya. Bila penggunaan pinjaman tahap pertama
sesuai dengan rencana / tujuan maka akan segera dilanjutkan dengan pencairan
tahap berikutnya. Tetapi bila terjadi penyimpangan perlu dilakukan pembenahan
lebih dahulu sampai ada penyelesaian sebgaimana yang seharusnya.
10
- Pembelian - pembelian lain.
- Angsuran Pinjaman.
- Pembayaran Sewa.
- Pengeluaran Investasi lainnya, dll.
Likuiditas
Sebagaimana bentuk usaha lainnya, KSP/USP merupakan salah satu lembaga keuangan
yang dalam operasionalnya mengelola uang. Tentunya persoalan likuiditas bagi KSP/USP
merupakan persoalan yang amat penting, yang dalam hal ini berkaitan erat dengan kepercayaan
anggota dan pihak ketiga/kreditur.
Mengingat sangat pentingnya likuiditas, pengelola KSP/USP harus selalu mengamati dan
mengikuti dalam usaha peredaran keuangan agar posisi likuiditas selalu terjaga dalam setiap
harinya.
Kemungkinan terjadi keteledoran KSP/USP dalam menjaga posisi likuiditas atau sengaja
membiarkan posisi likuiditas berada di bawah ketentuan minimum, maka akan dengan sendirinya
nanti akan menyulitkan operasional KSP/USP tersebut. Bahkan dalam kehidupan KSP/USP selalu
timbul pertentangan kepentingan antara likuiditas atau profitabilitas.
Maksudnya bila ingin mempertahankan likuiditas dengan memperbesar posisi kas, maka
KSP/USP tidak akan memanfaatkan seluruh dana yang tersedia karena sebagian akan
dimanfaatkan dalam bentuk caangan tunai.
Ini berarti akan mengurangi perolehan keuntungan atau SHU bagi KSP/USP yang
bersangkutan. Sebaliknya bila ingin mempertinggi rentibilitas, maka sebagian cadangan kas yang
tersedia akan digunakan untuk perputaran keuangan, sehingga posisi kas minimum aka turun
dibawah ketentuan yang ditetapkan.
Penetapan Likuiditas Minimum dimaksud, dipergunakan utuk memenuhi kewajiban
KSP/USP terhadap anggota maupun pihak ketiga yang muncul setiap saat atau sewaktu-waktu.
Berbeda dengan lembaga keuangan lainnya/perbankan, KSP/USP dalam menetapkan tingkat
likuiditas minimum berpedoman dengan cara membandingkan antara : pinjaman yang diberikan
dengan keseluruhan dana yang diterima atau dihimpun [ modal sendiri, modal pinjaman, modal
penyisihan, tabungan dan simpanan berjangka].
Hasil dari perbandingan antara pinjaman yang diberikan dengan keseluruhan dana yang
diterima sebagaimana tersebut di atas, sebaiknya tidak melebihi 90 %.
11
Contoh :
a. Pinjaman diberikan sejumlah Rp. 89.500.000;
b. Dana yang diterima
modal sendiri Rp. 33.000.000,00
modal pinjaman Rp 50.000.000,00
modal Penyertaan Rp 5.000.000,00
tabungan koperasi Rp 4.500.000,00
simpanan berjangka Rp 7.500.000,00
JUMLAH Rp 100.000.000,00
Perhitungan :
Pinjaman diberikan X 100% =
Dana yg diterima
Karena hasil perbandingan tersebut kurang dari 90%, maka kondisi kas minimum yang
tersedia menunjukkan baik. Dalam arti KSP/USP akan mampu memenuhi / membayar kewajiban
atau hutangnya kepada anggota maupun kepada pihak ketiga sewaktu waktu ditagih.
Adapun dalam prakteknya adalah ditentukan oleh kondisi daerah masing masing
dimana KSP / USP tersebut berdiri .
12
Dari uraian tersebut , maka cost of fund yang efektif atas dana yang diterima
KSP/USP adalah seperti berikut :
11 % 11 % 11 %
COF = = = = 12,22 %
100%-10% 90 % 0,90
b. Overhead Cost .
Adalah biaya biaya tetap yang jumlahnya tidak ditentukan oleh jumlah dan
jenis dana yang dihimpun , antara lain yaitu :
- Biaya karyawan / gaji tenaga kerja .
- Biaya penyusutan .
- Biaya Listrik , air bersih , tilpun dan lain - lain.
c. Biaya Resiko : yaitu perkiraan besarnya piutang ragu – ragu terhadap jumlah dana
yang telah dipinjamkan. Semakin rendah tingkat kolektibilitasnya , maka akan
semakin tinggi taksiran terhadap kemungkinan timbulnya piutang ragu – ragu .
13
2). Sistem Sliding Rate / bunga menurun , yaitu perhitungan bunga pinjaman yang
dihitung berdasarkan sisa pokok pinjaman .
RUMUS :
=======================================================
Bunga / Bulan [Rp] = Tk. Bunga / bulan x Sisa pokok pinjaman
=======================================================
Contoh :
Kepada seorang anggota diberikan pinjman sebesar Rp 2,000.000. Dengan
ketentuan bunga / jasa sebesar 2 % / bulan menurun / dari sisa pokok pinjaman.
Jangka waktu pelunasan selama 5 Bulan [ 5 x Angsuran ].
14
R U M U S PERHITUNGAN BUNGA PINJAMAN :
============================================
1 . Cost Of Loanable Fund [ COLF ] = x %
2. Overhead Cost [ OHC ] = x %
3. Cost Of Money [ COM ] = x %
4. Risk = x %
5. Break Even Point [ BEP ] = x %
6. Spread / Mark Up = x %
7. Base Lending Rate [ BLR ] = x %
Keterangan :
- Cost Of Loanable Fund ( C O L F ) = yaitu biaya yang harus Dikeluarkan oleh
KSP / USP atas dana yang dihimpun , seperti tabungan dan simpanan serta
pinjaman yang diterima / modal tidak tetap.
- Overhead Cost ( O H C ) = yaitu biaya – biaya tetap yang timbul dan jumlahnya
tidak ditentukan oleh jumlah dan jenis dana yang dihimpun, misalnya : Biaya gaji
karyawan , biaya listrik , biaya tilpun , biaya air bersih, biaya penyusutan inventaris ,
dan lain lain .
- Risk = yaitu perbandingan besarnya piutang ragu ragu terhadap jumlah rata – rata
dana yang dipinjamkan. Semakin rendah tingkat kolektibilitasnya , maka akan
semakin tinggi taksiran terhadap kemungkinan timbulnya piutang ragu – ragu, dan
sebaliknya jika tingkat kolektibilitasnya tinggi , maka akan semakin rendah taksiran
terhadap kemungkinan timbulnya piutang ragu – ragu .
- Spread = , yaitu merupakan sejumlah prosentase tertentu sebagai profit / keuntungan
yang diharapkan dari pinjaman yang diberikan.
- Base Lending Rate = Tk bunga / jasa yang dibebankan kepada anggota.
15
_ Tepat sasaran.
_ Tepat penggunaannya.
_ Tepat pengembalian.
Besarnya plafon pinjaman produktif lebih didasarkan pada kelayakan
usaha calon peminjam.
1.3. Penetapan Plafon Pinjaman Konsumtif
Besarnya plafon pinjaman konsumtif dapat ditetapkan sebesar 3 kali nilai simpanan dan
atau cicilan kredit per periode (bulan), tidak lebih dari 30% penghasilan calon peminjam.
1.4. Penetapan Plafon Pinjaman Produktif dengan Agunan
Besarnya nilai maksimal pinjaman produktif yang menggunakan agunan yang dapat
ditetapkan adalah 75 % dari nilai agunan.
2. Jangka Waktu
Dalam arti lamanya masa pemberian kredit mulai dari pertama kali diberikan sampai masa
pelunasannya jenis kredit ini adalah sebagai berikut :
a. Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu
tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai tiga tahun. Kredit jenis ini dapat
diberikan untuk modal kerja. Beberapa Bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi
kredit jangka panjang.
c. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas tiga tahun atau
lima tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti
perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk juga kredit konsumtif seperti
kredit perumahan.
16
3. Bukukan angsuran tersebut ke dalam buku angsuran dan kartu angsuran;
4. Bandingkan ke-2 saldo pada kartu dan buku angsuran tersebut, jika terjadi perbedaan
lakukan rekonsiliasi terlebih dahulu untuk menyesuaian saldo, jika cocok paraf slip
setoran, dan;
5. Kembalikan slip setoran kepada kasir, dan buku angsuran kepada anggota;
6. Simpan kembali kartu pinjaman urut nomor rekening;
4) Staf Pembukuan
1. Terima RKH dan slip setoran (d.h.i. slip setoran untuk angsuran);
2. Bukukan transaksi ke dalam buku jurnal penerimaan kas sesuai jenis transaksinya;
3. File slip setoran urut tanggal;
17
4. Serahkan Buku Angsuran dan Slip Penarikan (kuitansi) kepada Kasir untuk
pembayaran;
3) Kasir:
1. Terima slip penarikan (kuitansi) dan buku angsuran yang telah disetujui Manajer;
2. Siapkan jumlah uang sebesar slip/kuitansi dan lakukan pembayaran;
3. Mintakan tanda tangan anggota di balik slip penarikan (kuitansi) sebagai bukti
pembayaran;
4. Serahkan buku angsuran kepada staf administrasi pinjaman;
5. Catat pengeluaran tersebut ke dalam buku mutasi harian kas;
6. Akhir hari buat daftar rekapitulasi kas harian (RKH);
7. Serahkan RKH dan slip penarikan kepada staf pembukuan.
4) Staf Pembukuan
1. Terima RKH dan slip penarikan (kuitansi);
2. Bukukan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas.
3. File slip penarikan urut tanggal.
DAFTAR PUSTAKA.
a. Undang Undang NO. 25. Tahun 1992 Tentang Perkoperasin, Departemen
Koperasi PPK Biro Hukum dan Organisasi, Jakarta.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam oleh Koperasi, Departemen Koperasi dan PPK Ditjen Koperasi
Perkotaan, Jakarta
c. Keputusan Menteri Koperasi , PK dan M NO. 351 / KEP / M / XII / 1998 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Departemen
Koperasi PK dan M Ditjen Fasilitas Pembiayaan dan Simpan Pinjam.
d. Keputusan Menteri Koperasi, PK dan M NO. 194 / KEP / M / IX / 1998 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peniaian Kesehatan KSP / USP. Departemen Koperasi PK
dan M. Ditjen Fasilitasi Pembiayaan dan Simpan Pinjam, Jakarta
e. Keputusan Menteri Koperasi, PK dan M NO. 194 / KEP / M / I / 1999. tanggal 11
Januari 1999, Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian Simpan pinjam. Depatemen
Koperasi PK dan M Ditjen Fasilitasi Pembiayaan dan Simpan Pinjam, Jakarta.
f. Keputusan Menteri Koperasi dan UKM NO. 96/ KEP/ M / KUKM /XII/ 2004 Tentang
Pedoman Standart Operasional Manajemen K S P dan U S P Koperasi.
g. Manajemen Usaha Simpan Pinjam Vol 1 dan 2 [ Serial Buku Pintar ], Kementerian
Koperasi dan U K M Deputi Bidang Pengembangan SDM , 2003.
h. Manajemen Perbankan, Kasmir, SE. MM. Rajagrafindo Persada, PT. Edisi Revisi, Jakarta,
2008.
18