You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR

DISUSUN OLEH:

ANDI INDRA PRANATA


16.11.4066.E.A.0003

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI SAMARINDA


TAHUN AJARAN
2018/2019

I. DEFENISI
Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh
trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi
tulang / osteoporosis.

II. FISIOLOGI / ANATOMI


Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan
acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan
kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua
kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh
kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan
hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut
usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah
dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari
leher femur.

III. KLASIFIKASI
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi,
panggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur)
 Hanya di bawah kepala femur
 Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
 Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang
lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
 Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih
dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

IV. PATHWAY
V. PATOFISIOLOGI
A. PENYEBAB FRAKTUR ADALAH TRAUMA
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau
tanpa trauma berupa
yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
 Osteoporosis Imperfekta
 Osteoporosis
 Penyakit metabolik

TRAUMA

Dibagi menjadi dua, yaitu :


 Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita
terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor
langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
 Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur
berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

TANDA DAN GEJALA


 Nyeri hebat di tempat fraktur
 Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
 Rotasi luar dari kaki lebih pendek
 Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah,
bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

PENATALAKSANAAN MEDIK
 X.Ray
 Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
 Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
 CCT kalau banyak kerusakan otot.

TRAKSI

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah


dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
1. Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya:
otot. Traksi kulit terbatas
untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai
fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.

2. Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat
metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.

KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI


Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya
:
 Mengurangi nyeri akibat spasme otot
 Memperbaiki dan mencegah deformitas
 Immobilisasi
 Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).
 Mengencangkan pada perlekatannya.

MACAM - MACAM TRAKSI


1. Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk
mengikat puncak iliaka.
2. Traksi Ekstension (Buck’s Extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua
kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang
singkat atau untuk mengurangi spasme otot
3. Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan
spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.
4. Traksi Russell’s
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga
digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit
untuk skeletal yang biasa digunakan.
Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki
dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau
fibula
5. Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor
dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang
dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson
attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai
tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha
dapat dilatih secara aktif.

PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat Perjalanan penyakit
 Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
 Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma
 Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
 Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
 Kehilangan fungsi
 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
b. Riwayat pengobatan sebelumnya
Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid
dalam jangka waktu lama
 Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama
pada wanita
 Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
 Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir

c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan


 Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan
gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum
dipindahkan
 Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema

2. Pemeriksaan fisik
a. Mengidentifikasi tipe fraktur
b. Inspeksi daerah mana yang terkena
 Deformitas yang nampak jelas
 Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
 Laserasi
 Perubahan warna kulit
 Kehilangan fungsi daerah yang cidera
c. Palpasi
 Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
 Krepitasi
 Nadi, dingin
 Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO INTERVENSI RASIONALISASI
KEPERAWATAN
1. Resiko terjadinya a) Observasi tanda-a) Untuk mengetahui tanda-tanda
syok s/d perdarahan tanda vital. syok se- dini mungkin
yg banyak b) Mengkaji b) Untuk menentukan tindak an
sumber, lokasi, c) Untuk mengurangi per
dan banyak- nya darahan dan men- cegah
per darahan kekurangan darah ke otak.
c) Memberikan d) Untuk mencegah ke- kurangan
posisi supinasi cairan(mengganti cairan yang
d) Memberikan hilang)
banyak cairan e) Pemberian cairan per-infus.
(minum) f) Membantu proses pem-bekuan
darah dan untuk
KOLABORASI: menghentikan perda-rahan.
a) Pemberian g) Untuk mengetahui ka-dar Hb,
cairan per infuse Ht apakah perlu transfusi atau
b) Pemberian obat tidak.
koa-gulan sia
(vit.K, Adona)
dan peng-
hentian
perdarahan dgn
fiksasi.
c) Pemeriksaan
laborato- rium
(Hb, Ht)

2. Gangguan rasa INDEPENDEN: a) Untuk mengetahui tingkat


nyaman: a) Mengkaji rasa nyeri sehingga dapat
Nyeri s/d perubahan karakteris- tik me- nentukan jenis tindak
fragmen tulang, luka nyeri : lokasi, annya.
pada jaringan lunak, durasi, intensitas b) Mencegah pergeser- an
pemasangan back nyeri dengan tulang dan pe- nekanan pada
slab, stress, dan meng- gunakan jaring- an yang luka.
cemas skala nyeri (0- c) Peningkatan vena return,
10) menurunkan edem, dan me-
b) Mempertahanka ngurangi nyeri.
n im- mobilisasi d) Untuk mempersiap- kan
(back slab) mental serta agar pasien
c) Berikan berpartisipasi pada setiap
sokongan tindakan yang akan
(support) pada dilakukan.
ektremitas yang e) Mengurangi rasa nyeri
luka.
d) Menjelaskan
seluruh prosedur
di atas

KOLABORASI:
a) Pemberian
obat-obatan
analgesik

3. Potensial infeksi se- a) Kaji keadaana) Untuk mengetahui tanda-tanda


hubungan dengan luka (kontinuitas infeksi.
luka terbuka. dari kulit) b) Meminimalkan terjadinya
terhadap ada- kontaminasi.
nya: edema, c) Mencegah kontami- nasi dan
rubor, kalor, kemungkin- an infeksi silang.
dolor, fungsi d) Merupakan indikasi adanya
laesa. osteomilitis.
b) Anjurkan e) Lekosit yang me- ningkat
pasien untuk artinya sudah terjadi proses
tidak memegang infeksi
bagian yang f) Untuk mencegah ke- lanjutan
luka. terjadinya infeksi. dan
c) Merawat pencegah an tetanus.
luka dengan g) Mempercepat proses
menggunakan penyembuhan luka dan dan
tehnik aseptic penyegahan peningkatan
d) Mewaspadai infeksi.
adanya keluhan
nyeri men-
dadak,
keterbatasan
gerak, edema
lokal, eritema
pada daerah
luka.

KOLABORASI
a) Pemeriksaan
darah : leokosit
b) Pemberian
obat-obatan
:antibiotika dan
TT (Toksoid
Tetanus)
c) Persiapan
untuk operasi
sesuai indikasi
4. Gangguan aktivitas a) Kaji tingkat im- a) Pasien akan mem- batasi
sehubungan dengan mobilisasi yang gerak karena salah persepsi
kerusakan disebabkan oleh (persepsi tidak pro- posional)
neuromuskuler edema dan b) Memberikan ke- sempatan
skeletal, nyeri, persepsi pasien untuk me- ngeluarkan energi,
immobilisasi. tentang memusatkan per- hatian,
immobilisasi ter- meningkatkan perasaan
sebut. mengontrol diri pasien dan
b) Mendorong membantu dalam mengurangi
parti- sipasi isolasi sosial.
dalam aktivitas c) Meningkatkan aliran darah ke
rekreasi otot dan tulang untuk me-
(menonton TV, ningkatkan tonus otot,
membaca kora, mempertahankan mobilitas
dll ). sendi, men- cegah kontraktur /
c) Menganjurkan atropi dan reapsorbsi Ca yang
pasien untuk tidak digunakan
melakukan d) Meningkatkan ke- kuatan dan
latihan pasif dan sirkulasi otot, meningkatkan
aktif pada yang pasien dalam me- ngontrol
cedera maupun situasi, me- ningkatkan
yang tidak. kemauan pasien untuk
d) Membantu sembuh.
pasien dalam e) Bedrest, penggunaan
perawatan diri analgetika dan pe- rubahan
e) Auskultasi diit dapat menyebabkan
bising usus, penurunan peristaltik usus dan
monitor kebiasa konstipasi.
an eliminasi dan f) Mempercepat proses
menganjurkan penyembuhan, mencegah
agar b.a.b. penurunan BB, karena pada
teratur immobilisasi biasanya terjadi
f) Memberikan diit penurunan BB (20 - 30 lb).
tinggi protein , Catatan : Untuk sudah dilakukan
vitamin , dan traksi.
mi- neral.

KOLABORASI :
a) Konsul dengan
bagi- an Untuk menentukan program
fisioterapi latihan.
5. Kurangnya a) Menjelaskan a) Pasien mengetahui kondisi
pengetahuan tentang tentang kelainan saat ini dan hari depan
kondisi, prognosa, yang muncul sehingga pasien dapat
dan pengo- batan prognosa, dan menentu kan pilihan.
sehubungan dengan harap- an yang b) Sebagian besar fraktur
kesalahan dalam pe- akan datang. memerlukan penopang dan
nafsiran, tidak b) Memberikan fiksasi selama proses pe-
familier dengan dukung an cara- nyembuhan sehingga
sumber in- formasi. cara mobili- sasi keterlambatan pe- nyembuhan
dan ambulasi disebab- kan oleh penggunaan
sebagaimana alat bantu yang kurang tepat
yang dianjurkan c) Mengorganisasikan kegiatan
oleh bagi- an yang diperlu kan dan siapa
fisioterapi. yang perlu menolongnya.
c) Memilah-milah (apakah fisioterapi, perawat
aktif- itas yang atau ke- luarga).
bisa mandiri dan d) Membantu meng- fasilitaskan
yang harus perawa- tan mandiri memberi
dibantu. support untuk man- diri.
d) Mengidentifikas e) Penyembuhan fraktur tulang
i pe- layanan kemungkinan lama (kurang
umum yang lebih 1 tahun) sehingga perlu
tersedia seperti disiapkan untuk perencanaan
team perawatan lanjutan dan pasien
rehabilitasi, koopratif.
perawat
keluarga (home
care)
e) Mendiskusikan
tentang
perawatan
lanjutan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2
nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A


Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

You might also like