You are on page 1of 11

e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling

Volume: 2 No 1, Tahun 2014

PENERAPAN KONSELING GESTALT DENGAN TEKNIK


REFRAMING UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN DIRI DALAM
BELAJAR SISWA KELAS VIII A1 SMP NEGERI 4 SINGARAJA
TAHUN AJARAN 2013/2014

I Nyoman Oka Mudana1, I Ketut Dharsana2, Kadek Suranata3


123
Jurusan Bimbingan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail:
{okamudana.san@gmail.com;profdharsana@yahoo.co.id;sura@konselor.org}@undi
ksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui beberapa hal yaitu yang pertama


bagaimana deskripsi hasil pengamatan awal kondisi kesadaran diri dalam belajar
siswa kelas VIII A1 SMP Negeri 4 Singaraja. Kedua, apakah terjadi peningkatan
kesadaran diri dalam belajar siswa kelas VIII A1 SMP Negeri 4 Singaraja setelah
diberi konseling gestalt dengan teknik reframing pada siklus I. Dan yang ketiga
apakah terjadi peningkatan kesadaran diri dalam belajar siswa kelas VIII A1 SMP
Negeri 4 Singaraja setelah diberi konseling gestalt dengan teknik reframing pada
siklus II. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang
dilakukan dalam dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian
berjumlah 28 orang siswa, yang terdiri dari 19 siswa perempuan dan 9 orang siswa
laki-laki. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
salah satu teknik non probability sampling yaitu teknik purposive sampling. Dalam
mengumpulkan data, digunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner
kesadaran diri dalam belajar, observasi, wawancara, dan buku harian. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran diri dalam belajar pada
siswa dari skor data awal dengan rata-rata 58,93% (kesadaran diri dalam belajar
rendah) menjadi 81,73% (kesadaran diri dalam belajar tinggi) pada siklus I, dan
peningkatan dari 81,73% (kesadaran diri dalam belajar tinggi) menjadi 88,33%
(kesadaran diri dalam belajar tinggi) pada siklus II. Berdasarkan pada hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa penerapan konseling gestalt dengan teknik reframing
dapat meningkatkan kesadaran diri dalam belajar siswa kelas VIII A1 SMP Negeri 4
Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014
Kata-kata kunci : konseling gestalt, reframing, kesadaran diri dalam belajar

Abstract

This study aimed to several things: first, how description supervision early data
condition selft-awareness in learn students of class VIII A1 SMP 4 Singaraja.
Second, whether showed an increased selft-awareness in learn students of class
VIII A1 SMP Negeri 4 Singaraja after application gestalt counseling with reframing
technique in the first cycle. And Third, whether showed an increased selft-awareness
in learn students of class VIII A1 SMP Negeri 4 Singaraja after application gestalt
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

counseling with reframing technique in the second cycle. This study is an action
research in Guidance and Counseling (action research in guidance and
counseling)Action research in guidance and counseling is done in two cycles, with
the beginning of the study subjects were 28 students with 19 girls and 9 boys. To be
able to generate the data used is the main method of self-awareness questionnaire
in the study and complementary methods. The main method of the questionnaire
itself has been tested validity and reliability. The results of this study showed an
increased awareness of self in student learning at the beginning of the data on
average 58,93% (low self-awareness in the study), then after execution until the first
cycle an average increase self-awareness in the students' learning to reach 81,73%
(self-awareness in learning high). Then at the end of the second cycle of self
awareness of students in the study increased to 88,33% (Category name awareness
in learn higher learning). Based on this, it can be concluded that the gestalt
counseling with reframing technique can increase self-awareness in learn students
of class VIII A1 SMP Negeri 4 Singaraja Academic Year 2013/2014

Keywords: Gestalt Counseling, Reframing, self-awareness in learn

PENDAHULUAN berupa surat ketika tidak hadir di sekolah,


Dari hasil pengamatan yang berusaha memperbaiki nilai yang belum
dilakukan, ada beberapa siswa yang mencapai KKM, serta berada di dalam
menunjukkan perilaku, mengerjakan tugas kelas saat jam belajar. Perilaku siswa ini
tidak bersungguh-sungguh, mengobrol di menunjukkan bahwa adanya kesadaran
kelas saat guru mengajar, tidak belajar dari seorang siswa.
mengumpulkan tugas tepat waktu, tidak Dalam Cambriage International
mengumpulkan tugas yang di berikan, Dictionary of English (dalam Sih 2008:7)
tidak mau tahu tentang nilai ulangan ada sejumlah definisi tentang kesadaran.
maupun nilai tugas yang jatuh, tanpa Pertama, kesadaran diartikan sebagai
keterangan tentang ketidakhadiran di kondisi terjaga atau mampu mengerti apa
sekolah, berada di luar kelas ketika jam yang sedang terjadi. Kedua, kesadaran
belajar, rebut pada saat tidak ada jam diartikan sebagai semua ide, perasaan,
belajar, tidak menggunakan waktu luang pendapat, dan sebagainya yang dimiliki
untuk belajar, serta berulang-ulangnya seseorang atau sekelompok orang. Danim
pelanggaran tata tertib yang dilakukan (2012:165) mendefinisikan kesadaran diri
oleh siswa. Perilaku-perilaku ini adalah pemahaman nyata atas
menunjukkan tidak adanya kesadaran diri keberadaan diri sendiri (explicit
dalam belajar yang dimiliki oleh siswa. understanding that one exist). Kemudian
Para dewan guru sudah melakukan dalam Wikipedia mengatakan bahwa
berbagai cara, mulai dari pemberian kesadaran diri dirumuskan merupakan
hukuman, perlakuan kredit point, sampai rekognisi dari kepribadian, kekuatan dan
pemanggilan kepada orang tua. Namun kelemahan, dan rasa suka atau tidak suka
masih tetap saja siswa mengulangi tentang diri sendiri (Danim, 2012:165).
kesalahan yang dilakukannya. Berdasarkan pengertian diatas, dapat
Namun ada pula beberapa siswa ditarik indikator dari kesadaran diri yaitu
melakukan hal-hal yang sebaliknya, mengerti tentang apa yang terjadi , semua
datang lebih awal ke sekolah, ide, perasaan, pendapat dan sebagainya,
mengerjakan tugas dengan bersungguh- dan pemahaman tentang diri sendiri,
sungguh, menjawab soal ulangan dengan pemahaman tentang kekuatan dan
bersungguh-sungguh, memperhatikan kelemahan, rasa suka atau tidak suka
guru ketika mengajar, konsentrasi tentang dirinya.
terhadap materi pelajaran yang diajarkan Goleman (2001:513) mengatakan
oleh guru, mengumpulkan tugas tepat bahwa kesadaran diri yaitu mengetahui
waktu, mengumpulkan tugas yang apa yang kita rasakan pada suatu saat,
diperintahkan guru, memberikan informasi dan menggunakannya untuk memandu
pengambilan keputusan diri sendiri, dengan kesadaran diri adalah suatu
memiliki tolak ukur yang realistis atas kondisi memahami secara menyeluruh
kemampuan diri dan kepercayaan diri tentang diri sendiri secara dengan setepat-
yang kuat. Orang yang memiliki tepatnya tentang apa yang sedang terjadi
kemampuan ini berarti dapat mengenali atau dialami oleh dirinya sendiri.
emosi dirinya. Orang ini mampu Kesadaran diri sangatlah penting,
mengenali perasaan sewaktu perasaan itu memahami diri bukan hanya salah satu
terjadi. Kemampuan untuk memantau syarat agar kita sukses, tetapi juga
perasaan dari waktu ke waktu merupakan merupakan syarat agar kita dapat bekerja
hal penting bagi wawasan psikologi dan bersama orang lain secara efektif. Sudah
pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk terbukti bahwa seorang pemimpin yang
mencermati perasaan yang sesungguhnya sukses adalah seorang yang menyadari
akan menyebabkan seseorang berada kekuatan dan kelemahan dirinya. Mereka
dalam kekuasaan perasaan. Orang yang mengoptimalkan kekuatan diri dan
memiliki keyakinan lebih tentang menggunakan kerjasama tim untuk
perasaannya adalah pilot yang andal bagi menutup kelemahan dirinya (BPKP,
kehidupannya karena mempunyai 2007:11).
kepekaan lebih tinggi akan perasaan yang BPKP (2007:12) mengemukakkan ada
sesungguhnya. Indikator dari kesadaran beberapa manfaat yang dapat diperoleh
diri tersebut yaitu mengetahui apa yang dengan adanya kesadaran diri, antara lain:
kita rasakan, mampu mengambil 1) Memahami diri kita dalam
keputusan sendiri, tolak ukur realistis, dan berhubungan dengan orang lain
kepercayaan diri yang kuat. 2) Mengembangkan dan
Achmanto Mendatu (dalam mengimplementasikan kemampuan
Wibowo dkk, 2012:148), kesadaran diri itu diri
adalah keadaan dimana kita bisa 3) Menetapkan pilihan hidup dan karir
memahami diri kita sendiri dengan yang akan dicapai
setepat-tepatnya. Disebut memiliki 4) Mengembangkan hubungan kerja
kesadaran diri jika mampu memahami dengan orang lain
emosi dan mood yang sedang dirasakan, 5) Memahami nilai diversity
kritis terhadap informasi mengenai diri 6) Menigkatkan produktivitas
sendiri, dan sadar tentang diri sendiri yang 7) Meningkatkan kemampuan peran
nyata. Pendek kata kesadaran diri berarti serta kita pada organisasi,
sadar mengenai pikiran perasaan dan lingkungan, dan keluarga
evaluasi diri yang ada dalam diri sendiri. Menurut Bars dan McGovern (dalam
Arief Rakhman (2011), kesadaran diri Solso, 2007:251) mengajukan sejumlah
merupakan kemampuan dalam diri untuk fungsi kesadaran, antara lain:
mengenal dan memilah-milah perasaan, 1) Fungsi konteks-setting (context
memahami apa yang sedang kita rasakan, setting), yakni fungsi dimana
dan mengetahui penyebab munculnya system-sistem bekerja untuk
perasaan. Berdasarkan pengertian dari mendefinisikan konteks dan
kesadaran diatas, dapat diambil indikator pengetahuan mengeai sebuah
dari kesadaran yaitu memahami diri stimuli yang datang ke dalam
dengan setepat-tepatnya, memahami memori. Fungsi ini berperan untuk
emosi dan mood yang dirasakan, kritis menjernihkan pemahaman
tentang informasi mengenai diri sendiri, mengenai stimulus yang
sadar akan diri sendiri menengenai bersangkutan
pikiran, perasaan dan evaluasi diri, 2) Fungsi adaptasi dan pembelajaran
mengenal dan memilah-milah perasaan, (adaptation and learning), yang
memahami apa yang dirasakan, dan mendalilkan bahwa keterlibatan
mengetahui penyebabnya. sadar diperlukan untuk menangani
Berdasarkan dari pengertian informasi dengan sukses
tentang kesadaran diri dari para ahli, maka 3) Fungsi prioritisasi (priotizing) dan
dapat ditarik kesimpulan yang dimaksud fungsi akses di mana kesadaran
diperluka untuk mengakses Murray, Teori Pemilihan Jabatan Holland,
besarnya jumlah informasi yang Teori Perkembangan Karir dan
tersedia di tingkat ketidaksadaran Perkembangan Hidup, Teori Pemilihan
4) Fungsi rekrutmen dan kontrol Jabatan atau Karir Anne Roe, Teori
(recruitment and control) di mana Perkembangan Karir oleh Ginzberg, dan
kesadaran memiliki system-sistem Teori Konseling Traits and Factors
motorik untuk menjalankan tindakan- (Dharsana, 2010). Berdasarkan teori-teori
tindakan sadar. tersebut, peneliti menggunakan Teori
5) Fungsi pengambilan keputusan Konseling Gestalt.
(decision-making) dan fungsi Teori Gestalt merupakan salah
eksekutuf, yang berperan membawa satu dalam teori konseling yang dipelopori
informasi dan sumber daya keluar oleh Frederick Perls. Namun pada
dari ketidaksadaran untuk perkembangannya, ada beberapa tokoh
membantu pengambilan keputusan ternama seperti Koffka, Kohler, dan
dan penerapan kendali. Wertheimer yang memberikan sumbangan
6) Fungsi deteksi dan penyuntingan mengenai Teori Gestalt. Terapi Gestalt
kekeliruan (error detection and merupakan bentuk terapi perpaduan
editing), yang berfokus pada antara eksistensial-humanistik dan
kesadaran yang memasuki system fenomenologi, sehingga memfokuskan diri
norma kita (yang berada di tataran pada pengalaman klien “here and now”
ketidaksadaran) sehingga kita (“kita” dan memadukannya dengan bagian-
yang sadar) dapat mengetahui saat bagian kepribadian yang terpecah di masa
kita membuat suatu kekeliruan lalu (Lumongga, 2011:159). Pendekatan
7) Fungsi monitor-diri (selft monitoring, ini mengajarkan pada konselor dan konseli
monitor-diri dalam bentuk refleksi metode fenomenologi, yaitu bagaimana
diri, percakapan internal, dan individu memahami, merasakan, dan
imagery, membantu kita bertindak serta membedakannya dengan
mengendalikan fungsi-fungsi sadar interprestasi terhadap suatu kejadian dan
dan fungsi-fungsi tidak-sadar dalam pengalaman masa lalu (Komalasari dan
diri kita Wahyuni, 2011:285). Corey (2003:118)
8) Fungsi pegorganisasian dan berpendapat bahwa teori gestalt adalah
fleksibilitas (organization and bentuk terapi eksistensial yang berpijak
flexibility), fungsi ini memungkinkan pada premis bahwa individu-individu harus
kita mengandalkan fungsi-fungsi menemukan jalan hidupnya sendiri dan
otomatis dalam situasi-situasi yang menerima tanggung jawab pribadi jika
telah dapat diprediksi, namun mereka berharap mencapai kematangan.
sekaligus memungkinkan kita Gestalt memandang manusia
memasuki sumber-sumber daya secara postif yang memiliki kemampuan
pengetahuan yang terspesialisasi untuk memikul tanggung jawab pribadi
dalam situasi-situasi tidak terduga. dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi
Terdapat dua puluh dua teori yang terpadu. Adapun yang menjadi
konseling, yaitu teori Teori Konseling penekanan terhadap perluasan
Psikoanalitik, Teori Konseling Self Adler, kesadaran, penerimaan tanggung jawab
Teori Konseling Kelompok Psikodinamika pribadi, dan kesatuan pribadi (Lumongga,
dalam teori asumsi, Teori Konseling Yang 2011:160). Manusia adalah individu yang
Berpusat Pada Pribadi, Teori Koseling dapat mengatasi sendiri permasalahannya
Gestalt, Teori Konseling Analisis dalam hidup, terutama bila mereka
Traksaksional, Teory Reality Counselling, menggunakan kesadaran akan
Teori Motivasi Manusia, Logo Konseling, pengalaman yang sedang dialami dan
Konseling Kognitif, Konseling Tingkah dunia sekitarnya (Komalasari dan
Laku, Teori Konseling Behavioral, Teori Wahyuni, 2011:289). Corey (2010:118)
Konseling Kognitif Sosial, Teori Rasional juga berpendapat bahwa dalam terapi
Emotive Behavioral Counseling, Teori Gestalt, berfokus pada pemulihan
Konsepsi, Teori Eklecticism, Personologi kesadaran serta pada pemaduan
polaritas-polaritas dan dikotomi-dikotomi masa sekarang yang penting. Hal ini
dalam diri. Terapi diarahkan bukan pada karena pendekatan Gestalt mengapresiasi
analisis, melainkan pada integrasi yang pengalaman masa kini (Corey dalam
berjalan selangkah demi selangkah dalam Komalasari dan Wahyuni, 2011:294).
terapi sampai klien menjadi cukup kuat Menurut terapi Gestalt, kebanyakan orang
untuk menunjang pertumbuhan pribadinya kehilangan kekuatan masa sekarangnya.
sendiri. Alih-alih menghargai masa sekarang,
Timbulnya perilaku bermasalah individu menginvestasikan energinya
pada individu menurut pandangan Gestalt untuk mengeluh tentang kesalahan masa
adalah ketidakmampuannya individu lalu dan bergulat pada resolusi dan
mengatasi masalahnya sehingga rencana masa depan yang tidak ada
cenderung melakukan penghindaran tujuannya. Oleh karena itu, kekuatan
(Lumongga, 2011:161). Masalah-masalah individu untuk melihat masa sekarang
yang muncul dalam perkembangannya, menjadi berkurang bahkan hilang (Corey
individu membentuk berbagai cara dalam Komalasari dan Wahyuni,
menghindari masalah dan karenanya, 2011:294).
menemui jalan buntu dalam pertumbuhan F. Perls berpendapat bahwa
pribadinya (Corey, 2010:118). Terapi kecemasan yang dialami individu karena
menyajikan intervensi dan tantangan yang ada jarak antara kenyataan masa
diperlukan, yang biasa membantu individu sekarang, harapan masa yang akan
memperoleh pengetahuan dan kesadaran datang, serta menjadi terlalu terpaku pada
sambil melangkah menuju pemanduan masa depan. Corey (2010:119)
dan pertumbuhan. Dengan mengakui dan berpendapat bahwa dalam memikirkan
mengalami penghambat-penghambat masa depan, mereka boleh jadi
pertumbuhannya, maka kesadaran mengalami “tahap menakutkan”, yakni
individu atas penghambat-penghambat itu mereka dirasuki oleh “pengharapan-
akan meningkat sehingga dia kemudian pengharapan katastrofik atas berbagai hal
bisa mengumpulkan kekuatan guna buruk yang akan terjadi atau oleh
mencapai keberadaan yang lebih otentik pengharapan-pengharapan anastrofil
dan vital (Corey, 2010:118). Ini berarti mengenai berbagai hal yang menakjubkan
bantuan dalam konseling diberikan yang akan timbul. Corey (dalam
bertujuan untuk adanya kesadaran penuh Komalasari dan Wahyuni, 2011:294)
mengenai hambatan-hambatan yang berpendapat, kecemasan yang dialami
ditemui serta mampu untuk memikul individu diakibatkan oleh harapan
tanggung jawab untuk menyelesaiakan katastropatik (catastrophic expectation),
permasalahnya tersebut. yaitu kecemasan akan kejadian-kejadian
Salah satu sumbangan penting buruk dan tidak menyenangkan yang akan
dalam terapi Gestalt adalah penekanan terjadi di masa yang akan datang dan
saat sekarang (here and now). Bagi Perls, harapan anstropik (anastrophic
tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. expectation) yaitu, harapan-harapan yang
Karena masa lampau telah pergi dan berlebihan bahwa hal-hal yang baik dan
masa depan belum datang, maka saat menyenangkan yang akan terjadi di masa
sekaranglah yang penting (Corey, depan. Misalnya, ketika seorang
2010:118). Berfokus terhadap masa perempuan memulai menjalin hubungan
lampau dianggap sebagai suatu cara pacaran pada masa sekarang namun ia
untuk menghindari tindakan mengalami bukan menjalani, merasakan, dan berfikir
saat sekarang sepenuhnya. Perls tentang hubungan dengan pacarnya pada
mengatakan bahwa “kekuatan ada pada masa sekarang. Tetapi selalu diliputi
masa kini” (“power is in the present”). harapan katastropik (catastrophic
Pendekatan ini mengutamakan masa expectation), yaitu kecemasan bahwa
sekarang, segala sesuatu tidak ada pacarnya akan berselingkuh dan akan
kecuali yang ada pada masa sekarang meninggalkannya, atau harapan
(the now), karena masa lalu telah berlalu anastropik (anastrophic expectation), yaitu
dan masa depan belum sampai, hanya selalu memikirkan bila ia berpacaran maka
ia akan menikah dengan pesta yang membawanya ke masa sekarang.
megah, memiliki rumah idaman, memiliki Misalnya, ketika membicarakannya trauma
anak yang manis, dan memiliki keluarga masa kecil yang dialaminya berkaitan
yang harmonis. Perempuan yang selalu dengan ayah konseli, konselor bukan
berfikir tentang harapan-harapan tersebut hanya membicarakannya pengalaman
akan mengalami kecemasan karena ia masa lalunya tetapi bagaimana trauma itu
tidak berpijak pada masa sekarang, tapi berpengaruh ketika konseli berbicara
terkukung oleh masa lalu (karena pernah dengan ayahnya di masa sekarang.
ditinggal pergi oleh pacarnya) dan terjebak Dengan proses ini, individu mendapatkan
pada masa depan baik harapan anastropik kelegaan dan kesakitan dari potensi untuk
maupun katastropik. berubah serta mencapai resolusi terbaru.
Guna membantu klien utuk Corey (2010:121) mengatakan
membuat kontak dengan saat sekarang, bahwa tidaklah tepat mengatakan bahwa
terapis lebih suka mengajukan para terapis gestalt tidak menaruh
pertanyaan-pertanyaan “apa” dan perhatian pada masa lampau individu.
“bagaimana” ketimbang “mengapa”. Masa lampau itu penting apabila dengan
Dalam rangka meningkatkan kesadaran cara tertentu berkaitan dengan tema-tema
atas “saat sekarang”, terapis melakukan yang signifikan yang terdapat pada fungsi
dialog dalam hal kini (present tense) individu saat sekarang. Apabila masa
dengan melontarkan pertanyaan- lampau memiliki kaitan signifikan dengan
pertanyaan seperti: Apa yang terjadi sikap-sikap atau tingkah laku individu
sekarang ini? Apa yang sedang sekarang, maka masa lampau itu
berlangsung sekarang? Apa yang sedang ditangani dengan membawanya ke saat
Anda alami sekarang saat Anda duduk di sekarang sebanyak mungkin. Jadi, apabila
sana dan mencoba berbicara? Bagaimana klien berbicara tentang masa lampaunya,
kesadaran Anda saat ini? Bagaimana maka terapis meminta klien agar
Anda mengalami ketakutan Anda sendiri membawa masa lampaunya itu ke saat
saat ini? Bagaimana Anda mencoba sekarang dengan menjalaninya kembali
menarik diri saat ini? Menandaskan bahwa seakan-akan masa lampau itu hadir pada
tanpa intesifikasi perasaan-perasaan, saat sekarang. Terapis mengarahkan klien
individu akan berspekulasi tentang agar “berada di masa lampau” (dalam
mengapa ia merasa seperti ini. Menurut khayalan) dan menghidupkan kembali
Perls, pertanyaan-pertanyaan “mengapa” perasaan-perasaan masa lampaunya.
hanya akan mengarah pada rasionalisasi- Alih-alih berbicara tentang pengalaman
rasionalisasi dan “penipuan-penipuan diri” traumatik masa kanak-kanak denga
serta menjauhkan individu dari ayahnya, misalnya, klien diarahkan untuk
kesegeraan mengalami. Pertanyaan- menjadi anak yang terluka dan dalam
pertanyaan “mengapa” juga mengarah fantasinya dia berbicara secara langsung
kepada pemikiran yang tak berkesudahan dengan ayahnya sehingga klien
tentang masa lampau yang hanya akan diharapkan dapat menghidupkan dan
membangkitkan peolakan terhadap saat mengalami kembali luka hatinya itu.
sekarang (Corey, 2010:120) Corey (dalam Lumongga,
Kemudian Corey (dalam 2011:161) mengatakan dalam terapi
Komalasari, Wahyuni, dan Karsih, Gestalt, ada istilah yang dikenal sebagai
2011:295), kata tanya “mengapa’’ (why) “urusan yang tidak selesai”. Hal ini
dikatakan sebagai “kata kotor” (dirty word) mencakup perasaan-perasaan yang tidak
karena menggiring konseli untuk terungkap seperti dendam, kemarahan,
melakukan rasionalisasi dan khayalan diri kebencian, sakit hati, kecemasan,
(self-deception). Masa lalu tidaklah kedudukan, rasa berdosa, dan rasa
penting kecuali bila berhubungan dengan diabaikan. Karena tidak diungkapkan
fungsi-fungsi individu yang dibutuhkan secara sadar, perasaan-perasaan ini tetap
pada masa sekarang. Dengan demikian, tersimpan dan dibawa ke kehidupan
ketika konselor membahasa masa lalu sekarang. Untuk menangani urusan yang
yang signifikan tersebut, konselor tidak selesai tersebut, individu harus
membawanya ke dalam proses kesadaran menentukan keputusan untuk dirinya
dan mengakuinya secara bertanggung (Lumongga, 2011:163).
jawab. Perasaan-perasaan yang tidak di Corey (2010:123) mengatakan
ungkapkan tersebut, kemudian bahwa terapi Gestalt memiliki tujuan untuk
diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan menantang klien agar berpindah dari
fantasi-fantasi tertentu. Ketika berbicara “didukung oleh lingkungan” kepada
tentang pengaruh-pengaruh urusan tak “didukung oleh diri sendiri. Menjadikan
selesai. Polster dan Polster (dalam Corey, klien tidak bergantung pada orang lain,
2010:122) mengatakan: menjadikan pasien menemukan sejak
“Arah-arah yang tak selesai itu mencari awal bahwa dia bisa melakukan banyak
penyelesaian dan apabila arah-arah hal, lebih banyak daripada dikiranya.
tersebut memperoleh cukup kekuatan, Kemudian Komalasari, Wahyuni,
maka individu disulitkan oleh pikiran yang dan Karsih (2011:310) mengatakan bahwa
tak berkesudahan, tingkah laku komplusif, tujuan konseling gestalt adalah
kehati-hatian, energi yang menekan, dan menciptakan eksperimen dengan konseli
banyak perilaku mengalahkan diri. untuk membantu konseli:
Unfinished business memiliki efek 1) Mencapai kesadaran atas apa
yang dapat mengganggu individu, seperti yang mereka lakukan dan
kecemasan yang berlebihan sehingga bagaimana mereka melakukannya.
individu tidak dapat memperhatikan hal Kesadaran itu termasuk
pentig lain (preoccupation), tingkah laku didalamnya, insight, penerimaan
yang tidak terkontrol (compulsive diri, pengetahuan tentang
behavior), terlalu berhati-hati (wariness lingkungan, tanggung jawab
oppressive energy) dan menyakiti diri terhadap pilihannya.
sendiri (self-defeating behavior) 2) Kemampuan untuk melakukan
Penghindaran (avoidance) kontak dengan orang lain
berkaitan erat dengan unfinished 3) Memiliki kemampuan
business. Penghidaran adalah individu mengenali, menerima mengekspresikan
yang selalu menghindari untuk perasaan, pikiran dan keyakinan
menghadapi unfinished business dan dari Teknik reframing Menurut Wiwoho
mengalami pengalaman emosional yang (dalam Nursalim, 2013:70) adalah
tidak menyenangkan yang berkaitan pencarian makna baru dari sesuatu yang
dengan unfinished business. Perls sebelumnya dimaknai secara tertentu.
mengatakan bahwa individu cenderung Reframing kadang-kadang disebut juga
memilih menghindari pengalaman yang pelebelan ulang adalah suatu pendekatan
meyakitkan secara emosional dari pada yang merubah atau menyusun kembali
melakukan sesuatu yang ia butuhkan persepsi klien atau cara pandang terhadap
untuk berubah. Hal ini menyebabkan masalah atau tingkah laku. Menurut
individu terkukung dan tidak dapat Watzlawick, Weakland, and Fish (dalam
melewati impasse layer , serta Indah dan Muis) Mendreskripsikan „seni
menghambat kemungkinan untuk tumbuh. yang lembut dari reframing‟ dengan
(Komalasari, Wahyuni, dan Karsih, demikian: jadi, membingkai ulang berarti
2011:309). mengubah konsepsi dan/atau cara
Sasaran utama dalam terapi pandang dalam hubungannya terhadap
Gestalt adalah pencapaian kesadaran. situasi yang sudah pernah dialami dan
Tanpa kesadaran, klien tidak akan mampu meletakannya di bingkai lain yang sesuai
menyentuh dimensi kepribadiannya yang dengan fakta-fakta dari situasi konkrit
ingin ditolak atau dihindarinya. Proses yang sama baik atau lebih baik, dan
pencapaian kesadaran yang terus- dengan demikian merubah artinya secara
menerus akan menghasilkan sebuah keseluruhan. Bandler dan Grinder (dalam
pemahaman. Klien yang dapat memahami Nursalim, 2013:70) menyatakan bahwa
keadaan dirinya secara utuh tentu saja reframing adalah strategi yang mengubah
akan semakin berani mengambil tanggung susunan perseptual individual terhadap
jawab baik dalam membuat pilihan atau suatu kejadian yang akan mengubah
makna yang dipahami. Jadi yang untuk memantapkan alas an dan
dimaksud dengan reframing adalah ketepatan dari (a) praktik pembelajaran
pencarian makna baru dan menyusun pelaku penelitian (guru), (b) pemahaman
kembali persepsi dari suatu kejadian, terhadap praktik tersebut, dan (3) situasi
masalah atau tingkah laku sehingga praktik tersebut dilakukan. Jadi penelitian
didapat makna dan persepsi baru yang tindakan kelas merupakan suatu penelitian
lebih baik. yang dilakukan karena adanya kebutuhan
Berdasarakan pemaparan latar pada saat itu, suatu situasi yang
belakang di atas, maka dipnadang perlu memerlukan penanganan langsung dari
untuk dilaksanakan penelitian yang pihak yang bertanggung jawab atas
berjudul “Penerapan Konseling Gestalt penanganan situasi tersebut (guru)
dengan Teknik Reframing untuk Penelitian ini dilakukan pada siswa
Menigkatkan Kesadaran Diri Dalam kelas VIII A1 SMP Negeri 4 Singaraja.
Belajar” Jumlah siswa yang ada pada kelas VIII A1
. SMP Negeri 4 Singaraja adalah 28 orang,
yang terdiri atas 19 orang siswa putri dan
METODE 9 orang siswa putra. Dalam penelitian
Penelitian ini termasuk dalam tindakan bimbingan konseling ini, anggota
penelitian tindakan kelas. Konsep penelitian ditemukan dengan
penelitian tindakan merupakan terjemahan menggunakan salah satu teknik non
dari action research, yang secara probability sampling yaitu teknik yaitu
sederhana diartikan sebagai bentuk teknik purposive sampling. Dantes
penelitian terhadap suatu tindakan yang (2012:46) menyatakan bahwa purposive
telah dilaksanakan sesuai dengan sampling merupakan “teknik penarikan
rancangan. Istilah penelitian mengandung sampel yang didasarkan pada ciri atau
makna sebagai upaya mencermati karakteristik (tujuan) yang ditetapkan oleh
sesuatu, dalam hal ini suatu tindakan yang peneliti sebelumnya”. Asumsi dasar dari
dirancang dan dilaksanakan secara purposive sampling adalah pertimbangan
cermat untuk mengatasi suatu yang cermat dan strategis dari peneliti
permasalahan yang dihadapi. dalam menentukan kasus-kasusnya untuk
Penelitian tindakan (action dimasukkan ke dalam sampel.
research) termasuk dalam ruang lingkup Adapun alasan penggunaan teknik
penelitian terapan (applied research) yang purposive sampling adalah pengumpulan
menggabungkan antara pengetahuan, data hanya dilakukan pada kelompok
penelitian dan tindakan. Action research subjek yang memiliki karakter sesuai
mempunyai kesamaan dengan penelitian: dengan tujuan penelitian yaitu
participatory research, collaborative meningkatkan kematangan karir. Karakter
inquiry, emancipatory research, action siswa yang dimaksud yaitu siswa yang
learning, dan contextual action research. menunjukkan gejala yakni: (1) tidak
Secara sederhana, action research memahami tentang apa yang terjadi
merupakan “learning by doing” yang di dengan dirinya setepat-tepatnya, (2) tidak
terapkan dalam konteks pekerjaan paham tentang kekuatan dan kelemahan/
seseorang. Pada saat seseorang bekerja, tolak ukur belum realistis, (3) tidak mampu
dia selalu menghasilkan ide-ide baru yang mengambil keputusan sendiri, dan (4)
diwujudkan dalam tindakan untuk tidak memiliki kepercayaan diri yang kuat
memperbaiki proses maupun hasil Penelitian tindakan bimbingan
pekerjaannya (Mulyatiiningsih, 2010: 1) konseling (action research in guidance
Hopkins (dalam Dantes, 2012:133) and counseling) ini dilaksanakan dalam 2
mengatakan bahwa penelitian tindakan (dua) siklus. Dalam setiap siklus terdiri
kelas merupakan suatu kajian yang dari 4 tahapan, yaitu: (1) tahap
bersifat reflektif dari penelitian pelaku perencanaan (planning), (2) tahap
penelitia tersebut. Penelitian tindakan pelaksanaan atau tindakan (action), (3)
kelas dilakukan dalam suatu situasi sosial tahap observasi atau pengamatan
(termasuk di dalamnya situasi pendidikan)
(observation) dan (4) tahap refleksi dalam belajar yang dialami oleh siswa
(reflection). sudah dapat ditingkatkan melalui
Metode yang digunakan dalam konseling gestalt dengan teknik reframing.
menganalisis data adalah analisis Untuk menentukan pencapaian hasil
deskriptif (persentase). Analisis ini kenaikan kesadaran diri dalam belajar
digunakan untuk melihat atau mengetahui pada siswa tersebut digunakan kriteria
peningkatan kesadaran diri dalam belajar sebagai berikut:
siswa ditentukan dengan membandingkan Tabel 01. Pedoman Konversi Skor Mentah
hasil analisis kesadaran diri siswa dalam Menjadi Nilai dengan Menggunakan PAP
belajar siswa sebelum dilaksanakan Skala Lima
tindakan dan sesudah dilaksanakan Tingkat Kriteria
tindakan. Penguasaan
Penelitian tindakan ini disesuaikan 90% - 100% Sangat Tinggi
dengan persentase pencapaian skor 80% - 89% Tinggi
diatas 80% dengan kriteria tinggi dan 65% - 79% Sedang
sangat tinggi. Siswa yang mencapai skor 55% - 64% Rendah
di diatas 80% dengan kategori tinggi dan 0% - 54% Sangan Rendah
sangat tinggi menunjukkan kesadaran diri
II. Dua siswa lainnya yaitu KS dan KAKS
HASIL DAN PEMBAHASAN masuk dalam rencana siklus II karena
Berdasarkan pada penelitian yang peningkatan kesadaran diri dalam belajar
telah dilaksanakan selama dua siklus di belum terlalu signifikan. Setelah KS dan
kelas VIII A1 SMP Negeri 4 Singaraja KAKS mengikuti pelaksanaan tindakan ke
tahun pelajaran 2013/2014, diketahui siklus II, kedua siswa tersebut mengalami
adanya peningkatan kesadaran diri dalam peningkatan kesadaran diri dalam belajar
belajar yang dialami oleh siswa melalui yaitu pada hasil siklus I untuk siswa KS
penerapan konseling gestalt dengan yang memiliki skor 73,33%, meningkatkan
teknik reframing. Bertolak pada penelitian menjadi 88%. Kemudian siswa inisial
yang dilakukan di siklus I, maka diperoleh KAKS yang pada hasil siklus I memiliki
temuan sebagai berikut. Siswa berinisial skor 70%, meningkat menjadi 86,67%
KS mengalami peningkatan kesadaran diri pada siklus II. Ini berarti kedua siswa
dalam belajar dari data awal adalah tersebut telah mengalami peningkatan
56.67% menjadi 73, 33% pada siklus I, kesadaran diri dalam belajar yang
siswa berinisial MMY mengalami signifikan.
peningkatan kesadaran diri dalam belajar Jika dilihat berdasarkan rata-rata
dari skor 61,33% pada data awal menjadi dari data awal sampai siklus II, maka nilai
skor 88% pada siklus I, siswa berinisial rata-rata kesadaran diri dalam belajar
NSW mengalami peningkatan kesadaran sebelum tindakan mencapai 58,93%
diri dari skor 61.3% pada data awal (kategori kesadaran diri dalam belajar
menjadi 86,67% pada siklus I, siswa yang rendah), kemudian meningkat skor
berinisial NMDL mengalami peningkatan rata-rata kesadaran diri dalam belajar
kesadaran diri dari skor 63,33% pada data menjadi 81,73% (kategori kesadaran diri
awal menjadi 90,67% pada siklus I, dan dalam belajar yang tinggi) setelah
KAKS skor data awal kesadaran diri dalam diberikan tindakan pada siklus I, kemudian
belajar 54%, kemudian meningkat menjadi meningkat menjadi 88,33 (kategori
70% pada siklus I. kesadaran diri dalam belajar tinggi) pada
Berdasarkan hal tersebut, maka siklus II. Berdasarkan pada hasil penelitian
tiga diantara lima siswa yaitu MMY, NSW, siklus I, maka dapat diketahui bahwa
dan NMDL telah mengalami peningkatan peningkatan kesadaran diri siswa dalam
yang signifikan da telah melampaui belajar sudah mencapai kriteria
kategori minimal dari kesadaran diri dalam keberhasilan yang diharapkan, mengingat
belajar. Oleh sebab itu ketiga siswa target peningkatan skor kesadaran diri
tersebut tidak masuk dalam rencana siklus dalam belajar adalah hingga ≥ 64%.
Namun, dari hasil evaluasi tindakan siklus pada data awal, kesadaran diri siswa
I, masih ada 2 orang siswa yang belum dalam belajar yaitu sebesar 58,93%
mencapai peningkatan yang signifikan. (kesadaran diri dalam belajar yang
Ketidakberhasilan penelitian pada siklus I rendah). Kemudian meningkat menjadi
disebabkan oleh beberapa kendala dan 81,73% (kesadaran diri dalam belajar
hambatan yang terjadi selama proses
yang tinggi) setelah treatmen diberikan
konseling, utamanya terkait dengan
keterbatasan kemampuan peneliti dalam pada siklus I
melaksanakan konseling dan karakter Berdasarkan hasil dari analisis,
siswa yang berbeda-beda. dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi
Kendala dan hambatan yang terjadi peningkatan skor kesadaran diri dalam
pada siklus I kemudian dijadikan bahan belajar siswa kelas VIII A1 SMP Negeri
refleksi siklus I. Hasil refleksi siklus I 4 Singaraja setelah diberi konseling
kemudian dijadikan pijakan untuk proses gestalt dengan teknik reframing pada
konseling pada siklus II. Upaya siklus II. Ini dapat terlihat dari hasil
peningkatan kesadaran diri dalam belajar analisis kuisioner yang menunjukkan
yang dilakukan pada siklus II memberikan pada rata-rata hasil analisis kuisioner
hasil yang positif. Berdasarkan pada hasil
menunjukkan skor 81,73% (kategori
penelitian pada siklus II, siswa berinisial
KS dan KAKS mengalami peningkatan. kesadaran diri dalam belajar tinggi) ,
peningkatan kesadaran diri dalam belajar, kemudian meningkat kesadaran diri
sehingga tindakan siklus II dinyatakan siswa dalam belajar yaitu sebesar
berhasil. Oleh karena itu, dapat dikatakan 88,33%. Setelah diberikan treatmen
bahwa penerapan konseling gestalt pada siklus II
dengan teknik reframing dapat Berdasarkan pada hasil
meningkatkan kesadaran diri dalam penelitian tindakan bimbingan
belajar siswa kelas VIII A1 SMP Negeri 4 konseling (action research in
Singaraja. counseling) ini, maka dapat diajukan
beberapa saran kepada pihak-pihak
yang terkait, yaitu:
SIMPULAN DAN SARAN 1. Pihak Sekolah
Berdasarkan pada hasil Sekolah sebagai tempat penelitian
penelitian tindakan yang telah dan sebagai pemegang kebijakan
dilaksanakan kepada subyek dapat memanfaatkan penerapan
penelitian, dapat disimpulkan: konseling gestalt dengan teknik
Berdasarkan hasil pengamatan reframing untuk meningkatkan
awal, terdapat ada beberapa siswa kesadaran diri dalam belajar siswa
yang memiliki kesadaran diri dalam 2. Guru Bimbingan Konseling (Guru
belajar yang rendah. Dimana BK) di SMP Negeri 4 Singaraja
kesadaran diri siswa dalam belajar Dengan diadakannya penelitian ini
yang rendah dilihat berdasarkan dapat dijadikan referensi oleh Guru
BK dalam meningkatkan kesadaran
indikator-indikator kesadaran diri diri dalam belajar siswa SMP Negeri
dalam belajar yang digunakan. 4 Singaraja dengan menggunakan
Berdasarkan hasil dari analisis, teori konseling Gestalt tekik
dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi reframing.
peningkatan skor kesadaran diri dalam 3. Siswa Kelas VIII A1 SMP Negeri
belajar siswa kelas VIII A1 SMP Negeri 4 Singaraja
4 Singaraja setelah diberi konseling Siswa yang telah menjadi subyek
gestalt dengan teknik reframing pada penelitian ini diharapakan mampu
siklus I. Ini dapat terlihat dari hasil mempertahankan serta
analisis kuisioner yang menunjukkan meningkatkan kesadaran dirinya
dalam belajar, serta mampu menjadi
model terhadap siswa-siswa yang
lainnya agar mampu memberikan Goleman, Daniel. 2003. Kecerdasan
dampak kepada siswa lain dalam Emosi untuk Mencapai Puncak
meningkatkan kesadaran diri mereka Prestasi. Jakarta: PT Gramedia
dalam belajar. Pustaka Utama

DAFTAR PUSTAKA Indah Pratiwi, Nursita. Muis, Tamsil.2010.


Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penerapan Strategi Reframing
Penelitian : Edisi Revisi. Jakarta : Dalam Bimbingan Dan Konseling
PT. Asdi Mahasatya. Untuk Mengurangi Kecemasan
Menghadapi Kelas Matematika.
BPKP. 2007. Interpersonal Skill (Edisi Program Studi Bimbingan Konseling
Keempat). Pusat Pendidikan dan FIP Unesa
Pelatihan Pengawasan Badan
Pengawasan Keuangan dan Komalasari, Gantina dkk. 2011. Teori dan
Pembangunan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks
http://pusdiklatwas.bpkp.go.id/namafi
le/301/IS_Dalnis.pdf Lumongga Lubis, Namora. 2011.
Memahami Dasar-Dasar Konseling.
Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Jakarta: Kencana Prenada Media
Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Group
Refika Aditama
Nursalim, Mochamad. 2013. Startegi dan
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Intervensi Konseling. Jakarta:
Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Akademia Permata
Refika Aditama
Sih Wardhani, RR Ambar. 2008. Studi
Danim, Sudarwan. 2012. Pengembangan Tentang Kesadaran Pekerja
Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Terhadap Pelaporan Kecelakaan
Induksi, ke Profesional Madani. Kerja Di Pt Astra Nissan Diesel
Jakarta:Pena Mas Publisher Indonesia Periode Juni-Juli Tahun
Dantes, Nyoman. 2012. Metode 2008. Program Sarjana Kesehatan
Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Offset (Penerbit Andi) Masyarakat, Universitas Indonesia.
Depok.
Dharsana, I Ketut. 2010. Diktat Konseling http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/1
Karir Dan Problematik Konseling. 22795-S-5345-Studi%20tentang-
Jurusan Bimbingan Konseling, Literatur.pdf
Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Pendidikan Ganesha. Solso, Robert L., H.Maclin, Otto. Maclin,
Singaraja M. Kimberly. 2007. Psikologi
Kognitif. Jakarta: Erlangga
Dharsana. 2007. Dasar-dasar Konseling
Seri 2. Singaraja : Jurusan Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi
Bimbingan dan Konseling Fakultas Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Ilmu Pendidikan Universitas Grafindo Persada
Pendidikan Ganesha.
Wibowo, Agus. Hamrin. 2012. Menjadi
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Guru Berkarakter (Strategi
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Membangun Kompetensi & Karakter
Cipta Guru). Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

You might also like