You are on page 1of 57

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering diberi gelar The Silen Killer
karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak
diketahui atau tanpa gejala sama sekali. Hipertensi merupakan penyebab kematian
dan kesakitan yang tinggi karena bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap
beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan
ginjal. Di seluruh dunia hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius
disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat dimasa yang
akan datang karena tingkat keganasanya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan
kematian mendadak.
Hipertensi saat ini masih menjadi faktor risiko kematian tertinggi di seluruh
dunia. Data yang dikumpulkan dari berbagai literature menunjukan jumlah penderita
hipertensi dewasa diseluruh dunia pada tahun 2000 adalah 957-987 juta orang.
Prevalensinya diduga akan semakin meningkat setiap tahunya sampai mencapai
angka 1,56 milyar (60% dari populasi dewasa dunia) pada tahun 2025.
WHO menetapkan hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab
kematian didunia dan bertanggung jawab terhadap 62% timbulnya kasus stroke 49%
timbulnya serangan jantung dan tujuh juta kematian premature tiap tahunnya.
Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita
hipertensi. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang bisa merusak organ
tubuh manusia. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari 7 kematian (7 juta
pertahun) di samping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak dan ginjal.
(Depkes RI, 2007).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70% penderita
hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5%
yang diobati dengan baik (adequately treated cases) diperkirakan sampai tahun 2025

1
tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%, dan akan mempengaruhi
1,56 milyar penduduk di seluruh dunia.. (Depkes RI, 2007).
Menurut AHA (American Heart Assosiation) di Amerika tekanan darah tinggi
ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 285 atau 59 juta orang
mengidap hipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya
yang mengetahui keadaanya dan hanya 61% medikasi, dari penderita yang mendapat
medikasi hanya satu pertiga mencapai target darah yang optimal/normal.
Di negara maju, pengendalian hipertensi juga belum memuaskan bahkan di
banyak Negara pengendalian tekanan darah hanya 8% karena menyangkut banyak
faktor dari penderita, tenaga kesehatan, obat - obatan maupun pelayanan
kesehatan. Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) seperti yang juga ahli jantung
menyatakan hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah bila
faktor risiko dapat dikendalikan. Upaya tersebut meiputi monitoring tekanan darah
secara teratur program hidup sehat tanpa asap rokok, peningkatan aktifitas
fisik/gerakan badan diet yang sehat dengan kalori seimbang melalui konsumsi tinggi
serat, rendah lemak dan rendah garam. Hal ini merupakan kombinasi upaya mandiri
oleh individu atau masyarakat dan didukung oleh program pelayanan kesehatan yang
ada dan harus dilakukan sedini mungkin..
Transisi diet dan kesehatan di Indonesia sudah mengikuti negara maju.
Banyak kebiasaan makan yang telah diadopsi oleh orang Indonesia yang semakin
memperburuk keadaan status gizi. Penyakit buatan manusia (man made disease) dan
penyakit degenerative sekarang telah menjadi masalah utama kesehatan. Perubahan
pola makan sebagai gaya hidup modern dewasa ini menjurus ke sajian siap santap
yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan
(directery fiber) membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit
degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus, aneka kanker, dan hipertensi. (Zukhair,
Alii, 2008).
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar antara
17-21%. Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar penderita

2
hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya
tidak menyadari kondisi penyakitnya. (Depkes RI, 2007).
Hipertensi di Indonesia terdaftar sebagai penyakit pembunuh ketiga setelah
penyakit jantung dan kanker. Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1995
menunjukan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia
cukup tinggi 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria. Prevalensi di daerah luar
Jawa dan Bali lebih besar dibandingkan kedua pulau ini. Hal ini berkaitan erat dengan
pola makanan terutama konsumsi garam yang umumnya lebih tinggi di luar pulau
Jawa dan Bali. (Zukhair, Alii, 2008).
Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia
menunjukkan 1,8 – 18,8% penduduk yang berusia 20 tahun adalah penderita
hipertensi. Prevalensi di Sumatera Selatan dari penelitian menunjukan angka 6,3%
sampai 9,17 %. Lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan laki-laki. Zukhair,
Ali).
Hipertensi merupakan 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Tanah Merah,
namun angka kepatuhan minum obat pada setiap penderita masih tergolong sangat
rendah rendah. Hal ini terlihat dari hasil data rekapan kunjungan pasien selama bulan
juli sampai agustus 2017 tersebut bahwa kasus penyakit hipertensi di UPTD
Puskesmas Tanah Merah menduduki peringkat kedua.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Tingkat Pemahaman
Penderita Hipertensi dalam Bersikap dan Berperilaku untuk Mencegah Tidak
Terkontrolnya Tekanan Darah Tinggi, di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah.

3
B. Rumusan Masalah
Belum diketahuinya Gambaran Tingkat Pemahaman Penderita Hipertensi
dalam Bersikap dan Berperilaku untuk Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan
Darah Tinggi, di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah Tahun 2017.

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah pemahaman penderita hipertensi untuk mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah?
2. Bagaimanakah sikap penderita hipertensi untuk mencegah tidak terkontrolnya
tekanan darah?
3. Bagaimanakah perilaku penderita hipertensi untuk mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pemahaman Penderita Hipertensi dalam
Bersikap dan Berperilaku untuk Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah
Tinggi, di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya Gambaran Tingkat Pemahaman Penderita Hipertensi di
wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tanah Merah, Tahun 2017 untuk
Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah Tinggi.
b. Diketahuinya Gambaran Sikap Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Tanah Merah, Tahun 2017 untuk Mencegah Tidak
Terkontrolnya Tekanan Darah Tinggi.
c. Diketahuinya Gambaran Perilaku Penderita Hipertensi di Puskesmas
Tanah Merah, Tahun 2017 untuk Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan
Darah Tinggi.

4
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi
penulis dalam meneliti secara langsung di lapangan.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program
internship dokter umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti
tentang cara mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi UPTD
Puskesmas Tanah Merah. dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya penyakit hipertensi.

F. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di poli rawat jalan yang berada diwilayah
kerja Puskesmas Tanah Merah.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti
menggunakan analisa univariat.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar,
sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Em Zul, Fajri
& Ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608)
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian;
pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti
benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat
imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan); mengetahui
benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman,
artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan
(mempelajari baik-baik supaya paham) (Depdikbud, 1994: 74). Sehingga dapat
diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari
baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak.
Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan
berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia
orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis
(sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran),
pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara
diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.
Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat
penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom “Here we are using the
tern “comprehension“ to include those objectives, behaviors, or responses which
represent an understanding of the literal message contained in a communication.“
Artinya : Disini menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah
laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat

6
dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa
yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat
memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain.
(Bloom Benyamin, 1975: 89).
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel mengambil dari
taksonmi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk
mengklasifikasikan tujuan instruksional. Bloom membagi kedalam 3 kategori, yaitu
termasuk salah satu bagian dari aspek kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut
terdapat aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Keenam aspek di bidang kognitif ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir
dari yang rendah sampai yang tertinggi.
Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi
dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992: 24) menyatakan bahwa
pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu : (1) tingkat terendah adalah
pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya,
mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman
penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui
berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan (3) tingkat ketiga merupakan
tingkat pemaknaan ektrapolasi.
Memiliki pemahaman tingkat ektrapolasi berarti seseorang mampu melihat
dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian
dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemempuan membuat
kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya. Sejalan dengan
pendapat diatas, (Suke Silversius, 1991: 43-44) menyatakan bahwa pemahaman dapat
dijabarkan menjadi tiga, yaitu : (1) menerjemahkan (translation), pengertian
menerjemahkan disini bukan saja pengalihan (translation), arti dari bahasa yang satu
kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model,

7
yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan
konsep yang dirumuskan dengan kata –kata kedalam gambar grafik dapat
dimasukkan dalam kategori menerjemahkan, (2) menginterprestasi (interpretation),
kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk
mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, (3) mengektrapolasi
(Extrapolation), agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi
sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 115) pemahaman (comprehension)
siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana
diantara fakta-fakta atau konsep. Menurut Nana Sudjana (1992: 24) pemahaman
dapat dibedakan dalam tiga kategori antara lain : (1) tingkat terendah adalah
pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya,
mengartikan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu
menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya, atau
menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan
pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman
ektrapolasi.
B. Sikap (Attitude)

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang


yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain
tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut:
“An enduring system of positive or negative evaluations, emotional feelings,
and pro or conection tendencies will resepect to social object” (Krech et al, 1982).
“An individual’s social attitude in an syndrome of respons consistency with
regard to social objects” (Campbell, 1950).
“ A mental and neural state of rediness, organized through experlence,
excerting derective or dynamic influence up on the individual’s respons to all objects
and situations with which it is related” (Allport, 1954).

8
“Attitude with situational and other dispositional variables guides and direct
the obsert behavior of the individual” (Cardno, 1955).
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dan perilaku yang
tertutup stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Newcomb (Notoatmodjo, 2003:131) adalah seorang ahli psikologi social
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah
laku yang dibuka lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap
objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu objek.
Dalam kegiatan lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok, yakni :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terahdap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkat, yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat
dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.

2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

9
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung Jawab (Responsible)


Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

C. Konsep dan Pengertian Perilaku


1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian
tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah
segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.
Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat,
berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam
aspek, baik fisik maupun non fisik.
Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap
lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi dua, yakni :

 bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit),


 dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit),

10
2. Bentuk Perilaku
Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan,
namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari
sikap dan tindakannya saja, perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk
pengetahuan, motivasi dan persepsi.
Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku, yakni
Coqnitive, Affective dan Psikomotor, Ahli lain menyebut Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan, Sedangkan Ki Hajar Dewantara, menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa atau Peri
akal, Peri rasa, Peri tindakan.
Bentuk perilaku dilihat dari sudut pandang respon terhadap stimulus, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Perilaku tertutup, Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus


dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus
ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap
yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka, Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

3. Proses Pembentukan Perilaku


Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal
dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Persepsi, Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui indera


penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya.
2. Motivasi, Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk
mencapai sutau tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini
diwujudkan dalam bentuk perilaku

11
3. Emosi, Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis yang
mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan
keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan), Manusia dalam
mencapai kedewasaan semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan
emosi akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan, oleh karena itu
perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan.
4. Belajar, Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku dihasilkan dari
praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan
bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku
terdahulu.

Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan. Penelitian


Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui


stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti
ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku
tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (Notoatmodjo: 2003).

12
D. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari
peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah di bedakan antara
tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten di mana


tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg, pada
populasi manula hipertensi di defenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Brunner & Suddarth vol 2 : 896).

Hipertensi menurut Manjoer dkk (2001) hipertensi adalah tekanan sistolik ≤


140 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg atau bila pasien memakai obat
anti hipertensi. Hipertensi (HTN) adalah peningkatan tekanan darah arteial abnormal
yang langsung terus-menerus (Aplikasi Klinis Patofisiologi edisi 2:1).

Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup
(sistole). Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung
mengendor kembali (diastole). Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah
sistolik selalu lebih tinggi dari pada tekanan darah diastolik.tekanan darah manusia
selalu berayun-ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung.

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,di mana


tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi di peroleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
akan di peroleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah di tulis
sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik,misalnya 120/80 mmHg, di
baca seratus dua puluh per delapan puluh.

13
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik dalam
kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan

sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampao usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan bahkan menurun
drastis.

Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati
akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi,
hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan
seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki
tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada orang dewasa. Tekanan darah juga
diperngaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga
berbeda; paling tinggi di waktu pagi ahri dan paling rendah pada saat tidur malam
hari.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on


Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1
dibawah (Gray, et al. 2005).

14
Tabel 2.1.Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah

Darah (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 > 160 > 100

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and


treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO
dengan International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu
apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau
tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti
hipertensi. Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih
dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur
sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah (Bakri, 2008).
2. Penyebab Penyakit Hipertensi

Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan


oleh hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi. Faktor-faktor
tersebut antara lain faktor keturunan, ciri perseorangan dan kebiasaan hidup.

a. Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

b. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis
kelamin dan umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan

15
tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita.
Juga statistik di Amerika menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit
hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.

c. Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hirup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi, kegemukan (makan berlebihan) stres dan pengaruh lain.

1) Konsumsi garam yang tinggi


Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh
suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. Dunia
kedokteran juga telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat
menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik
(pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah.

2) Kegemukan atau makan berlebihan


Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari
berat badan ideal obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang
berlebihan dengan perhitungan IMT ≥ 27,0. Pada orang yang menderita obesitas
ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat oleh sebab itu lebih
cepat merasa gerah dan kelelahan akibat dari obesitas para penderita cenderung
menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus.

3) Stres atau ketegangan jiwa


Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu) stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi.

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam rasa
takut) dapat merangsang belajar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah
akan meningkat, jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha

16
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan
patologis, gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
(Anjali, Arora, 2008).

4) Pengaruh lain
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah yaitu.

a) Merokok
Nikotin penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak
dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang
pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan
tekanan kontraksi otot jantung selain itu meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung dan dapat menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia) serta
berbagai kerusakan lainnya. (Anjali Arora, 2008)
b) Minuman beralkohol
c) Olahraga
Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat
memacu emosi sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah
seperti tinju, panjat tebing dan angkat besi. (Kuswandi, 2004).
Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita hipertensi adalah jalan kaki,
bersepeda, senam, berenang dan aerobic, olahraga yang bersifat kompetisi dan
meningkatkan kekuatan tidak dibolehkan bagi penderita hipertensi karena
akan memacu emosi sehingga akan mempercepat peningkatan tekanan darah.
d) Minum obat-obatan, misal ephedrin, prednison, epinefrin. (Lany Gunawan,
2001)
3. Gejala Penyakit Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,


meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang
dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan

17
kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih


serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut
sebagai silent killer karena dua hal yaitu:

a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus,
gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya jarang
berhubungan langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur secara teratur.

b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar
untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.

Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul
gejala berikut:

1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. (Trisha Macnair, 2007).

18
4. Patosifisiologi

ACE (Angiotensin Converting Enzyme), memegang peran fisiologi penting


dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
di hati selanjutnya oleh hormone, rennin akan diubah menjadi angiotensin 1, oleh
ACE yang terdapat di paru-paru angiotensin 1 diubah menjadi angiotensin II (peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

a. Meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus, ADH


diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitasi) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat
sedikit urin yang dieksresikan keluar tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya untuk mengencerkanya volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan di bagian intra seluler akibatnya volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

b. Menstimulasi sekrsi aldosteron dari korteks adrenal, aldosteron merupakan


hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl dengan
cara mengabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang
pada giliranya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. (Astawan, 2005).

5. Penatalaksaan

Bagi penderita tekanan darah tinggi penting mengenal hipertensi dengan


membuat gaya hidup positif. Jika anda baru saja menemukan tekanan darah anda
tinggi atau tidak normal, tidak perlu khawatir ada 7 langkah untuk mengatasinya
antara lain:

a. Mengatasi Risiko

Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan berikut: apakah anda memiliki sejarah
keluarga penderita hipertensi? Apakah anda memiliki berat badan berlebihan?

19
Apakah anda makan makanan berkadar garam tinggi? Apakah anda cukup
olahraga atau apakah anda merokok? Jika jawaban anda ya pada salah satu
pertanyaan diatas anda berisiko memiliki tekanan darah tinggi.

b. Mengontrol pola makan

Apabila anda ingin terhindar dari risiko hipertensi jauhi makanan berlemak dan
mengandung garam.

c. Tingkat konsumsi potassium (K) dan magnesium (mg)

Pola makan yang rendah potassium dan magnesium menjadi salah satu faktor
pemicu tekanan darah tinggi, buah-buahan dan sayur segar adalah sumber terbaik
bagi kedua nutrisi tersebut.

d. Makan makanan jenis padi-padian

Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam American Journal Clinical Nutrition
ditemukan pria yang makan sedikitnya satu porsi perhari sereal dari jenis padi-
padian kecil kemungkinan terkena penyakit hingga 20%.

e. Tingkat aktifitas

Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan
darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk
tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jika anda
menyandang tekanan darah tinggi, latihan aerobic sedang selama 30 menit sehari
selama beberapa hari setiap minggu dapat menurunkan tekanan darah. Jenis
latihan yang dapat mengontrol tekanan darah adalah : berjalan kaki, bersepeda,
berenang, aerobic. (Trisna Macnair, 2007).

Tidak diragukan meningkatkan aktifitas dapat menurunkan risiko tekanan darah


tinggi, anda tidak perlu berolahraga seperti seorang atlet hanya 30 menit sampai
45 menit 5 hari dalam seminggu cukup untuk menurunkan hipertensi.

20
f. Sertakan bantuan dari kelompok pendukung

Sertakan keluarga dari teman menjadi kelompok pendukungn pada pola hidup
sehat dukungan dan partisipasi orang lain membuatnya lebih mudah dan lebih
asyik dalam menjalankan dietnya. Bagi setiap orang dukungan keluarga berhasil
dalam membuat perubahan gaya hidup untuk mencegah tekanan darah tinggi.

g. Berhenti merokok

Jika anda tidak merokok itu baik bagi anda, jika anda merokok berhenti sekarang
juga. Walaupun merokok tidak ada kaitanya dengan timbulnya hipertensi.
Merokok dapat menimbulkan risiko komplikasi lainnya seperti penyakit jantung
dan stroke.

h. latihan relaksasi atau meditasi

Relaksasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa, relaksasi


dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai, indah dan menyenangkan dilakukan dengan
mendengarkan musik atau bernyanyi. (www.google.com, 2008)

6. Pengobatan pada tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Pengobatan pada penyakit tekanan darah tinggi harus memperhatikan terlebih


dahulu faktor penyebabnya oleh karena itu dianjurkan untuk memeriksakan
kesehatanya kepada dokter yang sama agar dokter dapat mengikuti riwayat penyakit
pasien dengan demikian dokter akan memiliki obat yang tepat.

a. Pengobatan pada golongan khusus

1) Hipertensi pada golongan khusus

Obat anti hipertensi diberikan pada ibu hamil bila tekanan diastolenya ≥ 90
mmHg pada trimester pertama dan ≥ 100 mmHg para trimester ketiga.

2) Hipertensi pada dislipidemia

21
Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi keadaan tersebut adalah
gemfibrozil ini dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL
trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol HDL secara nyata.

3) Hipertensi pada pembuluh darah otak

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh


darah, apabila yang pecah adalah pembuluh darah otak keadaan ini dikenal
dengan stroke.

4) Hipertensi pada penyakit jantung

Pemberian obat pada hipertensi dengan kelalian jantung harus disesuaikan


dengan jenis gangguan pada jantung dan derajat hipertensinya. Pemeriksaan
fungsi jantung perlu dilakukan untuk menentukan pengobatanya.

5) Hipertensi pada gagal ginjal

Pengobatan pada gagal ginjal dibedakan menjadi dua bagian besar yakni
pengobatan pada refrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna,
pengobatan pada nefrosisklerosis benigna dilakukan secepatnya hingga
mendekati normal penurunan tekanan darah yang cepat akan mengurangi
kerusakan akibat nekrosis arteroti sehingga dalam jangka panjang diharapkan
terjadi perbaikan fungsi ginjal.

b. Perubahan gaya hidup

Gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan
berbagai penyakit degeneratif lainnya adalah:

1) Mengurangi konsumsi garam dan lemak jenuh

2) Melakukan olahraga secara teratur dan dinamik (tidak mengeluarkan tenaga


terlalu banyak seperti berenang, jogging (jalan kaki cepat), naik sepeda)

3) Meningkatkan porsi buah-buahan dan sayuran segar dalam pola makan

22
4) Mengkonsumsi kalium dalam jumlah tinggi seperti semangka, avokad, kismis,
pisang, tomat, kentang dan biji bunga matahari dapat membantu menjaga
tekanan darah agar tetap normal.

5) Menjauhkan dan menghindarkan stress dengan pendalaman agama sebagai


salah satu upayanya.

c. Pengaturan Makanan

Upaya penanggulangan hipertensi melalui pengaturan makanan pada dasarnya


dnegan mengurangi konsumsi lemak dan diet rendah garam dan diet rendah
kalori. Jumlah kalori yang diberikan pada diet rendah kalori disesuaikan dengan
berat badan.

Pilihan obat dalam mengatasi hipertensi diantaranya:

1) Hipertensi tanpa komplikasi diuretic, beta bloken

2) Indikasi tertentu enhibitor ACE, penghmabat reseptor angiotensin II, Alfa


bloker, alfa-beta bloker, antagonisca, diuretic.

3) Indikasi yang disesuaikan: diabetes mellitus tipe I dengan protein nuria


inhibitor ACE, gagal jantung ibhibitor ACE diuretic, hipertensi sistolik
terisolasi, infark miokard beta bloker (non ISA) inihibitor ACE (dengan
disfungsi sistolik). (Mansjoer dkk, 2001).

Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat
disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau
mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan darah
adalah kurang dari 140/90 dengan efek samping minimal penurunan dosis obat dapat
dilakukan pada golongan hipertensi ringan yang sudah terkontrol dengan baik selama
satu tahun.

23
1. Diuretik

Diuretik adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran


garam (NaCl) dengan turunya kadar Na+ makan tekanan darah akan turun dan
efek hipotensifnya kurang kuat.

Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga
dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretic yang hemat kalium seperti
spironolacton, HCT, Furosemide.

2. Alfa-Bloker

Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan menyebabkan
vasodilatasi perifer serta turunya tekanan darah karena efek hipotensinya ringan
sedangkan efek sampingnya agak kuat misalnya hipotensi ostotatik dan
tachikardia maka jarang digunakan. Seperti prognosin dan terazosin.

3. Beta-Blocker

Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti diduga kerjanya
berdasarkan beta blocker pada jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi
kontrasi jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan daya
hipotensinya baik. Seperti : propanolol, bisoprolol, dan antenolol.

4. Obat yang bekerja sentral

Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin sehingga
menurunkan aktifitas saraf adretergik perifer dan turunya tekanan darah,
penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ostatik seperti reserpine,
clonidine dan metildopa

5. Vasodilator

Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriola sehingga daya


tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun seperti hidralazine
dan tecrazine.

24
6. Antagonis Kalsium

Mekanisme obat antagonis kalisum adalah menghambat pemasukan ion kalsium


ke dalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasidilatasi dari turunya tekanan
darah seperti : nipedipin,amlodipine, dan verapamil.

7. Penghambat ACE

Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
angiotensin converting enzyme yang berdaya vasodilatori kuat seperti captopril,
lisinopril. (Lany Gunawan, 2001).

Tabel 2.3
Beberapa obat antihipertensi yang sering dipakai
No Jenis obat Dosis sehari (mg) Frekuensi
Min Maks pemakaian sehari
1 Diuretik
HCT 12,5-25 50 1x
Chlorbalidone 12,5-25 50 1x
Indopamide 2,5 5 1x
Spironolactone 2,5 10 1x
2 Bekerja netral
Clonidene 0,1 1,2 2x
Gufacine 1 3 1x
Methidopa 250 2000 2x
3 Penyakit alfa-1
Prozoin 1-2 20 2x
Doxazosin 1-2 15 1x
Terazosin 1-2 20 1x
4 Penyakit beta
Metoprolol 50 200 1x
Atenolol 25 150 1x
Propanolol 40 320 1x
Acebutolol 200 1200 1x
5 Vasodilator
Hydralazine 50 300 2x
Ecarazine HCL 30 120 2x

25
6 Penghambat ACE
Captopril 25-50 300 1-3x
Lisinopril 5 40 1x
Enalapril 2,5-5 40 1-2x

d. Pencegahan Hipertensi dengan cara tradisional

Banyak ramuan tradisional yang dapat dipercaya untuk menurunkan tekanan


darah, beberapa ramuan sudah diteliti secara laboratories contoh yang berkhasiat
menurunkan tekanan darah: cincau hijau, daun dan buah alpukat, mengkudu
masak (pace), mentimun, daun seledri, daun selada dan bawang putih.

Tabel 2.4
Efek Samping obat anti hipertensi
Golongan obat Efek samping
Thiazide/diuretic menyerupai thiaziae - Kadar kalium dalam darah rendah
misalnya aprinox (dideteksi dengan pemeriksaan darah)
- Toleransi glukosa terganggu (kadar
glukosa darah diatas normal) terutama
jika dikombinasi dengan beta blocker
(dideteksi pemeriksaan darah)
- Peningkatan kadar kolesterol LDL,
trigliserida dan asam urat (cek darah
dan urine).
- Disfungsi ereksi (impotensi pada pria)
- Gout (radang pada persendian akibat
peningkatan kadar gula)
Alfa blocker - Inkontinensia
(misalnya cardura) - Rasa melayang pada saat berdiri
Beta-blocker - Kadar glukosa tidak terkontrol
(misalnya cardicor) - Latargi (lesu)
- Gangguan memori dan kosentrasi
- Gejala penyakit arteri perifer
memburuk, sirkulasi yang buruk pada
tungkai.
Inhibitor ACE - Batuk

26
(misalnya capoten) - Fungsi ginjal memburuk
- Hipotensi (akut, penurunan tekanan
darah tiba-tiba)
- Ruam
Blocker kenal kalsium golongan non- - Edema perifer (akumulasi cairan dan
dihydropyridine misalnya ticdiem pembengkakan di mata kaki)
- Pembesaran gusi dan konstipasi

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi


bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari
penyebab hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah,
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan
EKG. (Arif Mansjoer dkk, 2001).

8. Diagnosis

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang
berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran
tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat
selama 5 menit dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80%
lengan) tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang
terbaik.

Anamnesis dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya,


riwayat dan gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung
koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit
dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan
aktifitas/kebiasaan (merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan

27
efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial
lingkungan (keluarga, pekerjaan dll).

Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau
lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan
funduskopi untuk mengetahui adanya retio hipertensif, pemeriksaan leher untuk
mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk,
2001).

9. Komplikasi

Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi


seperti terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan
mata. Kerusakan pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir
pada kegagalan jantung. Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki,
kelopak mata, kelelahan dan sesak nafas.

Kerusakan pada ginjal akibat hipertensi bisa menurunkan ginjal sebagai


penyaring racun dalam tubuh sekaligus sebagai produsen hormone yang dibutuhkan
tubuh, penderita yang mengalami komplikasi ginjal harus cuci darah setiap minggu
dengan biaya yang mahal sementara itu gangguan pada mata sering tidak disadari
sebagai akibat tekanan darah tinggi, kerusakan pada mata buta menyebabkan
kebutaan atau gangguan penglihatan.

Kerusakan pada otak ditandai dengan nyeri kepala hebat, berubahnya


kesadaran kejang dengan deficit neurology fokal ozotermia, mual dan muntah.
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna, tekanan yang tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
kedalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. (Corwin, 2000)

28
E. kerangka Teori

Faktor Predisposisi
1. Pemahaman
2. Keyakinan
3. Nilai
4. Sikap
Non
5. geografi Non Kesehatan
Faktor Pendukung Perilaku
pendidikan 1. Tugas kesehatan
kesehatan 2. Keterjangkauan sumber
3. rioritas dan komitmen. Perilaku Kesehatan Kesejahteraan

Faktor pendorong
1. Keluarga
2. Petugas Kesehatan
3. Masyarakat

Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku dilatar belakangi atau


dipengaruhi oleh tiga faktor yakni faktor-faktor predisposisi (predisposing factors),
faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat
atau mendorong (reinforcing factors).

29
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori tersebut diatas maka peneliti mengadopsinya dalam
membuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut.

Upaya penderita hipertensi dalam mencegah


kekambuhan penyakit hipertensi:
1. Pemahaman
2. Sikap
3. Perilaku

B. Definisi Operasional
Definisi Alat Skala
No Variabel Cara ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
1 Pemahaman Aspek yang Kuesioner Wawancara Baik, jika Ordinal
dipahami dan responden
mampu diingat dapat
oleh responden menjawab ≥
tentang upaya mean (kode 1).
mencegah Kurang, jika
kekambuhan responden
penyakit tidak bisa
hipertensi. mejawab <
mean (kode 0).

Definisi Alat Skala


No Variabel Cara ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
2 Sikap Segala Kuesioner Wawancara Positif, jika Ordinal
pandangan responden
atau pendapat dapat

30
responden menjawab ≥
yang berkaitan mean (kode 1).
dengan upaya Negatif, jika
mencegah responden
kekambuhan tidak bisa
penyakit mejawab <
hipertensi. mean (kode 0).
3 Perilaku Tindakan Kuesioner Wawancara Baik, jika Ordinal
dalam responden
mencegah melakukan
kekambuhan upaya dalam
penyakit mencegah
hipertensi. kekambuhan
penyakit
hipertensi ≥
mean (kode 1).
Kurang, jika
responden
tidak
melakukan
upaya dalam
mencegah
kekambuhan
penyakit
hipertensi <
mean (kode 0).

31
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan Pemahaman Penderita Hipertensi dalam Bersikap dan Berperilaku
untuk Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah Tinggi, di wilayah kerja
Puskesmas Tanah Merah Tahun 2017.
Penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi terhadap variabel
yang diteliti yaitu variabel pemahaman, variabel sikap dan variabel perilaku.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di poli rawat jalan dan wilayah kerja
Puskesmas Tanah Merah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan tanggal 26 juli sampai 5 september 2017.

C. Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian responden akan menandatangani format
persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini, hal ini dilakukan sebelum peneliti
menyerahkan kuesioner untuk dilakukan wawancara.

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2002:79). Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam
penelitian ini adalah penderita hipertensi yang datang berobat ke poli rawat jalan di
wilayah kerja kecamatan Tanah Merah selama bulan juli 2017.

32
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau populasi yang diteliti, apabila subjeknya kurang
dari 100 maka lebih baik diambil semua hingga sampel penelitian menggunakan
seluruh populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25%.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 10 penderita (total populasi).
(Arikunto, 2003:112).

E. Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data


1. Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti
dengan menggunakan teknik wawancara.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis tentang
Pemahaman Penderita Hipertensi dalam Bersikap dan Berperilaku untuk Mencegah
Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah Tinggi

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data


1. Teknik Pengolahan Data
a. Pengolahan Data (editing)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat di
proses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga
jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.
b. Pengkodean (Coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya, menjadi
bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c. Pemasukan Data (Entry)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.

33
d. Pembersihan Data (Cleaning data)
Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk
mengkoreksi kemungkinan kesalahan. (Hastono, 2001).
2. Tehnik Analisis Data
Pada penelitian ini digunakan analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan
terhadap setiap variabel dari hasil penelitian dalam analisa ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu variabel pengetahuan,
variabel sikap dan variabel tindakan.
Hasil penelitian dapat dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi jawaban
benar/salah dari responden untuk setiap item pertanyaan dijumlahkan kemudian
dibagi dengan seluruh responden dikali 100% hasilnya berupa persentase.
Rumus yang digunakan
X
P= x 100
N
Keterangan :
P : Persentase
X : Jumlah soal
N : Jumlah Responden

34
BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
Gambaran Tingkat Pemahaman Penderita Hipertensi dalam Bersikap dan Berperilaku
untuk Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah Tinggi, di wilayah kerja
Puskesmas Tanah Merah Tahun 2017. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
A. Gambaran Umum Wilayah UPTD Puskesmas Tanah Merah
1. Latar belakang

Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan paling terdepan di


masyarakat. Pada era globalisasi sekarang ini dibutuhakan suatu paradigma
yang berbeda dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Dengan kondisi Masyarakat yang semakin maju, maka dibutuhkan pelayanan
kesehatan berorientasi pada promotif dan preventif..

Dalam rangka mendukung program Pemerintah Daerah, Puskesmas


Tanah Merah berupaya melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat secara maksimal, sesuai program-program yang telah
direncanakan sebelumnya. Dimana dalam acuan tugas pokok puskesmas
dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, Puskesmas
Tanah Merah berupaya menjangkau semua lapisan masyarakat yang berada di
wilayah kerja Puskesmas.

2. Profil Puskesmas

Puskesmas Tanah Merah sebagai unit pelaksana teknis (UPT)


memiliki visi dan misi yang selaras dengan Kementrian Kesehatan dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Bangkalan. Dalam pembangunan bidang kesehatan di
wilayah Puskesmas Tanah Merah telah disepakati dan menetapkan visi dan
misi :

35
1. VISI
Masyarakat tanah merah sehat yang mandiri dan berkeadilan.
2. MISI
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan mendorong
kemandirian keluarga hidup bersih sehat melalui kegiatan promotif
dan preventif.
b. Meningkatkan sumber daya untuk menunjang mutu pelayanan
kesehatan.
c. Meningkatkan sumber daya untuk menunjang mutu pelayanan
kesehatan.
3. Data Geografis

Puskesmas Tanah Merah terletak + 18 Km. Sebelah timur Ibu Kota


Kabupaten Bangkalan terletak di tepi jalan raya Bangkalan – Sumenep dengan
wilayah kerja yang mempunyai batas-batas sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Geger
 Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Galis
 Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Burneh
dan Tragah
 Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kwanyar
Bentuk wilayah Kecamatan Tanah Merah Meliputi :
 Wilayah Daratan : 35 %
 Wilayah Berbukit : 55 %
 Wilayah Pegunungan : 10 %
Luas wilayah Kecamatan Tanah Merah : 68,5 Km dan terletak + 47 m
diatas permukaan laut.

36
4. Data Demografik
a. Data Kependudukan
Jumlah Penduduk : 58.137 Jiwa
* Laki-laki : 27.408 Jiwa
* Perempuan : 30.729 Jiwa
* Bayi : 908 Bayi
* Balita : 3.885 Anak
* Apras : 2.301 Anak
* Bumil : 1.053 Orang
* Buteki : 1.005 Orang
* Bulin : 1.005 Orang
* PUS : 10.118 Pasangan
* WUS : 15.638 Orang
* Usila : 9.885 Orang

37
b. Data Desa :
 Jumlah Desa : 23 Desa
 JumlahDusun : 113 Dusun

c. JumlahPendudukPerdesa

JUMLAH

NO DESA
PENDU LAKI - PEREM
DUK LAKI PUAN

1 PACENTAN 3.049 1438 1611


2 BAIPAJUNG 4.566 2153 2413
3 TANAHMERAH LAOK 4.745 2237 2508
4 KRANGGAN BARAT 2.106 993 1113
5 PANGELEYAN 711 335 376
6 PADURUNGAN 1.435 676 759
7 PETRAH 2.735 1289 1446
TANAHMERAH
8 3.164 1491 1673
DAJAH
9 DUMAJAH 3.714 1751 1963
10 PATEMON 741 350 391
11 TLOMAR 2.219 1046 1173
12 KENDABAN 1.141 539 602
13 JANGKAR 4.608 2172 2436
14 PETTONG 2.641 1245 1396
15 LANDAK 1.450 684 766
16 RONGDURIN 2.058 970 1088
17 BATANGAN 3.380 1593 1787
18 DLAMBAH DAJAH 3.969 1872 2097
19 DLAMBAH LAOK 1.557 734 823
20 MRECAH 2.294 1081 1213
21 BUDDAN 2.964 1397 1567
22 POTER 2.156 1016 1140

38
23 BASANAH 734 346 388

JUMLAH 27408 30729


58.137

5. Sumber Daya Kesehatan yang Ada

Puskesmas Tanah Merah mempunyai :


 Puskesmas :1
 Puskesmas Pembantu :5
 Polindes : 19
 Ponkesdes :5
 Posyandu : 75 ( Aktif 69)
6. Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada
I. Dokter Umum : 2 orang
II. Dokter Gigi : 1 orang
III. Perawat : 34 orang
IV. Perawat Gigi : 1 orang
V. Bidan : 39 orang
VI. Sanitasi : 1 orang
VII. Tenaga Imunisasi : 1 orang
VIII. Tenaga Laboratorium : 1 orang
IX. Apoteker : 2 orang
X. Administrasi : 32 orang
Total : 114 Orang

39
B. Hasil Penelitian
Gambaran Tingkat Pemahaman Penderita Hipertensi dalam Bersikap dan
Berperilaku untuk Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah Tinggi, di wilayah
kerja Puskesmas Tanah Merah Tahun 2017.
Pemahaman penderita hipertensi tentang upaya mencegah tidak terkontrol
tekanan darah adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil tahu penderita
hipertensi melalui panca indera dengan titik potong (cut of point) mean 7,8 diperoleh
hasil sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut

Tabel 2
Distribusi frekuensi responden menurut Pemahaman Penderita Hipertensi
dalam Upaya Mencegah Tidak terkontrolnya tekanan darah di wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Tanah Merah Tahun 2017
No Pemahaman Jumlah Persentase
1 Baik 3 30%
2 Kurang baik 7 70%
Jumlah 10 100%

Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden


berpemahaman baik sejumlah 3 responden (30%) sisanya
berpemahamankurang sejumlah 7 responden (70%).

a. Gambaran Sikap penderita hipertensi di wilayah Kerja UPTD Puskesmas


Tanah Merah, Tahun 2017 dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah
Terkontrol.
Sikap penderita hipertensi dalam upaya mencegah tekanan darah tidak
terkontrol adalah segala pandangan atau pendapat penderita hipertensi yang
berkaitan dengan upaya dalam mencegah tekanan darah tidak terkontrol pada

40
penyakit hipertensi dengan titik potong (cut if point) mean 7,5 diperoleh hasil
sebagaimana ditampilkan pada tabel 3.

Tabel 3
Distribusi frekuensi responden menurut sikap Penderita Hipertensi dalam
Upaya Mencegah Tidak terkontrolnya tekanan darah di wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Tanah Merah Tahun 2017
No Sikap Jumlah Persentase
1 Positif 3 30%
2 Negatif 7 70%
Jumlah 10 100%

Tabel menunjukan bahwa penderita hipertensi yang memiliki sikap


positif dalam upaya mencegah tekanan darah tidak terkontrol pada penyakit
hipertensi sejumlah 3 responden (30%) dan penderita hipertensi yang
memiliki sikap negatif sejumlah 7 responden (70%).

b. Gambaran perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Tidak


terkontrolnya tekanan darah di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tanah
Merah Tahun 2017
Perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencegah kekambuhan
penyakit hipertensi adalah usaha-usaha yang telah dilakukan penderita
hipertensi untuk mencegah tekanan darah tidak terkontrol penyakit hipertensi
dengan titik potong (cut of point) mean 6,03 diperoleh hasil sebagaimana
ditampilkan pada tabel 4.

41
Tabel 4.
Distribusi frekuensi responden menurut Perilaku Penderita Hipertensi dalam
Upaya Mencegah Tidak terkontrolnya tekanan darah di wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Tanah Merah Tahun 2017
No Perilaku Jumlah Persentase
1 Melakukan tindakan 4 40%
2 Tidak melakukan 6 60%
tindakan
Jumlah 10 100%

Dari tabel 4 diatas diketahui bahwa responden yang baik upayanya dalam
mencegah tidak terkontrolnya tekanan pada penyakit hipertensi berjumlah 4
responden (40%) dan responden yang kurang baik dalam upaya pencegahan
kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 6 responden (60%).

42
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Gambaran Pemahaman Penderita Hipertensi Tentang Upaya Mencegah


Kekambuhan Penyakit Hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpemahaman
baik sejumlah 3 responden (30%) sisanya berpemahaman kurang sejumlah 7
responden (70%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita hipertensi
belum mempunyai pemahaman yang baik dan mengerti tentang upaya mencegah
kekambuhan penyakit hipertensi. Sebagian penderita tidak mengetahui bahwa
memeriksakan tekanan darah secara teratur dan menjaga pola makan yang baik
akan sangat membantu mengontrol tekanan darah pada penyakit hipertensi,
namun masih ada 3 responden yang berpemahaman cukup baik, kurangnya
pemahaman responden ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain:
rendahnya tingkat pendidikan responden yang pada umumnya hanya tamatan
sekolah dasar, kurangnya keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan
kesehatan yang diadakan oleh petugas kesehatan setempat dan ada beberapa
responden yang sudah berusia lanjut (diatas 50 tahun) dimana kemampuan
responden dalam menerima informasi kesehatan agak kurang.
Pemahaman adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni : indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar berpengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga
Pemahaman merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu
tindakan karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pemahaman.

43
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2002) peningkatan
pemahaman mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variabel
perilaku. Pemahaman dapat diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas
cara berfikir dan ruang lingkup jangkauan berfikirnya semakin luas.

B. Gambaran Sikap Penderita Hipertensi Tentang Upaya Mencegah Tekanan


darah Tidak Terkontrol pada Penyakit Hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden hipertensi yang memiliki
sikap positif dalam upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 3
responden (30%) dan penderita hipertensi yang memiliki sikap negatif dalam
upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 7 responden (70%).
Hal ini menununjukan bahwa sikap responden masih negatif meskipun masih ada
3 responden yang mempunyai sikap positif. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain:
Pemahaman yang kurang tentang upaya mencegah kekambuhan penyakit
hipertensi, kurangnya kesadaran atau kemauan responden untuk berprilaku hidup
sehat dan ada juga beberapa responden yang mengambil sikap positif dikarenakan
kondisi mereka pada saat itu misalnya responden yang kurang pengetahuan
tentang upaya mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah pada penyakit
hipertensi tetapi karena mereka takut penyakit hipertensi akan menimbulkan
dampak yang lebih buruk lagi bagi kesehatanya maka responden juga mengambil
sikap yang positif.
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan salah satu domain perilaku
kesehatan yang dapat diartikan sebagai suatu reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup suatu stimulus/objek. Sedangkan menurut Newcomb
(Notoatmodjo, 2003) sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu sikap belum otomatis terwujud
dalam bentuk praktek (overt behavior) untuk terwujud suatu sikap agar menjadi

44
perbuatan nyata (praktek) diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan antara lain fasilitas dan dukungan keluarga.

C. Gambaran Perilaku Penderita Hipertensi Tentang Upaya Mencegah


Tekanan Darah Tidak Terkontrol Pada Penyakit Hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang baik upayanya dalam
mencegah kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 4 responden (40%) dan
responden yang kurang baik dalam upaya pencegahan tidak terkontrolnya tekanan
darah penyakit hipertensi berjumlah 6 responden (60%). Hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar responden masih kurang baik upayanya dalam mencegah
tekanan darah tidak terkontrol pada penyakit hipertensi. Hal ini bisa disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain : ada tidaknya kemauan dari responden untuk
sembuh/mengontrol kesehatanya, kurangnya kesadaran dari responden akan
pentingnya upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi dan sulitnya
meluangkan waktu untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan
mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan serta
kurangnya dukungan keluarga dalam memotivasi responden untuk melakukan
usaha dalam mencegah kekambuhan penyakit hipertensi, kurangnya perhatian
keluarga atau orang-orang terdekat dari responden akan berpengaruh besar dalam
keinginanya untuk sembuh.
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan aplikasi/tindakan dari sikap
seseorang individu yang juga tidak terlepas dari pemahaman individu itu sendiri.
Sikap membuat seseorang positif terhadap nilai-nilai kesehatan tetapi tidak selalu
terwujud dalam suatu tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan
antara lain tergantung pada situasi saat itu, mengacu kepada pengalaman
seseorang dan juga orang lain serta dipengaruhi juga oleh nilai-nilai yang ada di
masyarakat tersebut. Selain itu perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa
hal antara lain lingkungan, sarana kesehatan dan perilaku petugas kesehatan.

45
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini telah diperoleh
Gambaran Tingkat Pemahaman Penderita Hipertensi dalam Bersikap dan Berperilaku
untuk Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah Tinggi, di wilayah kerja
Puskesmas Tanah Merah Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman penderita hipertensi tentang upaya mencegah kekambuhan
penyakit hipertensi kurang baik sejumlah 3 responden (30%) sisanya
berpemahaman baik sejumlah 7 responden (70%).
2. Sikap penderita hipertensi yang memiliki sikap negatif dalam upaya
mencegah kekambuhan penyakit hipertensi sejumlah 7 responden (70%) dan
positif sejumlah 3 responden (30%).
3. Perilaku penderita hipertensi tentang upaya mencegah kekambuhan penyakit
hipertensi baik sejumlah 4 responden (40%) dan responden yang kurang baik
dalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 6
responden (60%).

B. Saran
1. Untuk Masyarakat
Agar lebih meningkatkan pemahaman tentang upaya pencegahan terjadinya
penyakit hipertensi dengan mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan
oleh petugas kesehatan terdekat agar dapat terhindar penyakit hipertensi
secara dini.
2. Untuk Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan sosialisasi
tentang penyakit tekanan darah tinggi dan memberikan penyuluhan tentang
upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi secara dini dan tindakan

46
apa saja yang harus dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan
pentingnya memeriksakan tekanan darah secara teratur ke pelayanan
kesehatan terdekat.
3. Untuk Penderita Hipertensi
Agar lebih rajin dalam memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan
kesehatan terdekat atau rumah sakit serta mengikuti kegiatan yang berkaitan
dengan kesehatan untuk mencegah kekambuhan penyakit hipertensi serta
dapat termotivasi untuk menghindari hal-hal yang dapat menambah penyakit
hipertensi menjadi lebih parah lagi misalnya menghindari makanan yang
mengandung lemak seperti gorengan, daging kambing, santan, mengurangi
konsumsi garam dapur, minuman yang mengandung kafein, alcohol,
merokok, malas berolahraga, serta menjauhi stress.

47
DAFTAR PUSTAKA

Arora. 2008
5 langkah mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi. Jakarta : Bhauana
Ilmu Populer.
Bustan. 2000
Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta
Bloom, Benjamin S. 1975
Handbook on formative and summative evaluation of student learning. Paris:
UNESCO .
Depdikbud, (1994: 74)
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai. Pustaka .
Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, (2008 : 607-608)
Pengertiang pemahaman.
Gunawan Lany. 2000
Hipertensi Tekanan darah tinggi. Yogjakarta : Kanisus
Hidayat, Aziz Alimul. 2007
Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta :Salemba
Medika
Kompas Cyber Media. 2007. http/www depkes. Go.id/index, diakses 09-03-2009
pukul 08.50 WIB
Macnair, Trisha. 2001.
Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga
Mansjoer, Arif, dkk. 2001
Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius: FKUI
Notoatmodjo, Soekidjo. 1993.
Ilmu Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan edisi
pertama. Yogjakarta : Andi Offset
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002

48
Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Suddarth & Brunner. 2002.
Keterampilan Medikal Bedah vol. 2. Jakarta : EGC
Sarwono Warpadzi, Soeparman,dkk. 2006.
Ilmu Penyakit Dalam jilid VI. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.
Wolf Harf Peter. 2006.
Hipertensi. Jakarta : Buana Ilmu Populer

49
50
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Sebagai responden penelitian

Nama :

Judul : Gambaran Tingkat Pemahaman Penderita Hipertensi dalam Bersikap


dan Berperilaku untuk Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah Tinggi, di
wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah Tahun 2017.

Menyatakan tidak keberatan dan bersedia untuk menjadi responden dalam


penelitian yang dilakukan oleh tersebut diatas, saya bersedia berperan dalam
penelitian ini dan menandatangani lembar persetujuan sebagai responden peneliti.

Peneliti Responden

( ) ( )

51
KUESIONER PENELITIAN

Gambaran Tingkat Pemahaman Penderita Hipertensi dalam Bersikap


dan Berperilaku untuk Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah
Tinggi, di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah Tahun 2017.

A. Identitas
Petunjuk pengisian
Isilah data berikut ini dengan benar
a. Tanggal pengisian kuesioner :
b. Nama :
c. Umur :
d. Pendidikan :
e. Alamat :

B. Aspek pertanyaan pengetahuan


Petunjuk pengisian :
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar, dengan memberi
tanda (x) pada huruf pilihan tersebut!.
1. Penyakit hipertensi merupakan tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
2. Penderita tekanan darah tinggi penting memeriksakan tekanan darah ke
pelayanan kesehatan yang terdekat
Benar (1) Salah (0)
3. Membatasi makanan berlemak merupakan salah satu usaha untuk mencegah
tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
4. Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan tekanan darah
meningkat.

52
Benar (1) Salah (0)
5. Selain dari mengkonsumsi buah-buahan segar, usaha lain untuk mencegah
tekanan darah tinggi adalah olahraga secara teratur.
Benar (1) Salah (0)
6. Merokok dan minuman alcohol merupakan penyebab timbulnya kekambuhan
penyakit tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
7. Menjauhkan diri dari stress salah satu cara untuk mencegah tekanan darah
tinggi
Benar (1) Salah (0)
8. Dukungan keluarga merupakan salah satu yang penting untuk memotivasi
penderita hipertensi dalam menjalankan perubahan gaya hidupnya.
Benar (1) Salah (0)
9. Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan mengontrol pola makan
adalah usaha mencegah kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
10. Menjaga berat badan dalam kisaran normal bisa mengurangi risiko terjadinya
penyakit hipertensi
Benar (1) Salah (0)

C. Aspek Sikap
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
Keterangan “
S : Setuju TS : Tidak Setuju
No Pertanyaan S TS
1 Jika merasa pusing dan tengkuk terasa berat dalam jangka
waktu yang lama sebaiknya memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan terdekat.

53
2 Penderita hipertensi sebaiknya memeriksakan tekanan darah
secara teratur tiap bulan dan mengontrol pola makan.
3 Kurang istirahat dan banyak beban pikian dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat.
4 Penderita tekanan darah tinggi boleh melakukan olahraga
ringan seperti jogging, bersepeda dan berenang.
5 Konsumsi garam tidak perlu dihindari bagi penderita
hipertensi.
6 Mengurangi makanan yang mengandung lemak seperti
gorengan, dan makanan yang bersantan perlu dilakukan oleh
penderita hipertensi.
7 Jika istirahat cukup tetapi masih pusing, teruskan saja minum
obat anti hipertensi tidak perlu ke puskesmas.
8 Menurunkan berat badan secara bertahap bisa mengurangi
risiko tekanan darah tinggi.
9 Mengkonsumsi makanan seperti daging kambing dapat
meningkatkan tekanan darah tinggi.
10 Dukungan keluarga sangat penting perananya dalam
keberhasilan penderita hipertensi dalam menjalankan dietnya

D. Aspek Perilaku
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
Keterangan :
Melakukan
Tidak melakukan
No Pernyataan Melakukan Tidak
melakukan
1 Saya selalu mengontrol tekanan darah setiap

54
bulanya.
2 Saya tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolesterol tinggi seperti daging
merah, gorengan, jeroan.
3 Saya mengkonsumsi setidaknya lima porsi buah
dan sayuran segar setiap hari.
4 Saya selalu minum obat anti hipertensi secara
teratur jika tekanan darah tinggi.
5 Saya selalu meluangkan waktu untuk istirahat
walaupun pekerjaan menumpuk.
6 Saya berolahraga secara teratur untuk mengontrol
tekanan darah.
7 Saya tidak mengkonsumsi minum minuma keras
seperti anggur, pigur dan bir bila sedang
mempunyai masalah yang berat ataupun tidak
mempunyai masalah.
8 Saya mengurangi kebiasaan merokok dan
konsumsi makanan yang mengandung garam
tinggi untuk menghindari kekambuhan tekanan
darah tinggi.
9 Saya mengusahakan mengadakan rekreasi setelah
mengerjakan pekerjaan yang berat.
10 Saya akan mengontrol emosi saya jika sedang
marah/banyak pikiran.

55
KUNCI JAWABAN

A. Pemahaman Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Kekambuhan


Penyakit Hipertensi
1. Benar 6. Benar
2. Benar 7. Benar
3. Benar 8. Benar
4. Benar 9. Benar
5. Benar 10. Benar

B. Sikap Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Kekambuhan Penyakit


Hipertensi
1. Setuju
2. Setuju
3. Setuju
4. Setuju
5. Tidak Setuju
6. Setuju
7. Tidak Setuju
8. Setuju
9. Setuju
10. Setuju

C. Perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Kekambuhan


Penyakit Hipertensi
1. Melakukan
2. Melakukan
3. Melakukan
4. Melakukan

56
5. Melakukan
6. Melakukan
7. Melakukan
8. Melakukan
9. Melakukan
10. Melakukan

57

You might also like