Professional Documents
Culture Documents
MOLA HIDATIDOSA
Disusun Oleh :
N 111 17 034
Pembimbing Klinik :
TINJAUAN PUSTAKA
1 Trofoblas
Vili akan berkembang seperti akar pohon di mana di bagian tengah akan
mengandung pembuluh darah janin. Pokok vili (stem villi) akan berjumlah lebih
kurang 200, tetapi sebagian besar yang di perifer akan menjadi atrofik, sehingga
tinggal 40 – 50 kelompok sebagai kotiledon.
Luas kotiledon pada plasenta aterm diperkirakan 11 m2. Bagian tengah vili
adalah stroma yang terdiri atas fibroblas, beberapa sel besar (sel Hoffbauer) dan
cabang kapilar janin, bagian luar vili ada 2 lapis, yaitu sinsitiotrofoblas dan
sitotrofoblas, yang pada kehamilan akhir lapisan sitotrofoblas akan menipis. Ada
beberapa bagian sinsitiotrofoblas yang menebal dan melipat yang disebut sebagai
simpul (syncitial knots). Bila sitotrofoblas mengalami hipertrofi, maka itu petanda
hipoksia.
2. 1. Definisi
Sampai saat ini penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti,
namun faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan ini antara lain
(Mochtar R., 1998) :
Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan
Imunoselektif dari trofoblas
Kehamilan usia lanjut (> 35 tahun) atau terlalu muda (< 20 tahun)
Paritas tinggi (paritas > 3)
Genetik : mola parsialis (kromosom triploid atau tetraploid); mola
totalis (kromatin seks positif dengan kromosom 46 XX)
Jarak kehamilan : semakin dekat jarak kehamilan reaksi
imunologik trofoblastus dengan ibu semakin sering
Faktor infeksi :
o Endometriosis (degenerasi vaskular khorionik mola
hidatidosa);
o Infeksi viral (meningkatkan mitosis diferensiasi sitotrofoblas
dan sinsitiotrofoblas meningkat mola hidatidosa)
Sosial ekonomi rendah mempengaruhi hygiene, nutrisi dan
pendidikan
Malnutrisi terutama apabila kekurangan protein
Golongan darah : mola hidatidosa (golongan darah A),
khoriokarsinoma (golongan darah A)
2. 4. Klasifikasi
Patologi
Gambaran klinis
2. 5. Patofisiologi
Gangguan vaskularisasi fetus pada ovum patologik embrio mati/tidak
ada pada usia kehamilan 3-5 minggu sel-sel trofoblas masih mendapat nutrisi
dari ibu melalui ruang intervillosus penimbunan cairan dalam jaringan
mesenkim dan villi (terbentuk kista-kista kecil), berlangsung terus-menerus
terbentuk mola hidatidosa yang khas (tidak ada peredaran darah khorion, villi
yang kistik, sel-sel trofoblast yang berproliferasi, embrio mati/tidak ada,
peredaran darah ibu masih ada).
2. 6. Patologi
Sel-sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan
adanya sel sinsisial giantik (syncytial giant cells). Pada kasus mola banyak
dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-
60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hialng setelah
mola hidatidosa sembuh (Mochtar R., 1998).
2. 8. Diagnosis
a. Anamnesa/keluhan
Terdapat gejala-gejala hamil mmuda yang kadang-kadang lebih nyata
dari kehamilan biasa
Kadang terdapat tanda toksemia gravidarum
Terdapat perdarahan dalam jumlah sedikit sampai dengan banyak,
tidak teratur, warna tengguli tua atau kecoklatan
Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu
ada) yang merupakan diagnosa pasti
b. Inspeksi
Terkadang, muka dan badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang
disebut muka mola (mola face)
Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas
c. Palpasi
Uterus teraba lebih besar dibandingkan dengan usia kehamilan, selain
itu teraba lembek
Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement, maupun gerakan
janin
Adanya fenomena harmonika : darah dan gelembung mola keluar dan
fundus uteri turun; lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru
d. Auskultasi
Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
Terdengar bising dan bunyi khas
e. Reaksi Kehamilan
Karena kadar hCG yang tinggi maka uji biologik dan uji imunologik (Galli
Mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran (titrasi) :
Galli Mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa
Galli Mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau
hamil kembar. Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik
atau imunologik cairan serebro-spinal dapat menjadi positif.
f. Pemeriksaan Dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian
janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan
vagina, serta evaluasi keadaan serviks
g. Uji Sonde
Sonde dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis
dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik
sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-
Sison).
h. Foto Rontgen Abdomen
Tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan)
i. USG
Pada pemeriksaan USG akan terlihat gambaran yang khas, yaitu berupa
badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey
comb).
1. Pemeriksaan hCG
Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa.
Pemeriksaan hCG merupakan cara yang paling bermanfaat baik untuk
diagnosis maupun untuk pemantauan pada penderita penyakit trofoblas.
Human chorionic gonadotropin adalah hormon glikoprotein yang dihasilkan
oleh plasenta yang memiliki aktivitas biologis mirip LH. Sebagian besar hCG
diproduksi di plasenta, tetapi sintesanya juga terjadi pada ginjal janin. Begitu
pula ada jaringan janin lain yang membentuk baik molekul hCG maupun
molekul total hCG. Molekul hCG memiliki 2 rantai asam amino yakni α hCG
terdiri atas 92 asam amino dan rantai β hCG terdiri atas 145 asam amino yang
satu sama lain berikatan secara nonkovalen. Ikatan antara kedua rantai adalah
dengan gaya elektrostatik dan hidrofobik dan vitro ikatan itu dapat dipisahkan
(Bratakoesoema, 2006).
Pada kehamilan normal pemeriksaan terhadap β hCG dengan pereaksi
yang menggunakan antibodi monoklonal terhadap β hCG cukup dilakukan
secara kualitatif dengan menggunakan urin sebagai spesimen. Pemeriksaan
hCG serum secara kuantitatif pada kehamilan normal menunjukkan kadar hCG
mencapai puncaknya pada trimester pertama kehamilan, yakni pada hari ke 60-
70 kehamilan sebesar 100.000 mIU/ml. Pada mola hidatidosa dan tumor
trofoblas gestasional umumnya kadar hCG jauh lebih tinggi daripada kadar
puncak hCG pada kehamilan normal (Bratakoesoema, 2006).
Pada penderita penyakit trofoblas gestasional pemeriksaan hCG serum
harus dilakukan secara kuantitatif baik dengan pemeriksaan radio
immunoassay maupun enzyme immunoassay. Pemilihan pereaksi untuk
pemeriksaan hCG secara kuantitatif pada penyakit trofoblas gestasional harus
spesifik terhadap β hCG , karena rantai α hCG mirip dengan rantai α dari FSH,
LH dan TSH yang merupakan hormon-hormon glikoprotein yang dihasilkan
oleh lobus anterior hipofisis, sehinga dapat mengakibatkan terjadinya reaksi
silang dengan hormon hipofisis tersebut, dan mengakibatkan kadar yang
diperoleh bukan kadar HCG saja (false positive) (Bratakoesoema, 2006).
Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi parameter
dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa :
Gambar 2.9 Nilai rata – rata dari 95% confidence limit yang menggambarkan
kurva regresi normal gonadotropin korionik subunit β pasca mola
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan USG untuk mengetahui terjadinya mola hidatidosa,
maka dapat dibedakan antara mola komplit yang menunjukkan gambaran badai
salju dan mola parsial yang menunjukkan gambaran Swiss Cheese. Gambaran
sonoluscent yang terlihat berupa pulau-pulau kehitam-hitaman menunjukkan
adanya perdarahan. Dengan alat USG yang resolusinya lebih baik maka
gambaran yang tampak bukan gambaran badai salju melainkan gambaran
jaringan vesikuler yang memperlihatkan adanya gelembung-gelembung mola
dari berbagai ukuran (Bratakoesoema, 2006).
Pada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik,
sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed
abortion, abortus inkomplit atau mioma uteri. Untuk membedakan dengan
missed abortion dapat digunakan tes sonde dari Acosta Sison (Bratakoesoema,
2006).
Pada kehamilan trimester II gambaran mola hidatidosa umumnya lebih
spesifik. Kavum uteri berisi massa ekogenik bercampur bagian-bagian anekoik
vesikuler berdiameter antara 5-10 mm, gambaran tersebut dapat dibayangkan
seperti gambaran sarang lebah (honey comb) atau badai salju (snow flake
pattern). Pada 20-50 % kasus dijumpai adanya massa kistik multilokuler di
daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka-lutein (Saifuddin et all,
2008).
Gambar 2.11 Mola hidatidosa komplit dengan villi hidropik, villi tidak
memiliki pembuluh darah, proliferasi sitotrofoblas dan
sinsitiotrofoblas yang hiperplastik
Gambar 2.12 Mola hidatidosa parsial dengan vili korionik berbagai bentuk
maupun ukuran, serta terdapat edem fokal, melibatkan pula stroma
trofoblastik, villus aktif serta hiperplasia trofoblastik fokal
2. 9. Diagnosis Banding
1) Abortus inkompletus
2) Kehamilan Ektopik
3) Kehamilan ganda
4) Hidramnion
5) Kehamilan anembrionik
6) Mioma uteri
2. 10. Terapi
Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur
dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi
adalah karena umur tua dan paritas tinggi, kedua hal tersebut
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan
yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak
jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan
pemeriksaan histopatologik sudah tampak adanya tanda-tanda
keganasan berupa mola invasif/koriokarsinoma.
3) Follow-up
Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi pil.
Kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan
obseravasi. Pada kasus mola, pasien dinasihatkan untuk mematuhi jadwal
periksa ulang selama 2-3 tahun, dengan gambaran penjadwalan kontrol
sebagai berikut :
Setiap minggu pada triwulan pertama
Setiap 2 minggu pada triwulan kedua
Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3
bulan
Jika reaksi titer tetap (+), maka harus dicurigai adanya keganasan.
Keganasan masih dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola
hidatidosa. Menurut Harahap (1970), tumor timbul 34,5% dalam 6
minggu; 1% dalam 12 minggu; dan 79,4% dalam 24 minggu; serta 97,2%
dalam 1 tahun post evakuasi jaringan mola.
Apabila terdapat pertumbuhan jaringan trofoblas baru yang diketahui
dengan tanda klinis dan terdapat peningkatan β hCG yang ditetapkan
dengan kriteria Mozisuki dkk yakni :
2. 11. Komplikasi
Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat
berakibat fatal
Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
Infeksi sekunder
Perforasi karena keganasan dan karena tindakan
Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus, akan menjadi mola
destruens atau koriokarsinoma
Tirotoksikosis
Emboli sel trofoblas ke paru-paru
2. 12. Prognosis
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Z Nama Suami : Tn. R
Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun
Alamat : Jln. Padat Karya Alamat : Jln. Padat Karya
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
B. ANAMNESIS PASIEN
Keluhan Utama :
Perdarahan pervaginam
Riwayat Sekarang :
Pasien perempua MRS dengan keluhan adanya darah yang keluar dari
jalan lahir, keluhan ini dialami oleh pasien kurang lebih sejak 1 minggu yang
lalu. Keluarnya darah kadang bercampur dengan lendir dan tidak terdapat
gumpalan darah. Pasien mengeluhkan nyeri perut kanan bagian bawah sejak
kemarin sore SMRS, tidak ada pengeluaran darah dan nanah pada benjolan
tersebut. Pasien mengeluh mual (+), muntah (+), demam (-), batuk (-), sesaknafas
(-), BAB lancar dan BAK biasa.
Riwayat haid:
Haid pertama kali :13 tahun
Lama menstruasi 7 hari, siklus teratur
Darah haid banyak, ganti pembalut 3-4 kali sehari
Warna merah, tak berbau
Riwayat Kontrasepsi:
Menggunakan kontrasepsi suntik yang 3 bulan sudah digunakan selama 1 tahun
Riwayat Obstetri :
i. Anak pertama lahir di RSUD Undata tahun 2015, jenis kelamin perempuan,
aterm lahir normal dengan vacum, persalinan ditolong Dokter, BBL : 2800
gram, keadaan anak sekarang hidup.
ii. Anak kedua lahir di RS Nasanapura tahun 2016, jenis kelamin perempuan,
aterm lahir dengan SC, BBL :2900 gram, keadaan anak sekarang hidup.
Status Ginekologi
Pemeriksaan Dalam :
Perdarahan (+), jumlah sedikit-sedang
Portio lunak (+), tebal(+)
Pembukaan (-)
Pemeriksaan Ekstremitas :
1) Akral hangat
Ekstremitas Atas : +/+
Ekstremitas Bawah : -/-
2) Edema
Ekstremitas Atas : -/-
Ekstremitas Bawah : -/-
3) Pucat
Ekstremitas Atas : +/+
Ekstremitas Bawah : +/+
HCT 35,9 % 35 – 50
HCG +
HbsAg Non-reaktif
Ultrasonografi (USG) :
Kesan : Molahidatidosa
E. RESUME
Berdasarkan anamnesis pasien perempuan usia 28 tahun MRS dengan
keluhan adanya darah yang keluar dari jalan lahir, keluhan ini dialami oleh pasien
kurang lebih sejak 1 minggu yang lalu. Keluarnya darah kadang bercampur
dengan lendir dan tidak terdapat gumpalan darah. Pasien mengeluhkan nyeri perut
kanan bagian bawah sejak kemarin sore SMRS, tidak ada pengeluaran darah dan
nanah pada benjolan tersebut. Pasien mengeluh mual (+), muntah (+), demam (-),
batuk (-), sesaknafas (-), BAB lancar dan BAK biasa.
Pemeriksaan fisik :
TD : 100/60 N: 88 x/m, R: 22 x/m, S:36,5ºC.
Status Obstetri
Inspeksi :Perut tampak cembung, tampak bekas operasi, striae (+)
Palpasi: Tinggi Fundus Uteri teraba 2 jari dibawah pusat, pada perabaan abdomen,
dirasakan nyeri tekan terutama pada perut bagian kanan
Auskultasi: Peristaltic (+) kesan normal
Status Ginekologi
Pemeriksaan Dalam: Perdarahan (+), jumlah sedikit-sedang, Portio lunak (+),
tebal(+)
Pemeriksaan laboratorium :
RBC 4,01 x 106
WBC 10,7 x 103/L
HGB 11,4 gr/dl,
PLT 257 x 103/L,
HbsAg : non-reaktif,
HCG : (+)
Hasil USG : kesan molahidatidosa
G. DIAGNOSIS
Molahidatidosa
H. PLANNING
Planning Therapy
o Observasi KU + TTV
o IUFD RL 20 tpm
o Inj. Asam Tranexamat 250 mg/8jam/iv
o Pro-Kuretase
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia et bonam
Quo ad sanam : dubia et bonam
Quo ad functionam : dubia et bonam
FOLLOW UP
01/12/2018
S : Nyeri perut (+), mual (-) muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-) perdarahan
pervaginam (+) sedikit, BAK biasa, dan BAB lancar
02/12/2018
S : Nyeri perut (+), mual (-) muntah (-), nafsu makan baik, susah tidur (-)
pusing (-), sakit kepala (-) perdarahan pervaginam (+) , BAK biasa, dan
BAB lancar
Dokumentasi mola :
Gambar 1. Molahidatidosa. Terdapat jaringan bulat yang menyerupai
gelembung-gelembung putih, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi
Laporan Operasi :
1. Pasien diposisikan secara litotomi dibawah pengaruh anestesi
2. Desinfeksi daerah kerja menggunakan kasa steril dan betadine
3. Memasang duk steril untuk batasi area kerja
4. Memasang speculum anterior dan posterior pada mulut Rahim
5. Menjepit serviks dengan tenaculum pada arah jam 11
6. Melepaskan speculum anterior
7. Mengukur panjang uterus dengan sonde
8. Melakukan kuretase mola hingga dipastikan tidak ada mola yang tersisa,
dikeluarkan sisa mola sedikit
9. Melepas tenaculum dan speculum posterior
10. Membersihkan area kerja dengan kasa steril dan betadine
11. Memasang tampon vagina 1 buah
12. Membersihkan area luar vagina
13. Operasi selesai
03/12/2018
S : Nyeri perut post kuretase (+),perdarahan pervaginam (+) sedikit-sedikit,
mual (-) muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), BAK biasa, dan BAB
lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 130/70 mmHg
N: 84 x/m
P: 20 x/m
S : 36,5 °C
Konjungtiva anemis -/-
TFU : 4 jari dibawah umbilikus
Nyeri tekan suprapubik (+)
A : Post Kuret hari I atas indikasi molahidatidosa
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 1 ampul/8 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
Inj.Ondansentron 1 ampul/8 jam
Cefadroxil 500 mg 2x1
Metronidazole 500 mg 3x1
Metilergotamin 3x1
04/12/2018
S : Nyeri perut (-),perdarahan pervaginam (-) , mual (-) muntah (-), pusing (-),
sakit kepala (-), BAK biasa, dan BAB lancar
O :Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/m
Suhu : 36,8oC
Pernapasan : 20 x/menit
Konjungtiva anemis -/-
TFU : 4 jari dibawah umbilikus
Nyeri tekan suprapubik (-)
A : Post kuretase hari ke II a/i molahidatidosa
P : Cefadroxil 500mg 2x1
Metronidazole 500mg 3x1
Vit C 3x1
Metilergotamin 3x1 tab
Pasien boleh pulang, Kontrol poli
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien perempuan usia 28 tahun MRS dengan keluhan adanya darah yang
keluar dari jalan lahir, keluhan ini dialami oleh pasien kurang lebih sejak 1
minggu yang lalu. Keluarnya darah kadang bercampur dengan lendir dan tidak
terdapat gumpalan darah. Pasien mengeluhkan nyeri perut kanan bagian bawah
sejak kemarin sore SMRS, tidak ada pengeluaran darah dan nanah pada benjolan
tersebut. Pasien mengeluh mual (+), muntah (+), demam (-), batuk (-), sesaknafas
(-), BAB lancar dan BAK biasa.
Pemeriksaan fisik :
TD : 100/60 N: 88 x/m, R: 22 x/m, S:36,5ºC.
Status Obstetri
Inspeksi :Perut tampak cembung, tampak bekas operasi, striae (+)
Palpasi: Tinggi Fundus Uteri teraba 2jari dibawah pusat, Pada perabaan abdomen,
dirasakan nyeri tekan terutama pada perut bagian kanan
Auskultasi: Peristaltic (+) kesan normal
Status Ginekologi
Pemeriksaan Dalam: Perdarahan (+), jumlah sedikit-sedang, Portio lunak (+),
tebal(+)
Pemeriksaan laboratorium :
RBC 4,01 x 106
WBC 10,7 x 103/L
HGB 11,4 gr/dl,
PLT 257 x 103/L,
HbsAg : non-reaktif,
HCG : (+)
Hasil USG : kesan mola hidatidosa
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus
korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi
villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran
yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk,
2002 : 339).Mola dapat mengandung janin (mola parsial) atau tidak terdapat janin
di dalamnya (mola komplit). Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor –
faktor yang dapat menyebabkan antara lain, faktor ovum, imunoselektif dari
tropoblast, keadaan sosioekonomi yang rendah, paritas tinggi, kekurangan protein,
infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
De Cherney, Alan H., 2012, Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &
Gynecology, Tenth Edition, Mc Graw Hill Companies, Inc, United States.
Hadijanto, B., 2008, Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Norman F. Gant MD, Kenneth J., Md Leveno et al. Williams Obstetrics 21st Ed
: McGraw-Hill Professional