You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN STASE GADAR

PROGRAM PROFESI NERS STIKES KUNINGAN


TAHUN AKADEMIK 2018/2019

NAMA : SRI INDAH WULANDARI


NIM : JNR0180060
KASUS/SISTEM : EFUSI PLEURA / SISTEM RESPIRASI

A. DEFINISI
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain. (Amin Huda, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul
di rongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau
seluruhnya (Muralitharan, 2015).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dalam pleura berupa transudat dan eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi kapiler dan pleura viserali
(Padilla,2012).
B. ETIOLOGI
Efusi pleura disebabkan oleh :
1. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
2. Peningakatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4. Peningkatan tekanan negative intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Ada juga yang disebabkan oleh
1. Infeksi(eksudat)
- Tubercolosis
- Pneumonitis
- Emboli paru
- kanker
- Infeksi virus,jamur,dan parasit.
2. Non infeksi (transudat)
- Gagal jantung kongesif (90% kasus)
- Sindroma nefrotik
- Gagal hati
- Gagal ginjal
C. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik, timbul gejala sesuai
dengan penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam,
menggigil, dan nyeri dada pleuritik. Ketika efusi sudah membesar dan
menyebar, kemungkinan timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar
akan megakibatkan nafas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea
menjauhi sisi yang terkena, dullnes pada perkusi dan penurunan bunyi
pernapasan pada sisi yang terkena.
Menurut Irman Soemantri, 2007. Manifestasi klinis yang muncul adalah:
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada
3. Kesulitan bernafas
4. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
5. Keletihan
6. Batuk

D. PATOFISIOLOGI
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan
ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan
hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap
kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-
20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini
mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi
bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada
hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia),
peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat
dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada
gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan
hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun.
Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan
keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya
tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya
transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya
rendah.
PATHWAY
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2. CT Scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang
dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh
pembiusan lokal).
5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber
cairan yang terkumpul.
F. PEMERIKSAAN MEDIK
a. Posisi ½ duduk.
b. Oksigen (90 – 100%) sampai 12 liter/menit bila perlu dengan masker
NRBM.
c. Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2
tidak bisa dipertahankan ≥ 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran
tinggi, retensi CO2, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan
edema secara adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction,
dan ventilator.
d. Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila
ada.
e. Nitrogliserin sublingual atau intravena. Nitrogliserin peroral 0,4 – 0,6 mg
tiap 5 – 10 menit. Jika tekanan darah sistolik > 95 mmHg bisa diberikan
Nitrogliserin intravena mulai dosis 3 – 5 ug/kgBB.
f. Jika tidak memberi hasil memuaskan maka dapat diberikan Nitroprusid
IV dimulai dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon dengan
nitrat, dosis dinaikkan sampai didapatkan perbaikan klinis atau sampai
tekanan darah sistolik 85 – 90 mmHg pada pasien yang tadinya
mempunyai tekanan darah normal atau selama dapat dipertahankan
perfusi yang adekuat ke organ-organ vital.
g. Morfin sulfat 3 – 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg
(sebaiknya dihindari).
h. Diuretik Furosemid 40 – 80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis
ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip continue sampai dicapai
produksi urine 1 ml/kgBB/jam.
i. Bila perlu (tekanan darah turun / tanda hipoperfusi) : Dopamin 2 – 5
ug/kgBB/menit atau Dobutamin 2 – 10 ug/kgBB/menit untuk
menstabilkan hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respon
klinis atau keduanya.
j. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard.
k. Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak berhasil
dengan oksigen.
l. Operasi pada komplikasi akut infark miokard, seperti regurgitasi, VSD
dan ruptur dinding ventrikel / corda tendinae.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Airway
 Ada atau tidak penumpukan secret
 Reflek batuk menurun
 Reflek menelan menurun
 Wheezing
 Edema tracheal/faringeal
b. Breathing
 Sesak nafas
 RR >20 x/i
 Menggunakan otot bantu pernafasan
 Retraksi dinding dada asimitris
 Irama nafas tidak teratur,
 Pernafasan cepat dan dangkal
c. Circulation
 Nadi cepat
 TD meningkat atau hipotensi
 Distritmia
d. Disability
 Kesadaran GCS
 Pupil
 Mual / muntah
 Gelisah
 Nyeri dada
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
akumulasi sekret jalan napas.
b. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi
udara/cairan), gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses
inflamasi
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran alveolar kapiler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan keinginan makan sekunder akibat dyspnea
3. Intervensi keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Bersihan Jalan Nafas NOC : NIC :
tidak Efektif v Respiratory status Airway suction
berhubungan dengan :Ventilation v Pastikan
adanya akumulasi v Respiratory status : kebutuhan oral
sekret jalan napas Airway patency / tracheal
v Aspiration Control suctioning
Kriteria Hasil : v Auskultasi
v Mendemonstrasikan suara nafas
batuk efektif dan suara sebelum dan
nafas yang bersih, sesudah
tidak ada sianosis dan suctioning.
dyspneu (mampu v Informasikan
mengeluarkan sputum, pada klien dan
mampu bernafas keluarga
dengan mudah, tidak tentang
ada pursed lips) suctioning
v Menunjukkan jalan v Minta klien
nafas yang paten nafas dalam
(klien tidak merasa sebelum
tercekik, irama suction
nafas,frekuensi dilakukan.
pernafasan dalam v Berikan O2
rentang normal, tidak dengan
ada suara nafas menggunakan
abnormal) nasal untuk
v Mampu memfasilitasi
mengidentifikasikan suksion
dan mencegah factor nasotrakeal
yang dapat v Gunakan alat
menghambat jalan yang steril
nafas sitiap
melakukan
tindakan
v Anjurkan
pasien untuk
istirahat dan
napas dalam
setelah kateter
dikeluarkan
dari
nasotrakeal
v Monitor status
oksigen pasien
v Ajarkan
keluarga
bagaimana
cara
melakukan
suksion
v Hentikan
suksion dan
berikan
oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan
saturasi O2,
dll.
Airway
Management
v Buka jalan
nafas,
guanakan
teknik chin lift
atau jaw thrust
bila perlu
v Posisikan
pasien untuk
memaksimalka
n ventilasi
v Identifikasi
pasien
perlunya
pemasangan
alat jalan nafas
buatan
v Pasang mayo
bila perlu
v Lakukan
fisioterapi
dada jika perlu
v Keluarkan
sekret dengan
batuk atau
suction
v Auskultasi
suara nafas,
catat adanya
suara
tambahan
v Lakukan
suction pada
mayo
v Berikan
bronkodilator
bila perlu
v Berikan
pelembab
udara Kassa
basah NaCl
Lembab
v Atur intake
untuk cairan
mengoptimalk
an
keseimbangan.
v Monitor
respirasi dan
status O2
2. Pola Nafas tidak NOC : NIC :
efektif b.d penurunan v Respiratory status : Airway
ekspansi paru Ventilation Management
(akumulasi v Respiratory status :
udara/cairan) Airway patency v Buka jalan
v Vital sign Status nafas,
Kriteria Hasil : guanakan
v Mendemonstrasikan teknik chin lift
batuk efektif dan atau jaw thrust
suara nafas yang bila perlu
bersih, tidak ada v Posisikan
sianosis dan pasien untuk
dyspneu (mampu memaksimalka
mengeluarkan n ventilasi
sputum, mampu v Identifikasi
bernafas dengan pasien
mudah, tidak ada perlunya
pursed lips) pemasangan
v Menunjukkan jalan alat jalan nafas
nafas yang paten buatan
(klien tidak merasa v Pasang mayo
tercekik, irama bila perlu
nafas, frekuensi v Lakukan
pernafasan dalam fisioterapi
rentang normal, dada jika perlu
tidak ada suara v Keluarkan
nafas abnormal) sekret dengan
v Tanda Tanda vital batuk atau
dalam rentang suction
normal (tekanan v Auskultasi
darah, nadi, suara nafas,
pernafasan) catat adanya
suara
tambahan
v Lakukan
suction pada
mayo
v Berikan
bronkodilator
bila perlu
v Berikan
pelembab
udara Kassa
basah NaCl
Lembab
v Atur intake
untuk cairan
mengoptimalk
an
keseimbangan.
v Monitor
respirasi dan
status O2
Terapi
Oksigen :
v Bersihkan
mulut, hidung
dan secret
trakea
v Pertahankan
jalan nafas
yang paten
v Atur peralatan
oksigenasi
v Monitor aliran
oksigen
v Pertahankan
posisi pasien
v Onservasi
adanya tanda
tanda
hipoventilasi
v Monitor adanya
kecemasan
pasien
terhadap
oksigenasi
Vital sign
Monitoring
v Monitor TD,
nadi, suhu,
dan RR
v Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
v Monitor VS
saat pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
v Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
v Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas
v Monitor
kualitas dari
nadi
v Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
v Monitor suara
paru
v Monitor pola
pernapasan
abnormal
v Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit
v Monitor
sianosis
perifer
v Monitor
adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
v Identifikasi
penyebab dari
perubahan
vital sign
3. Gangguan pertukaran NOC : NIC :
gas berhubungan v Respiratory Status : Airway
dengan penurunan Gas exchange Management
kemampuan ekspansi v Respiratory Status :
paru, kerusakan ventilation v Buka jalan
membran alveolar v Vital Sign Status nafas,
kapiler Kriteria Hasil : guanakan
v Mendemonstrasikan teknik chin lift
peningkatan atau jaw thrust
ventilasi dan bila perlu
oksigenasi yang v Posisikan
adekuat pasien untuk
v Memelihara memaksimalka
kebersihan paru n ventilasi
paru dan bebas v Identifikasi
dari tanda tanda pasien
distress pernafasan perlunya
v Mendemonstrasikan pemasangan
batuk efektif dan alat jalan nafas
suara nafas yang buatan
bersih, tidak ada v Pasang mayo
sianosis dan bila perlu
dyspneu (mampu v Lakukan
mengeluarkan fisioterapi
sputum, mampu dada jika perlu
bernafas dengan v Keluarkan
mudah, tidak ada sekret dengan
pursed lips) batuk atau
v Tanda tanda vital suction
dalam rentang v Auskultasi
normal suara nafas,
catat adanya
suara
tambahan
v Lakukan
suction pada
mayo
v Barikan
pelembab
udara
v Atur intake
untuk cairan
mengoptimalk
an
keseimbangan.
v Monitor
respirasi dan
status O2
Respiratory
Monitoring

v Monitor rata –
rata,
kedalaman,
irama dan
usaha respirasi
v Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot tambahan,
retraksi otot
supraclavicula
r dan
intercostal
v Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
v Monitor pola
nafas
:bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes,
biot
v Monitor
kelelahan otot
diagfragma
(gerakan
paradoksis)
v Auskultasi
suara nafas,
catat area
penurunan /
tidak adanya
ventilasi dan
suara
tambahan
v Tentukan
kebutuhan
suction dengan
mengauskultas
i crakles dan
ronkhi pada
jalan napas
utama
v Auskultasi
suara paru
setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya
4. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari v Nutritional Status : Nutrition
kebutuhan tubuh food and Fluid Management
berhubungan dengan Intake v Kaji adanya
penurunan keinginan Kriteria Hasil : alergi
makan sekunder v Adanya makanan
akibat dyspnea peningkatan berat v Kolaborasi
badan sesuai dengan ahli
dengan tujuan gizi untuk
v Berat badan ideal menentukan
sesuai dengan jumlah kalori
tinggi badan dan nutrisi
v Mampu yang
mengidentifikasi dibutuhkan
kebutuhan nutrisi pasien.
v Tidak ada tanda v Anjurkan
tanda malnutrisi pasien untuk
v Tidak terjadi meningkatkan
penurunan berat intake Fe
badan yang berarti v Anjurkan
pasien untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
v Berikan
substansi gula
v Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat
untuk
mencegah
konstipasi
v Berikan
makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasika
n dengan ahli
gizi)
v Ajarkan pasien
bagaimana
membuat
catatan
makanan
harian.
v Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan
kalori
v Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
v Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
v Monitor adanya
penurunan
berat badan
v Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
biasa
dilakukan
v Monitor
interaksi anak
atau orangtua
selama makan
v Monitor
lingkungan
selama makan
v Jadwalkan
pengobatan
dan tindakan
tidak selama
jam makan
v Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
v Monitor turgor
kulit
v Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah
patah
v Monitor mual
dan muntah
v Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb,
dan kadar Ht
v Monitor
makanan
kesukaan
v Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
DAFTAR PUSTAKA

Kusumo, A. H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 1 2015. Jogjakatra:


MediAction Publishing.
Morton, G. P. (2012). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
Peate, M. N. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan edisi 2. Jakarta: Bumi
Medika.
Elizabeth M S Tobing, Widirahardjo. 2013. Karakteristik Penderita Efusi Pleura
di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011.Volume 1, 1-2.

You might also like