Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Baja
Baja adalah besi karbon campuran logam yang dapat berisi konsentrasi dari
elemen campuran lainnya, ada ribuan campuran logam lainnya yang mempunyai
perlakuan bahan dan komposisi berbeda. Sifat mekanis pada baja bergantung
karbonnya, yaitu jenis karbon rendah, karbon sedang dan karbon tinggi.
Baja merupakan bahan dasar vital untuk industri. Semua segmen kehidupan,
kerangka gedung dan jembatan menggunakan baja. Besi baja menduduki peringkat
pertama di antara barang tambang logam dan produknya melingkupi hampir 90%
Baja jenis ini mempunyai kandungan karbon di bawah 0,25%. Baja karbon
rendah tidak merespon pada perlakuan panas (heat treatment) yang bertujuan untuk
dilakukan dengan perlakuan dingin (cold work). Struktur mikro baja karbon rendah
6
terdiri dari unsur pokok ferit dan perlit, karena itu baja ini relatif lunak dan lemah
tapi sangat bagus pada kelenturannya dan kekerasannya serta baja jenis ini
machinable dan kemampulasan yang baik. Baja karbon rendah sering digunakan
pada:
konstruksi.
Biasanya karbon jenis ini memiliki sifat-sifat mekanik antara lain memiliki
kekuatan luluh 275 MPa (40.000 psi), kekuatan maksimum antara 415 dan 550 MPa
Baja karbon sedang memiliki kandungan karbon antara 0,25 dan 0,60%.
Baja jenis ini dapat diberi perlakuan panas austenizing, quenching, dan tempering
kemampukerasan yang rendah serta dapat berhasil diberi perlakuan panas hanya di
bagian-bagian yang sangat tipis dan dengan rasio quenching yang sangat cepat.
yang berdampak pada penurunan nilai kekerasannya. Baja karbon sedang ini biasa
7
dipakai untuk roda dan rel kereta api, gears, crankshafts, dan bagian-bagian mesin
lainnya yang membutuhkan kombinasi dari kekuatan tinggi, tahan aus dan keras.
Baja karbon tinggi biasanya memiliki kandungan karbon antara 0,60 dan
1,40%. Baja karbon tinggi adalah adalah baja yang paling keras dan kuat serta
paling rendah kelenturannya di antara baja karbon lainnya. Baja ini mempunyai
tegangan tarik paling tinggi dan banyak digunakan untuk material tools. Salah satu
aplikasi dari baja ini adalah pembuatan kawat baja dan kabel baja. Berdasarkan
jumlah karbon yang terkandung di dalam baja maka baja karbon ini banyak
digunakan dalam pembuatan pegas, alat perkakas seperti palu, gergaji, atau pahat
potong. Selain itu baja jenis ini banyak digunakan untuk keperluan industri lain
seperti pembuatan kikir, pisau cukur, mata gergaji dan lain sebagainya.
Baja paduan didefinisikan sebagai suatu baja yang dicampur dengan satu
mangan dan wolfram yang berguna untuk memperoleh sifat-sifat yang dikehendaki
(kuat, keras). Suatu kombinasi antara dua atau lebih unsur campuran, misalnya baja
yang dicampur dengan unsur kromium dan molybdenum, akan menghasilkan baja
yang mempunyai sifat keras yang baik dan sifat kenyal (sifat logam ini membuat
baja dapat dibentuk dengan cara dipalu ditempa, digiling, dan ditarik). Jika
dicampur dengan krom dan molibdenum akan menghasilkan sifat kenyal yang
memuaskan serta tahan terhadap panas. Baja paduan dihasilkan dengan biaya untuk
8
2.4 Pengaruh Unsur Paduan
paduan dengan jumlah tertentu. Jumlah unsur paduan sangat rendah biasanya
sedikit mempengaruhi sifat mekanik atau sifat-sifat khusus dari baja tersebut. Baja
mempertimbangkan sifat mekanis atau sifat khusus, baja ini di kenal dengan baja
karbon biasa atau sering di sebut dengan plain carbon steel, tetapi untuk
inginkan maka di dalam baja di tambahkan unsur paduan dalam persentase yang
relatif tinggi. Setiap unsur paduan yang di tambahkan memiliki pengaruh yang
berbeda dan pada prinsipnya adalah memperbaiki kekurangan dari sifat-sifat yang
di miliki oleh baja karbon. Berikut adalah pengaruhnya terhadap paduan baja :
dapat memperlebar range nilai kekerasan dan kekuatan bahan. Selain itu, karbon
larut dalam ferit dan membentuk sementit, perlit dan bainit, mempermudah dalam
kekerasan dan elastisitas akan tetapi menurunkan kekuatan tarik dan keuletan dari
baja. Tapi penambahan silikon yang berlebihan akan menyebabkan baja tersebut
mudah retak. Silikon berupa massa hitam mirip logam yang meleleh pada 1410°C.
9
Unsur ini mempunyai kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan oksigen
Mempunyai sifat yang tahan terhadap gesekan dan tahan tekanan (impact
load). Unsur ini mudah berubah kekerasannya pada kondisi temperatur yang tidak
tetap dan juga digunakan untuk membuat alloy mangan tembaga yang bersifat
pengerjaan panas. Mangan dapat larut, membentuk solid solution strength dan
hardness.
gesekan tinggi.
menaikkan daya tahan korosi dan daya tahan terhadap oksidasi yang tinggi dan
10
meningkatkan mampu las dan mampu panas baja. Kekuatan tarik, ketangguhan
serta ketahanan terhadap abrasi juga bisa meningkat. Bisa juga meningkatkan
Nikel memberi pengaruh sama seperti Mn yaitu menurunkan suhu kritis dan
menambah keuletan. Nikel sangat penting untuk kekuatan dan ketangguhan dalam
banyak maka austenit akan stabil hingga mencapai temperatur kamar. Selain itu
korosi.
Titanium adalah logam yang lunak, tapi bila dipadukan dengan nikel dan
karbon akan lebih kuat, tahan aus, tahan temperatur, dan tahan korosi Unsur
pertumbuhan butir.
11
2.5 Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Baja tahan karat atau stainless steel adalah paduan baja yang terdiri dari
minimal 10,5% Cr. Beberapa baja tahan karat mengandung lebih dari 30% Cr atau
kurang dari 50% Fe. Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan
film oksida kromium, dimana lapisan oksida ini menghalangi lapisan oksida besi
sulfur dan selenium. Karbon biasanya diberikan dengan besar antara kurang dari
Baja tahan karat biasanya dibagi lima jenis, yaitu: baja tahan karat martensit,
baja tahan karat feritik, baja tahan karat austenitik, baja tahan karat duplex, dan baja
Baja tahan karat martensit adalah paduan dari kromium dan karbon yang
memiliki penyimpangan struktur kristal body centered cubic (bcc) atau martensit
ketika kondisi dikeraskan. Baja tahan karat ini ferromagnetic dan dapat dikeraskan
melalui perlakuan-perlakuan panas serta biasanya tahan korosi hanya pada kondisi
lingkungan yang sejuk. Biasanya baja tahan karat jenis ini mengandung kromium
antara 10,5% sampai 18% dan karbon lebih dari 1,2%. Kandungan kromium dan
menjaga kekuatan potong, contohnya pada kasus mata pisau. Unsur-unsur seperti
12
respon tempering setelah dikeraskan. Sedikit nikel bisa ditambahkan untuk
Baja tahan karat feritik adalah paduan yang mengandung kromium sebagai
antara 10,5% - 30 %. Pada beberapa jenis, baja tahan karat jenis ini dapat
ferromagnetic. Baja tahan karat jenis ini mempunyai kelenturan dan kemampuan
dibentuk yang sangat baik, tapi kekuatan pada temperatur tinggi relatif buruk
Struktur ini dapat menggunakan secara bebas unsur-unsur penyebab austenit seperti
nikel, mangan, dan nitrogen. Baja ini nonmagnetic di kondisi anil dan dapat
kromium biasanya bervariasi antara 16% sampai 26%, nikel bisa mencapai 35%;
13
dibutuhkan seperti tahan akan oksidasi. Sulfur atau selenium dapat ditambahkan
produk medis. Mereka banyak digunakan tidak hanya karena ketahanan korosi
mereka tetapi karena mereka mudah dibentuk, dapat dibuat, dan tahan lama.
Beberapa grade paduan tinggi digunakan untuk servis suhu sangat tinggi (di atas
1000 c) untuk aplikasi seperti cetakan perlakuan panas. Selain tingkat kromium
yang lebih tinggi, paduan ini biasanya mengandung tingkat silikon (dan kadang-
kadang aluminium) dan karbon yang lebih tinggi, untuk mempertahankan oksidasi
Baja tahan karat duplex memiliki perpaduan antara bcc ferrite dan fcc
austenite. Unsur utama pada baja tahan karat jenis ini adalah kromium dan nikel,
korosinya.
Ketahanan korosi dari baja tahan karat duplex adalah seperti baja tahan karat
austenitik dengan kandungan paduan yang sama. Meskipun begitu, baja tahan karat
duplex memiliki kelenturan dan kekuatan luluh yang tinggi serta lebih baik
jenis austenitik. Nilai kekerasan dari baja tahan karat ini di antara baja tahan karat
14
2.5.5 Baja Tahan Karat Pengerasan Presipitasi
titanium. Baja tahan karat jenis ini dapat berubah menjadi austenitik atau
martensitik pada kondisi anil. Ketika menjadi austenitik di kondisi anil, sering
kasus, baja tahan karat jenis ini dapat mencapai kekuatan yang tinggi dengan cara
stainless steel terbagi menjadi beberapa kategori dan juga jenis. Secara sederhana,
stainless steel terbagi atas lima kategori dasar, yaitu martensitic, ferritic, austenitic,
15
2.6 Struktur Baja Tahan Karat
Memperhatikan unsur Cr, yang menjadi komponen utama pada baja tahanan
karat, diagram fasa Fe-Cr ditunjukkan pada gambar 2.2. Cr dapat larut dalam besi
memperluas daerah α (ferit). Dalam baja dengan 12%Cr pada temperatur di atas 900
℃ terjadi fasa γ (austenit). Dalam paduan yang nyata, C dan N juga terkandung, jadi
fasa γ diperluas ke daerah yang mempunyai konsentrasi Cr lebih tinggi. Baja tahan
karat 12%Cr biasa dipakai, diaustenitkan dari 900 sampai 1000 ℃ tergantung kadar C
nya, dan dicelup dingin pada minyak. Sehingga mempunyai struktur martensit ia
Dari gambar 2.2 baja 18% Cr seharusnya mempunyai fasa α dimulai dari
fasa γ. Oleh karena itu perlakuan panas untuk mendapat fasa α dilakukan dibawah 850
16
Struktur baja 18%Cr-8Ni adalah struktur dua fasa dari 𝛼 + 𝛾 dalam
austenit dan setelah pendinginan dalam air atau dalam udara fasa 𝛾 terbentuk pada
temperatur kamar sukar bertransfortasi ke fasa 𝛼 baja ini dinamakan baja tahan karat
austenit. Fasa 𝛾 merupakan fasa metastabil, sebagai contoh kalau diadakan deformasi
plastik bisa terjadi transformasi martensit. Kalau baja dipergunakan dalam bentuk
austenit, maka perlu diadakan perlakuan panas untuk membentuk austenit tadi setelah
dilakukan deformasi plastik, atau perlu dipakai baja yang mengandung lebih banyak
Ni untuk memberikan kestabilan pada fasa austenit. Untuk menentukan fasa dari Baja
Tahan karat kita dapat menggunakan diagram schaeffler dibawah ini (Surdia, 1999).
AISI tipe 316 stainless steel sebagai salah satu jenis austenitic stainless steel
banyak digunakan dalam trim eksterior laut, peralatan industri sebagai pipa dan
17
bahan tabung pemanas super dan merupakan bahan kandidat penting untuk
kromium kurang dari 12 wt%). Dengan jumlah lebih dari jumlah kromium ini,
stainless steel sangat tahan terhadap korosi dan oksidasi di lingkungan tertentu.
Baja ini benar-benar disebut baja tahan korosi, atau corrosionresistant steels
(CRES), seperti yang diminta pada beberapa gambar dan daftar material yang lebih
baja. Ini adalah lapisan tak terlihat yang melekat pada permukaan baja. jika stainless
steel tergores, oksidasi kromium oksida pasif di udara, sehingga melindungi baja
membuat sifat bahan tersebut menjadi tahan terhadap karat. Stainless steel
stainless steel atas martensitic, ferrisitic, dan austenititc stainless steel yang
dibedakan atas beberapa seri. Stainless steel 316 adalah salah satu varian
molybdenum alloy austenitic stainless steel dengan komposisi rendah karbon yang
tahan terhadap korosi. Pada umumnya stainless steel jenis ini digunakan pada
18
industri tekstil, instrumen industri makanan dan minuman, instrumen industri
farmasi, instrumen medis, industri pipa air. Material tersebut memiliki komposisi
2.8 Mechanical Properties dan Komposisi Unsur Kimia pada ASTM 249
tipe 316
Baja tipe 316 ini adalah baja tahan karat austenitik kromium-nikel yang
yang cukup baik, khususnya ketahanan terhadap korosi lubang yang biasanya
terjadi akibat adanya kontaminasi dengan larutan klorida. Pada tabel dibawah ini
kita dapat melihat Mechanical Properties dan komposisi unsur kimia stainless steel
19
Tabel 2.2 Komposisi kimia stainless steel 316
Composition Type 316 % Type 316L %
Carbon 0.08 max. 0.03 max.
Manganese 2.00 max. 2.00 max.
Phosphorus 0.045 max. 0.045 max.
Sulfur 0.030 max. 0.030 max.
Silicon 0.75 max. 0.75 max.
Chromium 16.00 – 18.00 max. 16.00 – 18.00 max.
Nickel 10.00 – 14.00 max 10.00 – 14.00 max
Molybdenum 2.00 – 3.00 2.00 – 3.00
Nitrogen 0.10 max. 0.10 max.
Iron Balance Balance
perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran, kendaraan
reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat lapisan keras
reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya
merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu
rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara
20
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya
pengetahuan harus turut serta mendampingi praktek. Secara lebih terperinci dapat
sambungan las, harus direncanakan pula tentang pengelasan, cara pemeriksaan, bahan
las dan jenis las yang akan dipergunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian
metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las
adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi
panas, pada waktu ini telah digunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk
pengelasan yang dilaksanakan dengan hanya menekan dua logam yang disambung
sehingga terjadi ikatan antara atom-atom atau molekul-molekul dari logam yang
disambungkan.
Mengelas menurut Alip (1989) adalah suatu aktifitas menyambung dua bagian
benda atau lebih dengan cara memanaskan atau menekan atau gabungan dari
keduanya sedemikian rupa sehingga menyatu seperti benda utuh. Penyambungan bisa
dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal) yang sama atau berbeda titik cair
maupun strukturnya.
21
2.10 Proses pengelasan elektroda terbungkus (SMAW)
tenaga listrik sebagai sumber panasnya. Menurut (Arifin, 1997) las busur listrik
merupakan salah satu jenis las listrik dimana sumber pemanasan atau pelumeran
bahan yang disambung atau di las berasal dari busur nyala listrik. Las busur listrik
dengan metode elektroda terbungkus adalah cara pengelasan yang banyak di gunakan
pada masa ini, cara pengelasan ini menggunakan elektroda logam yang di bungkus
dengan fluks. Las busur listrik terbentuk antara logam induk dan ujung elektroda,
karena panas dari busur, maka logam induk dan ujung elektroda tersebut mencair dan
terbungkus dan logam induk. Busur ini ditimbulkan oleh adanya sentuhan singkat
elektroda pada logam dan panas yang ditimbulkan oleh busur akan meleleh pada
permukaan logam induk untuk membentuk logam lelehan, kemudian akan membeku
bersama.
22
2.11 Arus pengelasan
Arus pengelasan adalah besarnya aliran atau arus listrik yang keluar dari mesin
las. Besar kecilnya arus pengelasan dapat diatur dengan alat yang ada pada mesin las.
Arus las harus disesuaikan dengan jenis bahan dan diameter elektroda yang di gunakan
dalam pengelasan.
penetrasi las yang rendah, sedangkan arus yang terlalu besar akan mengakibatkan
terbentuknya manik las yang terlalu lebar dan deformasi dalam pengelasan. Pada tabel
2.3 kita dapat melihat penggunaan arus yang di rekomendasikan untuk pengelasan
2.12 Elektroda
(Elektroda) yang terdiri dari suatu inti terbuat dari suatu logam di lapisi oleh lapisan
yang terbuat dari campuran zat kimia, selain berfungsi sebagai pembangkit, elektroda
23
Elektroda terdiri dari dua jenis bagian yaitu bagian yang bersalut (fluks) dan
tidak bersalut yang merupakan pangkal untuk menjepitkan tang las. Fungsi fluks atau
lapisan elektroda dalam las adalah untuk melindungi logam cair dari lingkungan udara
Pada dasarnya bila di tinjau dari logam yang di las, kawat elektroda dibedakan
menjadi elektroda untuk baja lunak, baja karbon tinggi, baja paduan, besi tuang, dan
logam non ferro. Bahan elektroda harus mempunyai kesamaan sifat dengan logam
(Suharto, 1991). Pemilihan elektroda pada pengelasan baja karbon sedang dan baja
karbon tinggi harus benar-benar diperhatikan apabila kekuatan las diharuskan sama
AWS (American Welding Society) dan ASTM (American Society Testing Material).
Welding Society) dan ASTM (American Society Testing Material). Elektroda jenis
A5.4 E316-16 dapat dipakai dalam segala posisi pengelasan dengan arus las AC
ataupun DC. Elektroda dengan kode E316-16 untuk setiap huruf dan angka memiliki
24
E = Elektroda untuk busur listrik
Adapun Komposisi dari elektroda E316-16 dapat kita lihat pada tabel 2.4.
Tiga daerah hasil pengelasan yang akan kita temui bila kita melakukan
pengelasan daerah yang pertama yaitu logam las adalah daerah dimana terjadi
pencairan logam dan dengan cepat kemudian membeku. Daerah yang kedua yaitu
daerah logam induk yang mengalami perubahan struktur atau susunan dari logam
akibat panas dari tindakan pengelasan. Daerah yang kedua ini sering disebut dengan
Heat Affected Zone (HAZ). Daerah yang ke tiga adalah daerah logam itu sendiri
Daerah HAZ merupakan daerah paling kritis dari sambungan las, karena
selain berubah strukturnya juga terjadi perubahan sifat pada daerah ini. Secara
25
umum struktur dan sifat daerah panas efektif di pengaruhi dari lamanya
Kampuh las merupakan bagian dari logam induk yang akan diisi oleh logam
las. Kampuh las awalnya adalah berupa kubungan las yang kemudian diisi dengan
logam las. Kampuh V Tunggal banyak digunakan pada sistem sambungan pada pelat-
pelat tebal. Untuk pengelasan dengan kampuh V tunggal dilakukan pengelasan pada
satu sisi (single side) dengan urutan pengelasan mulai dari akar (root), pengisian
hendaknya mengahasilkan sambungan yang berkualitas dari segi kekuatan dan lapisan
las dari bahan atau logam yang dilas, di mana untuk menghasilkan sambungan las
yang berkualitas hendaknya kedua ujung/bidang atau bagian logam yang akan dilas
26
Banyaknya lapisan untuk mengelas kampuh V ditentukan oleh tebalnya pelat.
dipergunakan untuk menyambung logam atau plat dengan ketebalan 6-15 mm.
Sambungan ini terdiri dari sambungan kampuh V terbuka dan sambungan kampuh V
dengan ketebalan 6-15 mm dengan sudut kampuh antara 60°-80°, jarak akar 2 mm,
tinggi akar 1-2 mm ( Sonawan, 2004). Kampuh V tunggal terbuka dapat dilihat pada
gambar berikut:
70°
2
2
Pengelasan dengan las elektroda terbungkus, las MIG dan las TIG adalah cara
yang banyak digunakan dalam pengelasan baja tahan karat pada waktu ini. Disamping
itu kadang-kadang digunakan juga las busur rendam, las sinar elektron dan las
resistansi listrik. Karena baja tahan karat adalah baja paduan tinggi, maka jelas bahwa
kwalitas sambungan lasnya sangat dipengaruhi dan menjadi getas oleh panas atmosfer
27
2.15.1 Sifat mampu-las baja tahan karat
pengelasan akan membentuk martensit yang keras dan getas sehingga sifat
mampu-lasnya kurang baik. Dalam mengelas baja tahan karat jenis ini harus
diperhatikan dua hal yaitu : pertama harus diberikan pemanasan mula sampai
suhu antara 200 dan 400 ℃ dan suhu antara pengelasan lapisan harus ditahan
jangan terlalu dingin dan kedua segera setelah selesai pengelasan suhunya
Baja tahan karat jenis ferit sangat sukar mengeras, tetapi butirnya
ke 400 ℃. Karena sifatnya ini maka pada pengelasan baja ini harus dilakukan
pemasan mula antara 70 sampai 100 ℃ untuk menghindari retak dingin dan
Baja tahan karat jenis ini mempunyai sifat mampu las yang lebih baik
bila dibanding dengan kedua jenis yang lainnya. Tetapi walaupun demikian
pada pendinginan lambat dari 680 ℃ ke 480 ℃ akan terbentuk karbid khrom
28
Endapan ini terjadi pada suhu sekitar 650 ℃ dan menyebabkan penurunan
Gambar 2.9 Endapan Antar Butir Karbid Khrom dari Baja 18 Cr-8 Ni
karbon dan membentuk senyawa karbon karbida di batas butir baja stainless steel
atom-atom C pada intersisi yang awalnya didalam grain atau butir akan bebas
berdifusi dan cenderung menuju batas butir. Namun atom-atom Cr berbeda, pada
posisi subsitusi sangat susah untuk berdifusi bebas saat baja dioperasikan dalam
Kandungan Cr didekat batas butir akan turun hingga kurang lebih 2%. Sensititasi
adalah masalah yang sering terjadi terutama pada austenitik dan feritik stainless
steel, bila karbida kromium (atau nitrida) mengendap batas butir. Pada austenitik,
kromium ini berupa karbida saat stainless steel terkena suhu di kisaran 600-850 ℃.
Karena kromium telah menyebar ke karbida, ada didaerah kromium yang habis
29
intergranular kemungkinan akan terjadi pada batas butir, karena kandungan
kromium di daerah kromium terkuras kurang dari 10,5 wt% yang diperlukan untuk
Ini adalah cacat hanya jika Stainless steel terkena korosif yang tepat
lingkungan, seperti asam; Namun, beberapa Stainless steel peka telah "berkarat"
atau teroksidasi saat hanya terpapar udara. Pengelasan pada stainless steels paling
sering menghasilkan sensitisasi di zona yang terkena panas (HAZ), karena daerah
ini berada dalam suhu sensitisasi rentang selama pemanasan, pengelasan, dan
pendinginan (lihat Gambar 2.10). pengelasan yang peka dan sering terkena
lingkungan korosif tunjukkan "gerobak roda" atau garis korosi paralel di sepanjang
Dibawah ini ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi
30
1. Gunakan logam dasar dan pengisi dengan kadar karbon serendah mungkin
dan titanium (Ti). Unsur-unsur ini adalah pembentuk karbida yang lebih
4. Gunakan masukan panas las rendah dan suhu interpass rendah untuk
pendinginan.
dan paduannya. Pengujian ini paling sering di lakukan karena merupakan dasar
pengujian-pengujian dan studi mengenai kekuatan bahan. Hasil yang diperoleh dari
proses pengujian tarik adalah kurva tegangan, regangan, parameter kekuatan, dan
31
Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinyu dan pelan-pelan
perpanjangan yang di alami benda uji. Kemudian dapat dihasilkan grafik tegangan
dan regangan.
𝐏𝐮
𝛔𝐮 = ............................................................................................................... (1)
𝐀𝟎
Keterangan :
𝐋𝐟 − 𝐋𝟎
𝛆= ............................................................................................................ (2)
𝐋𝟎
menambahkan beban maka akan mengakibatkan perubahan bentuk pada benda uji
Prosentase pengecilan yang terjadi pada daerah patahan dapat dinyatakan dengan
rumus:
32
𝑨𝟎 − 𝑨𝟏
𝒒= × 𝟏𝟎𝟎% ........................................................................................... (3)
𝑨𝟎
pengujian akan mencatat setiap kondisi bahan sampai terjadinya tegangan ultimate,
juga sekaligus akan menggambarkan diagram tarik benda uji, adapun panjang 𝑳𝒇
akan diketahui setelah benda uji patah dengan mengunakan pengukuran secara
normal. Tegangan ultimate adalah tegangan tertinggi yang bekerja pada luas
penampang semula. Diagram yang diperoleh dari uji tarik pada umumnya
33
2.18 Uji kekerasan
banyak arti tergantung pada pengalaman pihak-pihak yang terlibat. Pada umumnya,
Uji kekerasan lekukan yang pertama kali banyak digunakan serta disusun
pembakuannya adalah metode yang diajukan oleh J.A. Brinell pada tahun 1900. Uji
memakai bola baja berdiameter 10 mm dan diberi beban 3000 kg. untuk logam
lunak, beban dikurangi hingga tinggal 500 kg, untuk menghindari jejak yang dalam,
dan untuk bahan yang sangat keras, digunakan paduan karbida tungsten, untuk
biasanya 30 detik, dan diameter lekukan diukur dengan mikroskop daya rendah,
setelah beban tersebut dihilangkan. Kemudian dicari harga rata-rata dari 2 buah
pengukuran diameter pada jejak yang berarah tegak lurus. Angka kekerasan Brinell
(BHN) dinyatakan sebagai beban p dibagin luas permukaan lekukan. Rumus untuk
34
D= diameter bola, mm
d= diameter lekukan, mm
t= kedalaman jejak, mm
piramid yang saling berhadapan adalah 136o . Sudut ini dipilih, karena nilai tersebut
lekukan dan diameter bola penumbuk pada uji kekerasan Brinell. Karena bentuk
penumbuknya piramid, maka pengujian ini sering dinamakan uji kekerasan piramid
intan. Angka kekerasan piramid intan (DPH), atau angka kekerasan vickers (VHN
atau VPH), didefinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan lekukan. Pada
prakteknya luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik panjang diagonal jejak.
2𝑃 sin(𝐴/2) 1.854𝑃
DPH= = ................................................................................... (5)
𝐿2 𝐿2
35
L = panjang diagonal rata-rata, mm
Sifat-sifat fisis dan mekanik dari material tergantung dari struktur mikro
material tersebut. Struktur mikro dalam logam (paduan) di tunjukan dengan besar,
bentuk dan orientasi butirnya, jumlah fasa, proporsi dan kelakuan dimana mereka
tersusun atau terdistribusi. Struktur mikro dari paduan tergantung dari beberapa
faktor seperti, elemen paduan, konsentrasi dan perlakuan panas yang diberikan.
a. Sectioning (Pemotongan)
Pemotongan ini dipilih sesuai dengan bagian yang akan diamati struktur
36
b. Grinding (Pengamplasan kasar)
Tahap ini untuk menghaluskan dan merataka permukaan spesimen uji yang
c. Polishing (Pemolesan)
mengkilap, tidak boleh ada goresan. Pada tahap ini dilakukan dengan
menggunakan kain yang telah olesi autosol. Untuk mendapatkan hasil yang
sampai bersih.
d. Etching (Pengetsaan)
Hasil dari proses pemolesan akan berupa permukaan yang mengkilap seperti
cermin. Agar struktur terlihat jelas maka permukaan tersebut dietsa. Dalam
pengetsaan jangan terlalu kuat karena akan terjadi kegosongan pada benda uji.
37
e. Pemotretan
38