You are on page 1of 14

Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit

1. Pengertian kepuasan
Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang; perihal (hal
yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan
sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan
mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa.

Menurut Oliver (dalam Supranto, 2001) mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat


perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya
dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja
yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan
akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan sangat puas.
Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas harapan
pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya
serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih
lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang
perusahaan tersebut.

Menurut Kotler (1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah


membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya.
Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan
pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Upaya untuk
mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah, Mudie dan Cottom
menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya
untuk sementara waktu (Tjiptono, 1997).

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan adalah perasaan senang, puas individu karena antara harapan dan
kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang diberikan terpenuhi.

2. Pengertian kepuasan pasien

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah hal penting
yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat
berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian
terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan
memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya.
Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus
menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak
dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.

Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan
berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut pelanggan. Junaidi (2002)
berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu produk dengan kinerja yang
dirasakan konsumen atas poduk tersebut. Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan
konsumen maka konsumen akan mengalami kepuasan.

Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh Indarjati (2001) yang menyebutkan adanya
tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan oleh konsumen berkaitan dengan
perbandingan antara harapan dan kenyataan, yaitu jika harapan atau kebutuhan sama
dengan layanan yang diberikan maka konsumen akan merasa puas. Jika layanan yang
diberikan pada konsumen kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan
konsumen maka konsumen menjadi tidak puas. Kepuasan konsumen merupakan
perbandingan antara harapan yang dimiliki oleh konsumen dengan kenyataan yang
diterima oleh konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen dengan
kenyataan yang diterima oleh konsumen pada saat mengkonsumsi produk atau jasa.
Konsumen yang mengalami kepuasan terhadap suatu produk atau jasa dapat
dikategorikan ke dalam konsumen masyarakat, konsumen instansi dan konsumen
individu.

Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan pada kepuasan pasien. Pasien adalah
orang yang karena kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan pengawasan dan
perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga
kesehatan (Prabowo, 1999). Sedangkan Aditama (2002) berpendapat bahwa pasien
adalah mereka yang di obati dirumah sakit.

berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan pasien adalah perasaan senang, puas individu karena terpenuhinya harapan
atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan kesehatan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien

Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam


mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada
beberapa faktor, antara lain :

Kualitas produk atau jasa

Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau
jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi konsumen terhadap kualitas poduk atau jasa
dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas poduk atau jasa yang sesungguhnya
dan komunikasi perusahaan terutama iklan dalam mempromosikan rumah sakitnya.

Kualitas pelayanan

Memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal ini pasien akan
merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang
diharapkan.
Faktor emosional

Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap konsumen
bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah mempunyai pandangan
“rumah sakit mahal”, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

Harga

Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas
guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien
dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka
pasien mempunyai harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas
sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.

Biaya

Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan
atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, cenderung puas
terhadap jasa pelayanan tersebut.

Tjiptono (1997) kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, yaitu :

a. Kinerja (performance), berpendapat pasien terhadap karakteristik operasi dari


pelayanan inti yang telah diterima sangat berpengaruh pada kepuasan yang dirasakan.
Wujud dari kinerja ini misalnya : kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana
perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu
penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan
kenyamanan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan
kelengkapan peralatan rumah sakit.

b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), merupakan karakteristik sekunder


atau karakteristik pelengkap yang dimiliki oleh jasa pelayanan, misalnya : kelengkapan
interior dan eksterior seperti televisi, AC, sound system, dan sebagainya.

c. Keandalan (reliability), sejauhmana kemungkinan kecil akan mengalami


ketidakpuasan atau ketidaksesuaian dengan harapan atas pelayanan yang diberikan.
Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh perawat didalam memberikan
jasa keperawatannya yaitu dengan kemampuan dan pengalaman yang baik terhadap
memberikan pelayanan keperawatan dirumah sakit.

d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesification), yaitu sejauh mana


karakteristik pelayanan memenuhi standart-standart yang telah ditetapkan sebelumnya.
Misalnya : standar keamanan dan emisi terpenuhi seperti peralatan pengobatan.

e. Daya tahan (durability), berkaitan dengan beberapa lama produk tersebut digunakan.
Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis dalam penggunaan
peralatan rumah sakit, misalnya : peralatan bedah, alat transportasi, dan sebagainya.

f. Service ability, meliputi kecepatan, kompetensi, serta penanganan keluhan yang


memuaskan. Pelayanan yang diberikan oleh perawat dengan memberikan penanganan
yang cepat dan kompetensi yang tinggi terhadap keluhan pasien sewaktu-waktu.

g. Estetika, merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh panca indera.
Misalnya : keramahan perawat, peralatan rumah sakit yang lengkap dan modern,
desain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar, kenyamanan ruang tunggu, taman yang
indah dan sejuk, dan sebagainya.

h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), citra dan reputasi rumah sakit serta
tanggung jawab rumah sakit. Bagaimana kesan yang diterima pasien terhadap rumah
sakit tersebut terhadap prestasi dan keunggulan rumah sakit daripada rumah sakit
lainnya dan tangggung jawab rumah sakit selama proses penyembuhan baik dari
pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit dalam keadaan sehat.

Sementara itu ahli lain Moison, Walter dan White (dalam Haryanti, 2000) menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen, yaitu :

a. Karakteristik produk, produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang bersifat
fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk rumah sakit meliputi
penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan
beserta kelengkapannya.

b. Harga, yang termasuk didalamnya adalah harga produk atau jasa. Harga merupakan
aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai
kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya
yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai
harapan yang lebih besar.

c. Pelayanan, yaitu pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam


pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih
memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit.
kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan. Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam
memberikan pelayanan keperawatan.

d. Lokasi, meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah
satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih rumah sakit. Umumnya
semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau,
mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi
pasien yang membutuhkan rumah sakit tersebut.
e. Fasilitas, kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian kepuasan
pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang
tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak vital
menentukan penilaian kepuasan pasien, namun rumah sakit perlu memberikan
perhatian pada fasilitas rumah sakit dalam penyusunan strategi untuk menarik
konsumen.

f. Image, yaitu citra, reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan. Image
juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien
memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan.
Pasien dalam menginterpretasikan rumah sakit berawal dari cara pandang melalui
panca indera dari informasi-informasi yang didapatkan dan pengalaman baik dari orang
lain maupun diri sendiri sehingga menghasilkan anggapan yang positif terhadap rumah
sakit tersebut, meskipun dengan harga yang tinggi. Pasien akan tetap setia
menggunakan jasa rumah sakit tersebut dengan harapan-harapan yang diinginkan
pasien.

g. Desain visual, meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang tidak
rumit. Tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan kenyamanan suatu rumah
sakit, oleh karena itu desain dan visual harus diikutsertakan dalam penyusunan strategi
terhadap kepuasan pasien atau konsumen.

h. Suasana, meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu. Suasana rumah sakit yang
tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepuasan pasien dalam
proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang menikmati itu
akan tetapi orang lain yang berkunjung ke rumah sakit akan sangat senang dan
memberikan pendapat yang positif sehingga akan terkesan bagi pengunjung rumah
sakit tersebut.

i. Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan
keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat
diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap
keluhan pasien. Misalnya adanya tombol panggilan didalam ruang rawat inap, adanya
ruang informasi yang memadai terhadap informasi yang akan dibutuhkan pemakai jasa
rumah sakit seperti keluarga pasien maupun orang yang bekunjung di rumah sakit.
aka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor kepuasan pasien adalah : kualitas
jasa, harga, emosional, kinerja, estetika, karakteristik produk, pelayanan, lokasi,
fasilitas, komunikasi, suasana, dan desain visual .

4. Aspek – aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien

Menurut Griffith (1987) ada beberapa aspek-aspek yang mempengaruhi perasaan puas
pada seseorang yaitu :
a. Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien ketika pertama
kali datang di rumah sakit.

b. Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah dilakukan
oleh pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan perawatan yang berkaitan
dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan kelangsungan
perawatan pasien selama berada dirumah sakit.

c. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien dimulai


masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari rumah sakit.

d. Waktu menunggu yaitu berkaitan dengan waktu yang diperbolehkan untuk


berkunjung maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain dengan
memperhatikan ruang tunggu yang memenuhi standar-standar rumah sakit antara lain :
ruang tunggu yang nyaman, tenang, fasilitas yang memadai misalnya televisi, kursi, air
minum dan sebagainya.

e. Fasilitas umum yang lain seperti kualitas pelayanan berupa makanan dan minuman,
privasi dan kunjungan. Fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan terhadap pemenuhan
kebutuhan pasien seperti makanan dan minuman yang disediakan dan privasi ruang
tunggu sebagai sarana bagi orang-orang yang berkunjung di rumah sakit.

f. Fasilitas ruang inap untuk pasien yang harus rawat. Fasilitas ruang inap ini disediakan
berdasarkan permintaan pasien mengenai ruang rawat inap yang dikehendakinya.
g. Hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasien yaitu perawatan yang
berkaitan dengan kesembuhan penyakit pasien baik berapa operasi, kunjungan dokter
atau perawat.

tingkat kepuasan antar individu satu dengan individu lain berbeda. Hal ini terjadi karena
adanya pengaruh dari faktor jabatan, umur, kedudukan sosial, tingkat ekonomi,
pendidikan, jenis kelamin, sikap mental dan kepribadian (Sugiarto, 1999)

Kepuasan pasien atau konsumen berdasarkan teori-teori diatas tidak hanya


dipengaruhi oleh jasa yang dihasilkan oleh suatu rumah sakit semata, tetapi juga
dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan oleh petugas rumah sakit baik dokter,
perawat, dan karyawan-karyawan lainnya.

Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek


yang mempengaruhi kepuasan pada pasien adalah sebagai berikut :

a. Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien ketika pertama
kali datang di rumah sakit.

b. Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah dilakukan
oleh pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan perawatan yang berkaitan
dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan kelangsungan
perawatan pasien selama berada dirumah sakit.

c. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien dimulai


masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari rumah sakit.

d. Fasilitas – fasilitas yang disediakan rumah sakit yaitu fasilitas ruang inap, kualitas
makanan atau kios-kios penjual makanan yang terjamin kesehatannya, privasi dan
waktu kunjungan pasien.
MENCIPTAKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
MELALUI KESEHATAN

“Health is not everything, but without it


everything is nothing.”

Kata mutiara di atas terlihat begitu sederhananya namun apabila kita pahami dan kaji lebih
mendalam, ternyata dibalik deretan kalimat yang simple menyimpan kandungan maknawi
filosofis yang mengagumkan. Coba Anda bayangkan bagaimana bila kondisi fisik Anda sedang
sakit. Tampak lesu, kurang brsemangat bahkan ada yang sampai mengeluarkan erangan.
Memang hal ini tergantung kadar kesakitan masing-masing orang yang mengalaminya.
Fenomena ini merupakan gambaran yang ada di sekitar kita karena tanpa kita sadari kesehatan
akan melekat dalam perbendaharaan setiap manusia yang hidup di bumi ini. Hanya saja,
masyarakat sering menanggapi masalah kesehatan identik dengan permasalahan kondisi fisik
belaka. Padahal menurut UU RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Permasalahan yang timbul itu pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya persepsi masyarakat
terhadap kesehatan atau tingkat pendidikan kesehatan yang relatif rendah, ekologi yang slum dan
kurang tersedianya sarana dan infrastruktur yang mendukung kesehatan masyarakat. Sehingga
boleh dikata, masyarakat di negara berkembang, seperti Indonesia, lebih menekankan kepada
sickness care daripada health care yang mana hal ini bertolak belakang dengan semboyan di
kebanyakan negara maju, “lebih baik mencegah daripada mengobati” atau lebih menekankan
pada health care daripada sickness care.
Kontroversi pandangan ini sebenarnya tanpa disadari mempengaruhi pendekatan kesehatan
masyarakat dalam mencapai derajat kesejahteraan masyarakat.
Bagi orang awam, kesehatan sering dimaknai secara sederhana yaitu apabila seseorang dengan
nyata terhindar dari kesakitan atau problem fisik. Namun bagi masyarakat yang tertekan, kurang
vitalitas, dan katakanlah mereka “tidak merasa sakit”, tidak akan ditunjukkan bahwa mereka
memiliki beberapa kesakitan yang spesifik. Sebagai akibatnya, World Health Organization
(WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai “a state of complete physical, mental and social well-
being and not merely the absence of disease and infirmity” (Coleman & Cressey, 1980:211).
Sehat bukan hanya menyangkut pada kondisi biologis saja tetapi juga melibatkan faktor-faktor
psikologis dan sosial yang sehat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan


Kesehatan itu mahal harganya. Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu masyarakat
hendaknya benar-benar memperhatikannya sebab apabila seseorang dalam keadaan sehat maka
mudahlah ia dalam melakukan segala hal termasuk pula menciptakan kesejahteraan pada
seseorang atau masyarakat. Survei-survei menunjukkan bahwa kesehatan yang baik adalah yang
berhubungan dengan suatu kepuasan individu dalam kehidupannya. Sedangkan depresi dan
ketidaksenangan akan menciptakan problem-problem kesehatan, seperti sakit dan stress.
Untuk meningkatkan cara memelihara kesehatan diperlukan suatu lembaga yang menyediakan
pelayanan. Pelayanan ini mengandung arti yang komprehensif, akan tetapi untuk mempermudah
pengertian maka dibedakan atas dua macam pelayanan, yaitu health care dan sickness care.
Health care merupakan suatu bentuk pelayanan atau asuhan yang memfokuskan pada usaha
untuk memelihara kesehatan. Sedangkan pengertian untuk sickness care adalah suatu bentuk
pelayanan atau asuhan yang memfokuskan pada orang yang sakit dan penyakitnya. Sehingga
antara health care dan sickness care apabila ditinjau dari sifatnya adalah masalah health care itu
mempunyai sifat yang luas. Artinya, masalah health care mencakup pula masalah sickness care.
Menurut Kenneth L. Jones dkk, dalam bukunya Health Science (1969) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan adalah:

• Mental outlook on life


Keadaan mental seseorang atau suatu masyarakat sangat menentukan kehidupannya atau
kesehatannya. Sehat tidak hanya terfokus pada kondisi biologis saja, tetapi juga menyangkut
masalah psikologis dan sosial yang sehat.
Pengalaman penulis saat menjadi petugas lapangan di Aceh dalam The Study of the Tsunami
Aftermath and Recovery (2006 – 2010) memperlihatkan faktor ini dalam proses rekonstruksi
paska tsunami. Dari hasil temuan di lapangan, memberikan konfirmasi bahwa individu pada
umumnya mengalami trauma selama tsunami. Tidak mengherankan jika terdapat tingkat reaksi
stress pasca tsunami yang tinggi di daerah-daerah yang terkena bencana tsunami jika
dibandingkan dengan daerah yang tidak terkena tsunami. Lebih jauh lagi, tingkat reaksi stress
pasca trauma berkorelasi kuat dengan pengalaman trauma yang dialami akibat tsunami,
kehilangan keluarga dan harta benda.
Namun temuan ini biasanya hanya sekadar dijadikan catatan statistik bagi executor proyek
rekonstruksi. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi minimnya persepsi pemangku proyek
tersebut terhadap masalah mental sehingga pada akhirnya percepatan rekonstruksi ribuan rumah
tinggal di Aceh sering tidak pas dalam peruntukkannya. Peruntukkannya yang seharusnya bagi
korban tsunami malah banyak yang meleset. Banyak ditemui di daerah pembangunan rumah
tersebut masih banyak yang kosong dan kalaupun ada biasanya penghuninya adalah para
pendatang. Salah satunya adalah masalah mental para korban tsunami. Para korban sebenarnya
masih trauma namun apa dikata rumah mereka sudah dibangun secara masal.

• Intelligent use of foods


Tubuh mausia membutuhkan makanan seimbang yang dapat menyuplai gizi dalam tubuh untuk
mengganti sesuatu yang hilang dari tubuh karena pergerakan, menghilangkan rasa sakit karena
lapar, menjadikan kuat dalam melakukan aktivitas, dan mengukuhkan peran kekebalan tubuh
terhadap bibit penyakit. Mengonsumsi makanan secara seimbang dapat menjamin kesehatan.
Nutrisi makanan memiliki pengaruh penting pada kesehatan, baik bagi individu maupun
masyarakat. Tubuh tersusun atas beberapa jaringan dan setiap jaringan tersusun atas jutaan sel.
Agar dapat bekerja, hendaknya sel tersebut mendapatkan unsur-unsur pokok yang
dikonsumsinya. Kalau tidak demikian akan terjadi pemogokan kerja yang dapat berpengaruh
terhadap seluruh kinerja tubuh.
Sebagai contoh, kalau jaringan yang menghasilkan sel darah merah dalam tubuh tidak
mendapatkan unsur yang cukup untuk dikonsumsi, produksi sel darah merah akan berkurang.
Berkurangnya produksi sel darah merah dapat mengakibatkan penyakit anemia (kurang darah).
Selanjutnya, tubuh kekurangan oksigen yang dibawa oleh darah ke berbagai organ-organ tubuh
sehingga timbullah gangguan pada organ ini dan menimbulkan pengaruh negatif pada seluruh
organ tubuh (yang terlihat lemah).
Tubuh yang sehat hendaknya mendapatkan makanan yang mengandung gizi sehat dan sempurna,
yaitu makanan yang mampu menyuplai energi serta sumber-sumber pokok bagi pertumbuhan
guna menjaga kesehatannya dan melawan penyakit yang menular atau tidak menular. Oleh
karena itu, sudah selayaknya dipersiapkan nutrisi makanan yang seimbang sebagai faktor penting
bagi kemajuan bangsa serta kemampuan berkarya dan berproduksi.
Sehingga dengan demikian, soal pemilihan menu makanan yang mengandung gizi, sangat
diperlukan.

• Diseases prevention
Pada faktor ini dimaksudkan bahwa dalam kesehatan suatu keluarga atau masyarakat, lebih
ditekankan pada preventifisasi. Sehingga diharapkan pada akhirnya persepsi masyarakat di
negara berkembang sedikit banyak telah menyerupai persepsi masyarakat di negara maju, yaitu
lebih baik mencegah daripada mengobati. Tetapi mencegah juga merupakan alternatif yang baik
dalam pembangunan kesehatan. Sehingga rasanya pas dengan ungkapan Jawa, “ana rega ana
rupa.” Yang artinya apabila menekankan pada pencegahan niscaya akan lebih baik ketimbang
segi kuratifnya.
Pencegahan yang dimaksud di sini mengandung pengertian bahwa pencegahan itu meliputi
pencegahan dari dalam dan pencegahan dari luar.

• Choosing best health insurance


Memilih dan memiliki asuransi kesehatan merupakan langkah yang baik dalam mewujudkan
pembangunan kesehatan, khususnya bagi golongan yang tidak mampu atau golongan yang pas-
pasan.
Kepemilikan asuransi bagi negara berkembang seperti Indonesia, masih kurang “merakyat” atau
masyarakat belum melek asuransi. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya pengertian dan
arti pentingnya asuransi, serta status sosial ekonomi masyarakat yang relatif rendah.
Adapun pelaksanaan asuransi bagi Indonesia, pada umumnya diprioritaskan pada buruh atau
karyawan suatu perusahaan tertentu di Indonesia. Yaitu dengan jalan memotong gajinya untuk
disisihkan guna pembayaran asuransi. Namun demikian, ada juga berkat pionirisasi sebuah sosok
kepala daerah yang punya visi jauh ke depan, mewujudkan sebuah jaminan kesehatan bagi
masyarakatnya. Seperti yang terjadi di Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan sebutan Kota
Solo, telah meluncurkan Surakarta Public Health Service. Suatu program pemeliharaan
kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Kesehatan kepada
masyarakat Surakarta yang berujud bantuan pengobatan yang meliputi promotif, kuratif maupun
rehabilitasi. Semua masyarakat Surakarta yang dibuktikan dengan KK/ KTP yang belum
termasuk dalam Program Askes PNS, Askes Swasta, Jamkesmas atau Asuransi Kesehatan
lainnya bisa mendapatkan Kartu PKMS (Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta).

• Mastering the environment


Lingkungan yang meliputi fisik dan biologis serta lingkungan sosial budaya merupakan faktor
yang mempengaruhi pembangunan kesehatan.
Lingkungan fisik dan biologis erat hubungannya dengan masih tingginya angka kesakitan
penyakit menular antara lainnya adanya iklim tropis yang memungkinkan berkembangnya
penyebab penyakit, dan juga tempat-tempat pembiakan alamiah; masalah lain adalah air bersih
dan pembuangan kotoran serta sanitasi yang jelek. Sebagai ilustrasi adalah pengalaman penulis
saat berada di Kabupaten Lombok Timur dan Bima, Nusa Tenggara Barat (17 Juni – 31 Juli
2010, dalam rangka Focus Group Discussion Evaluasi Dampak Program Water Supply and
Sanitation Project for Low-Income Communities (WSLIC-2) tampak masih sekian persen saja
yang sudah bisa memanfaatkan WSLIC. Selain masih banyaknya kendala teknis di lapangan juga
ada temuan yang unik juga di sana. Ada juga orang yang mampu tapi masih senang buang hajat
besar di sungai, lantaran bukan tidak mampu membuat WC namun katanya sudah nyaman buang
hajat di sungai lantaran kebiasaan masa kecil yang terbawa hingga kini. Sehingga di samping
masih adanya pencemaran air tanah hasil limbah perut manusia juga menimbulkan polusi berupa
bau tidak sedap.

Kesejahteraan masyarakat
Pembangunan kesehatan yang merupakan salah satu sarana untuk menciptakan kesehatan
keluarga dan kesehatan masyarakat itu, ternyata tidaklah begitu mudah seperti apa yang kita
bayangkan selama ini. Pembangunan kesehatan memerlukan dana yang bermilyar-milyar karena
hal ini menyangkut masalah kelangsungan hajat hidup orang banyak dan martabat manusia.
Untuk itu, pemerintah perlu menempuh berbagai cara guna mewujudkan kesehatan yang baik
dan mewujudkan kesejahteraan suatu masyarakat.
Dalam hal ini, pemerintah menekankan pada perbaikan gizi, Keluarga Berencana (KB) dan
penyediaan sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan. Yang bertalian dengan gizi itu
menyangkut masalah kecerdasan dan tingkat produktivitas kerja. Yang berhubungan dengan KB
itu menyangkut masalah demografi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), serta peningkatan index
mutu hidup suatu keluarga. Sedangkan yang menyangkut dengan pelayanan kesehatan itu
meliputi penyediaan sarana yang memadai dan terjangkau oleh masyarakat, seperti Posyandu,
Puskesmas dan obat generik. Pada masalah pelayanan kesehatan ini, menyangkut masalah
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan suatu masyarakat.
Namun demikian, dalam mewujudkan kesemuanya itu diperlukan suatu model konseptual yang
komprehensif, berkesinambungan dan selaras. Seperti misalnya, model pendekatan sosiologis
dan kedokteran. Pendekatan model ini sedikit banyak dapat membantu untuk memecahkan
kendala-kendala yang ada menyangkut health dan illness. Pendekatan sosiologis menekankan
pada pola tingkah laku masyarakat mengenai sehat dan sakit. Sedangkan pendekatan kedokteran
memfokuskan pada segi medis dan penyakitnya.
Selain itu, yang perlu dicermati oleh pemerintah adalah bagaimana merubah mindset masyarakat
dalam perihal kesehatannya, yaitu dari persepsi masyarakat yang gemar mengobati tatkala
ditimpa musibah sakit menjadi lebih baik mengobati daripada mengobati. “Kesehatan tidaklah
segalanya, tapi jika tidak sakit apalah artinya hidup ini.”
GUSTRI FIJRIANI
BP : 1110322046

Cara Menciptakan Kesehatan Lingkungan

Masyarakat perlu disadarkan akan pentingnya kesehatan lingkungan yang baik


jika ingin menciptakan komunitas yang sehat dan bahagia. Apabila mereka mampu
menjaga lingkungan dengan baik secara tanggung jawab, munculnya banyak penyakit,
yang umumnya dikarenakan adanya lingkungan kotor, dapat dihindari. Saat
melakukan proses inisiasi pengenalan kesehatan lingkungan, dibutukan kesadaran
segenap elemen masyarakat sehingga tujuan dari terciptanya kesehatan secara
menyeluruh dapat dirasakan oleh semua pihak yang nantinya manfaat dari kesehatan
lingkungan juga dapat menguntungkan segenap masyarakat. Komitmen kuat dari
dalam diri masing-masing orang di satu lingkungan tersebut menjadi proses awal
yang harus dibangun. Tanpa adanya kesepakatan dan komitmen bersama, mustahil
kesehatan lingkungan dapat tercipta mengingat jika lingkungan satu tidak terjaga
kebersihannya, maka hal ini akan mempengaruhi buruknya kebersihan daerah
lainnya.

Terciptanya masyarakat sehat yang mandiri dan berkemampuan akan menjadi


harapan tersendiri saat mereka berhasil mengaplikasikan kesehatan lingkungan
dengan baik. Jika masyarakat sehat, maka hal ini akan menciptakan generasi yang
mandiri terutama secara finansial karena jiwa dan badan yang sehat tentunya akan
memberikan semangat tersendiri serta rasa fokus bagi mereka dalam bekerja.
Mereka tidak akan terbebani untuk berobat ke dokter sehingga konsentrasi dalam
bekerja akan semakin meningkat. Ketika mereka sudah mandiri secara finansial,
maka mereka berkemampuan untuk mengaktulisasikan diri dalam kehidupan masing-
masing.

Saat menggerakkan masyarakat agar sadar pentingnya kebersihan bagi


kehidupan, mereka memerlukan contoh konkret yang bisa dilihat dari program
pemerintah dalam mendukung kesehatan lingkungan juga menjadi bentuk dukungan
pemerintah agar masyarakatnya tetap berfokus pada penciptaan lingkungan yang
lebih baik. Pelaksanaan beberapa aktivitas dalam menggalang kesadaran masyarakat
untuk menjaga lingkungannya tetap bersih dapat dilakukan dengan program
pembersihan massal di daerah yang memungkinkan tempat berkumpulnya sumber
penyakit seperti tempat pembuangan sampah akhir, sungai, gorong-gorong, hingga
rumah masing-masing warga dapat mewujudkan terbangunnya komunitas pecinta
kebersihan.
Dalam program tersebut, pemerintah perlu mendukung dalam memberikan
peralatan atau menyediakan segala sesuatu yang terkait dalam mendukung upaya
masyarakat terhadap kesehatan lingkungan tersebut sehingga komunikasi dapat
terjalin dan sinergi antara masyarakat dengan pemerintah. Pihak terkait seperti
dinas kesehatan juga memiliki kontribusi signifikan dalam memonitor serta
memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk menciptakan kesehatan
lingkungan. Mereka sebaiknya secara berkala melakukan sosialiasi kepada warga
mengenai masalah kesehatan apa yang saat ini mungkin dihadapi dalam sebuah
lingkungan, sehingga kounitas masyarakat dapat menyumbangkan solusinya sehingga
apa yang menjadi tujuan bersama dapat terwujud. Masyarakat jelas sangat
dibutuhkan kontribusinya dalam hal ini karena mereka yang sangat memahami
kondisi dan lingkungan mereka.

Pemberian pelatihan bagi upaya kebersihan juga dapat diadakan oleh dinas
kesehatan sehingga masyarakat mampu memberikan setidaknya upaya pertama
dalam menghambat penyebaran penyakit di sebuah lingkungan. Pastikan masyarakat
juga mau secara aktif dan partisipatif mengkomunikasikan masalah apa yang terjadi
dalam lingkungannya terkait dengan kesehatan sehingga koordinasi antara dinas
kesehatan dengan masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan tetap terjalin
dengan baik.

You might also like